Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDEKATAN KEBUDAYAAN DALAM STUDI ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampuh: Salam, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Lailatuz Zakiya
2. Maisyarah
3. Maria Ulfa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HASAN JUFRI BAWEAN
(STAIHA) BAWEAN
2021-2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Semoga sholawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis memanjatkan puja dan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, kecerdasan, serta
ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pendekatan
Kebudayaan dalam Studi Islam” ini dengan baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, dorongan, dan pengajaran dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Salam, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi
Islam yang telah memberikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang baik serta menbangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan untuk memperbaiki makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa mendengarkan dan
mengabulkan permohonan kita. Aamiin.

Bawean, 02 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Pembahasan.......................................................................................................4
B. Fokus Pembahasan.....................................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan....................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................6
A. Pengertian dan Definisi Pendekatan Kebudayaan dalam Studi Islam.........................................6
B. Objek Kajian dalam Studi Islam.................................................................................................8
C. Plus Minus dalam Pendekatan Kebudayaan dalam Studi Islam..................................................9
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembahasan


Secara umum Studi Islam bertujuan untuk menggali kembali dasar-dasar dan
pokok-pokok ajaran islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang
bersifat hakiki, universal dan dinamis serta abadi (eternal), untuk dihadapkan atau
dipertemukan dengan budaya dan dunia modern, agar mampu memberikan alternatif
pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia pada umumnya dan
umat islam pada khususnya. Dengan tujuan tersebut, maka Studi Islam akan
menggunakan cara pendekatan yang sekirannya relevan.
Memahami suatu agama diperlukan berbagai pendekatan diantarannya
melalui pendekatan teologis normatif, antropologis, sosiologis, historis, filosofis dan
kebudayaan. Hal itu dilakukan agar melalui pendekatan tersebut kehadiran agama
secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnnya. Sebaliknnya, tanpa
mengetahuai berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit
dipahami oleh masyarakat dan tidak fungsional.
Pendekatan teologi normatif adalah pendekatan yang menekankan pada
bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan, yang masing-masing mengklaim
dirinnya paling benar, sedangkan yang lain adalah salah. Pendekatan antropologis
dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama
dengan melihat wujud praktik keagamaaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Pendekatan sosiologi dapat diartikan sebagaimana pendekatan agama
melalui ilmu-ilmu sosial, karena didalam banyak timbul permasalahan sosial,
melalui pendekatan ini agama dapat dipahami dengan mudah karena agama itu
sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Pendekatan historis adalah pendekatan
agama melalui ilmu sejarah. Pendekatan filosofis dapat diartikan sebagai upaya
pendekatan agama melalui ilmu filsafat dengan tujuan agama dapat dimengerti dapat
dipahami dengan seksama. Pendekatan kebudayaan adalah pendekatan melalui
budaya seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Misalnya cara berpakaian di saat
resepsi pernikahan, kehidupan sehari-hari, pergaulan antar pria dan wanita dan
upacara keagaamaan.

4
B. Fokus Pembahasan
1. Apakah maksud dari pendekatan kebudayaan dalam studi islam?
2. Apakah objek kajian dari pendekatan kebudayaan dalam studi islam?
3. Adakah plus minus dari pendekatan kebudayaan dalam studi islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu pendekatan kebudayaan dalam studi islam.
2. Untuk mengetahui objek kajian dari pendekatan kebudayaan dalam studi islam.
3. Untuk mengetahui plus minus dari pendekatan kebudayaan dalam studi islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Definisi Pendekatan Kebudayaan dalam Studi Islam


Kebudayaan dalam sebuah keterangan memiliki tiga istilah yang semakna
dengannya, yaitu; culture, civilization, dan kebudayaan. Istilah kultur berasal dari
bahasa latin, yaitu dari kata culture. Arti kultur adalah memelihara, mengerjakan atau
mengelolah. Istilah civilization berasal dari kata Latin, yaitu civis. Arti kata civis
adalah warga negara, oleh karena itu, S. Takdir Alisyahbana menjelaskan bahwa
sivilisasi berhubungan dengan kehidupan kota yang lebih progresif dan lebih luas.
Dalam Bahasa Indonesia, peradaban dianggap sepadan dengan civilization. Adapun
kata kebudayaan menurut salah satu pakar terkenal di indonesia Soelaeman Soemardi
merumuskan kebudayaan sebagai semuah hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Semua
karya, rasa, dan cipta, dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan
kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagaian besar atau dengan seluruh
masyarakat.1
Konsep kebudayaan sangat sering digunakan oleh antropologi dan telah
tersebar luas ke masyarakat luas bahwa antropologi bekerja atau meneliti apa yang
sering di sebut dengan kebudayaan. Dengan demikian, banyak pakar antropologi
memberikan pendefinisian dari kata kebudayaan itu sendiri, salah satunya Ralph
Linton. R Linton mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh cara kehidupan dari
masyarakat mana pun dan tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian
yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. 2 Kebudayaan dari
pandangan R Linton sederhanannya adalah semua rangkaian kehidupan yang
dilakukan manusia melalui daya cipta, rasa dan karsa.
Kebudayaan adalah hasil cipta manusia. Cipta berarti berorientasi kepada
adanya pergerakan baik bersifat metafisik (gerak akal) atau fisik (kerja). Gerak akal
dan gerak fisik (kerja) merupakan gerak yang menghubungkan manusia kepada entitas
alam, yang membuat manusia memperlakukan alam dan mengubah alam. Menurut
Nurani Suyomukti alam adalah semua benda yang ada, baik yang hidup maupun mati,
jadi bersifat material atau berupa materi.3 Materi bersifat ada, biasanya dapat dikenali

1
Soyomukti,nurani. Pengantar sosiologi dasar analisis, teori, dan pendekatan menuju analisis masalah-masalah
sosial, perubahan sosial, dan kajian-kajian strategi. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media). Hal. 429
2
Ibid. hlm. 428
3
Ibid. hlm. 431
6
dengan indra yang dimiliki meskipun kadang juga tidak (tetapi jelas ia ada). Materi
secara substansi tidaklah bersifat tetap melainkan selalu bergerak, akibatnya
kebudayaan yang dasar pembentukannya alam yang dibentuk manusia tidaklah
stagnan melainkan tentatif (bergerak).
Studi Islam berasal dari dua kata, yaitu studi dan islam. Studi adalah kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi, mendapatkan
pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan keterampilan seseorang. Sedangkan
islam secara etimologi berasal dari bahasa Arab “salima” yang berarti damai, selamat
dan atau sejahtera. Kemudian dari kata itu dibentuklah istilah taslim, yang secara
bahasa berarti tunduk, patuh dan pasrah, maksudnya adalah tunduk dan patuh serta
pasrah kepada kehendak tuhan.4 Dengan demikian, studi islam adalah upaya untuk
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan islam.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana pengaruh kebudayaan dalam membangun
konstruksi studi islam? Pendekatan kebudayaan dalam studi agama islam sangat
diperlukan sebagai alat metodologi untuk memahami corak keagamaan yang dipunyai
oleh sebuah masyarakat dan para warganya. Dalam kaitan ini, Nurcholis Madjid
pernah menjelaskan tentang hubungan agama dengan budaya. Menurutnya, agama dan
budaya adalah dua bidang yang dapat di bedakan namun tidak dapat dipisahkan. 5
Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan ada pada waktu dan tempat.
Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu
dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama, tidak pernah
terjadi sebaliknya. Oleh karena itu Agama adalah primer, sedangkan budaya adalah
sekunder.
Harun Nasution melihat, bahwa agama pada dasarnya mengandung dua
kolompok ajaran. Yaitu; kelompok pertama, ajaran dasar yang diwahyukan tuhan
melalui para rosul-Nya kepada manusia. Karena bersifat wahyu maka orientasinya
kebenaranya mengarah kepada absolutisme, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan
tidak bisa dirubah. Kelompok kedua, uraian atau penjelasan agama yang di hasilkan
oleh pemikiran pemuka atau ahli agama, yang pada hakikatnya tidak absolut, tidak
mutlak, dan tidak kekal. Dalam arti bersifat relatif, nisbi, dan berubah.
Dari kelompok kedua ini memperlihatkan akan masuknya faktor kebudayaan
sebagai bagian kajian dari pemikiran tentang keislaman. Didalam Al-Qur’an pun
terdapat beberapa ayat yang mengatur tentang persoalan kemasyarakatan,

4
Muniron, dKK. Studi islam di perguruan tinggi. (Jember. STAIN Jember Press, 2010). Hal. 31
5
Ibid. hlm.165
7
sebagaimana di kutib Harun Nasution dalam bukunya, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, mengutip hasil penelitian yang dilakukan Abd Al-Wahab Khalaf, Guru
Besar Hukum Islam Universitas Kairo, mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengatur hidup kemasyarakatan tidak lebih dari 5,8% dari seluruh ayat al-Qur’an. 6
Dengan demikian, jelas bahwa persoalan kemasyarakatan yang bertendensi pada
kebudayaan mejadi dasar dari pengajian studi islam.
Sebagai contoh dari pendekatan kebudayaan dalam studi islam, yaitu;
masuknya islam ke Indonesia tidak lepas dari akulturasi kebudayaan yang dilakukan
oleh penyebar islam di Indonesia yang paling terkenal, yaitu wali songo. Proses
penyebaran dan perluasan ajaran islam di Indonesia dapat kita baca dari upaya yang
dilakukan pendakwa yang datang ke Indonesia dengan konteks akulturasi kebudayaan,
dengan berbagai cara kebudayaan yang dilakukan, seperti yang dilakukan sunan
kalijogo dengan mediasi wayang. Dari wayang tersebut sunan kalijogo mampu
menyebarkan islam di Indonesia dengan cara damai tanpa ada pertumpahan darah.

B. Objek Kajian dalam Studi Islam


Objek kajian adalah sasaran dalam penelusuran keilmuan untuk mendapatkan
uraian dan penjelasan kebenaran secara sistematis dan dapat dipertangung jawabkan.
Maksudnya, objek itu adalah sasaran dimana seseorang menginginkan sesuatu
diperoleh oleh sasaran tersebut. Semisal, karena di sini membahas studi islam, maka
dalam pengertian objek kajian tersebut mengarah kepada upaya penelusuran yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu informasi dan pengetahuan terkait
tentang keislaman.
Dari fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat, islam memang
sangat menarik untuk dijadikan objek kajian dan dalam mengkaji islam, tentu kita
harus berpedoman pada dua sumber otentiknya yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Orang yang memeluk Agama Islam, yang disebut muslim adalah orang yang
bergerak menuju ketingkat eksistensi yang lebih tinggi. Demikian yang tergambar
dalam konotasi yang melekat dalam kata islam apabilah kita melakukan suatu kajian
tentang arti Islam itu sendiri. Kata islam secara bahasa itu sendiri berasal dari bahasa
Arab “Salima” yang artinnya selamat, damai, atau sejahterah. Dengan demikian,
jelas bahwa Islam yang mengakar kata pada “Salima” yang mengartikan selamat,
memberikan orientasi kesungguhan akan sesuatu yang bersifat melangit atau teologis
akan tetapi bergeraknya secara antropologis.
6
Ibid. hlm. 166
8
Islam berbentuk nilai-nilai, jika pemikiran (akal pikiran) dilibatkan dalam
proses memahami dam mengaktualisasikannya dalam senarai sejarah pemikiran
Islam terpotret bagaimana pemikiran peminat studi Islam memberi andil kreatif dan
signifikan terhadap bangunan pemahaman ajaran Islam dalam berbagai dimensinya
yang melahirkan berbagai jenis pengetahuan Islam (Ulumul islam) seperti Teologi,
Filsafat Islam, Ulumul Qur’an, Hadits, Ilmu-ilmu syariat dan sebagainya.7
Maka dari itu, dalam mengakaji Islam sebagai pemikiran berarti mempelajari
apa yang dipahami oleh pemikir-pemikir yang telah mengkaji ajaran-ajaran Islam
yang melahirkan bentuk pemahaman atau kajian tertentu.

C. Plus Minus dalam Pendekatan Kebudayaan dalam Studi Islam


Pendekatan kebudayaan dalam studi keislaman pastinya memiliki dua
prespektif, yakni plus dan minus. Sebab, dari banyaknya metodologi yang ada di
dunia ini sifatnya mengandung kebenaran tentatif tidak absolut, sehingga masih
memerlukan metode atau pendekatan lain dalam kebenaran objektif terhadap suaatu
keilmuan.
Menurut Schusky dan Culbert mengatakan kajian budaya merupakan studi
tentang manusia dalam berbagai aspek-aspek biologis dan budaya manusia, aspek
sejarah budaya, manusia sebagai bagian dunia, baik sebagai individu, kelompok, dan
kajian budaya secara holistik.8 Agama dan budaya menurut Nurcholis Madjid adalah
dua bidang yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Maksudnya, untuk
mengkaji tentang agama tidak bisa mengabaikan persoalan kebudayaan yang di
hasilkan oleh masyarakat dalam proses penyebaran agama Islam dalam area tersebut.
Sebagaimana, Geertz mengatakan dalam hal ini agama dapat dipahami sebagai suatu
sistem kebudayaan.
Pendekatan kebudayaan dapat diartikan sebagai sudut pandang atau cara
melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian dengan
menggunakan kebudayaan dari gejala yang dikaji tersebut sebagai acuan atau kaca
mata dalam melihat, memperlakukan, dan menelitinya. Permasalahan kemudian
adalah pengertian kebudayaan yang digunakan sebagai sudut pandang atau kacamata
dalam melihat gejala yang di uji.
Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan
menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di adat
7
Syafieh. Metodologi Studi Islam. https://syafieh.blogspot.com. (diakses pada 02 Maret 2022, pukul 08.50).
8
Samsul Hidayat. Urgensi Cultural Approach sebagai Metodologi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam
Kontemporer. hlm. 55
9
istiadat, dan sebagainya. Kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus
menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi
kebudayaan tersebut.
Di Indonesia, diantara para cendekiawan dan ilmu sosial, konsep kebudayaan
dari koentjaraningrat amatlah popular. Dalam konsepnya, kebudayaan diartikan
sebagai wujudnya, yang mencakup keseluruhan dari:
1. Kelakuan
2. Gagasan
3. Hasil kelakuan
Konsep ini tak bisa dipakai sebagai acuan bagi pendekatan kebudayaan untuk
kajian agama. Karena agama bukanlah gagasan, bukan juga kelakuan, ataupun hasil
kelakuan. Sebaliknya, kebudayaan dalam pengertian koentjaningrat adalah wujud,
dan wujud inilah yang dijadikan sasaran kajian atau penelitian antropologi. Kajian
atau penelitian wujud kebudayaan ini, dalam konsep unsur-unsur budaya universal
yang menghasilkan  taksonomi kebudayaan.
Pendekatan berdasarkan pemikiran adalah bahwa setiap kebudayaan adalah
unik atau tidak sama dengan kebudayaan yang lain, bahwa setiap masyarakat
mempunyai kebudayaan masing-masing, dan bahwa setiap agama untuk dapat
berpijak dibumi atau hidup dan berkembang serta lestari dalam masyarakat haruslah
menjadi pedoman yang diyakini kebenarannya bagi kehidupan suatu warga
masyarakat.
Dengan demikian, apabila agama dilihat dan diperlukan sebagai kebudayaan,
yaitu sebagai nilai-nilai budaya dari masyarakat yang dikaji, agama diperlakukan
sebagai sebuah pedoman yang diyakini kebenarannya oleh warga masyarakat yang
bersangkutan, serta pedoman bagi kehidupan tersebut dilihat sebagai sesuatu yang
sakral dengan sanksi-sanksi ghaib sesuai dengan aturan dan peraturan keagamaan
yang diyakini. Dalam pendekatan ini, agama dilihat dan diperlakukan sebagai
pengetahuan dan keyakinan-keyakinan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat, yang
pengetahuan dan keyakinan tersebut menjadi patokan-patokan  kebutuhan manusia,
sehingga tindakan-tindakan pemenuhan kebutuhan manusia itu dapat menjadi
beradab, penuh dengan ciri-ciri kemanusiaan yang dibedakan dari pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan biologi dan social hewan.9

9
Denan Amin Syukur. Makalah pendekatan Dalam Studi islam. https://denanuinsuska.wordpress.com. (diakses
pada 02 Maret 2022, pukul 12.18 WIB).
10
BAB III

PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Studi Islam secara umum bertujuan untuk menggali kembali dasar-dasar dan
pokok-pokok ajaran islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang
bersifat hakiki, universal dan dinamis serta abadi (eternal) untuk dihadapkan atau
dipertemukan dengan budaya dan dunia modern, agar mampu memberikan alternatif
pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia pada umumnya dan umat
islam pada khususnya. Dengan tujuan tersebut, maka studi Islam akan menggunakan
cara pendekatan yang sekirannya relevan.
Objek kajian Islam adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mendapatkan
suatu informasi, uraian, keterangan, penjelasan dan pengetahuan secara sistematis,
universal, objektif, emperis, rasional dan dapat dipertanggung jawabkan terkait dengan
hal yang berada dalam agama Islam. Dengan demikian, memerlukan sebuah
pendekatan untuk menggali atau mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan seputar
keislaman baik dari sisi historis, pokok ajaran atau interpretasi ajaran.
Adapun pendekatan yang dilakukan untuk menggali Islam terdiri dari
pendekatan teologi normatif, antropologis, sosiologis, historis, filosofis, dan
kebudayaan. Dari banyaknya pendekatan tersebut merupakan sebagai upaya
melengkapi dari banyaknya pendekatan yang dilakukan untuk menggali Islam.
Dengan demikian, jelas sudah bahwa pendekatan kebudayaan dalam studi Islam
tidaklah mampu menerangkan dan menjelaskan tentang islam secara universal,
akibatnnya masih memerlukan pendekatan lain untuk memaksimalkan kajian
keislaman tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Soyomukti,nurani. Pengantar sosiologi dasar analisis, teori, dan pendekatan menuju


analisis masalah-masalah sosial, perubahan sosial, dan kajian-kajian strategi.
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).
Muniron, dKK. Studi islam di perguruan tinggi. (Jember. STAIN Jember Press, 2010).
Syafieh. Metodologi Studi Islam. https://syafieh.blogspot.com. (diakses pada 02
Maret 2022, pukul 08.50).
Hidayat, Syamsul. Urgensi Cultural Approach sebagai Metodologi Keilmuan Dalam
Pendidikan Islam Kontemporer.

13

Anda mungkin juga menyukai