Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERSONAL PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu :

Dede Setiawan M.M PD

Disusun Oleh :

Aji Syahrulian

Muhammad Rikza

Baka Sagiri

Amanda Yulianti

Arini Mayang Fauni

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Pendidikan Islam tentang Personal
Pendidikan Islam. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah
wawasan tentang pengetahuan pendidikan islam secara meluas.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2

BAB I..........................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................................3

A. Latar Belakang...............................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian...........................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.....................................................................................................................................4

A. Pendidikan dalam Pendidikan Agama Islam..................................................................................4

B. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam........................5

C. Alat dan Sarana Pendidikan Islam.................................................................................................9

D. Lingkungan Pendidikan Islam.....................................................................................................11

BAB III.....................................................................................................................................................15

PENUTUP............................................................................................................................................15

A. Kesimpulan..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan


kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih
daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang
pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek
yang dicakupnya.

Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap


pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.
Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam sebagai suatu sistem
keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan
karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa
perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa arah, bahkan salah
langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga dengan pendidikan Islam yang
berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses yang panjang dengan suatu
tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan.

Namun, tidak semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa
sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan Islam, yaitu ketika output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan
tersebut. Berdasarkan masalah tersebut di atas, telah ditemukan kasus-kasus seperti korupsi,
pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh
seorang yang telah mengenyam sebuah pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi
sebagai kurangnya pemahaman tentang  hakekat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi
orang tersebut.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang ini, maka penyusun membuat suatu rumusan masalah
sebagai berikut:

1) Apa pengertian pendidik dalam prespektif pendidikan islam?


2) Bagaimana proses belajar mengajar dalam pendidikan islam?

4
3) Bagaimana evaluasi dalam pendidikan islam?
C. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui pengertian pendidik dalam prespektif pendidikan islam.


2) Untuk mengetahui proses belajar mengajar dalam pendidikan islam.
3) Untuk mengetahui evaluasi dalam pendidikan islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan dalam Pendidikan Agama Islam

Setiap etimologis, istilah pendidik dalam konteks pendidikan islam sering disebut
dengan istilah murabbi, mu’allim, muaddib. Disamping istilah tersebut, pendidik juga sering
diistilahkan dengan menyebut gelarnya, al- Ustadz atau al-Syekh (Muhaimin dan Mujib,
1993). Menurut para ahli bahasa, kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi, yang berarti
membimbing, mengurus, mengasuh, dan mendidik. Kata mu’allim merupakan bentuk isim
fa’il dari ‘allama, yu’allimu, yang biasa diterjemahkan “mengajar” atau “mengajarkan”. Hal
ini sebagaimana ditemukan dalam firman Allah sebagai berikut:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama- nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar!” (QS. al-Baqarah: 31).

Sementara istilah muaddib berasal dari akar kata addaba, yuadaibu, yang biasa
diartikan “mendidik”. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam sabda Rasulullah SAW:
“Addabani Rabbi fa Ahsana Ta’diibi” (Allah telah mendidikku, maka ia memberikan
kepadaku sebaik- baik pendidikan).

Dalam konsep islam, pendidik memiliki peran yang sangat penting. Selain sebagai pengajar,
ia juga menjadi bapak rohani (spiritual father) yang memberikan nasihat- nasihat yang baik
(mau’idhah hasanah) kepada anak didiknya. Oleh karena itu, pendidik dalam islam
mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, sebagaimana yang dilukiskan dalam hadist Nabi
Muhammad SAW bahwa: “Tinta seorang ilmuwan (ulama) lebih berharga ketimbang darah
para syuhada”.

Dalam pengertian yang lebih luas, pendidik dalam islam adalah setiap orang dewasa,
yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.
Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah agama, dan
wewenang pendidik juga mendapatkan legitimasi agama, sementara yang menerima
tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik
merupakan sifat yang lekat pada setiap orang karena tanggung jawabnya atas pendidikan.

6
B. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam
1. Peserta dalam pendidikan Islam
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam. Peserta didik
merupakan raw material (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang disebut
pendidikan. Berbeda dengan komponen-komponen lain dalam sistem pendidikan karena kita
menerima “materiil” ini sudah setengah jadi, sedangkan komponen-komponen lain dapat
dirumuskan dan sesuai dengan keadaan fasilitas dan kebutuhan yang ada. Peserta didik secara
formal adalah orang yang sedang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan baik
secara fisik, maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri seorang
pendidik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik,
perkembangan menyangkut psikis. 14 Menurut pasal 1 ayat 4 Undang-undang republik
indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Anak didik yang mendapat pengajaran ilmu atau individu yang mengalami perubahan
dan perkembangan sehingga masih sangat memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari susunan proses berlangsungnya
pendidikan. Dengan kata lain, peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami
fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental dan fikirannya. Peserta
didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya
dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan
dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
pendidik.
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat
untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik.
Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada
orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang
berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga
pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di
masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut arti
terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang
pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari,

7
sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia berusaha keras
menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk
menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk
perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa.
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim
dan murabbi yang menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik
dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran
seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi
seorang yang celaka dan binasa. Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam
pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa,
yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung
adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat
beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta
didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik, dan
memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga. Sebaliknya,
menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan mejerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi,
kita tidak boleh melalaikan tugas ini, terlebih lagi Nabi bersabda

‫َأ ْك ِر ُموْ ااَ ْبنَا َء ُك ْم َوَأحْ ِسنُوْ ا اَ َدبَهُ ْم‬

“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik”

Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada


dalam keadaan tidak berdaya (hulpeoosheid) . Dalam Al-Quran dijelaskan:

َ‫ار َواَأْل ْفِئ َدةَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬


َ ‫ص‬َ ‫ون ُأ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيًئا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَأْل ْب‬
ِ ُ‫َوهَّللا ُ َأ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُط‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”.(QS. An-Nahl: 78)

Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari
pendidik, karena menurut ajaran Islam,
8
Peserta Dididk dalam Pendidikan Islam juga mempunyai kebutuhan antara lain :

a. Kebutuhan fisik
b. Kebutuhan sosial
c. Kebutuhan untuk mendapatka status
d. Kebutuhan mandiri
e. Kebutuhan anak berprestasi
f. Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
g. Kebutuhan anak curhat
h. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup

2. Kurikulum dalam Pendidikan Islam


Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran.
Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan
untuk mencapai tujuan yang disepakati. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang
merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan untuk siswa sekolah. Kurikulum
disusun oleh para pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan,
pengusaha serta masyarakat lainnya. Rencana ini disusun dengan maksud memberi pedoman
kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa,
mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Kurikulum dalam pengertian mutakhir adalah semua kegiatan yang memberikan pengalaman
kepada siswa (anak didik) di bawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah.
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak
didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum
pendidikan Islam adalah semua aktivitas, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja
dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan
pendidikan Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan
satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk
mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang
sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat
perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.

9
3. Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan,


pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak
didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam. Berdasarkan keterangan di atas, maka
kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat
untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, diperlukan
adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan
tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.

Kurikulum pendidikan Islam bertujuan menanamkan kepercayaan dalam pemikiran


dan hati generasi muda, pemulihan akhlak dan membangunkan jiwa rohani. Ia juga bertujuan
untuk memperoleh pengetahuan secara kontinu, gabungan pengetahuan dan kerja,
kepercayaan dan akhlak, serta penerapan amalan teori dalam hidup.

C. Alat dan Sarana Pendidikan Islam

Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam,dengan demikian maka alat ini mencangkup apa saja yang dapat
digunakan dan mempunyai peranan penting sebab alat/media dapat digunakan untuk
menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi
kepribadian muslimyang diridhoi oleh Allah.Oleh karena itu alat pendidikan harus searah
dengan Al-Quran dan Sunnah, atau dengan kata lain, tidak boleh bertentangan dengan
keduanya.
Alat pendidikan adalah suatu tindakan / perbuatan / situasi / benda yang sengaja
diadakan untuk mempermudah pencapaian pendidikan. Alat pendidikan dapat juga di sebut
sebagai sarana / prasarana pendidikan. Sarana pendidikan terbagi kepada dua bagian yaitu :
Pertama, Sarana fisik pendidikan; Kedua, Sarana non fisik pendidikan.
1. Sarana Fisik Pendidikan.
a) Lembaga Pendidikan
Lembaga atau badan pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia, yang
memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Lembaga pendidikan ini dapat
berbentuk formal, informal, dan non formal.
Secara formal pendidikan di berikan di sekolah yang terkait aturan – aturan tertentu,
sedangkan non formal di berikan berupa kursus-kursus yang aturannya tidak terlalu ketat, dan
yang secara informal pendidikan di berikan di lingkungan keluarga.

10
b) Media Pendidikan.

Media disini berarti alat-alat / benda-benda yang dapat membantu kelancaran proses
pendidikan, Seperti: OHP, Komputer, dan sebagainya.

2. Sarana Non Fisik Pendidikan

Yaitu alat pendidikan yang tidak berupa bangunan tapi berupa materi atau pokok-
pokok pikiran yang membantu kelancaran proses pendidikan. Sarana pendidikan non fisik ini
terdiri dari :

a) Kurikulum

Kurikulum merupakan bahan-bahan pelajaran yang harus di sajikan dalam proses


pendidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. Dalam IPI kurikulum
merupakan komponen yang amat penting karena juga sebagai alat pencapaian tujuan
pendidikan itu. Selain itu kurikulum yang diberikan di upayakan agar anak didik
dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.

b) Metode

Metode dapat di artikan sebagai cara mengajar untuk pencapaian tujuan.


Penggunaan metode dapat memperlancar proses pendidikan sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Metode-metode tersebut, seperti: Metode Ceramah, Metode Tanya jawab,


Metode Hafalan, Cerita, Diskusi, dan lain-lain.

c) Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu cara memberikan penilaian terhadap hasil belajar


murid. Evaluasi dapat berbentuk tes dan non tes.

 Evaluasi tes dapat berupa: essay, tes objektif, dan sebagainya.


 evaluasi non tes dapat berupa: penilaian terhadap kehadiran, pengendalian diri,
nalar, dan pengalaman.

11
d) Manajemen

Pengelolaan yang baik dan terarah sangat diperlukan dalam mengelola lembaga
pendidikan agar tujuan yang di harapkan dapat tercapai. Pengembangan sistem
pendidikan islam membutuhkan manajemen yang baik. Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, penempatan pegawai, dan pengawasan yang baik
akan memperkuat pendidikan Islam sehingga out put yang di hasilkan akan
berkualitas dan dapat menjawab tantangan zaman.

e) Mutu Pelajaran

Peningkatan mutu pelajaran tidak terlepas dari peningkatan kualitas tenaga


pengajar. Kualitas tenaga pengajar ini dapat di usahakan melalui bimbingan,
penataran, pelatihan, dan lain-lain.

Alat dan Sarana pendidikan Islam merupakan pendukung proses pencapaian


tujuan dalam memahami pendidikan agama Islam.

Penerapan alat dan sarana pendidikan Islam harus merupakan sesuatu yang mengenai
sasaran sesuai dengan materi pendidikan agama Islam. Alat dan Sarana pendidikan
memberikan peluang lebih banyak kepada siswa untuk mengembangkan diri dalam proses
pemahaman materi pendidikan agama Islam.

D. Lingkungan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik, manakala didukung oleh


lingkungan yang baik. Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu
pendidikanamat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam. Pendidikan
Islam dapat berjalan dengan baik apabila lingkungan di dalamnya benar-benar mendukung
pada pembentukan akhlak al-karimah. Penanaman akhlak dalam lingkungan pendidikan
Islam sangat sejalan dengan tujuan utama pendidikan Islam. Karena, tujuan pendidikan
Islam sama seperti tujuan Muhammad saw. Diturunkan, yaitu untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Setidaknya, ada beberapalingkungan pendidikan Islam yang dapat
dijadikan sebagai tempat belajar, yaitulingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan-lingkungan ini merupakan kesatuan yang dapat menjadi pendorong bagi proses
perkembangan Pendidikan Islam. Dalam ungkapan berbeda, peserta didik dapat berhasil

12
dalam proses pembelajaran pendidikan Islam dan memiliki akhlak yang baik, apabila
ketiga lingkungan pendidikan tersebut menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada setiap
peserta (anak) didik. Selama ini lingkungan pendidikan masih belum dianggap penting
oleh sebagai orang. Kalaupun ada salah satu yang dianggap penting hanya
lingkungan pendidikan sekolah. Sementara untuk lingkungan pendidikan keluarga
dan masyarakat kerap tidak dianggap. Padahal, keduanya berperan penting dalam
pendidikan. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak baik dapat mengakibatkan
seorang anak/peserta didik menjadi tidak baik, meskipun lingkungan sekolah mengajarkan
dan menunjang untuk membangun perilaku baik.Dengan demikian, mengesampingkan
lingkungan pendidikan keluarga dan masyarakat tentu dapat berakibat fatal bagi
pendidikan itu sendiri. Bukan tidak mungkin tujuan pendidikan untuk menciptakan
peserta didik memiliki moralitas luhur menjadi tidak tercapai. Maka tidak salah jika
dikatakan lingkungan Pendidikan keluarga dan masyarakat pun lingkungan pendidikan yang
sama penting dengan pendidikan sekolah. Lingkungan - lingkungan pendidikan memiliki
peran penting terhadap output peserta didik. Baik dan tidak saja peserta didik tidak hanya
ditentukan oleh guru yang mengajarnya saja, tetapi juga oleh lingkungan-lingkungannya.
Karena itu, pengkajian terhadap lingkungan pendidikan penting untuk dilakukan.
Mengesampingkannya berarti menghilangkan salah satu unsur penting dalam dunia
pendidikan.

Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam proses pendidikan.


Lingkungan itu berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara
berkelanjutan. Maka, agar proses belajar mengajar menjadi baik, dibutuhkan
lingkungan pendidikan yang baik. Jika proses belajar mengajar yang dilakukan
baik, maka pencapaian tujuan pendidikan untuk membentuk peserta didik memiliki
moralitas luhur pasti dapat diwujudkan. Tujuan pendidikan semacam ini, selaras
dengan ajaran Islam. Karena, pembawa ajaran Islam, Muhammad saw. diutus
Tuhan dalam rangka menyempurnakan moralitas manusia. Apabila merujuk pada teori
yang dikemukan oleh Mahmud Yunus, lingkungan pendidikan dapat dikategorikan
dalamtiga bagianyaitu lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga
memiliki keterkaitan dan merupakan kesatuan yang tidak dapatdipisahkan dalam proses
Pendidikan islam.

Pusat Pendidikan terbagi menjadi tiga bagian:

13
1. Keluarga
2. Sekolah atau tempat menuntut ilmu
3. Masyarakat

1. Keluarga
Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan juga
utama. Karena itu peran dan pengaruh keluarga sangatlah esensial bagi
perkembangan anak. Apa yang diberikan dan dilakukan oleh keluarga akan menjadi
sumber perlakuan pertama yang akan mempengaruhi pembentukan karakteristik
perilaku dan pribadi anak. Perlakuan pada masa awal kehidupan anak yang terjadi
dalam keluarga sangat memegang peran kunci dalam pembentukan struktur dasar
kepribadiannya tersebut.
Sebagian besar waktu anak akan dihabiskan di keluarga, jika kesempatan yang
banyak diisi dengan hal-hal yang positif, maka akan memberikan kontribusi yang
positif pula untuk anak. Karakteristik hubungan orang tua dan anak berbeda dari
hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya di sekitar mereka. Kepada orang tua,
selain si anak memiliki ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan
psikologis tertentu yang sejak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih
sayang dan pengaruh-pengaruh normatif tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-anak
mewujudkan keadaan yang apa adanya dan bersifat “asli”, tidak seperti hubungan
anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu menekankan formalitas karena
terikat oleh posisi guru yaitu sebagai pendidik yang harus selalu bisa membangun
keadaan yang wajar dengan nasihat-nasihat baiknya.
Sedangkan Pengaruh keluarga akan sangat bervariasi tergantung pada bentuk,
kualitas, dan intensitas perlakuan yang terjadi serta pada kondisi anak itu sendiri.
Namun prinsip-prinsip yang dimiliki orang tua untuk bahan rujukan dalam
membimbing anak tersebut tidaklah boleh terlepas dari unsur-unsur pribadi anak
yang unik. Peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan baik dalam
hal penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif.
Sedangkan Dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman
nilai, dan perilaku-perilaku lainnya pengaruh keluarga sangatlah kuat dan bersifat
langsung. Keluarga berfungsi sebagai lingkungan kehidupan nyata dalam
pengembangan aspek-aspaek perilaku tersebut. Enam hal yang dimungkinkan bisa
dilakukan orang tua dalam mempengaruhi anak, yaitu:

14
1. Peneladanan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Memberiakan ganjaran atau hukuman, seperti pujian dan teguran.
3. Perintah langsung.
4. Menyatakan peraturan-peraturan.
5. Penalaran, dan
6. Menyediakan fasilitas atau bahan-bahna dan adegan suasana, seperti
membeliakn buku-buku yang diminati anak untuk proses belajarnya.
2. Sekolah

Selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak berada di
sekolah yang bukan hanya hadir secara fisik, namun juga mengikuti kegiatan-
kegiatan yang telah diprogram oleh sekolah. Dengan demikian, sekolah memiliki
konribusi yang sangat berarti dalam hal perkembangan anak. Pengalaman interaksi
anak dengan gurunya di sekolah akan lebih bermakna bagi anak daripada dengan
orang dewasa lainnya. Luasnya lautan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek kehidupan
manusia lainnya semakin mengukuhkan keterbatasan orang tua dalam mendidik
anaknya.

Mengikuti kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan proses


penegembangan kognisi anak merupakan kegiatan utama mereka di sekolah.
Perkembangan kognisi anak yang bersekolah akan berbeda dengan mereka yang
tidak bersekolah . Interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan
perkembangan kognisi anak, namun juga berkenaan dengan perkemangan aspek-
aspek pribadi lainnya. Sekolah akan membatasi dan mendefinisikan perilaku,
perasaan, dan sikap anak. Di sekolah, mereka akan menemukan perkembangan
identitas, keyakinan atau kemampuan diri, image tentang kehidupan dan
kemungkinan karir, hubungan-hubungan sosial, serta standar perilaku yang benar
dan salah. Semakin cocok antara budaya sekolah dengan nilai-nilai dan harapan-
harapan anak, maka akan semakin positif dampak sekolah terhadap perkembangan
anak.

Jelaslah fungsi dan tujuan sekolah, yaitu sebagai lembaga yang memfasilitasi
proses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga mereka dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, serta berperan dalam hal pengembangan aspek sosiomoral dan emosi

15
anak dengan kemampuan guru dalam mendidik dan karakteristik-karakteristik
pribadi yang sesuai dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat.

3. Masyarakat

Anak-anak bergaul dalam masyarakat, di sana mereka menyaksikan berbagi


peristiwa, di sana mereka melihat orang-orang berperilaku, dan di sana pula mereka
akan selalu menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi
oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak-anak dalam
masyarakat tersebut akan memberikan kontribusi tersendiri dalam pembentukan
perilaku dan perkembangan pribadinya. Lingkungan masyarakat akan mendukung
apa yang telah dikembangkan orang tua di rumah dan guru di sekolah, dan begitu
sebaliknya. Jika rumah dan sekolah telah mengembangkan suatu budaya atau nilai
yang relevan dengan apa yang dikembangkan di mayarakat , maka sangat mungkin
akan muncul pengaruh yang saling mendukung, sehingga peluang
pencapaiannyapun akan sangat besar.

Diperlukan ikatan ikatan psikologis yang kuat antara keluarga dengan anak,
sehingga keluarga akan selalu dipercaya sebagai tempat yang baik untuk
membicarakan dan memahami berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat.
Karena jika ditanya “siapa penanggung jawab kondisi dalam masyarakat?”, pada
akhirnya tanggung jawab tersebut akan kembali pada keluarga masing-masing. Baik
tidaknya suatu masyarakat akan sangat bergantung pada keluarga-keluarga yang
membangun masyarakat tersebut. Orang tua juga harus membimbing anaknya dalam
hal pergaulan anak dengan teman sebayanya dan menjaga anak dari pengaruh
negatif media informasi yang akhir-akhir ini perannya sangat dominan dalam
masyarakat.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu :


1. Pendidik dalam konteks pendidikan islam sering disebut dengan istilah murabbi,
mu’allim, muaddib. Disamping istilah tersebut, pendidik juga sering diistilahkan
dengan menyebut gelarnya, al- Ustadz atau al-Syekh.
2. Dalam pengertian yang lebih luas dan sistematik, proses belajar mengajar adalah
kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara satu dan lainnya.
Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru
yang profesional dan siap mengajar, murid yang siap menerima pelajaran,
pendekatan yang akan digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang akan
dipilih, teknik dan taktik yang akan digunakan.
3. Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan islam, evaluasi
berfungsi sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang telah
dilakukan benar- benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap
pendidik/ guru maupun anak didik/ murid.
b. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan
apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
c. Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan
dan kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum pendidikan islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Heri, Pendididkan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,


(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2014)

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’anulkarimAl Mushawwir Al-Qur’an


Perkata Transliterasi, (Bandung: Al-Hambra, 2014)

Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015).

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta Selatan: Ciputat
Pers, 2002).

18
Ahmad, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Sofia Apriyadi, categori “ tri pusat pendidikan “ dalam “

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/02/tentang-tri-pusat-pendidikan/ “ ( Di akses 15
November 2011 ).

Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Predita.
2010.

Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Interpratama Offset. 2008.

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam

Berbasis Kompetensi Konsep dan

Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

A. Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan

Islam, Jakarta: Lembaga Pengembagan

19

Anda mungkin juga menyukai