Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-QUR’AN DALAM TINJAUAN


PSIKOLOGI”

MATA KULIAH PSIKOLOGI IBADAH

DOSEN PENGAMPU :
Ahmaddin Ahmad Tohar, Dr., M.A.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:

Asha Musyarafah (12060122689)


Nina Fadilawati (12060123013)
Putri Aulia Syenli (11960120849)

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang
berlimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.

Terimakasih tidak lupa pula kami sampaikan kepada Bapak Ahmaddin Ahmad Tohar, Dr.,
M.A.selaku dosen mata kuliah Psikologi Ibadah yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-
QUR’AN DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI”. Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas perkuliahan semester 4.

Kami cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 16 Juni 2022

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2

2.1. Pengertian Membaca Dan Menghapal Al-Qur’an .......................................................... 2

2.2. Faktor-Faktor Psikologis Saat Membaca dan Menghafal Al-Qur’an........................... 3

2.3. Keutamaan Membaca Dan Mengahafal Al-Qur’an Berdasarkan Dalil ....................... 7

2.4. Metode Menghafal Al-Qur’an......................................................................................... 11

2.5. Implikasi Membaca Dan Menghafal Al-Quran............................................................. 12

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 13

3.2. Saran .................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berinteraksi dengan al-Qur’an memiliki cara yang berbeda dengan berinteraksi dengan
manusia. Al-Qur’an merupakan kalāmullāh, sedangkan manusia adalah khalqullāh, sehingga cara
berinteraksi dengan keduanya tentu berbeda. Berinteraksi dengan al-Qur’an bisa dilakukan dengan
memperbanyak intensitas belajar, membaca, mentadaburi, mengartikan, membaca tafsir,
mempelajari tafsir, menghafal, menafsirkan, dan lain-lain.

Menghafal al-Qur’an memiliki banyak keutamaan. Keutamaan bagi para penghafal Qur’an
telah dijelaskan dalam banyak hadis. Di antara keutamaan orang yang menghafal al-Qur’an adalah:
mendapatkan keridhaan Allah, mendapatkan mahkota keagungan, dan mendapatkan derajat yang
tinggi di sisi Allah (Syadi, 2016: 31-36). Dalam kehidupan nyata pun, para penghafal Qur’an telah
terbukti memiliki tempat di hati masyarakat. Seorang penghafal Qur’an akan lebih dihargai,
dihormati, dan tidak sedikit lembaga yang memberikan beasiswa kepada para penghafal al-
Qur’an..

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian membaca dan menghafal al-qur’an ?
2. Apa faktor-faktor psikologis saat membaca dan menghafal al-qur’an ?
3. Apa keutamaan membaca dan menghafal al-qur’an berdasarkan dalil ?
4. Apa saja metode dalam menghafal al-qur’an ?
5. Bagaimana implikasi membaca dan menghafal al-qur’an ?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian membaca dan menghafal al-qur’an ?
2. Untuk mengetahui apa faktor-faktor psikologis saat membaca dan menghafal al-qur’an ?
3. Untuk keutamaan membaca dan menghafal al-qur’an berdasarkan dalil ?
4. Untuk mengetahui apa saja metode dalam menghafal al-qur’an ?
5. Untuk mengetahui bagaimana implikasi membaca dan menghafal al-qur’an ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Membaca Dan Menghapal Al-Qur’an
A. Definisi Membaca
Menurut KBBI membaca diartikan sebagai melihat dan memahami isi dari apa yang
tertulis dengan membunyikan atau hanya didalam hati. Menurut Tarigan (dalam
Romadhonia, 2019 ) membaca merupakan sebuah proses yang dilakukan dan digunakan
oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang mahu disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Selanjutnya Kridalaksana menjelaskan bahwa membaca
merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-
lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman
diam-diam atau pengujaran keras-keras (dalam Romadhonia, 2019).
Menurut Quraish Shihab, kata Iqra’ (membaca) mempunyai arti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-cirinya. Dalam Ensiklopedia Al-Qur’an,
membaca adalah perintah yang ditunjukan kepada Nabi Muhammad dan disertai menyebut
nama Allah atau meminta pertolongan-Nya.
Membaca telah ditegaskan dalam kitab Al-Qur’an. perintah membaca di dalam Al-
Qur’an disebutkan 3 kali dalambentuk Fi’il Amar yaitu dua kali dalam surah Al-Alaq ayat
1 dan ayat 3:
ْ ‫اِ ْق َرأْ بِاس ِْم َربِكَ الَّ ِذ‬
‫ي َخلَق‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,”
َ ْ َ‫اِ ْق َرأْ َو َربُّك‬
‫اْل ْك َرم‬
“Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia,”
Dalam surat ini, kalimat iqra’ bismi Rabbik, tidak hanya memerintahkan untuk
membaca, namun “membaca” ialah lambang dari semua yang dilakukan oleh manusia, baik
yang bersifat pasif maupun aktif. Kalimat tersebut dalam pengertiannya mahu menyatakan
“bacalah” demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, dan bekerjalah demi Tuhanmu
(Mustolehudin, 2011).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa membaca Al-Qur’an merupakan
sebuah proses untuk mendapatkan informasi atau ilmu yang disamapikan oleh Allah

2
melalui ayat-ayat Al-Qur’an dengan menelaah, mendalami bacaan, dan mengamalkan
ajaran-ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an dalam kehidupan nyata.

2. Definisi Menghafal
Dalam bahasa Arab “hafal” diartikan dengan“Al-Hifzhu” lawan kata dari lupa.
Maksudnya selalu ingat dan tidak lalai. Di dalam Al Qur‟an kata Al Hifzhu mempunyai
arti yang bermacam-macam tergantung susunan kalimatnya, antara lain:
a. Selalu menjaga dan mengerjakan shalat pada waktunya.
b. Menjaga.
c. Memelihara.
d. Yang diangkat
Al Hifzhu atau Tahfizh ialah menghafal materi baru yang belum pernah dihafal,
hafal merupakan kata kerja yang berarti telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran),
dapat mengingat sesuatu dengan mudah dan mengucapkannya di luar kepala. Menghafal
diartikan pula sebagai aktifitas menanamkan materi verbal di dalam ingatan, sesuai dengan
materi asli. Dengan demikian, menghafal dapat diartikan dengan memasukkan materi
pelajaran kedalam ingatan sesuai dengan materi asli sehingga mampu mengucapkannya
dengan mudah meskipun tanpa melihat tulisan atau lafalnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an atau
Al-Hafizhu merupakan memasukkan materi atau menjaga serta memilihara bacaan Al-
Qur’an didalam ingatan sehingga dapat mengingat sesutu dengan mudah dan bisa
mengucapkannya diluar kepala.
Hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardu kifayah berdasarkan kesepakatan para
ulama. dimana maksudnya adalah apabila di antara anggota masyarakat ada yang sudah
menghafal melaksanakannya maka bebaslah beban anggota masyarakat yang lainnya,
tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya.

2.2. Faktor-Faktor Psikologis Saat Membaca dan Menghafal Al-Qur’an


Secara psikologis, terdapat banyak dimensi berkaitan dengan tahfidz al-Quran,
termasuk di dalamnya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam tahfidz al-Quran.
Untuk melihat hal ini, akan digunakan teori tentang belajar bahwa keberhasilan proses belajar

3
terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Belajar adalah adanya suatu perubahan
disposisi atau kemampuan pada individu dalam waktu yang relatif tetap, yang mana perubahan
tersebut bukan karena pertumbuhan. Perubahan ini bisa terjadi pada aspek kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas menghafal, berasal dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu: (a) kondisi emosi, (b) keyakinan (belief), (c) kebiasaan (habit),
dan cara memproses stimulus. Faktor eksternal, yaitu: (a) lingkungan belajar, dan (b) nutrisi
tubuh. Alfi (2002: 4) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mendukung dan meningkatkan
kemampuan menghafal al-Qur’an, yaitu: (1) motivasi dari penghafal, (2) mengetahui dan
memahami arti atau makna yang terkandung dalam al-Qur’an, (3) pengaturan dalam
menghafal, (4) fasilitas yang mendukung, (5) otomatisasi hafalan, dan (6) pengulangan
hafalan.
Ada banyak dimensi yang bisa dilihat berkaitan dengan kegiatan hafalan al-Quran
(tahfidz al-Qur‟an), terutama bila dikaitkan dengan hafalan al-Quran pada anak-anak, di
antaranya yaitu:
a. Perhatian
Suryabrata mengartikan perhatian adalah suatu keadaan dimana kesadaran
dipusatkan dan diarahkan pada suatu obyek tertentu disertai reaksi-reaksi organik, yang
selanjutnya memungkinkan pengamatan secara tajam dan jelas terhadap obyek itu. Bimo
Walgito menyatakan bahwa perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas yang ditunjukan kepada suatu atau kelompok obyek. Perhatian merupakan salah
faktor psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam pembelajaran, dan ini
bisa terbentuk melalui faktor intrinsik dan melalui konten (materi yang akan dipelajari).
b. Intelegensi.
Intelegensi merupakan kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi bukanlah
persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ tubuh lainnya, akan tetapi peran
otak lebih dominan daripada peran organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan menara
pengontrol hampir seluruh aktifitas manusia. Menghafal adalah dominasi kerja otak untuk
mampu menangkap dan menyimpan stimulus yang kuat. Kecerdasan otak mempunyai
peran besar yang menentukan cepat lambatnya santri menjadi hafidz. Karena, semakin

4
tinggi kemampuan intelejensi seseorang maka semakin besar peluangnya untuk meraih
sukses, begitu juga sebaliknya. Menurut teori fungsional, orang yang intelegen (cerdas)
umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) cenderung untuk menetapkan dan
memperjuangkan tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang akan makin cakap dia membuat
tujuan sendiri, punya inisiatif sendiri, tidak menunggu perintah belaka, juga makin tetap
pada tujuanya, (b) mampu mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencari tujuan
itu. Makin cerdas seseorang dia makin kritis untuk menyesuaikan dirinya dengan situasi
dan menyesuaikan cara-cara baru demi mencapai tujuan, (c) mampu untuk oto-kritik,
artinya mengkritik diri sendiri dan pandai belajar dari kesalahankesalahanya.
c. Minat.
Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Seseorang yang menaruh minat besar terhadap sesuatu, maka akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak terhadap sesuatu tersebut. Karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap hal tersebut, maka akan memungkinkan mereka belajar
lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang di inginkan. Minat juga merupakan rasa
lebih suka atau rasa keterikatan pada sesuatu tanpa ada yang menyuruh. Ia merupakan
penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan swsuatu di luar diri. Semakin kuat
hubungan tersebut, semakin kuat pula minatnya. Minat bisa diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan bahwa ia lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
atau melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap
sesuatu, akan memperoleh hasil yang tinggi, hal ini dikarenakan minatnya terhadap sesuatu
akan berimplikasi pada kedisiplinannya pada sesuatu tersebut.
d. Bakat
Bakat merupakan aspek penting dalam diri pribadi anak yang sedang belajar.
William B. Michael mendefinisikan bakat sebagai “a person‟s capacity or hypothetical
potential for acquisition of a certain more or less welldefined pattern of behaviour
involveld in the performance of a task respect to which the individual has had little or no
previous training”. Oleh karenanya, seseorang yang memiliki bakat terhadap sesuatu hal,
walaupun sama-sama dilatihkan dengan latihan yang sama, ia akan memiliki performance
yang lebih baik daripada yang lain.
e. Kematangan (maturity)

5
Perubahan-perubahan dalam perkembangan individu dapat terjadi karena
kematangan (maturity) dan belajar (learning). Dalam belajar, perubahan terjadi karena
faktor latihan dan pengalaman; dalam kematangan, perubahanperubahan pada individu
terjadi karena hasil dari pertumbuhan fisik atau perubahan-perubahan biologis dan psikis
sebagai hasil pertumbuhan dan perkembangan. Kematangan adalah kemampuan seseorang
untuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. “Maturity is the state or condition of
complete or adult from structure, and function of anorganism, wether in respect to a single
trait or, more often, all traits.” (English & English, 1958: 308). Kematangan terjadi karena
ada perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologi dalam system
saraf, otak dan indra sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan
reaksireaksi terhadap setiap stimulus lingkungan. Kematangan (maturity) seseorang akan
membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut
kesiapan (readiness).
f. Kesiapan.
Kesiapan (readiness) merupakan“the state of being fully prepared for something”.
Kesiapan merupakan kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu, termasuk belajar.
Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila di dalam dirinya sudah terdapat
“readiness” untuk mempelajari sesuatu itu. Readiness dalam belajar melibatkan beberapa
faktor, yaitu: (a) perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, yang menyangkut pertumbuhan
terhadap perlengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indra, dan kapasitas
intelektual, (b) motivasi yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan tertentu individu
untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubunagn dengan system
kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.
g. Motivasi.
Pada dasarnya motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi merupakan
suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Morgan
mendefinisikan bahwa “motivation is a general term referring to states that motivate
behaviour, to the behaviour motivated by by these states, and to the goals or ends of such
behaviour”. Ada tiga fungsi motivasi, yaitu: (a) mendorong timbulnya kelakuan atau

6
sesuatu perbuatan, (b) sebagai pengarah,artinya menggerakkan perbuatan ke arah
pencapaian tujuan yang diinginkan, (c) sebagai penggerak. Fungsi motivasi, terutama bila
dikaitkan dengan belajar ada tiga, yakni: (a) mendorong manusia untuk berbuat, (b)
menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, (c) menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan
tujuan tersebut.
Dalam kaitannya dengan tahfidz al-Quran, kemampuan menghafal setiap orang
berbeda-beda, baik dari segi ingatan maupun niatnya. Niat ini akan dipengaruhi banyak
hal, baik secara internal seperti tekat, semangat, ambisi, maupun eksternal. Pengajar
memiliki peran penting untuk meningkatkan motivasi menghapal al-Qur’an. Di samping
itu, dukungan sosial (yang mencakup ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai
oleh orang lain) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi. Juga, kebersamaan
anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama merupakan hal
penting dalam memberikan dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan dukungan atau
bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerjai dan orang-orang
lainnya, penerimaan dan penghargaan masyarakat terhadap diri seseorang.

2.3. Keutamaan Membaca Dan Mengahafal Al-Qur’an Berdasarkan Dalil


A. Membaca Al-qur’an
a. Al-Qur’an dapat memberi petunjuk
Manusia sengaja diciptakan oleh-Nya untuk senantiasa beribadah kepada
Allah agar kelak di kehidupan abadi mendapat balasan yang sesuai. Meskipun
begitu, terkadang umat manusia melenceng dari ketetapan yang sudah dibuat-Nya.
Itulah kenapa, manusia membutuhkan petunjuk atau pedoman yang bisa membawa
mereka pada kebenaran. Salah satu keutamaan dari membaca Al Qur’an, tentunya
agar kita bisa mendapatkan petunjuk agar bisa menjalani hidup di jalan yang benar.
Sesuai dengan firman Allah di dalam Al Qur’an yang artinya seperti berikut:
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al Isra : 9)

7
Rasulullah pun sudah memberikan wasiat kepada para umatnya agar selalu
membaca Al Qur’an karena di situlah setiap jalan dan petunjuk akan dibuka. Hal
itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Aku wasiatkan kepada kalian agar
bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan,
petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)
b. Setiap huruf al-Qur’an bernilai 1 kebaikan
Seperti yang diriwayatkan Abdullah Ibnu Mas‘ud: “Kata ‘Abdullah ibn
Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja membaca
satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan.
Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak
mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf,
dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi). Begitu istimewa sekali setiap huruf-huruf
yang ada di dalam Al Qur’an. Bagaimana tidak, setiap huruf yang dibaca oleh
seseorang, maka orang tersebut sudah pasti mendapatkan 1 kebaikan. Jika satu hari
Anda membaca 1 surat, dikalikan dengan berapa banyak huruf yang dibaca, maka
sudah berapa banyak kebaikan yang didapatkan.
c. Balasan Kebaikan Berlipat
Bukan hanya merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah, membaca
Al Qur’an bisa mendatangkan balasan pahala dengan kebaikan yang berlipat-lipat.
Bahkan, ketika seseorag tidak meminta kepada Allah, namun dirinya rajin
membaca Al Qur’an, Allah akan senantiasa memberinya apapun yang
dibutuhkannya. Terlebih Allah adalah yang paling tahu terhadap apapun yang
dibutuhkan oleh setiap hamba-Nya. Hal itu sesuai dengan hadits, di mana
dikatakan: ‘Siapa saja yang disibukkan oleh membaca Al-Qur’an, hingga tak
sempat dzikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan
memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah, keutamaan Al-
Qur’an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.”
(HR. Al-Baihaqi).

d. Mendapat syafaat dihari akhir


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an.
Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik

8
(pembaca, pengamal)-nya,” (HR. Ahmad). Hari Kiamat merupakan sebuah
kepastian yang akan datang. Kita tidak pernah tahu kapan hari kiamat tersebut,
bagaimana keadaan kita saat terjadinya, dan apa saja amal yang sudah kita bawa
untuk menghindarkan diri dari siksaan pedih di akhirat nanti. Jika dosa-dosa kita
aman banyak, tentu jaminan neraka jahannam sudah di pelupuk mata. Namun,
sebaliknya jika pahala dan amal kebajikan yang sangat banyak, meskipun hari
kiamat tiba, kita sudah siap karena ganjalannya Surga. Salah satu keutamaan dari
membaca Al Qur’an sebagaimana sabda Rosulullah adalah memberikan syafa’at
ketika hari kiamat tiba. Al Quran bisa menjadi saksi di depan Allah bahwasannya
ketika hidup di dunia, kita sering membacanya. Tentunya itu bisa menjadi penolong
agar itu terbebas dari siksaan yang pedih.
e. Mendatangkan Rahmat dan membuat hati merasa tentram
Sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an itu sendiri yang artinya “Dan
Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang yang
zalim selain kerugian.” (Q.S Al Isra: 82). Dari kutipan ayat tersebut sudah jelas
bahwasannya Al Qur’an bisa menjadi penawar dari segala macam keburukan.
Terutama hal-hal buruk yang dirasakan oleh seseorang seperti rasa sakit, rasa tidak
tenang, rasa tidak tentram dan lain sebagainya. Dengan membaca Al Qur’an, tentu
bisa membuat kita jadi merasakan lebih tenang dan aman. Ketika Anda sedang
gelisah, cobalah untuk membacanya.
Tak hanya memberikan ketenangan saja, Al Qur’an pun adalah rahmat bagi
semua umat. Bahkan ketika Anda membaca Al Qur’an, secara tidak langsung Anda
pun sedang mengingat Allah. Tak heran, Allah akan datang kepada kita dan
memberikan rahmat untuk kita.
Hal itu karena Allah akan bersama dengan orang-orang yang selalu
mengingatnya. Ketika Allah selalu membersamai, tentu setiap langkah dan apapun
yang kita lakukan sudah barang tentu diberkahi dan diridhoi.

B. Menghafal Al-Qur’an
a. Hati tidak akan pernah merasa kosong

9
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu: “Orang yang tidak
mempunyai hafalan Alquran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau
runtuh”. (Hadis diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibnu Abbas (2914).
b. Mengenakan mahkota kehormatan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :
‫ب ِزدْه فَي ْلبَس حلَّةَ ا ْلك ََرا َم ِة ث َّم يَقول‬ ِ ‫ب َح ِل ِه فَي ْلبَس ت َا َج ا ْلك ََرا َم ِة ث َّم يَقول يَا َر‬
ِ ‫يَ ِجىء ا ْلق ْرآن يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة فَيَقول يَا َر‬
‫سنَة‬
َ ‫ارقَ َوتزَ اد ِبك ِل آ َي ٍة َح‬ ْ ‫ع ْنه فَيقَال لَه ا ْق َر ْأ َو‬
َ ‫ضى‬َ ‫ع ْنه فَ َي ْر‬ َ ‫ض‬ َ ‫ار‬ ْ ‫ب‬
ِ ‫َيا َر‬
Alquran akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia
perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafiz Al Quran mahkota kemuliaan. Alquran
meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan
kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya.
Lalu dikatakan kepada hafiz quran, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu
pahala dari setiap ayat yang kamu baca. (HR. Turmudzi 3164)
c. Kebahagiaan bagi kedua orang tua
Sabda Rasulullah saw.: “Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia
mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Alquran akan
menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Alquran akan
berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda
mengenalku?” Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Alquran
berkata; “saya adalah kawanmu, Alquran yang membuatmu kehausan di tengah hari
yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap
pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari
ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Alquran tadi diberi kekuasaan di
tangan kanannya dan diberi kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya
dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi
bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya.
Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami diberi dengan pakaian begini?”
Kemudian dia menjawab, “kerana anakmu hafal Alquran.” Kemudian kepada
penghafal Alquran tadi diperintahkan, “bacalah dan naiklah ke tingkat-tingkat surga
dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan
itu cepat atau perlahan (tartil).

10
d. Penghafal al-qur’an adalah keluarga allah
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga diantara manusia, para sahabat
bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Alquran.
Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
e. mendapat syafaat dari al-quran
“Penghafal Al-quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran berkata: “Wahai
Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah
(kehormatan). AlQuran kembali meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah
meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki
(derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya
tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Tirmidzi)

2.4. Metode Menghafal Al-Qur’an


Dalam proses menghafal, umumnya penghafal menggunakan perpaduan antara
metode tahfidz (menambah hafalan) dan metode takrir (mengulang
hafalan), karena dengan menyeimbangkan keduanya, kuantitas dan kualitas
hafalan akan dapat terjaga dengan baik. Adapun secara lebih spesifik, metode
menghafal dalam prakteknya, akan lebih terperinci dijelaskan selanjutnya. Menurut al-
Hafizh(2005: 63-64), metode dapat membantu para penghafal mengurangi kepayahan
dalam menghafal Al-quran, di antaranya
a. Metode Wahdah
Yaitu menghafal satu persatu ayat yang akan dihafal. Untuk mencapai
hafalan awal, setiap ayat hendaknya dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih
hingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangan, untuk kemudian
membentuk gerak reflek dari lisan. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan
pada ayat seterusnya hingga mencapai satu halaman. Setelah ayat dalam satu
halaman dihafal, tahap berikutnya menghafal urutan ayat dalam satu halaman
tersebut, kemudian diulang-ulang sampai benar-benar hafal.
b. Metode Kitậbah (menulis).
Metode ini memberikan alternatif metode pertama, yakni penghafal lebih
dulu menulis ayat dalam secarik kertas, kemudian dibaca dengan baik dan mulai

11
dihafal. Adapun menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-
kali menulisnya. Dengan begitu seseorang akan dapat menghafal karena ia dapat
memahami bentuk bentuk huruf dengan baik dan mengingatnya dalam hati.
c. Metode Simậi (mendengar)
Perbedaan metode ini dengan metode yang lain adalah pada pemaksimalan
fungsi indera pendengar. Pada metode ini penghafal mendengarkan lebih dulu ayat-
ayat yang akan dihafalkannya untuk kemudian berusaha diingat- ingat.
Metode ini sangat cocok untuk anak tunanetra dan anak kecil yang belum
mengenal baca tulis. Metode ini bisa dilakukan dengan mendengar bacaan dari guru,
atau dari rekaman bacaan al-Qur’an (murottal Al-bacaan dari guru, atau dari rekaman
bacaan al-Quran (murattal al-Qur’an).
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan metode yang
kedua,yaitu wahdah dan kitabah.Metode ini penghafal berusaha untuk menghafalkan
dahulu kemudian menuliskan apa yang telah ia hafal dalam kertas.
e. Metode Jama’ (kolektif)
Metode ini menggunakan pendekatan menghafal al-Qur’an secara kolektif,yaitu:
membaca ayat-ayat yang telah dihafal secara bersama-sama, dipimpin oleh
seorang instruktur(al-Hafizh, 2005: 63-64).

2.5. Implikasi Membaca Dan Menghafal Al-Quran


1. Maka akan ter internalisasi nilai-nilai al-qur’an maupun al-hadts dapat menjadi sumber
potensial untuk melakukan regulasi diri terhadap nilai-nilai ini nantinya diharapkan dapat
membantu remaja penghafal qur’an dalam menghadapi berbagai kendala dan rintangan.
2. Dapat mengembangkan aspek moralitas, spiritual dan kejiwaan yang kurang memadai
3. Meredam kenakalan remaja dan tawuran
4. Menjadi semakin dekat dengan sang pencipta

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Membaca Al-Qur’an merupakan sebuah proses untuk mendapatkan informasi atau ilmu
yang disamapikan oleh Allah melalui ayat-ayat Al-Qur’an dengan menelaah, mendalami bacaan,
dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung didalam Al-Qur’an dalam kehidupan nyata.

Menghafal Al-Qur’an atau Al-Hafizhu merupakan memasukkan materi atau menjaga serta
memilihara bacaan Al-Qur’an didalam ingatan sehingga dapat mengingat sesutu dengan mudah
dan bisa mengucapkannya diluar kepala.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas menghafal, berasal dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu: (a) kondisi emosi, (b) keyakinan (belief), (c) kebiasaan (habit),
dan cara memproses stimulus. Faktor eksternal, yaitu: (a) lingkungan belajar, dan (b) nutrisi tubuh.
Alfi (2002: 4) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mendukung dan meningkatkan kemampuan
menghafal al-Qur’an, yaitu: (1) motivasi dari penghafal, (2) mengetahui dan memahami arti atau
makna yang terkandung dalam al-Qur’an, (3) pengaturan dalam menghafal, (4) fasilitas yang
mendukung, (5) otomatisasi hafalan, dan (6) pengulangan hafalan.

3.2. Saran

Makalah yang dibuat oleh kelompok kami didapatkan dari jurnal atau artikel yang diakses
melalui internet. Oleh sebab itu, kelompok kami menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi melengkapi makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Yekti Rizki Romadhonia, 2019. Korelasi Kemampuan Membaca Al-Qur’an, Menghafal Al-
Qur’an, Dan Prestasi Belajar Al-Qur’an Hadits Siswa Kelas V Mi Mamba’ul Huda Ngabar
Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2018/2019. IAIN Ponorogo.

Mustolehudin, 2011. Tradisi Baca Tulis Dalam Islam Kajian Terhadap Teksi Al-Qur’an Surah Al-
Alaq Ayat 1-5. Jurnal Analisa. Vol Xviii. No.01
Rony Prasetyawan, 2016. Metode Menghafal Al Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Wafa
Palangkaraya. IAIN Palangkaraya

14

Anda mungkin juga menyukai