MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Ilmu Al Qur’an”
Dosen Pengampu : Dr.Ahmad Nabil Athoillah, S.Th.I., M.Hum.
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi
lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan
kepada Bapak Dr.Ahmad Nabil Athoillah, S.Th.I., M.Hum.. selaku dosen mata kuliah
“Ilmu Al Qur’an” serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan
berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini memuat tentang Manthuq dan Mafhum dalam Al Qur’an. Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta banyak
kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal yang lainnya kepada
dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu besar harapan saya kritik dan sarannya
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami dilain
waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman- teman,
serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari makalah dengan judul Manthuq dan Mafhum dalam Al Qur’an ini
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Al-Qur’an merupakan kitab suci dan sumber ajaran Islam yang pertama dan utama.
Apabila diteliti dengan seksama, maka akan ditemukan bahwaAl-Qur’an mengandung
keunikan-keunikan makna yang tiada akan pernah habis untuk dikaji dan memberi isyarat
makna yang tak terbatas. Kedudukan Al-Qur’an sebagai rujukan utama umat Islam dalam
berbagai aspek kehidupan mereka dan terbukanya untuk interpretasi baru, merupakan
motivasi tersendiri terhadap lahirnya usaha-usaha untuk menafsirkan dan menggali
kandungan maknanya.
Ketika berbicara mengenai ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an, sebenarnya
dari semua ayat yang ada tersebut tidak semuanya memberikan arti/pemahaman yang jelas.
Jika ditelusuri, ternyata banyak sekali ayat yang masih butuh penjelasan yang lebih
mendalam mengenai hukum yang tersimpan dalam ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa
ternyata ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak hanya memberikan pemahaman secara langsung dan
jelas, tetapi juga terdapat ayat yang maknanya tersirat di dalam ayat tersebut.
Petunjuk (dalalah) lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada bunyi (manthuq,
arti tersurat) perkataan yang diucapkan itu, baik secara tegas maupun mengandung
kemungkinan makna lain, dengantakdir maupun tanpa takdir. Dan adakalanya pula
berdasarkan pada pemahaman (mafhum, arti tersirat)-nya, baik hukum sesuai dengan
hukum mantuq ataupun bertentangan. Inilah yang dinamakan denganmanthuq dan mafhum.
Oleh karena itu, agar dapat memahami dan mengetahui hukum atau makna yang
terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit penjelasan
guna menambah pemahaman pembaca. Sebagian aspek tersebut yaitu mengenai Mantuq dan
Mafhum, meliputi pengertian dan pembagiannya serta contoh ayatnya. Semoga dapat
dipahami dengan mudah lagi bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manthuq dan macam-macamnya?
2. Apa pengertian mafhum dan macam-macamnya?
3. Apa pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya?
4. Apa pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian manthuq dan macam-macamnya
2. Untuk mengetahui pengertian mafhum dan macam-macamnya
3. Untuk mengetahui pengertian mafhummu wafaqah dan bentuk-bentuknya
4. Untuk mengetahui pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manthuq dan Macam-macamnya
1. Pengertian Manthuq
َ صيَا ُم ثَالَثَ ِة أَي ٍَّام فِى ْال َحجِّ َو َس ْب َع ٍة إِ َذا َر َج ْعتُ ْم تِ ْل
ٌ َكا ِملَة ٌ َع َش َرة ك ِ َف
Artinya : “Maka (wajib) berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi)
apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna”.7
Penyipatan “sepuluh” dengan “sempurna” telah mematahkan kemungkinan
“sepuluh” ini diartikan lain secara majaz (metafora). Inilah yang dimaksud
dengan nash. Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 175:
14 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 24
15 Rosihan, Op.Cit., h. 235
16 Syafi’i Karim, Op.Cit., h.180
17 Mudzakir. AS, Op.Cit., h. 362
18 Al-Quran, 17 (Al-Isra’): 23
2. Pembagian Mahfum
Mafhum juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Mafhum Muwafaqah
b. Mafhum Mukholafah
… أَ ْم َوا َل ْاليَتَا َمى ظُ ْل ًما َيَأْ ُكلُوْ ن َإ َِّن الَّ ِذ ْين
ي لِلصَّال ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا إِلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع
َ إِ َذا نُو ِد
“Apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka
bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.” 23
Dapat dipahami dari ayat ini, bahwa boleh jual beli di hari jum’at sebelum adzan si
mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat.24
2. Pembagian Mafhum Mukholafah
Mafhum Muwafaqah dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Mafhum al-Washfi
Mafhum al-Washfi (pemahaman dengan sifat) adalah petunjuk yang dibatasi
oleh sifat, menghubungkan hukum sesuatu kepada salah satu sifatnya. Dalam
mafhum sifat terdapat tiga bagian, yaitu mushtaq, hal (keterangan keadaan) dan
‘adad (bilangan).25
Mafhum sifat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Mustaq dalam ayat.
Contohnya dalam QS. Al-Hujurat ayat 6:
21 Al-Quran, 4 (An-Nisa’): 10
22 Rosihan, Loc.Cit
23 Al-Quran, 62 (Al-Jumu’ah): 9
24 Rahmat syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) h.220
25 Rahmat syafe’i, Loc.Cit
ِ ُوا أَ ْن تIIُإ ٍ فَتَبَيَّنI َق بِنَب
ٍةI َا بِ َجهَالIIيبُوا قَوْ ًمI ص ِ َ ا َء ُك ْم فIوا إِ ْن َجIIُا الَّ ِذينَ آ َمنIIَا أَيُّهIIَي
ٌ I اس
َفَتُصْ بِحُوا َعلَى َما فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِمين
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang
fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” 26
Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak wajib ditelliti
beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan oleh seseorang yang adil
wajib diterima.
2) Hal (keterangan keadaan)
Seperti fiman Allah, QS. Al-Maidah ayat 95:
Ayat ini menunjukkan tiadanya hukum bagi orang yang membunuhnya karena
tak sengaja. Sebab penentuan “sengaja” dengan kewajiban membayar denda
dalam pembunuhan binatang buruan tidak sengaja.
3) ‘Adad (bilangan)
26 Al-Quran, 49 (Al-Hujurat): 6
27 Al-Quran. 5 (Al-Maidah): 95
Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 197:
ق َوال ِجدَا َل فِي َ ث َوال فُسُو َ َض فِي ِه َّن ْال َح َّج فَال َرف َ ات فَ َم ْن فَ َر ٌ أَ ْشهُ ٌر َم ْعلُو َم ُّْال َحج
ِّْال َحج
اIIَو ِن يIIُ َوى َواتَّقIَو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن خَ ي ٍْر يَ ْعلَ ْمهُ هَّللا ُ َوتَ َز َّو ُدوا فَإ ِ َّن َخي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق
ب ْ أُولِي
ِ األلبَا
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh
rafats, berbuat fasikh dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji
dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah
kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” 28
Mafhumnya ialah melakukan ihram diluar bulan-bulan itu tidak syah.
b. Mafhum Illiat
Mafhum illat adalah menghubungkn hukum sesuatu karena illat-nya atau
sebabnya. Mengharamkan minuman keras karena memabukkan.29
c. Mafhum ghayah
Mafhum ghayah (pemahaman dengan batas akhir) adalah lafal yang
menunjukkan hukum sampai pada ghayah (batasan, hinggaan), hingga lafal ghayah
ini ada kalanya dengan “illa” dan dengan “hatta’. Seperti dalam firman Allah
SWT dalam surat al-Maidah ayat 6:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
31 Al-Quran, 4 (An-Nisa): 23
32 Syafi’i karim, Op.Cit., h.184
33 Al-Quran, 1 (Al-Fatihah): 5
34 Al-Quran, 65 (At-Thalaq): 6
35Abdul Wahab Khalaf, Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003) h. 222
1. Manthuq adalah petunjuk makna yang bersifat tekstual, yaitu petunjuk yang telah jelas
pada seluruh atau sebagian artinya berdasarkan tuturan lafadz itu sendiri.
Mantuq terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti.
b. Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. Terbagi menjadi dua bagian,
yaitu Zahir dan Mu’awwal.
2. Mafhum adalah pemahaman terhadap makna yang tidak terdapat dalam suatu lafadz.
Mafhum juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Mafhum Muwafaqah.
b. Mafhum Mukholafah
3. Mafhum muwafaqah adalah suatu petunjuk kalimat yang menunjukkan bahwa hukum
yang tertulis pada kalimat itu berlaku pada masalah yang tidak tertulis, karena ada
persamaan dalam maknanya.Mafhum muwafaqahterbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Fatwa al-Khitab
b. Lahnu al-Khitab
4. Mafhum Mukhalafah merupakan pemahaman yang diberikan kepada lafazmafhum itu
tidak selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang
berbeda hukumnya dengan mantuq.Mafhum Mukhalafahterbagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
a. Mafhum al-washfhi
b. Mafhum illat
c. Mafhum ghayah
d. Mafhum laqaa,
e. Mafhum hasr
f. Mafhum syarat
DAFTAR PUSTAKA
Khalaf Abdul Wahab. 2003. Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Amani.
Syaikh Manna’ Al-Qaththan. 2012. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , Jakarta: Pustaka Al –
Kautsar.
15