A. Pengertian Tradisi
Menurut Koentjaraningrat tradisi dapat dibagi dalam empat tingkatan yaitu tingkatan nilai
budaya, nilai norma-norma, tingkat hokum, dan tigkatan aturan khusus. Tingkat nilai budaya
adalah berupa ide-ide yang mengkonsepsi hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan
masyarakat, dan biasanya gotong royong, atau sifat kerjasama berdasarkan solidaritas yang
besar.
Tingkat adat yang kedua, adalah system norma-norma yang berupa nilai-nilai budaya yang
sudah terkait dengan peran masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya.
Misalnya peran sebagai atasan-bawahan dalam jenjang pekerjaan, sebagai orang tua anak,
guru-murid. Masing-masing peran memiliki sejumlah norma yang menjadi pedoman tingkah
laku. Dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh.
Tingkah adat yang ketiga adalah system hokum yang berlaku; misalnya hokum adat
perkawinan dan hokum adat kekayaan. Dan tingkat adat yang keempat adalah aturan-aturan
khusus yang mengatur kegiatan-kegiatan yang terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat
yang bersifat kongkrit, misalnya aturan sopan santun.
Dalam empat tingkatan adat tersebut di atas maka kita menjadi mudah untuk membeda-
membedakan tindakan-tindakan simbolis dalam tradisi Jawa itu. Tradisi ritual merupakan
bagian yang sangat tidak terpisahkan dalam kebudayaan Jawa, masyarakat jawa merupakan
masyarakat yang tetap mempertahankan tradisi ritualnya yang berhubungan dengan segala
peristiwa yg berhubungan dengan kehidupan mereka dan masih dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu Ulya Nazila, S. Pd. I, selaku guru paud
menyatakan bahwa tradisi adalah tradisi yaitu sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat yang
ada disekitar. kebiasaan masyarakat setempat yang dilakukan secara terus-menerus dan
akhirnya jadilah sebuah tradisi. Jika tradisi tersebut dilakukan oleh orang Jawa maka jadilah
tradisi Jawa.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat ibu Aisyah mengenai tradisi. Menurut ibu Aisyah
tradisi adalah adat. Yakni kebiasaan yang mana dilakukan secara turun menurun dan masih di
jalankan oleh masyarakat sampai sekarang.
Salah satu contoh tradisi Jawa yang telah disebutkan di atas adalah mapati dan mitoni,
kedua tradisi ini merupakan tradisi yang dilakukan untuk menanti kelahiran bayi dalam suatu
keluarga.
Tradisi mapati dan mitoni sudah ada sejak zaman kerajaan hindhu berjaya di nusantara dan
mayoritas masyarakat Jawa masih menganut kepercayaan hindhu yang kemudian berlanjut saat
agama islam masuk ke nusantara dengan kepandaian para wali sembilan menyebarkan agama
islam di tanah Jawa yang mengakulturasikan kebudayaan lama orang Jawa yang merupakan
ajaran agama hindhu dengan memasukkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama
islam yang kemudian menghasilkan suatu kebudayaan Jawa baru tanpa menghilangkan tradisi-
tradisi yang di dalamnya terkandung filosofi orang Jawa yang sangat mendalam, hal itu pula
yang memnuat orang Jawa sebelumnya enggan meninggalkan kepercayaan dan tradisi mereka.
Setelah kita telaah berkenaan dengan kajiaan pustaka dan narasumber di atas, inti dari yang
dimaksud tradisi adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok manusia di suatu
tempat secara kontinyu atau terus-menerus bahkan turun-temurun sehingga terbentuklah suatu
tradisi yang mendalam, melekat, dan menyatu dengan masyarakat setempat.
Upacara mapati adalah upacara yang diselenggarakan pada saat bulan keempat masa
kehamilan, biasanya elaksanaan yang dilakukan tidak terlalu banyak, hanya sekedar
melakukan selamatan untuk mendoakan sang jabang bayi dan sang perempuan yang sedang
mengandung. Pada upacara mapati di dalam islam saat usia kandungan memasuki usia 4 bulan
dimana sang jabang bayi sudah ditiupkan rohnya. Saat janin embrio berusia 120 hari (4 bulan)
dimulailah kehidupan dengan ruh, dan saat itulah ditentukan bagaimana ia berkehidupan
selanjutnya, di dunia sampai di akhirat: “..ditentukan rizqinya, ajalnya, langkah-langkah
prilakunya, dan, sebagai orang yang celaka atau orang yang beruntung”.
Maka menyongsong penentuan ini, hendaklah diadakan upacara ngapati (ngupati) yaitu
berdoa (sebagai sikap bersyukur, ketundukan dan kepasrahan); mengajukan permohonan
kepada Allah agar nanti anak lahir sebagai manusia yang utuh sempurna, yang sehat, yang
dianugerahi rizqi yang baik danlapang, berumur panjang yang penuh dengan nilai-nilai ibadah,
beruntung di dunia dan di akhirat. Begitu pula hendaklah bersedekah. Kita etahui bahwa doa
dan bersedekah adalah dua kekuatan yang bias menembus taqdir. Adalah indah sekali sebuah
tradisi yang disebut dengan ngupati atau mapati sebagai upacara dengan meminta kepada
sejumlah orang untuk berdoa dan mendoakan, juga disana ada bentuk sedekah. Pandangan
hidup seperti ini sampai sekarang masih banyak dianut oleh sebagian masyarakat Jawa, dalam
bentuk aliran-aliran kebathinan.
Sedangkan upacara tingkeban atau mitoni adalah upacara yang diselenggarakan pada
byulan ketujuh masa kehamilan dan hanya dilakukan terhadap anak yang dikandung sebagai
anak yang pertama bagi kedua orang tuanya. Upacara ini dimaksudkan untuk memohon
keselamatan baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi yang akan dilahirkan.
Mitoni atau selametan tujuh bulanan dilakukan setelah kehamilan seorang ibu genap usia
7 bulan atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh kurang dari 7 bulan, sekalipunkurang sehari.
Belum ada neptu atau weton (hari masehi+hari Jawa) yang dijadikan patokan pelaksanaan,
yang penting ambil hari selasa atau sabtu. Sedangkan tempat untuk penyelenggaraan upacara
biasanya dipilih di depan suatu tempat yang biasa disebut dengan pasren, yaitu senthong
tengah (tempat untuk memuja Dewi Sri, dewi padi). Karena kebanyakan masyarakat sekarang
tidak mempunyai senthong, maka upavara mitoni biasanya diselenggarakan di ruang keluarga
atau ruang yang memiliki luas yang cukup untuk menyelenggarakan upacara.
Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu Ulya Nazila, S. Pd. I, selaku guru paud, beliau
mengatakan mengenai mapati itu berasal dari bahasa jawa yang artinya empat. Jadi mapati adalah
doa bersama yang dilakukan ketika ada seorang wanita hamil yang sudah mencapai empat bulan.
Orang jawa dulu percaya ketika jabang banyi telah menginjak usia empat bulan, pada si jabang
banyi itu sudah ditiupkan ruhnya, ditetapkan umurnya, rizki dan takdirnya, maka dari itu
keyakinan orang jawa melakukan do’a bersama agar kelak si jabang banyi itu dewasa nanti selalu
di lindungi dengan kebaikan- kebaikan,
Berbeda tipis dengan mitoni. Jika mitoni itu dari kata pitu, yang mana do’anya dilakukan
ketika seorang wanita hamil sudah menginjak tujuh bulan, adatnya berbeda, jika di daerahnya ibu
Ulya mapati dan mitoni selain doa bersama juga ada berkat, dan berkat – berkat tersebut telah
ditentukan jika berkat mapati dan mitoni itu dilarang menyembelih – menyembelih. Contonya
seperti nasi kuluban, jajan pasar, bubur merah putih, ketang, nasi liwet dan bunga- bunga
(kembang boreh) yang isinya terdapat pandan, bobok dan ada jarumnya.
Menurut kepercayaan yang telah diyakini sejak dari sesepuh, katanya jarum tersebut berarti
sebuha harapan supaya anak dari wanita yang habil tersebut memiliki kemampuan pintar menjahit.
Selain itu ada ketan yang terkadang ketika dimasak ada yang lemes dan ada yang keras. Jika hasil
masakannya lemes katanya nanti anaknya perempuan sedangkan keras itu laki – laki.
Senada dengan hasil wawancara bersama Bp. Nur Haji, S.Pd. I, beliau memaparkan bahwa :
“kalau mitoni menurut saya itu tasyakuran mbak,, bentuk peringatan yang dilakukan oleh ibu hamil
ketika usia kehamilannya mencapai tujuh bulan. Hal itu sudah dilakukan oleh nabi Adam dan ibu
hawa ketika siti hawa sudah mengandung dan merasa berat, tetapi disitu tidak dijelaskan secara
rinci 7 bulan. Tapi kandungan bisa merasa berat ketika kandungan sudah menginjak 6-9 bulan.
Ada pula dalil yang menerangkan mapati tertera pada surah Al- a’rof ayat 189 sedangkan mapati
tertera pada Q.S Al- mu’minun ayat: 14”
Ibu Aisyah juga sependapat dengan kedua narasumber sebelumnya. Beliau menerangkan:
“Mapati itu kan dari bahasa jawa mapat yang berarti empat ,jadi mapati adalah doa bersama ketika
ada wanita hamil yang kandunganya menginjak empat bulan ,Sedangkan mitoni itu hampir sama
dengan mapati bedanya pada saat doa bersama itu dilakukan ketika kehamilan menginjak tujuh
bulan. Untuk isi berkat ada kepercayaan katanya jarum berarti kelak ananya cerdas,nasi kuning
artinya agar menjadi generasi yang baik.” Sambung beliau.
Tradisi mitoni (mituni, mitu, pitu) merupakan salah satu ritual slametan dalam siklus hidup
manusia yang masih berlaku pada masyarakat Jawa. Tradisi ini dilakukan pada saat usia
kehamilan tujuh bulan. Secara umum, tradisi ini dimaksudkan untuk mendoakan sang ibu agar
kelak saat persalinan diberi kelanacara dan kemudahan. Usia tujuh bulan dipilih karena pada
usia tersebut, keadaan bayi sudah manggon, siap untuk keluar ke dunia.
Jadi tradisi mapati dan mitoni disini kita sikapi sebagai bentuk usaha secara lahir batin dari
orang tua sang jabang bayi, yang point inti di dalamnya berisi tasyakuran, bersedekah, berdoa,
dan berbagai adat lainnya sesuai daerah masing-masing.
Kehadiran anak bagi pasangan suami istri merupakan hal yang sangat didambakan. Anak
diibaratkan sebagai belahan jiwa dan pelipur lara serta penghibur hati manusia, oleh karena itu
selama masa kehamilan dilakukan berbagai usaha agar sang anak terlahir sempurna baik fisik
maupun rohaninya. Sehingga masyarakat Jawa banyak melakukan bentuk-bentuk tradisi
mistisme (tradisi kejawen) sebagai bentuk spiritualitas menyambut kedatangan anak dengan
dengan besar harapan terlahir dalam keadaan sehat.
Pelaksanan tradisi mapati dan mitoni sebenarnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Jawa,
hal ini dapat diketahui dengan budaya dan sajen yang dilakukan mitoni ini. Akan tetapi selain
nilai-nilai Jawa terdapat ajaran islam yang masih menyertai pelaksanaan acara tersebut.
Ada sebagian masyarakat muslim yang menyikapi tradisi tersebut dengan merujuk pada
analog bahwa upacara tersebut bersifat “Sunnah”. Sebagian besar masyarakat muslim
berpendapat mitoni dapat dilakukan dan tidak mengganggu keimanan islam, karena mitoni ini
bertujuan memohon keselamatn pada proses kelahiran bagi ibu dan bayinya.
Pada upacara mapati di dalam islam saat usia kandungan memasuki usia 4 bulan dimana
sang jabang bayi sudah ditiupkan rohnya, saat janin atau embrio berusia 120 hari (4 bulan)
dimulailah kehidupan dengan ruh, dan saat itulah ditentukan bagaimana ia berkehidupan
selanjutnya, di dunia sampai di akhirat: “..ditenttukan rizqinya, ajalnya, langkah-langkah
perilakunya, dan sebegai orang yang celaka atau orang yang beruntung”.
“Kalau saya percaya karna apa saya dapat ilmu dari guru ya saya amalakan ,karna guru
saya pernah berkata (sebuah adat berarti erat kaitanya dengan budaya )dan merupakan salah
satu hukum daerah tersebut ,kalau di daerah saya mapati dan mitoni sudah di wajibkan untuk
ibu hamil,saya ya mengikutinya karna ibaratnya sudah menjadi hukum disuatu daerah tersebut
jadi mau gak mau kita ya mengikutinya .Pandangan islam sudah ada hadis rasul seperti itu
,hadis rasulullah pun mengiyakan tentang suatu adat ,mengenai pandangan islam benar tidaknya
itu tergantung yang menjalankanya ,dibuat salah guna atau bener – bener tujuan lillahi ta’ala
.tadi didepan kan sudah saya sebutkan memang acara tasyakuran yang mana meminta mohon
berdoa untuk si jabang bayi .Allah pun memerintahkan kita untuk selalu berdoa ,jadi pandangan
islam ya membolehkan karna suatu harapan untuk si jabang bayi .Asalkan tidak melanggar
syariat islam.”
Jadi dapat kita Tarik kesimpulan, bahwa mapati dan mitoni itu tidak bertentangan dengan
syari’at islam asalkan didasari dengan niat yang benar. Karena inti dari proses pelaksanaan
mapati dan mitoni adalah berdoa dan bersedekah. Yang kesemuanya itu dimaksudkan dan
ditujukan karena Allah. Sebagai salah satu bentuk ikhtiar secara lahir batin memohon supaya
mendapatkan anak yang sehat jasmani rohaninya, baik nasibnya, serta selamat di dunia dan
akhiratnya.
D. Kesimpulan
Islam yang masuk dan menyebar di nusantara ini tidak seperti di daerha lainnya di dunia,
karena islam nusantara menyebar dengan melakukan percampuran 2 budaya berbeda sehingga
menghasilkan kebudayaan baru tanpa menghilangkan corak kebudayaan lama dan baru yang
biasanya disebut akulturasi.
Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil rasa karsa, cipta, karya, dan
kasa manusia dalam upaya mnejawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam
sekelilingnya. Manusia tidak hanya puas dengan apa yang terdapat dalam kebendaan saja. Akan
tetapi manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan kesadaran dan cita-
citanya karena terdapat 6 nilai ytang menentukan etika dan kepribadian manusia dan
masyarakat.
Tradisi mapati dan mitoni adalah dua tradisi yang berasal dari kebudayaan Jawa lama yang
masih menganut agama hindu dan kemudia tetap dilaksanakan hingga saat ini dengan
melakukan percampuran antara budaya jawa tersebut dengan memasukkan nilai-nilai ajaran
agama islam di dlaam setiap ritual-ritual yang dilakukan utnuk menggantikan nilai-nilai agama
hindu yang terkandung dalam setiap ritualnya, tradisi tersebut dimaksudkan untuk menyambut
kelahiran pada seorang wanita yang sedang hamil menurut masa kehamilannya yang menurut
orang jawa sendiri mengandung filosofi dan dalam agama Islam terdapat nilai-nilai yang dapat
dipetik.
Setiap kelahiran anak pasti sangat dinantikan oleh semua orang tua, maka tidak heran orang
Jawa memiliki kebudayaan mitoni dan mapati. Hal tersebut tidak lain dilakukan utnuk
menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan YME karena telah memeberikan mereka keturunan
dan hal tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
kepercayaan dan khususnya untuk masyarakat Jawa islam.
E. Daftar Pustaka
Safrira, ALdy S. M. D. 2013. Tradisi Mapati dan Mitoni Masyarakat Jawa Islam. Jember:
Universitas Jember.
TRANSKRIP INTERVIEW 1
Pewawancara Nah kalau untuk mitoni mungkin itu intinya sama dengan mapati tadi ya bu
?
Narasumber Iya sama… bedanya kan mitoni itu dari kata pitu,yang man do’anya
dilakukan ketika seorang wanita hamil sudah menginjak tujuh bulan, adatnya
berbeda ya mba, kalau disini mapati dan mitoni selain doa bersama kan ada
berkat , lha berkat – berkatnya itu ditentukan disini jika berkat mapati dan
mitoni itu dilarang menyembelih – menyembelih
Pewawancara Oh gitu ya, lha isi berkat mapati dan mitoni itu apa saja?
Narasumber Kalau disini ya mbak itu nasi kuluban, jajan pasar, bubur mrah putih, ketang,
nasi liwet dan bunga- bunga. Orang- orang sini menyebutkan kembang boreh
yang isinya ada pandan ,bobok terus ada jarumnya kayak gitulah.
Pewawancara Lha maksut semua itu apa ?
Narasumber Saya juga ilmunya dari mbah – mbah ya mba...,katanya jarum itu berarti
anaknya besok pintar njahit.,kalau ketan itu kadang masaka nya kan ada yang
lemes dan ada yang keras ,jika masaknya lemes katanya nanti anaknya
perempuan sedangkan keras itu laki – laki.
Pewawancara Gitu ya bu… itu mengenai mapati dan mitoninya sekarang kita lihat menurut
pandangan islam tradisi- tradisi tersebut apakah sesuai dengan syariat islam
,menurut pemahaman ibu itu bagaimana ?
Narasumber Begini… kalau saya percaya karna apa saya dapat ilmu dari guru ya saya
amalakan ,karna guru saya pernah berkata (sebuah adat berarti erat kaitanya
dengan budaya )dan merupakan salah satu hukum daerah tersebut ,kalau di
daerah saya mapati dan mitoni sudah di wajibkan untuk ibu hamil,saya ya
mengikutinya karna ibaratnya sudah menjadi hukum disuatu daerah tersebut
jadi mau gak mau kita ya mengikutinya .Pandangan islam sudah ada hadis
rasul seperti itu ,hadis rasulullah pun mengiyakan tentang suatu adat
,mengenai pandangan islam benar tidaknya itu tergantung yang
menjalankanya ,dibuat salah guna atau bener – bener tujuan lillahi ta’ala .tadi
didepan kan sudah saya sebutkan memang acara tasyakuran yang mana
meminta mohon berdoa untuk si jabang bayi .Allah pun memerintahkan kita
untuk selalu berdoa ,jadi pandangan islam ya membolehkan karna suatu
harapan untuk si jabang bayi .Asalkan tidak melanggar syariat islam .
Pewawancara Nah kalau itu sudah menjadi adat ya ,, mungkin pernah ibuk menemukan ada
ada satu/ beberapa orang yang tidak melakukan tradisi mapati dan mitoni ini
buk?
Narasumber Oh ya pernah,, mungkin dia percaya tapi tidak diperlihatkan orang banyak,
mungkin juga bisa tidak dirayakan, yang penting itu kita sama-sama berdoa
mbak,,
Pewawancara Ooh jadi begitu ya buk,, jadi disini point nya memang kembali lagi lillah,
murni karena niat ingin berdoa. Baik dirayakan atau tidak.
Narasumber Iya mbak betul…
Pewawancara Baik,,Kiranya demikian sudah wawancara kita pada kesempatan kali ini ya
bu,, terimakasih banyak ibu,, sudah memberi informasi dan pengetahuan, dan
membantu kami dalam melengkapi tugas UAS kami..
Narasumber Oh iya mba,, sama-sama.. saya mohon maaf juga ya apabila ada kekurangan
dalam berbicara saya ya..
Pewawancara Oh tidak ibu,, sama-sama juga.. saya minta maaf kalau ada khilaf.. mohon
pamit ya ibu.. terimakasih waktunya.. wassalamualaikum
Narasumber Iya mba,, sami-sami.. waalaikumussalam warohmatullah..
TRANSKRIP INTERVIEW 2
Profesi : Wiraswasta
Narasumber Iya mba...maaf jika didalam menyampaikan kata ada kata yang kurang baik.
Pewawancara Oh,,,iya pak,,, sekian terimakasih wassalamualaikum wr.wb
Narasumber Waalaikumsalam warohmatullah.
TRANSKRIP INTERVIEW 3