Anda di halaman 1dari 22

PSIKOLOGI IBADAH

“ASPEK ASPEK PSIKOLOGIS DALAM DZIKIR DAN DOA”


Dosen Pengampu: Ahmaddin Ahmad Tohar, Dr., M.A.

Disusun Oleh:
Muhammad Utsman Alghazy (12060111715)
Nafkia Trisma Yani (11960120832)
Syifa Khairunnisa (12060120596)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih maha penyayang, puji syukur
penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Psikologi Ibadah tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan sedemikian rupa untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen pembimbing Ahmadin Ahmad Tohar, Dr., M.A. Pada mata kuliah
Psikolog Ibadah yang mana makalah ini mencakup tentang “Aspek Aspek Psikologi
Dalam Dzikir dan Do’a”. Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat meskipun banyak kekurangan dalam penyusunannya, karena penulis
hanyalah insan biasa yang memiliki kekurangan dan kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis memberi kesempatan bagi
para pembaca yang ingin memberi saran dan kritik demi memperbaiki makalah ini.

Pekanbaru, Mei 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3

A. Latar Belakang ......................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................5

A. Pengertian Dzikir ................................................................................................................. 5

B. Bentuk-Bentuk Dzikir ........................................................................................................ 8

C. Adab-Adab Berdzikir .........................................................................................................9

D. Klasifikasi Bacaan Dzikir ............................................................................................... 10

E. Aspek Psikologis Dzikir ................................................................................................... 11

F. Pengertian Do’a .................................................................................................................. 13

G. Makna Doa dalam Bahasa Al-Quran ........................................................................ 14

H. Adab ketika berdoa ...........................................................................................................16

I. Pengaruh Do’a terrhadap Kondisi Fisik dan Psikis Manusia .........................17

BAB III PENUTUP ....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum dzikir merupakan perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya
yang meliputi hampir semua bentuk ibadah seperti memohon kepada Allah dengan
cara bertasbih, tahmid, shalat, membaca Alquran, melakukan segala perbuatan baik
dan menjauhi semua perbuatan yang dilarang Allah swt. Dalam artian khusus, ber
dzikir meyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan memenuhi segala tata tertib,
metode, rukun dan syarat-syaratnya. Setiap bacaan dzikir memiliki makna suatu
pengakuan percaya dan keyakinan terhadap Allah swt. Individu yang memiliki
spiritual yang tinggi memiliki keyakinan yang kuat hanya kepada Allah segala sesuatu
disandarkan dan dengan keyakinan tersebut dapat menimbulkan kontrol yang kuat dan
dapat mengarahkan individu ke arah yang positif.
Dampak dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa dapat menimbulkan rasa ketenangan
di dalam jiwanya, menghilangkan rasa stres, meringkan badan, dapat memperbaiki
akhlak, dan apabila ada musibah akan timbul di dalam hatinya kesabaran dan berserah
diri kepada Allah SWT. Dzikir dan do’a adalah dua sisi yang sama dan melengkapi.
Semua dzikir adalah do’a amali (do’a praktis) dan setiap do’a adalah dzikrullah.
Karena do’a disamping mengandung sebuah bentuk pengakuan, juga mengandung
ma’rifat dan kebutuhan akan Allah SWT.
Doa merupakan kegiatan memohon kepada Allah terhadap sesuatu hal. Do’a
dalam Islam merupakan bagian paling mendasar dari ibadah. Do’a dipanjatkan oleh
seorang muslim ketika mengalami kesusahan maupun diberi kemudahan dalam
kehidupan di dunia. Pengabulan do’a dalam Islam ditentukan oleh adab, waktu dan
tempat dipanjatkannya doa. Do’a yang dipanjatkan oleh para nabi merupakan
do’a-do’a yang terbaik
Peranan dzikir dan do’a dalam kehidupan umat beragama Islam sangat penting.
Berdzikir dan berdo’a dimaksudkan sebagai sarana berkomunikasi dengan Allah SWT.
Berdzikir tidaklah sekedar melafalkan wirid-wirid, demikian juga dengan berdo’a
tidaklah sekedar mengaminkan do’a yang dibaca oleh imam.
Ajaram Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akherat. Salah satu penunjang untuk memperoleh

3
kebahagiaan tersebut harus memiliki jiwa yang sehat, memiliki jiwa yang sehat segala
aktifitas dapat dilakukan dengan baik termasuk dalam hal melakukan ibadah kepada
Allah swt. Ajaran Islam telah menganjurkan betapa pentingnya memiliki jiwa yang
sehat dan itu menyebutnya sebagai sebuah kenikmatan yang Allah swt. berikan untuk
hamba-Nya yang memiliki jiwa sehat.

B. Rumusan Masalah
Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan masalah
agar tidak terjadi kesalah pahaman dan memudahkan dalam menjawab
permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut,
penulis merumuskan masalah ialah Bagaimana aspek aspek psikologis dalam dzikir
dan do’a.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu dzikir
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk bentuk dzikir
3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi bacaan dzikir
4. Untuk mengetahui aspek psikologi
5. Untuk mengetahui apa itu do’a
6. Untuk mengetahui makna do’a
7. Untuk mengetahui bagaimana adab ketika berdo’a
8. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh do’a terhadap kondisi fisik dan psikis

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dzikir
Secara etimologi dzikir berasal dari kata “dzakara” yang artinya mengingat,
memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal, atau mengerti.
Sedangkan secara terminologi, dzikir sering dimaknai sebagai suatu aral ucapan
melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah. Dzikir dalam ajaran Islam
adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah (Subandi, 2009).
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Insan ayat 25-26:

‫صي ة ل‬
ِ‫ذا ِك ذْ وًِ ة وَ رَِّو اْ وذَ وَا ذْ كُ ر‬ ‫ ََا و ر‬٢٥ ‫ْ رِّْذ ٗك ّوٗه َوا ذْ كُ ذْ اَّ ذي رِ وَِر َو‬
‫ ّوي ةذا وَ و‬٢٦ ‫ط روي ةذا‬
‫و‬

"Dan sebutlah nama Tuhanmu (Dzikir) diwaktu pagi dan petang, dan di sebagian
malam dan bersujudlah kepadanya seraya bertasbih pada malam yang panjang"
Di dalam Al-Qur'an dzikir tidak hanya meliputi ekspresi lisan, tetapi dzikir
memiliki makna yang lebih luas, sebagaimana terdapat pada beberapa surah di dalam
Al-Qur'an:
1. Mengingat hukum-hukum Allah (QS. An-Nahl: 90)
‫اّ رِ ذاَّو ذْ رِ يوْ ذ كِ كِ ل‬
ّ‫لو ا َر‬ ‫َ ر‬ ‫ُ كْ ذَ وَ ذاِّو ذِْ ر وَ ذاّ كُ ذْْ روِ ذاَّوْذ َ اوا رِ وَ رَ وَيو ذْٰب ى ذاُّك ذِ بِى ْرى وَار ذيَ اوا ر‬
‫ِ وَ ذ ر‬
‫ااْذ و‬ ‫ّوَوَّ كْ ذَ يو رَ ك‬
‫توذو َُ كِ ذَّو‬
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”
2. Mengambil pelajaran atau peringatan (QS. Al-Baqarah : 269)
‫ِ َوُو ذْ ذاّ رْ ذْ وَُو ييْذ َو وَ وِ ذَ ل يََ اوا كِ وِ ذَ ذاّ رْ ذْ وَُو ييْذ ترى‬ ‫ذااو ذِّوا ر‬
‫ِ اكَّكوا ا َ ل‬
‫را يوذَ َُ كِ وَ وِا ۗ وُِري ةذِا وَي ةذِا ا ك ذَتر و‬
"Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang
Al-Qur'an dan Sunnah) kepada siapa yang diehendaki-Nya. Dan barangsiapa
yang didianugerahi hikmah, la benar- benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang
yang berakal (ulul albab)”
3. Meneliti proses alam (QS. Ali Imran : 190-191)

5
‫لو ِريوا ةِا‬َ ‫ِ اَّذريَو يو ذذ كُ كَِّو‬ ‫َ رأكَ رِّ ذاأ و ذِّوا ر‬
‫اَ وَيوا ت‬ ‫ِ اَّّ ذي رِ وَاَّْ وٰ ر‬
‫اََر وا ر‬‫ِ وَ ذ‬‫َ وَ ذاأ و ذَ ر‬ ‫َ وُ واَا ر‬ َ ّ‫ِ ا‬‫رإ َّ َرِ َ ذوّ ر‬
‫ِ وََِْوا وِا وَّو ذَُو ب وٰذوا ِو ر‬
‫اط ةا ك‬
‫ْ ذِ وْاَوَو َو رُْوا‬ ‫َ وَ ذاأ و ذَ ر‬ ‫َ وُ واَا ر‬ َ ّ‫ِ ا‬‫وَِكَكوًةا وَ وَّو بى كُْكو رِ رٰ ذَ وَيوَوَو َْ كَِّو رَِ َ ذوّ ر‬
‫وَذو و‬
‫اِ اَّْ ر‬
َ‫ا‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
siang dan malam terdapat tanda-tanda bag orang yang berakal. (yaitu) orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari sika neraka.”
Dari berbagai macam lafadz dan bentuk kata yang berakar dan tersusun, maka
dapat dijelaskan berbagai makna dzikir yang digunakan dalam Al-Quran antara
lain:
1. Dzikir bermakna wahyu Al-Quran
QS. Al-Ambiya ayat 50
‫كِ ذْ رْ كِ ذَّو ّوٗه اوَوا و ذََ ك ذَ ا و ذََو ذّ بْ ۗٗك يِ بِ وٌِر رْ ذُ رِ وَ بٰذوا‬
“Dan ini (Al-Qur'an) adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang
telah Kami turunkan. Maka apakah kamu mengingkarinya?”
QS. Al-Hijr ayat 9
‫ارََا َوْذ َك َ َوَ ذّْوا اّ رذّ ذُ وِ وَارََا ّوٗه ّوْب رَ ك‬
‫ُ ذوّو‬
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula)
yang memeliharanya.”
Pada surah Al-Ambiya, Ibnu Jarir ditakwil dengan makna Al-Quran yang
diwahyukan kepada Nabii Muhammad SAW. Ia juga menguatkan
argumentasinya dengan penafsiran yang bersumber dari sahabat Qatadah yang
juga menafsrkan lafadz “dzikr” pada QS. Al-Ambiya ayat 50 dengan makna
Al-Quran. Demikian pula pada QS. Al-Hijr ayat 9, Ibnu Jarir juga menafsirkan
lafadz dzikr dengan makna Al-Quran Karena itu mengacu pada penafsiran
Ibnu Jarir dapat dijelaskan bahwa lafadz “dzikr” dalam sebagian ayat-ayat
Al-Quran bermakna kitab yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW.
2. Dzikir bermakna menceritakan
QS. Maryam ayat 56
‫صّْ يريُةا ََِرييا وَ ياْ كُ يِ َرى ياّ رْ بَ ر‬
‫ِ ا يرً رَ يي و‬
َ ‫ل ارََٗه وُاّو ر‬

6
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an).
Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang
nabi,”
Ali Al-Shabuni menafsirkan ayat di atas dengan “Ceritakanlah wahai
Muhammad SAW, akan kisah Nabi Idris As. Yang terdapat dalam Al-Kitab
Al-Jalil. Mengacu pada penafsiran tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa
derifasi lafadz dzikir di atas bermakna “menceritakan”
3. Dzikir bermakna shalat
QS. Al-Jum’ah ayat 9
‫ّ بّوًر رِ ذَ ي ذَو رِ ذاّ كُ كَُو رَ َوا ذَْو ذوا ا برّى رْ ذُ رِ ل‬
َ‫لر وَْو كََا ذاِّو ذي ۗ وۗ بْ رّ كْ ذَ وَي رذِ َّ كْ ذَ ا ذرّ كُ ذَْ ك ذ‬ ‫بيلاويي وٰا اَّ رذيذَو با وِْك ذلوا ارْوا َك ذوً و‬
َ ّّ‫رَ ر‬
‫ت و ذَّو كُ ذوّو‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan
salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”
Al-Baghawi menafsirkan lafadz di atas dengan arti menuju untuk shalat jum’at
Dari penafsiran ini, penulis sepakat bahwa lafadz dzikir di atas bermakna
shalat. Karena sejatinya shalat adalah salah bentuk dzikir kepada Allah Swt.
4. Dzikir bermakna menyebut dan mengingat
QS. Al-Baqarah ayat 40
ِ‫ِ ا ذْ كُ كِ ذَا ارْ وذِ اا رِ ذي وِ بيِوْر ذل‬ ‫رَ وَا و ذََك ذوا وَّو ذي كْ ذَ ا و ذََو ذَُك اََّر ذل‬
‫ِ َر ذَ وَُر و‬ ‫َاَ ِرَو ذٰ رْ كُ ل ذَ ا ك ذَ ر‬
‫ِ ِرَو ذْٰ ذل‬ ‫َو ذ‬
‫اَ وِٰ ذكو رّ وَاري و‬
“Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu.
Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu,
dan takutlah kepada-Ku saja.”
Yang dimaksud mengingat disini menurut Quraish Shihab dalam Tafsir
AlMisbah adalah merenungkan betapa banyak dan agung nikmat-nikmat Allah
yang telah dianugerahkan pada Bani Israil (keturunan Nabi Ya' qub) dan
nenek moyangnya, seperti turunnya petunjuk-petunjuk ilahi, penyelamatan
dari musuh-musuh mereka dan lain- lain. Dan mengingat itu menurutnya dapat
dilakukan dengan lidah maupun dengan hati, bahkan dengan perbuatan.
Lawan dari mengingat dengan lidah adalah diam, lawan mengingat dengan
kalbu adalah lupa. Karena itu sesuatu yang diingat adalah sesuatu yang pernah
ada dalam benak yang bisa jadi telah dilupakan atau mash terpelihara.
5. Dzikir sebagai Pelajaran

7
QS. Al-An’am ayat 126
‫ط وَ بٰذوا‬ ‫ّ ذّْوا ِو ذْ كِ ذََ و رُ ذي ةُ ۗا وَ رَِّو ر‬
‫ص وِا ك‬ َ ‫َ َو‬ ‫يَذَ َُ كِ ذَّو رُّو ذو تِ ذ ب‬
‫اا بي ر‬
“Dan inilah jalan Tuhanmu yang lurus. Kami telah menjelaskan ayat-ayat
(Kami) kepada orang-orang yang menerima peringatan.”
Ahs-Shaukany dalam tafsir Fathul Qadir menafsirkan ayat di atas dengan
orang-orang mengambil pelajaran dengan demikian mereka yang mampu
mengambil pelajaran (dari ayat-ayat Allah) maka akan mendapatkan petunjuk
atas apa yang dicarinya.

B. Bentuk-Bentuk Dzikir
Amin dan Al-Fandi (2014) membagi dzikir kedalam 4 bentuk, yaitu:
1. Dzikir pikir (tafakur)
Manusia diberi potensi kecerdasan yang dengannya manusia dapat memahami,
memikirkan segala fenomena alam, menelaah Al-Qur'an, dan diri manusia sendiri.
Sebagaimana Allah Swt uraikan dalam surat Al-Baqarah: 164
ّ‫ِ رَ ذِ ا َر‬ ‫َ َ ذوّ ر‬
‫اََُّب بو ر‬ ِ ‫ِ وَ ذااو ذَ ر‬‫اَ رَ وا ر‬ ‫َ اَّ رَ ذِ وَ ذاَّك ذّ رَ وَاَّْ وٰ ر‬
‫اَ اَّ ذي رِ وَ ذ‬ ‫اَ يو ذَْو كۗ رِ وُا ذاِّوْذ رِ رَى توُذ رِ ذ‬ ‫وَ وِا ل اَّْ و‬
‫َ وُ اا رِ رَِو ل‬
ِ‫لك ا و ذََو و‬ َ ّ‫ا‬ َ‫ِ ِر رٗ َواوْذ يوا َِ ااِت رِ ذ‬‫ّ وِ ذوتر وٰا ِو ذَْو ذااو ذَ و‬ َ ‫ذِ ۖ ًو ااَِ تَ كُ رِّ رِ ذَ َر ذي وٰا وَِو‬
‫ّ رِي ر‬ ‫اِّ بيِر ََت و ذ‬ ّ‫ر‬
ِ
‫َ وْا ر‬َ ّ‫َ َّ رِ وَا‬ ‫َ وُ اا رِ ِويذَو ذاّ كُ و‬
َ ّ‫ِ ا‬ ‫يَ ذَ رُّك ذوّو رُّّو ذو تِ و با بي ت‬
‫َ وَ ذااو ذَ ر‬
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang,
memikirkan".
Mengingat Allah Swt dengan cara memikirkan alam semesta adalah ibadah yang
sangat utama, karena selain dapat memahami tugas dan tanggung jawab kita
sebagai manusia, tafakur juga dapat menghantarkan manusia untuk mengenal diri
sendiri, untuk apa keberadaannya di dunia, kemana akan kembali, siapa yang
menciptakan dan untuk apa diciptakan. Begitu pula halnya dengan merenungi
petunjuk dan isyarat Allah dalam Al-Qur'an.
2. Dzikir dengan lisan
Dalam Q.s. Al-Muzzammil: 8 ditegaskan tentang dzikir dengan lisan,

8
ۗ ‫ت و ذَِري ة‬
ِ‫ذا ارّو ذي رٗ وَتوِوَ َ ذِ وَ رَِّو اْ وذَ وَا ذْ كُ ر‬
"Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatiah kepada-Nya dengan penuh
ketekunan."
Dzikir dengan lisan dilakukan dengan suara pelan (sir) dan suara keras (jahr).
3. Dzikir dengan hati
Yaitu meresapi makna dzikir yang diucapkan oleh lidah. Dzikir dengan hati dapat
meningkatkan kekhusyukan. Dzikir dengan hati merupakan dzikir yang sir
(diucapkan dengan suara yang pelan). Dalam Qs. Al-A'raf: 205
ِ‫َا َو ذََرَو َر ذِ ََََِو وَا ذْ كُ ذ‬ ‫صا رِ ِر ذاّْكْ ّ ركَ ذاُّو ذو رِ رَِو ذاّ وُ ذٰ رِ ًََ ذكَّو ََ رَ ذيَوَة ت و و‬
‫ض يِ ة‬ ‫ذاّ بْ رَ رّيذَو ر َِّو ت و كْ ذَ وَ وا وَ ذ ب‬
‫اا و‬
"Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kami termasuk orang-orang yang lalai".
Menurut Ibnul Qayyim hati dapat rusak dengan lalai dan dosa. Maka cara
membersihkannya adalah dengan dzikir dan istighfar. Ibnu Taimiyah
menambahkan bahwa "fungsi zikir bagi qalbu adalah sebagaimana fungsi air bagi
ikan". Disamping itu dzikir juga menjadi benteng yang melindungi manusia dari
intervensi dan bujuk rayu syaitan.
4. Dzikir dengan amal
Dzikir ini meliputi setiap perbuatan yang baik dan dapat menghantarkan manusia
untuk ingat kepada Allah Swt. Dzikir dengan amal dapat terwujud melalui
kesediaan untuk menjadikan Allah sebagai sumber utama dan motivasi dari setiap
aktivitas, dan tujuan akhir yang ingin dituju manusia. Dengan kata lain dzikir amal
menempatkan Allah sebagai awal dan akhir dari setiap tindakan yang dilakukan,
dan sejalan degan aturan dan hukum yang telah ditetapkan Allah Swt dalam
Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.

C. Adab-Adab Berdzikir
Terdapat banyak kitab yang menjelaskan tentang tata karama berdzikir kepada
Allah Dalam makalah ini penulis hanya akan memaparkan hal tersebut dari kitab
Al-Wasail Al- Syafi 'ah fil adzkar al-nafi 'ah wal Aurad al-jami ah wa al-tsimar
al-yani 'ah wal hujub al- hariizah al-mani'ah. Di sana dijelaskan tentang adab-adab
dzikir antara lain:
a. berdzikir dalam keadaan suci dan bersih,

9
b. hendaknya tempat dzikir bersih dan sunyi kondusif,
c. seorang yang sedang berdzikir hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat-sifat
mahmudah,
d. hendaknya mulutnya dalam keadaan bersih atau bersiwak terleih dulu,
e. dalam posisi duduk kecuali dalam keadaan udzur,
f. mengahadap kiblat dengan khusu', penuh ketenangan dan ketundukan,
g. hendaknya mengahadirkan hatinya, memahami maknanya dan merenungkan
maknanya,
h. tidak tergesa-gesa karena mengejar kuantitas banyaknya dzikir,
i. cukup memperdengarkan pada diri sendiri (kecuali dalam jama'ah).

D. Klasifikasi Bacaan Dzikir


Dzikir merupakan tingkatan tertinggi dari do'. Arahan untuk memperbanyak
dzikir dalam kehidupan seorang muslim sebagaimana terdapat dalam Q.s. Al-Ahzab:
41
‫لو رْ ذُ ةِا وُ رِي ةذِ اا‬
‫بيلاويي وٰا اَّ رذيذَو با وِْكوا ا ذْ كُ كَِا ل‬
"Hai orang. orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama Allah), dzikir
yang sebanyak-banyanya.”
Selain itu, keutamaan zikir juga terangkum dalam salah satu hadits qudsi yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya Allah Swt berfirman: Aku adalah
berdasarkan persangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia
mengingatKu. Apabila dia mengingatKu dalam dirinya, niscaya Aku juga akan
mengingatnya dalam diriKu. Apabila dia mengingatKu dalam suatu kaum, niscaya
Aku juga akan mengingatinya dalam suatu kaum yang lebih baik dari mereka.
Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya
dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, niscaya Aku akan
mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaku dengan berjalan
seperti biasa, niscaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan berlari-lari anak".
Rasulullah Saw mencontohkan hal ini melalui lisan beliau yang senantiasa dzikir
dalam semua keadaan, sat akan dan selesai makan, masuk rumah dan keluar rumah,
akan tidur dan bangun tidur, hendak bepergian atau kembali dari bepergian, dan

10
seterusnya. Ada beberapa dzikir yang sering diamalkan Rasulullah Saw dan masyhur
di kalangan para ulama serta banyak diamalkan umat Islam, diantaranya adalah:
a. Al-baqiyyatuash-shalihah, Dzikir ini terdiri atas lima bacaan, yakni tasbih, tahmid,
takbir, tahlil, dan al-haugalah. Dzikir ini umumnya dibaca setelah shalat.
b. Istighfar (mohon pengampunan)
c. Isti'adzah (mohon perlindungan)
d. Basmalah
e. Hasbalah, Merupakan bacaan dzikir yang menunjukkan pengakuan bahwa
sesungguhnya tidak ada tempat untuk bergantung dan berlindung selain Allah Swt,
dengan lafaz "Hasbunallah wa ni' mal wakil, ni"'mal maula wa ni'man nashir"
f. Asma' ul husna
g. Dzikir dengan membaca dan memikirkan ayat-ayat Allah

E. Aspek Psikologis Dzikir


Manifestasi zikir secara emosional dapat memunculkan emosi-emosi positif,
seperti perasaan cinta, bahagia, dan nikmat (Subandi, 2009); memberikan ketenangan,
ketentraman, tidak ceras, stres, dan depresi (a state of well being) (Haryanto, 2002);
serta meningkatkan kesejahteraan subjektif (Wahyunita, 2013). Terapi dzikir juga
memegang peranan penting dalam usaha penyembuhan ketergantungan bat terlarang.
Ketenangan dan ketentraman yang diperoleh melalui dzikir sebagairana dinyatakan
secara lugas oleh Allah Swt dalam Qs. Ar-Ra'd:28
‫وَ وُ ُى يَ ذاُّكّك ذو ك‬
ِ ‫لر ت ذ‬ ‫اَّ رذيذَو با وِْك ذوا وَت ذ‬
‫وَ وُ ُى يَ ِكّك ذوِك كٰ ذَ رِ رذ ذُ رِ ل‬
‫لر ا و وا رِ رذ ذُ رِ ل‬
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram".
Jika kita pahami makna dari dzikir lisan yang kita lantunkan, maka manfaat yang
dapat kita adalah sebagai berikut:
a. Laillah hasilallah memiliki arti tiada than yang pantas disembah kecuali Allah
SWT, adanya pengakuan bertuhan hanya kepada Allah dalam sebuah keyakinan.
Individu yang memiliki kemampuan spiritualitas yang tinggi memiliki keyakinan
yang kuat akan tuhannya. Keyakinan in menimbulkan kontrol yang kuat, dapat
memaknai dan menerima setiap peristiwa yang tidak menyenangkan ke arah yang
lebih positif dan akin bahwa ada yang mengatur setiap peristiwa yang terjadi di

11
alam semesta. Dengan begitu individu dapat mengurangi ketegangan (stres),
mengatasi masala kesehatan dan meningkatkan kekuatan mental dengan cepat
(Bogar & Killacky dalam Anggraieni dan Subandi, 2014)
b. Istighfar, astagfirullahaladzim, menurut Yurisaldi (dalam Angraeini dan Subandi,
2014) bahwa proses zikir dengan mengucapkan kalimat yang mengandung huruf
jahr, seperti kalimat tauhid dan istighfar, akan meningkatkan pembuangan CO2
dalam paru-paru.
c. Subhanallah maha suci Allah, di mana Allah itu maha suci dari segala sifat yang
tercela, suci dari kelemahan. Maha suci Allah ini bisa juga merasa kagum kepada
ciptaan allah. Allah itu suci dari kejam, tidak mungkin dia kejam karena dia sangat
penyayang. Allah itu maha suci dari bakhil, tidak mungkin Dia bakhil karena Dia
maha pemurah. Maka oleh sebab itu, selalu berpikiran positif karena munculnya
respon emosi positif dapat menghindarkan diri dari reaksi stres (Sholeh, dalam
Angraeini dan Subandi, 2014).
d. Alhamdulillah, merupakan sikap bersyukur atas rejeki yang telah Allah berikan.
Efek kebersyukuran pada kesehatan, salah satunya telah diteliti oleh Krouse (dalam
Angreini dan Subandi, 2014), yang membuktikan bahwa efek stres pada kesehatan
dapat dikurangi dengan meningkatkan kebersyukuran kepada Tuhan.
e. Allahu Akbar, di mana sungguh besarnya kekuasaan Allah. besar kekayaan Allah,
besar ciptaan Allah, sehingga menimbulkan sikap yang optimis. Sikap optimisme,
sumber energi bar dalam semangat hidup dan menghapus rasa keputusasaan ketika
seseorang menghadapi keadaan atau persoalan yang mengganggu jiwanya, seperti
sakit, kegagalan, depresi, dan gangguan psikologis lainnya, seperti stres
(Az-Zumaro, dalam Angraeini dan Subandi, 2014).
f. Basmalah yang dibaca setiap akan memulai suatu kegiatan akan menumbuhkan
motivasi berkarya dan bekerja dibarengi perasaan senang, tidak tertekan. Pekerjaan
yang dimulai dengan melantunkan bismillah akan menjadi bernilai ibadah (Amin
dan Al-Fandi, 2014).
g. Hasballah dan Hauqalah, merupakan dzikir yang menunjukkan pengakuan segala
kekuatan, daya, dan upaya hanya milih Allah Swt serta hanya kepada Allah sajalah
seluruh makhluk berlindung dan meminta pertolongan. Kesadaran akan hal ini
akan mampu menyembuhkan penyakit sombong dan memunculkan ketabahan
dalam menghadapi cobaan, tawakkal, dan ikhlas menerima ketetapan Allah Swt

12
atas dirinya. Ketika seseorang mampu bertawakal maka kesempitan dan kesulitan
hidup yang menjadi sumber stress emosi dan pikiran dapat dihilangkan.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Lulu (2002) menyebutkan sat zikir telah
menembus seluruh bagian tubuh bahkan ke setiap sel-sel dari tubuh itu sendiri. Hal ini
akan berpengaruh terhadap tubuh (fisik) dengan merasakan getaran rasa yang lemas
dan menembus serta menelusupnya zikir ke seluruh tubuh. Pada sat inilah tubuh
manusia merasakan relaksasi atau pengendoran saraf sehingga
ketegangan-ketegangan jiwa (stres) akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan baik
kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani akan terkurang bahkan bisa saja hilang
sama sekali. Hal serupa dilakukan oleh dua orang peneliti, yaitu Levin dan
Vander-pool (Hawari, 2005) terhadap para pasien yang menderita penyakit jantung
dan pembuluh darah.
Dari hasil penelitiannya itu diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan keagamaan
(peribadatan), yaitu berupa berdoa dan berzikir, memperkecil resiko seseorang untuk
menderita penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi).
Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia diterukan bahwa dzikir dapat
meningkatkan subjective well being para pecandu narkoba yang sedan dalam masa
rehabilitasi dan wanita yang, mengalami infertilitas, meningkatkan kebermaknaan
hidup mahasiswa, dan penurunan tingkat stres pada penderita hipertensi,

F. Pengertian Do’a
Secara etimologi, kata do' berasal dari kata da'a - yad'u - du'a yang berarti
panggilan atau seruan. Sedangkan menurut syari'at do' adalah seruan seorang, hamba
kepada Tuhannya untuk meminta pertolongan atau bantuan-Nya: Sebagaimana
dinyatakan Allah Swt dalam Al-Qur'an sura Al-Baqarah ayat 186
‫ْاوّوَو وَارْوا‬
‫رَ و‬ ‫اّ ارْوا اَّْاِر ًوَ وذوً و ا ك رُي ك‬
‫ذِ ۗ ِو رِيذِر َو را رَّ ذِ و‬
‫َ رّْ ذِ رَِواً ذ‬ ‫ُْ ذكَّو ّوَوَّ كٰ ذَ رِ ذِ وَ ذّيكْذ رِْك ذوا رّ ذِ َو ذّيو ذََ روُ ذيِ ذكوا ًو و‬
‫َ ار‬ ‫يو ذِ ك‬
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku maka katakanlah
bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila la
memohon kepada-Ku".
Dalam ayat lainnya do'a memiliki beberapa makna yaitu permohonan pertolongan,
seruan atau panggilan, mentauhidkan Allah dan memujiNya. Al-Qur'an juga
menjelaskan begitu banyak keutamaan berdo'a bagi seorang muslim. Berdo'a

13
merupakan salah satu sift mulia dan merupakan keistimewaan bagi orang yang
berpikir (Q.s. Ali Imran : 190-191).
‫لو ِريوا ةِا وَِكَكوًةا وَ وَّو بى‬ ‫َ رأكَ رِّ ذاأ و ذِّوا ر‬
َ ‫ِ اَّذريَو يو ذذ كُ كَِّو‬ ‫اَ وَيوا ت‬ ‫ِ اَّّ ذي رِ وَاَّْ وٰ ر‬ ‫ِ وَ ذ‬
‫اََر وا ر‬ ‫َ وَ ذاأ و ذَ ر‬ ‫إر َّ َرِ َ ذوّ ر‬
َ ّ‫ِ ا‬
‫َ وُ واَا ر‬
َ‫ا‬ ‫اط ةا ك‬
‫ْ ذِ وْاَوَو َو رُْوا وَذو و‬
‫اِ اَّْ ر‬ ‫ِ وََِْوا وِا وَّو ذَُو ب وٰذوا ِو ر‬ ‫َ وَ ذاأ و ذَ ر‬
‫َ وُ واَا ر‬
َ ّ‫ِ ا‬‫كُْكوِر رٰ ذَ وَيوَوَو َْ كَِّو َرِ َ ذوّ ر‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan
malam terdapat tanda-tanda bag orang yang berakal. (yaitu) orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau maka
peliharalah kami dari sika neraka.”

Do'a juga merupakan ibadah yang paling mulia dan utama serta menjadi aktivitas
utama para malaikat. Bagi manusia, do'a merupakan kunci pembuka pint rahmat dan
menjadi sebab dibatalkannya azab baik yang akan diturunkan maupun yang telah
ditimpakan.

G. Makna Doa dalam Bahasa Al-Quran


Dalam al-Quan term makna doa dan yang seakar dengannya disebutkan sekitar 212
kali dari 182 ayat dalam berbagai surah. Lafadz doa dalam al-Quran disebut dalam
berbagai bentuk baik berupa fiil maupun berupa isim.
1. Doa bermakna ibadah/menyembah
QS. Al-Gafir ayat 41
ۗ‫ٓ لَِلى لَّن ر ِا‬ ‫ُ ْْ عُ ْْ لَِلى لَّنٰج ِِْ لََل ْْ ع‬
‫ُ َْْلِّ ْي‬ ‫ٓ لل ْْ ع‬
‫لَ جَٰل ْْ ِِ لَا َِ ْي‬
“Dan wahai kaumku! Bagaimanakah ini, aku menyerumu kepada keselamatan,
tetapi kamu menyeruku ke neraka?”
Al-Baghawi menafsirkan lafadz doa di atas dengan ibadah/ taat/ menyembah.
Sehingga maknanya beribadahlah/sembahlah Allah dengan dengan memurnikan
ibadat dan ketaatan kepada-Nya
2. Doa bermakna dakwah/seruan
QS. An-Nuh ayat 5-7
‫ِوا وِ وَِّ ر إر رَّى ًو وَ ذوَك ِو ذو رِى ّوي ةذا وََو وٰ ة‬
‫اَا‬
‫ى رإ َا َر وِ ة‬
‫اَا‬ ‫َوّو ذَ يو رَ ذً كٰ ذَ ًك وَا ل رِ ل‬
‫َا وَٱ ذَْ و ذِْو كِ ا‬
‫َا ٱ ذَْر ذِْو ة‬
‫اَا‬ ‫ص يِ ا‬
‫ى وِاْواَر رٰ ذَ وَٱ ذَْ و ذَْ ذوو اا ِريواِو كٰ ذَ وَأ و و‬ ‫َ ذوت ك كٰ ذَ رَّ و ذْ رَ وِ ّو كٰ ذَ وَُوّك لو اا أ و ب و‬
‫وَ رإ رَّى كَُّ وُا ًو و‬
‫ص رَِو كٰ ذَ َر ل‬

14
“Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan
siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan
sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya
dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan
menyombongkan diri dengan sangat.”
Wahbah Az-Zu hasily menafsirkan ayat di atas dengan dakwah Nabi Nuh As
dalam mengajak dan menyeru kaumnya agar mentauhidkan Allah dan hanya
beribadah kepada-Nya.
3. Doa bermakna panggilan/nida
QS. An-Nur ayat 63
‫سُنُع ْْ لَ َِ ّْ عُ ْْ َِ لْلًذ ال‬
‫لع لَن ِِ ْٰ لَ ٰلتل ل‬‫ً عُ ْْ َل ًْْ رذا َل ْْ ٰل ُْْل عْ ل‬ ِ ْْ ‫ُ اا ِِ َل‬
‫ُ ْْ ِِ َل ّْْل عُ ْْ لُْع ل‬ ‫ُ اا لِ ن‬
‫لَّ ع‬ ‫لَ َل ْْٰلُع ْْل ْع ل‬
ْ‫ُِللٌم لل َِ ْْ م‬ ‫عِ َْْل عُ ْْ ل‬ِ ٰ َْ ‫ِ َْْل عُ ْْ ِِتّْلٌم لل‬ ‫ِل ُْْل ِْْل ِۗ لَن ِِ ْٰ لَ ٰعَلا َُِع ْْ لَ ل‬
ِ ‫ُ َْ لل َْ ِّ ٖ يٓ لل َْ َ ع‬
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti
panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah
mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu
dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab
yang pedih.”
Al-Khafaji menafsirkan da’wah pada ayat tersebut dengan arti memanggil bukan
berdoa. Memanggil dari tempat satu ke tempat yang lain
4. Doa bermakna permohonan
QS. Al-Baqarah ayat 186
ْٓ َِ ‫ست ِلٰ َْْ ْعْل َِ ْٓ لَ َْْعْْ َِّع ْْل‬
ْ ‫اَ ِل ُْْل‬
ِ‫ُ ن‬ ‫ُ ِّّ ْٓ ِل ِا َِّ ْٓ َل ُِّْٰم ل ع ِِْ ع‬
‫ُْ ْلُ لِْْل لَْنلِِ لًِلل ْل ل‬ ْ ِْ ‫ُالَلَل َُِلا‬
‫ْ ل‬ ‫لَلًِلل ل‬
‫َلْلُن عُ ْْ ٰل ّْ ع‬
َ‫ُْ ْعَ ل‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku,
maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku
dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”
Lafadz doa di atas adalah salah satu ayat bermakna doa permohonan. Apabila
betul-betul taat pada Allah maka pasti akan dibalas dengan pahala kelak di Akhirat.

15
H. Adab ketika berdoa
Berdoa merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah Swt dalam upaya
memohon dan meminta kepada Allah Swt akan segala hajat manusia baik berkaitan
dengan urusan agama, dunia dan akhiratnya. Karena itu dalam berdoa terdapat etika
dan tatakrama tertentu yang harus dilakukan bagi mereka yang sedang berdoa.
Dengan memperhatikan adab-adab tersebut maka diharapkan akan lebih mudah doa
itu dikabulkan oleh Allah Swt. Imam Al-Ghazali dalam Ih{ya Ulun menguraikan 10
adab-adab dalam berdoa yang didasarkan pada al-Quran, hadits, dan atsar, sebagai
berikut:
1. Hendaknya memperhatikan dan memilih waktu-waktu yang baik dan mulia saat
berdoa. Berdasarkan al-Quran dan Hadits Al-Ghazali mencontohkan seperti pada
hari Arafah, Bulan Ramadhan, hari jumat, dan di waktu ashar
2. Hendaknya memperhatikan dan memilih keadaan dan kondisi-kondisi yang baik
dan mulia. Menurut Abu Hurairah seperti pada saat berada dalam barisan jihad fi
sabilillah, saat turunnya hujan, antara adzan dan iqamah. Setelah shalat maktubah
sebagaimana pendapat mujahid karena dalam shalat adalah waktu terbaik.
Kemudian pada saat berpuasa, saat hati jernih, ikhlas dan bersih dari
bisikan-bisikan yang buruk. Dalam keadaan bersujud dan kondisi lainnya.
3. Hendaknya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan sehingga terlihat
kedua telapak tangganya.
4. Hendaknya berdoa dengan merendahkan suara, tidak terlalu keras dan tidak terlalu
samar
5. Hendaknya dalam berdoa tidak membebani diri dengan lafadz-lafadz yang
mengandung sajak (balaghah), kecuali doa yang memang bersumber dari nabi atau
al-Quran. Karena hakikat berdoa adalah merendahkan diri, merasa hina dan tak
berdaya di hadapan Allah SWT.
6. Hendaknya berdoa dengan penuh kepasrahan merendahkan dan menghinakan diri
pada Allah, penuh kekhusuan yang disertai perasaan harap-harap cemas.
7. Memantapkan hati dalam berdoa, meyakini dengan penuh pengharapan akan
terkabulnya doa sebagaimana Allah menjanjikan. Berperasangka baik padaNya dan
kondisi hati tidak sedang lalai. Karena Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati
yang lalai.
8. Berdoa dengan penuh kesungguhan dan mengulang±ulang doa itu sampai tiga kali.

16
9. Hendaknya memulai doa dengan menyebut nama Allah, menyucikan-Nya,
memuji-Nya, membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Lalu berdoa dan
menutupnya dengan shalawat dan memuji Allah Swt.
10. Menjaga adab bathiniyah seperti taubat, menolak kedzaliman dan
mengahadapkan hati pada Allah Swt. Karena adab batin ini adalah pangkal dari
dikabulkannya sebuah doa.

I. Pengaruh Do’a terhadap Kondisi Fisik dan Psikis Manusia


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para ilmuan Barat diketahui bahwa
do'a memberikan efek bagi kesehatan fisik orang yang berdo'a dan yang dido'akan.
Harris (dalam Elzaky, 2011) menemukan bahwa do'a yang dilantunkan oleh orang
lain (meski tidak dikenal) dapat mengurangi 10% serangan sakit yang diderita oleh
sekelompok pasien di sebuah rumah sakit. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
pasien yang dido'akan membutuhkan obat-obatan dan alat bantu pernafasan yang
lebih sedikit dibanding pasien yang tidak dido'akan, serta komplikasi yang muncul
juga lebih minim.
Selain itu, do'a juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Bahkan dalam dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Natural Pharmacist terhadap 40 pasien penderita
kanker stadium pertama dan memperoleh kesimpulan bahwa pasien yang taat berdo'a
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berdasarkan penelitian tersebut para
peneliti berkeyakinan bahwa orang yang taat menjalankan ibadah seperti shalat dan
do' lebih kecil peluangnya terserang penyakit fisik maupun jiwa. Mereka juga
memiliki kekuatan yang lebih dalam menanggung sakit dan penderitaan, lebih stabil
sehingga terhindar dari stress, kegelisahan, dan puts asa.Jika mereka sakit, maka
proses pemulihan berjalan lebih cepat.
Kekuatan do'a sebagaimana diuraikan di atas, merupakan dampak dari keyakinan
akan keesaan dan kekuasaan Allah Swt, yang melahirkan ketenangan dalam diri setiap
orang yang berdo'a. Oleh karenanya kita dianjurkan untuk berdo'a bai di kala senang
maupun susah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a,
Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang suka do'anya dikabulkan dan dijawab oleh
Allah ketika la berada dalam kesulitan dan penderitaan, maka perbanyaklah do'a
ketika berada dalam kesenangan dan kelapangan" (H.R. Tirmizi).

17
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, orang-orang di Barat mencari ketenangan
jiwa, mengurangi kegelisahan, menghilangkan stress dan merasakan kedamaian
dengan mempraktikkan cara-cara orang Timur seperti yoga dan meditasi. Penelitian
menunjukkan bahwa pelatihan jiva dan upaya penenangan diri seperti ini berpengaruh
bear terhadap peningkatan system kekebalan tubuh.
Hal ini karena pikiran-pikiran positif dan kepercayaan terhadap agama memicu
kelenjar limpa dan pituitary untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan tubuh. Jika
system ini berfungsi dengan baik maka fungsi-fungsi tubuh yang mendasar juga aka
berjalan dengan baik. Do'a yang khusyu' dan ikhlas akan menghasilkan ketenangan
yang sama. Khusyu' berarti menghadap Allah Swt dengan disertai perasaan rendah
diri, cinta, takut, dan harap kepada-Nya, serta pengakuan terhadap keagungan dan
kemahakuasaanNya.
Pada saat yang bersamaan memposisikan diri sebagai hamba yang lemah dan hina,
penh dosa dan keterbatasan. Perasaan takut yang disertai harap ini sebagaimana
terungkap dalam do'a yang diajarkan Nabi Saw yaitu sayyidulistighfar.
Disamping mempengaruhi system kekebalan tubuh, khusyu' dalam shalt dan do'
juga berpengaruh terhadap kesehatan otak. Aktivitas otak dan tubuh dapat melelahkan
otak, sedangkan meditasi dan perenungan (tafakur) dapat mengistirahatkan dan
menenangkannya. Dalam kondisi istirahat getaran gelombang otak akan menurun
menjadi gelombang alfa. Bahkan dalam kondisi bertafakur keadaan gelombang otak
sampai pada kondisi delta, yakni gelombang yang sama dengan sat kita tidur nyenyak.
Gelombang otak yang bekerja dalam getaran yang rendah akan menguatkan fungi
serta membantu perbaikan sel-sel otak yang rusak atau lemah akibat penyakit,
gangguan, satau tekanan kejiwaan.

18
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah disampaikan, dzikir dan doa memiliki dampak
terhadap tubuh (fisik) dengan merasakan getaran rasa yang lemas dan menembus serta
menelusupnya zikir ke seluruh tubuh. Pada saat inilah tubuh manusia merasakan
relaksasi atau pengendoran saraf sehingga ketegangan-ketegangan jiwa (stres) akibat
dari tidak terpenuhinya kebutuhan baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani
akan terkurang bahkan bisa saja hilang sama sekali. kegiatan keagamaan
(peribadatan), yaitu berupa berdoa dan berzikir, memperkecil resiko seseorang untuk
menderita penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi).

Do'a juga merupakan ibadah yang paling mulia dan utama serta menjadi aktivitas
utama para malaikat. Bagi manusia, do'a merupakan kunci pembuka pintu rahmat dan
menjadi sebab dibatalkannya azab baik yang akan diturunkan maupun yang telah
ditimpakan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para ilmuan Barat diketahui
bahwa do'a memberikan efek bagi kesehatan fisik orang yang berdo'a dan yang
dido'akan. Harris (dalam Elzaky, 2011) menemukan bahwa do'a yang dilantunkan
oleh orang lain (meski tidak dikenal) dapat mengurangi 10% serangan sakit yang
diderita oleh sekelompok pasien di sebuah rumah sakit. Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa pasien yang dido'akan membutuhkan obat-obatan dan alat bantu
pernafasan yang lebih sedikit dibanding pasien yang tidak dido'akan, serta komplikasi
yang muncul juga lebih minim. Kekuatan do'a sebagaimana diuraikan di atas,
merupakan dampak dari keyakinan akan keesaan dan kekuasaan Allah Swt, yang
melahirkan ketenangan dalam diri setiap orang yang berdo'a. Oleh karenanya kita
dianjurkan untuk berdo'a bai di kala senang maupun susah. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang suka
do'anya dikabulkan dan dijawab oleh Allah ketika la berada dalam kesulitan dan
penderitaan, maka perbanyaklah do'a ketika berada dalam kesenangan dan
kelapangan" (H.R. Tirmizi).

19
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini, ada
beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan masukkan bagi pembaca maupun
penulis selanjutnya. Hal ini diharapkan bisa menjadi saran yang tepat untuk
nantinya bisa dilakukan oleh pembaca. Adapun saran dari masalah yang bisa
dilakukan untuk penulis yaitu tambahkan aspek- aspek psikologis dzikir dan
do’a..

20
DAFTAR PUSTAKA

Hafidz, A. (2019). Konsep Dzikir Dan Doa Perspektif Al-Qur’an’. Islamic Akademia:
Jurnal Pendidikan Dan Keislaman, 6.
Soleh, H. (2016). Do’a dan Zikir dalam meningkatkan Kecerdasan Emosi. Psikis:
Jurnal Psikologi Islami, 2(1).

21

Anda mungkin juga menyukai