Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
USHUL FIQIH Pada Fakultas Ekonomi dan bisnis islam Program
Studi Akuntansi Syariah-3
Semester 1
Oleh:
CHAERIL AKBAR
Nim: 622022021075
WIRA SANJAYA
Nim: 622022021076
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah yang maha pengasih, lagi maha penyayang. Atas berkat
rahmat yang sangat melimpah yang tidak ada henti-hentinya, kami mengucapkan rasa syukur
terhadap-Nya. karena berkat rahmat-Nya yang penuh dengan kenikmatan membuat kami
yang telah memberikan amanah terhadap kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
Serta dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari pembaca apabila
terdapat hal yang yang ganjil, agar kedepannya kami bisa lebih baik dalam membuat karya
tulis. Sebab kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Dan juga kami mengucapkan kepada
Demikian yang bisa kami ucapkan, kami berharap makalah yang kami buat memberi
manfaat kepada pembaca, dan bernilai ibadah disisi Allah Swt. Wallahul Muaffieq Ila
Aqwamith Thariq.
Kelompok 12
BAB I
PENDAHULUAN
َ صيَا ُم ثَالَثَ ِة َأي ٍَّام فِى ْال َحجِّ َو َس ْب َع ٍة ِإ َذا َر َج ْعتُ ْم تِ ْل
ٌ َكا ِملَة ٌ َع َش َرة ك ِ َف
Artinya : “Maka (wajib) berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila
kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna”.
Penyipatan “sepuluh” dengan “sempurna” telah mematahkan kemungkinan “sepuluh” ini
diartikan lain secara majaz (metafora). Inilah yang dimaksud dengan nash. Contoh lain dalam
QS. Al-Baqarah ayat 175:
5 [5] Syaikh Manna’ Al-Qaththan , Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , ( Pustaka Al – Kautsar , Jakarta , 2012) ,
h.312
2) Mu’awwal,
Mu’awwal merupakan Lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang tidak
diunggulkan (marjuh) karena terdapat indikasi ketidak-mungkinan diberi pemahaman dengan
arti yang diunggulkan (rajih). Mu’awwal ialah lafaz yang diartikan dengan makna
marjuh karena ada suatu dalil yang menghalangi dimaksudkannya makna yang rajih.7
[7]
Mu’awwal berbeda dengan zahir, zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab tidak ada
dalil yang memalingkan kepada yang marjuh Misalnya firman Allah dalam Al-Qur’an :
b. Mafhum Mukholafah
ي لِلصَّال ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا ِإلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع
َ ِإ َذا نُو ِد
“Apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka bersegeralah
kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.”
Dapat dipahami dari ayat ini, bahwa boleh jual beli di hari jum’at sebelum adzan si mu’adzin
dan sesudah mengerjakan sholat.14[14]
14[14] Rahmat syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) h.220