Anda di halaman 1dari 17

TRADISI MAPATI DAN MITONI DALAM PANDANGAN ISLAM

Muthia Shafwa Kamila (1830110103)


Shofi Nor Aini (1830110107)
Nuun Asmaul Husna (1830110114)
Jurusan Ushuluddin, IAIN Kudus

A. Pengertian Tradisi

Menurut Koentjaraningrat tradisi dapat dibagi dalam empat tingkatan yaitu tingkatan nilai
budaya, nilai norma-norma, tingkat hokum, dan tigkatan aturan khusus. Tingkat nilai budaya
adalah berupa ide-ide yang mengkonsepsi hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan
masyarakat, dan biasanya gotong royong, atau sifat kerjasama berdasarkan solidaritas yang
besar.

Tingkat adat yang kedua, adalah system norma-norma yang berupa nilai-nilai budaya yang
sudah terkait dengan peran masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya.
Misalnya peran sebagai atasan-bawahan dalam jenjang pekerjaan, sebagai orang tua anak,
guru-murid. Masing-masing peran memiliki sejumlah norma yang menjadi pedoman tingkah
laku. Dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh.

Tingkah adat yang ketiga adalah system hokum yang berlaku; misalnya hokum adat
perkawinan dan hokum adat kekayaan. Dan tingkat adat yang keempat adalah aturan-aturan
khusus yang mengatur kegiatan-kegiatan yang terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat
yang bersifat kongkrit, misalnya aturan sopan santun.

Dalam empat tingkatan adat tersebut di atas maka kita menjadi mudah untuk membeda-
membedakan tindakan-tindakan simbolis dalam tradisi Jawa itu. Tradisi ritual merupakan
bagian yang sangat tidak terpisahkan dalam kebudayaan Jawa, masyarakat jawa merupakan
masyarakat yang tetap mempertahankan tradisi ritualnya yang berhubungan dengan segala
peristiwa yg berhubungan dengan kehidupan mereka dan masih dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu Ulya Nazila, S. Pd. I, selaku guru paud
menyatakan bahwa tradisi adalah tradisi yaitu sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat yang
ada disekitar. kebiasaan masyarakat setempat yang dilakukan secara terus-menerus dan
akhirnya jadilah sebuah tradisi. Jika tradisi tersebut dilakukan oleh orang Jawa maka jadilah
tradisi Jawa.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat ibu Aisyah mengenai tradisi. Menurut ibu Aisyah
tradisi adalah adat. Yakni kebiasaan yang mana dilakukan secara turun menurun dan masih di
jalankan oleh masyarakat sampai sekarang.

Salah satu contoh tradisi Jawa yang telah disebutkan di atas adalah mapati dan mitoni,
kedua tradisi ini merupakan tradisi yang dilakukan untuk menanti kelahiran bayi dalam suatu
keluarga.

Tradisi mapati dan mitoni sudah ada sejak zaman kerajaan hindhu berjaya di nusantara dan
mayoritas masyarakat Jawa masih menganut kepercayaan hindhu yang kemudian berlanjut saat
agama islam masuk ke nusantara dengan kepandaian para wali sembilan menyebarkan agama
islam di tanah Jawa yang mengakulturasikan kebudayaan lama orang Jawa yang merupakan
ajaran agama hindhu dengan memasukkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama
islam yang kemudian menghasilkan suatu kebudayaan Jawa baru tanpa menghilangkan tradisi-
tradisi yang di dalamnya terkandung filosofi orang Jawa yang sangat mendalam, hal itu pula
yang memnuat orang Jawa sebelumnya enggan meninggalkan kepercayaan dan tradisi mereka.

Setelah kita telaah berkenaan dengan kajiaan pustaka dan narasumber di atas, inti dari yang
dimaksud tradisi adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok manusia di suatu
tempat secara kontinyu atau terus-menerus bahkan turun-temurun sehingga terbentuklah suatu
tradisi yang mendalam, melekat, dan menyatu dengan masyarakat setempat.

B. Pengertian Mapati dan Mitoni

Upacara mapati adalah upacara yang diselenggarakan pada saat bulan keempat masa
kehamilan, biasanya elaksanaan yang dilakukan tidak terlalu banyak, hanya sekedar
melakukan selamatan untuk mendoakan sang jabang bayi dan sang perempuan yang sedang
mengandung. Pada upacara mapati di dalam islam saat usia kandungan memasuki usia 4 bulan
dimana sang jabang bayi sudah ditiupkan rohnya. Saat janin embrio berusia 120 hari (4 bulan)
dimulailah kehidupan dengan ruh, dan saat itulah ditentukan bagaimana ia berkehidupan
selanjutnya, di dunia sampai di akhirat: “..ditentukan rizqinya, ajalnya, langkah-langkah
prilakunya, dan, sebagai orang yang celaka atau orang yang beruntung”.

Maka menyongsong penentuan ini, hendaklah diadakan upacara ngapati (ngupati) yaitu
berdoa (sebagai sikap bersyukur, ketundukan dan kepasrahan); mengajukan permohonan
kepada Allah agar nanti anak lahir sebagai manusia yang utuh sempurna, yang sehat, yang
dianugerahi rizqi yang baik danlapang, berumur panjang yang penuh dengan nilai-nilai ibadah,
beruntung di dunia dan di akhirat. Begitu pula hendaklah bersedekah. Kita etahui bahwa doa
dan bersedekah adalah dua kekuatan yang bias menembus taqdir. Adalah indah sekali sebuah
tradisi yang disebut dengan ngupati atau mapati sebagai upacara dengan meminta kepada
sejumlah orang untuk berdoa dan mendoakan, juga disana ada bentuk sedekah. Pandangan
hidup seperti ini sampai sekarang masih banyak dianut oleh sebagian masyarakat Jawa, dalam
bentuk aliran-aliran kebathinan.

Sedangkan upacara tingkeban atau mitoni adalah upacara yang diselenggarakan pada
byulan ketujuh masa kehamilan dan hanya dilakukan terhadap anak yang dikandung sebagai
anak yang pertama bagi kedua orang tuanya. Upacara ini dimaksudkan untuk memohon
keselamatan baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi yang akan dilahirkan.

Pada umumnnya masyarakat Jawa dalam melaksanakan tingkeban dilakukan serangkaian


upacara, diantaranya siraman, brojolan, ganti pakaian, selamatan. Awal mula adanya upacara
tingkeban bermula pada zaman Kediri. Ketika itu diceritakan ada seorang wanita bernama
Niken Satingkeb bersuamikan sadyo yang hiudp pada zaman kerajaan Widarbo Kundari. Pada
waktu itu atas perintah Sang Prabu Jayapurusa, Niken Satingkeb diperintahkan untuk
mengadakan upacara tingkeban dipilih hari selasa atau sabtu setelah tanggal 15 dalam
perhitungan kalender Jawa.

Mitoni atau selametan tujuh bulanan dilakukan setelah kehamilan seorang ibu genap usia
7 bulan atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh kurang dari 7 bulan, sekalipunkurang sehari.
Belum ada neptu atau weton (hari masehi+hari Jawa) yang dijadikan patokan pelaksanaan,
yang penting ambil hari selasa atau sabtu. Sedangkan tempat untuk penyelenggaraan upacara
biasanya dipilih di depan suatu tempat yang biasa disebut dengan pasren, yaitu senthong
tengah (tempat untuk memuja Dewi Sri, dewi padi). Karena kebanyakan masyarakat sekarang
tidak mempunyai senthong, maka upavara mitoni biasanya diselenggarakan di ruang keluarga
atau ruang yang memiliki luas yang cukup untuk menyelenggarakan upacara.

Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu Ulya Nazila, S. Pd. I, selaku guru paud, beliau
mengatakan mengenai mapati itu berasal dari bahasa jawa yang artinya empat. Jadi mapati adalah
doa bersama yang dilakukan ketika ada seorang wanita hamil yang sudah mencapai empat bulan.
Orang jawa dulu percaya ketika jabang banyi telah menginjak usia empat bulan, pada si jabang
banyi itu sudah ditiupkan ruhnya, ditetapkan umurnya, rizki dan takdirnya, maka dari itu
keyakinan orang jawa melakukan do’a bersama agar kelak si jabang banyi itu dewasa nanti selalu
di lindungi dengan kebaikan- kebaikan,

Berbeda tipis dengan mitoni. Jika mitoni itu dari kata pitu, yang mana do’anya dilakukan
ketika seorang wanita hamil sudah menginjak tujuh bulan, adatnya berbeda, jika di daerahnya ibu
Ulya mapati dan mitoni selain doa bersama juga ada berkat, dan berkat – berkat tersebut telah
ditentukan jika berkat mapati dan mitoni itu dilarang menyembelih – menyembelih. Contonya
seperti nasi kuluban, jajan pasar, bubur merah putih, ketang, nasi liwet dan bunga- bunga
(kembang boreh) yang isinya terdapat pandan, bobok dan ada jarumnya.

Menurut kepercayaan yang telah diyakini sejak dari sesepuh, katanya jarum tersebut berarti
sebuha harapan supaya anak dari wanita yang habil tersebut memiliki kemampuan pintar menjahit.
Selain itu ada ketan yang terkadang ketika dimasak ada yang lemes dan ada yang keras. Jika hasil
masakannya lemes katanya nanti anaknya perempuan sedangkan keras itu laki – laki.

Senada dengan hasil wawancara bersama Bp. Nur Haji, S.Pd. I, beliau memaparkan bahwa :

“kalau mitoni menurut saya itu tasyakuran mbak,, bentuk peringatan yang dilakukan oleh ibu hamil
ketika usia kehamilannya mencapai tujuh bulan. Hal itu sudah dilakukan oleh nabi Adam dan ibu
hawa ketika siti hawa sudah mengandung dan merasa berat, tetapi disitu tidak dijelaskan secara
rinci 7 bulan. Tapi kandungan bisa merasa berat ketika kandungan sudah menginjak 6-9 bulan.
Ada pula dalil yang menerangkan mapati tertera pada surah Al- a’rof ayat 189 sedangkan mapati
tertera pada Q.S Al- mu’minun ayat: 14”
Ibu Aisyah juga sependapat dengan kedua narasumber sebelumnya. Beliau menerangkan:
“Mapati itu kan dari bahasa jawa mapat yang berarti empat ,jadi mapati adalah doa bersama ketika
ada wanita hamil yang kandunganya menginjak empat bulan ,Sedangkan mitoni itu hampir sama
dengan mapati bedanya pada saat doa bersama itu dilakukan ketika kehamilan menginjak tujuh
bulan. Untuk isi berkat ada kepercayaan katanya jarum berarti kelak ananya cerdas,nasi kuning
artinya agar menjadi generasi yang baik.” Sambung beliau.
Tradisi mitoni (mituni, mitu, pitu) merupakan salah satu ritual slametan dalam siklus hidup
manusia yang masih berlaku pada masyarakat Jawa. Tradisi ini dilakukan pada saat usia
kehamilan tujuh bulan. Secara umum, tradisi ini dimaksudkan untuk mendoakan sang ibu agar
kelak saat persalinan diberi kelanacara dan kemudahan. Usia tujuh bulan dipilih karena pada
usia tersebut, keadaan bayi sudah manggon, siap untuk keluar ke dunia.

Jadi tradisi mapati dan mitoni disini kita sikapi sebagai bentuk usaha secara lahir batin dari
orang tua sang jabang bayi, yang point inti di dalamnya berisi tasyakuran, bersedekah, berdoa,
dan berbagai adat lainnya sesuai daerah masing-masing.

C. Pandangan Islam Mengenai Mapati dan Mitoni

Kehadiran anak bagi pasangan suami istri merupakan hal yang sangat didambakan. Anak
diibaratkan sebagai belahan jiwa dan pelipur lara serta penghibur hati manusia, oleh karena itu
selama masa kehamilan dilakukan berbagai usaha agar sang anak terlahir sempurna baik fisik
maupun rohaninya. Sehingga masyarakat Jawa banyak melakukan bentuk-bentuk tradisi
mistisme (tradisi kejawen) sebagai bentuk spiritualitas menyambut kedatangan anak dengan
dengan besar harapan terlahir dalam keadaan sehat.

Pelaksanan tradisi mapati dan mitoni sebenarnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Jawa,
hal ini dapat diketahui dengan budaya dan sajen yang dilakukan mitoni ini. Akan tetapi selain
nilai-nilai Jawa terdapat ajaran islam yang masih menyertai pelaksanaan acara tersebut.

Ada sebagian masyarakat muslim yang menyikapi tradisi tersebut dengan merujuk pada
analog bahwa upacara tersebut bersifat “Sunnah”. Sebagian besar masyarakat muslim
berpendapat mitoni dapat dilakukan dan tidak mengganggu keimanan islam, karena mitoni ini
bertujuan memohon keselamatn pada proses kelahiran bagi ibu dan bayinya.

Pada upacara mapati di dalam islam saat usia kandungan memasuki usia 4 bulan dimana
sang jabang bayi sudah ditiupkan rohnya, saat janin atau embrio berusia 120 hari (4 bulan)
dimulailah kehidupan dengan ruh, dan saat itulah ditentukan bagaimana ia berkehidupan
selanjutnya, di dunia sampai di akhirat: “..ditenttukan rizqinya, ajalnya, langkah-langkah
perilakunya, dan sebegai orang yang celaka atau orang yang beruntung”.

Disini ibu Ulya berpendapat bahwa :

“Kalau saya percaya karna apa saya dapat ilmu dari guru ya saya amalakan ,karna guru
saya pernah berkata (sebuah adat berarti erat kaitanya dengan budaya )dan merupakan salah
satu hukum daerah tersebut ,kalau di daerah saya mapati dan mitoni sudah di wajibkan untuk
ibu hamil,saya ya mengikutinya karna ibaratnya sudah menjadi hukum disuatu daerah tersebut
jadi mau gak mau kita ya mengikutinya .Pandangan islam sudah ada hadis rasul seperti itu
,hadis rasulullah pun mengiyakan tentang suatu adat ,mengenai pandangan islam benar tidaknya
itu tergantung yang menjalankanya ,dibuat salah guna atau bener – bener tujuan lillahi ta’ala
.tadi didepan kan sudah saya sebutkan memang acara tasyakuran yang mana meminta mohon
berdoa untuk si jabang bayi .Allah pun memerintahkan kita untuk selalu berdoa ,jadi pandangan
islam ya membolehkan karna suatu harapan untuk si jabang bayi .Asalkan tidak melanggar
syariat islam.”

Jadi dapat kita Tarik kesimpulan, bahwa mapati dan mitoni itu tidak bertentangan dengan
syari’at islam asalkan didasari dengan niat yang benar. Karena inti dari proses pelaksanaan
mapati dan mitoni adalah berdoa dan bersedekah. Yang kesemuanya itu dimaksudkan dan
ditujukan karena Allah. Sebagai salah satu bentuk ikhtiar secara lahir batin memohon supaya
mendapatkan anak yang sehat jasmani rohaninya, baik nasibnya, serta selamat di dunia dan
akhiratnya.

D. Kesimpulan

Islam yang masuk dan menyebar di nusantara ini tidak seperti di daerha lainnya di dunia,
karena islam nusantara menyebar dengan melakukan percampuran 2 budaya berbeda sehingga
menghasilkan kebudayaan baru tanpa menghilangkan corak kebudayaan lama dan baru yang
biasanya disebut akulturasi.

Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil rasa karsa, cipta, karya, dan
kasa manusia dalam upaya mnejawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam
sekelilingnya. Manusia tidak hanya puas dengan apa yang terdapat dalam kebendaan saja. Akan
tetapi manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan kesadaran dan cita-
citanya karena terdapat 6 nilai ytang menentukan etika dan kepribadian manusia dan
masyarakat.

Tradisi mapati dan mitoni adalah dua tradisi yang berasal dari kebudayaan Jawa lama yang
masih menganut agama hindu dan kemudia tetap dilaksanakan hingga saat ini dengan
melakukan percampuran antara budaya jawa tersebut dengan memasukkan nilai-nilai ajaran
agama islam di dlaam setiap ritual-ritual yang dilakukan utnuk menggantikan nilai-nilai agama
hindu yang terkandung dalam setiap ritualnya, tradisi tersebut dimaksudkan untuk menyambut
kelahiran pada seorang wanita yang sedang hamil menurut masa kehamilannya yang menurut
orang jawa sendiri mengandung filosofi dan dalam agama Islam terdapat nilai-nilai yang dapat
dipetik.

Setiap kelahiran anak pasti sangat dinantikan oleh semua orang tua, maka tidak heran orang
Jawa memiliki kebudayaan mitoni dan mapati. Hal tersebut tidak lain dilakukan utnuk
menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan YME karena telah memeberikan mereka keturunan
dan hal tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
kepercayaan dan khususnya untuk masyarakat Jawa islam.
E. Daftar Pustaka

Safrira, ALdy S. M. D. 2013. Tradisi Mapati dan Mitoni Masyarakat Jawa Islam. Jember:
Universitas Jember.

Mustaqim, Muhammad. 2017. Pergeseran Tradisi Mitoni (Persinggungan antara Budaya


dan Agama). Kudus: STAIN Kudus
F. Lampiran

TRANSKRIP INTERVIEW 1

Narasumber : Ibu Ulya Nazila, S.Pd

Profesi : Guru Paud

Tempat : Janggalan Kudus

Tanggal : 9 Desember 2018

Pewawancara Assalamualaikum Wr. Wb… nuwun sewu,,maaf Ibuk.. apakah saya


mengganggu waktunya?
Narasumber Waalaikumussalam WR. Wb .. oh Alhamdulillah enggak mbak,, ada apa ya
mbak?
Pewawancara Alhamdulillah,, baik Bu,, jadi begini Bu,,, kami dari mahasiswa IAIN Kudus,
nama saya Muthia Shafwa Kamila. Nah disini saya sedang mendapatkan
mendapatkan tugas UAS mengenai observasi. Disini saya ingin
mewawancarai ibu sebagai narasumber. Apa ibu berkenan?
Narasumber Ooh.. boleh,, mata kuliah apa ya mbak?
Pewawancara Mata kuliah Islam budaya local Ibu…dan disini kita mengangkat tema
tentang tradisi mapati dan mitoni dalam pandangan islam.
Narasumber Ooh begitu.. iya mbak silakan..
Pewawancara Iya ibu,, sebelumnya saya mau bertanya-tanya dulu nih sama Ibu.. nama
lengkap Ibu siapa ya?
Narasumber Ohya perkenalkan,, nama saya Ulya Nazila,, kalau di rumah biasa dianggil
bu Ulya
Pewawancara Ok,, baik bu Ulya.. boleh tau buk riwayat pendidikannya Ibu?
Narasumber Riwayat pendidikan saya yah.. hmmmm,,, mulai dari mana nih mbak?
Pewawancara Ohh,, mulai dari SD saja Ibu..
Narasumber Saya mengajar di yayasan PIAUD
Pewawancara Oh baik ibu.. Saya mulai saja ke pertanyaan
Narasumber Oh… iya silahkan mbak
Pewawancara Pertanyaan pertama, tradisi menurut ibu itu apa?
Narasumber Menurut saya, ya mbk tradisi yaitu sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat
yang ada disekitar.
Pewawancara Oh gitu ya bu… Nah itu kan pengertian mengenai tradisi, sedangkan
pengertian tradisi jawa menurut ibu itu apa?
Narasumber Tradisi jawa ya mba…tradisi tadikan kebiasaan masyarakat setempat
,sedangkan tradisi jawa itu ya kebiasaan orang jawa yang dilakukan secara
terus-menerus dan akhirnya jadilah tradisi jawa.
Pewawancara Oh…biasanya dikudus kan setiap bulan muharramkan ada kegiatan bukak
luwur,apa itu salah satu dari tradisi jawa ?
Narasumber Emm ya mba.. itu termasuk salah satu tradisi jawa yang dilakukan
masyarakat kudus.
Pewawancara Menginjak pertanyaan selanjutnya ,menurut pemahaman ibu pengertian
mapati itu apa ?
Narasumber Kata mapati kan dari bahasa jawa yang artinya empat jadi pemahaman saya
mengenai mapati adalah doa bersama yang dilakukan ketika ada seorang
wanita hamil yang sudah mencapai empat bulan .
Pewawancara Mengapa diadakan do’a bersama ketika usia kehamilan empat bulan?
Narasumber Iya orang jawa dulu percaya si jabang banyi itu, ketika menginjak empat
bulan, si jabang banyi itu sudah ditiupkan ruhnya, ditetapkan umurnya, rizki
dan takdirnya, maka dari itu keyakinan orang jawa melakukan do’a bersama
agar kelak si jabang banyi itu dewasa nanti selalu di lindungi dengan
kebaikan- kebaikan,

Pewawancara Nah kalau untuk mitoni mungkin itu intinya sama dengan mapati tadi ya bu
?
Narasumber Iya sama… bedanya kan mitoni itu dari kata pitu,yang man do’anya
dilakukan ketika seorang wanita hamil sudah menginjak tujuh bulan, adatnya
berbeda ya mba, kalau disini mapati dan mitoni selain doa bersama kan ada
berkat , lha berkat – berkatnya itu ditentukan disini jika berkat mapati dan
mitoni itu dilarang menyembelih – menyembelih
Pewawancara Oh gitu ya, lha isi berkat mapati dan mitoni itu apa saja?
Narasumber Kalau disini ya mbak itu nasi kuluban, jajan pasar, bubur mrah putih, ketang,
nasi liwet dan bunga- bunga. Orang- orang sini menyebutkan kembang boreh
yang isinya ada pandan ,bobok terus ada jarumnya kayak gitulah.
Pewawancara Lha maksut semua itu apa ?
Narasumber Saya juga ilmunya dari mbah – mbah ya mba...,katanya jarum itu berarti
anaknya besok pintar njahit.,kalau ketan itu kadang masaka nya kan ada yang
lemes dan ada yang keras ,jika masaknya lemes katanya nanti anaknya
perempuan sedangkan keras itu laki – laki.

Pewawancara Gitu ya bu… itu mengenai mapati dan mitoninya sekarang kita lihat menurut
pandangan islam tradisi- tradisi tersebut apakah sesuai dengan syariat islam
,menurut pemahaman ibu itu bagaimana ?
Narasumber Begini… kalau saya percaya karna apa saya dapat ilmu dari guru ya saya
amalakan ,karna guru saya pernah berkata (sebuah adat berarti erat kaitanya
dengan budaya )dan merupakan salah satu hukum daerah tersebut ,kalau di
daerah saya mapati dan mitoni sudah di wajibkan untuk ibu hamil,saya ya
mengikutinya karna ibaratnya sudah menjadi hukum disuatu daerah tersebut
jadi mau gak mau kita ya mengikutinya .Pandangan islam sudah ada hadis
rasul seperti itu ,hadis rasulullah pun mengiyakan tentang suatu adat
,mengenai pandangan islam benar tidaknya itu tergantung yang
menjalankanya ,dibuat salah guna atau bener – bener tujuan lillahi ta’ala .tadi
didepan kan sudah saya sebutkan memang acara tasyakuran yang mana
meminta mohon berdoa untuk si jabang bayi .Allah pun memerintahkan kita
untuk selalu berdoa ,jadi pandangan islam ya membolehkan karna suatu
harapan untuk si jabang bayi .Asalkan tidak melanggar syariat islam .
Pewawancara Nah kalau itu sudah menjadi adat ya ,, mungkin pernah ibuk menemukan ada
ada satu/ beberapa orang yang tidak melakukan tradisi mapati dan mitoni ini
buk?
Narasumber Oh ya pernah,, mungkin dia percaya tapi tidak diperlihatkan orang banyak,
mungkin juga bisa tidak dirayakan, yang penting itu kita sama-sama berdoa
mbak,,
Pewawancara Ooh jadi begitu ya buk,, jadi disini point nya memang kembali lagi lillah,
murni karena niat ingin berdoa. Baik dirayakan atau tidak.
Narasumber Iya mbak betul…
Pewawancara Baik,,Kiranya demikian sudah wawancara kita pada kesempatan kali ini ya
bu,, terimakasih banyak ibu,, sudah memberi informasi dan pengetahuan, dan
membantu kami dalam melengkapi tugas UAS kami..
Narasumber Oh iya mba,, sama-sama.. saya mohon maaf juga ya apabila ada kekurangan
dalam berbicara saya ya..
Pewawancara Oh tidak ibu,, sama-sama juga.. saya minta maaf kalau ada khilaf.. mohon
pamit ya ibu.. terimakasih waktunya.. wassalamualaikum
Narasumber Iya mba,, sami-sami.. waalaikumussalam warohmatullah..

TRANSKRIP INTERVIEW 2

Narasumber : Bp. Nur Haji, S.Pd. I

Profesi : Wiraswasta

Tempat : Karanganyar Demak

Tanggal : 9 Desember 2018

Pewawancara Menururut bapak,, apa yg dimaksud Mitoni?


Narasumber Oh,, mitoni.. kalau mitoni menurut saya itu tasyakuran mbak,, bentuk
peringatan yang dilakukan oleh ibu hamil ketika usia kehamilannya mencapai
tujuh bulan..
Pewawancara Apakah hal ini sudah pernah dilakukan oleh nabi kita zaman dahulu ya pak?
Narasumber hal itu sudah dilakukan oleh nabi Adam dan ibu hawa ketika siti hawa sudah
mengandung dan merasa berat, tetapi disitu tidak dijelaskan secara rinci 7
bulan. Tapi kandungan bisa merasa berat ketika kandungan sudah menginjak
6-9 bulan.
Pewawancara Apakah ada dalil yang menerangkan mapati dan mitoni
Narasumber Ada dalil yang menerangkan mapati tertera pada surah Al- a’rof ayat 189
sedangkan mapati tertera pada Q.S Al- mu’minun ayat: 14
Pewawancara Oh gitu ya pak... menginjak pertanyaan selanjutnya apakah ada pengaruh
pada jabang banyi?
Narasumber Oh... itu di khawatirkan si jabang banyi tidak dapat kebaikan, karena yang
bisa mengubah takdir itu adalah do’a
Pewawancara Biasanya tasyakuran mapati dan mitoni selain nasi kuning kan ada jarum,
jajan pasar yang berbentuk kerucut- kecurut maksut dari itu apa pak?
Narasumber Oh itu ya mbak... setau saya jarum itu mempunyai arti agar kelak si anak
tersebut cerdas,sedangkan nasi kuning ,kuning kan tunas mungkin maksutnya
agar anak tersebut menjadi generasi yang baik .
Pewawanacara Oh...terimakasih pak atas waktu yang bapak berikan ,yang telah membantu
kami didalam menyelasaikan tugas UAS .

Narasumber Iya mba...maaf jika didalam menyampaikan kata ada kata yang kurang baik.
Pewawancara Oh,,,iya pak,,, sekian terimakasih wassalamualaikum wr.wb
Narasumber Waalaikumsalam warohmatullah.
TRANSKRIP INTERVIEW 3

Narasumber : Ibu. Aisyah

Profesi : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Purwosari Kudus

Tanggal : 9 Desember 2018

Pewawancara Assalamualaikum bu,,,maaf menganggu waktu ibu sebentar.


Narasumber Waalaikumsalam mba,,,
Pewawancara Maaf bu kami dari mahasiswa IAIN kudus,mendapat tugas melakukan
wawancara mengenai adat mitoni dan mapati.
Narasumber Oh,,, gitu ya mba.silahkan .
Pewawancra Langsung saja ya bu...Menurut pemahaman ibu tradisi itu apa...?
Narasumber tradisi ya mba ...menurut pemahaman saya tradisi itukan adat jadi adat
ya,,,kebiasaan yang mana dilakukan secara turun menurun dan masih di
jalankan oleh masyarakat sampai sekarang .
Pewawancara Apa saja contoh dari tradisi itu bu?
Narasumber Yang ada di kudus itu bukak luwur yang setiap bulan 1 muharrom,ada juga
yang di demak itu tradisinya gebrek besar yang diadakan setiap hari raya
qurban .
Pewawancara Oh,,,gitu ya bu,lha pengertian mapati dan mitoni menurut ibu itu seperti
apa...?
Narasumber Mapati itu kan dari bahasa jawa mapat yang berarti empat ,jadi mapati adalah
doa bersama ketika ada wanita hamil yang kandunganya menginjak empat
bulan ,Sedangkan mitoni itu hampir sama dengan mapati bedanya pada saat
doa bersama itu dilakukan ketika kehamilan menginjak tujuh bulan .
Pewawancara Kalau boleh tahu didesa ibu ini jika ada adat mapati mitoni itu bagaiman ?
Narasumber Oh,,,kalau disini mapati dan mitoni itu,selain doa bersama biasanya ada nasi
tumpeng beserta isinya.seperti jarum ,nasi kuning..
Pewawncara Arti dari itu semua apa ya bu.
Narasumber Ada mba ,,katanya jarum berarti kelak ananya cerdas,nasi kuning artinya agar
menjadi generasi yang baik
Pewawancara Oh,,,terimakasih ya bu atas informasi yang ibu berikan ...dalam membantu
menyelesaikan tugas kami.
Narasumber Iya mba...sama- sama .
Pewawancara Sekian bu wassalamualikum
Narasumber Waalaikumsalam warohmatullah.
FOTO OBSERVASI DAN WAWANCARA
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai