Albert Bandura dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare, sebuah kota kecil
di barat daya Alberta Kanada sekitar 50 mil sebelah timur Edmonton. Dia anak adalah bungsu dan
hanya satu-satunya anak laki-laki diantara enam bersaudara dari keluarga keturunan Eropa Timur.
Kedua orangtuanya telah beremigrasi ke Kanada ketika mereka remaja, Ayahnya dari Krakow
Polandia dan Ibunya dari Ukraina. Ayah Bandura bekerja menjaga perlintasan kereta api jalur trans
Kanada dan Ibunya bekerja di toko general Town. Pada tahun 1952 Albert Bandura menikah
dengan Virginia Varns, yang bekerja menjadi staf pengajar di universitas perawat. Dari
perkawinannya, Albert Bandura dikaruniai dua orang anak. Yang pertama bernama Mary yang
lahir pada tahun 1954 dan yang kedua bernama Carol yang lahir pada 1958.
Seperti Skinner, dia tumbuh di sebuah kota yang sangat kecil, sekolah menengah umumnya
saja hanya memiliki 20 orang murid. Bandura mengambil gelar diplomanya dari University of
British Columbia dan gelar kesarjanaan psikologinya dari University of Loa. Di Loa dia belajar
bersama Robert Sears, salah satu perintis teori belajar sosial lainnya. Pada 1953 Bandura
bergabung dengan fakultas psikologi di Stanford dan berkarya disana sampai dia pensiun.
Dibidang psikologi, Bandura sudah membangun reputasi yang demikian tinggi sehingga pada
tahun 1974 dia dipercaya menjabat presiden Asosiasi Psikologi Amerika (APA). Murid-muridnya
sendiri menjuluki dia generalis modern, seorang pria dengan pengetahuan sangat luas dibanyak
bidang ilmu.
BAB II
Bagi Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan
atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Pertama, Bandura berpendapat bahwa manusia dapat
berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang
menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan,
karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.
Kedua, Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi orang
satu dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan
konteks sosial (Social learning theory) dari Bandura, didasarkan pada konsep saling menentukan
(reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan penguatan diri,berpikir
(self-regulation/cognition).
1. Determinis Resiprokal: pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan
lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrol kekuatan
lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.
2. Tanpa Reinforsemen:. Menurutnya, reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu
tingkahlaku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkahlaku.
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang
apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa adanya reinforsemen yang terlibat, berarti
tingkahlaku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
3. Kognisi dan Regulasi Diri:. Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat
mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkahlaku dengan cara mengatur
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkahlakunya
sendiri. Kemampuan kecerdasan dalam berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk
menangani lingkungan.
2.1 Struktur Kepribadian
2.1.1 Sistem Self (Self System)
Tidak seperti Skinner yang teorinya tidak memiliki konstruk self, Bandura yakin
bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku
tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan peramalan.
Dengan kata lain Bandura mengakui bahwa self sebagai unsur struktur kepribadian.
Saling determinis menempatkan semua hal untuk salin berinteraksi, dimana pusat atau
pemulanya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsur psikis yang mengontrol
tingkah laku, tetapi mengacu pada struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme
dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Self
tidak mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari sistem
interaksi reciprocal.
1. Pengalaman Performansi
Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai
sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat
pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi,
sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi
dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:
1. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
2. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu
orang lain.
3. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik
mungkin.
4. Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau
kondisinya optimal.
5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak
seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum
kuat.
6. Orang yang bisa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.
2. Pengalaman Vikarus
Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati
keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang
kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang
diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarus tidak besar. Sebaliknya
ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak
mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam
jangka waktu yang lama.
3. Persuasi Sosial
Efikasi diri juga daoat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi
sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari
orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada
pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.
4. Keadaan Emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di
bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi
diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat
meningkatkan efikasi diri.
Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi efikasinya
berubah. Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan
adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral.
Menurut bandura penguatan menjadi penyebab beelajar. Namun individu juga dapat
belajar dengan:
Dalam penelitian dikemukakan bahwa anak-anak yang diganjar dan dipuji untuk
pencapaian yang relative akan tumbuh dan mengembangan self-reward yang murah
dibandingkan anak yang standar pencapaiaanya tinggi. Begitupula dengan anak yang
mengamati model yang diganjar pada standar pencapaian yang rendah akan menajdi orang
dewasa yang murah dalam menggajanjar diri sendiri disbanding anak yang mengamati model
dengan standar ganjaran tinggi.
Modeling Simbolik
Dewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan
televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin
mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber tingkah laku.
Modeling Kondisioning
Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi pengkondisian
klasik vikarus. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang
mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat,
dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia mengamati model itu,
atau dianggao mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional
model yang diamati.
Secara umum, terapi yang dilakukan Bandura adalah terapi kognitif-sosial. Dan
tujuannya untuk memperbaiki regulasi self, melalui pengubahan tingkahlaku dan
mempertahankan tingkahlaku yang terjadi. Ada tiga tingkatan keefektifan suatu tritmen
yakni; tingkatan induksi perubahan, generalisasi, dan pemeliharaan.
Bandura banyak meneliti masalah dunia nyata dalam laboratorium, seperti masalah
agresi, fobia, penyembuhan dari seranga jantung, perolehan kemampuan matematik pada
anak. Tujuan pokoknya adalah untuk menyatukan kerangka konseptual yang dapat
mencakup berbagai hal yang mempengaruhi perubahan tingkahlaku. Dalam setiap kegiatan,
keterampilan dan kegiatan diri yang menjamin pemakaian kemampuan secara optimal
dibutuhkan agar diri dapat berfungsi sukses.