Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

ISLAM PADA MASA PEMBAHARUAN

Mata Kuliah:Sejarah Pendidikan di Dunia Islam


Dosen Pengampu:Ropiko,M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 9

1. Reza Wahyu Saputra (201201946)


2. M Argin Agus Faujan (201201785)
3. Robiatul Adawiyah (201201764)
4. Kholid (201201962)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2023

i
KATA PENGANTAR

‫يم‬ ‫ٱلر ۡح َٰم ِن ه‬


ِ ‫ٱلر ِح‬ ِ ‫ِب ۡس ِم ه‬
‫ٱَّلل ه‬
Assalamualaikum Wr,Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan
serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran
positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen” Ropiko,M.Pd
Dengan Mata Kuliah Sejarah Pendidikan di Dunia Islam yang telah memberikan tugas Makalah
ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai sehingga dengan kami dapat menemukan hal-
hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan
para pihak yang turut membantu terselesaikannya ini, Terakhir kali sebagai seorang manusia
biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja
tak luput dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenapsaran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

Wassalammualaikum Wr.Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2


A. Latar Belakang Munculnya Pembaharuan Pendidikan Islam ........................................ 2
B. Pola dan Bentuk Pembaharuan Pendidikan Islam baik.................................................. 3
Dalam bentuk Sarana maupun Prasarana ....................................................................... 3
C. Implikasi/Pengaruh Pembaharuan Pendidikan Islam terhadap .................................... 10
Modernisasi Madrasah di Indonesia ............................................................................ 10
D. Analisis Fakta Sejarah.................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setelah warisan filsafat dan ilmu pengetahuan islam diterima oleh bangsa eropa dan
umat islam sudah tidak memperhatikannya lagi maka secara berangsur-angsur telah
membangkitkan kekuatan di eropa dan menimbulkan kelemahan di kalangan umat islam.
Secara berangsur-angsur tetapi pasti, kekuasaan umat islam ditundukkan oleh kekuasaan
bangsa eropa,dan terjadilah penjajahan dimana-mana di seluruh wilayah yang pernah
dikuasai oleh kekuasaan islam. Eksploitasi kekayaan ilmu-ilmu islam oleh bangsa-bangsa
eropa, semakin memperlemah kedudukan kaum muslimin dalam segala segi kehidupannya.
Pendidikan Islam mengalami beberapa fase perkembangan seiring dengan
perkembangan agama Islam itu sendiri. Dimulai dari pada masa Nabi Muhammad SAW,
kemudian dilanjutkan pada masa Khulafaur Rasyidin, dan mencapai masa kegemilangan
pada masa Khalifah-Khalifah yang memerintah Negara Islam silih berganti. Sampai
akhirnya Islam mengalami kemunduran yang juga turut mempengaruhi pendidikan Islam.
Kemudian pendidikan Islam mengalami masa kebangkitan kembali yang
dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik kembali dengan
beberapa tokoh pembaharu Islam.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini kami akan mencoba memaparkan tentang
pembaharuan pendidikan Islam, dimana pada masa ini umat Islam mulai sadar akan
ketertinggalannya dari dunia Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang Munculnya Pembaharuan Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Pola dan bentuk Pembaharuan Pendidikan islam baik dalam Bentuk Sarana
maupun Prasarana?
3. Bagaimana Implikasi/Pengaruh pembaharuan Pendidikan Islam terhadap Modernisasi
Madrasah di Indonesia.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian pembaharuan pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui latar belakang pembaharuan pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui masa pembaharuan pendidikan islam
4. Untuk mengetahui tentang analisis fakta sejarah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya Pembaharuan Pendidikan Islam


Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai pembaharu bidang
pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah, seperti Muhammad Ali Pasya,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dari Mesir. Kemudian tercatat
nama Muhammad Iqbal dari India dan sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-
18, segala warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika umat
Islam larut dalam kegemilangan sehingga tidak memperhatikan lagi pendidikan, maka
Eropa tampil mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa kemudian bangkit
dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran. Hampir seluruh wilayah dunia Islam
dijajah oleh Bangsa Eropa termasuk Indonesia.

Penemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi muncul di


Eropa. Misalnya dalam bidang mesin, listrik, radio, yang semuanya itu menunjang semakin
kuatnya Eropa terhadap dunia Timur bahkan sampai ke Indonesia. Dunia jadi berbalik,
dunia Timur terpukau dan terbius kemujuan yang dialami Eropa.

Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari


Bangsa Eropa telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Dengan kekalahan-
kekalahan yang diderita oleh Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-Negara
Eropa. Mereka mulai memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan mengirimkan
utusan-utusan untuk mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Prancis dan didirikan
sekolah-sekolah Militer di Turki pada tahun 1734.

Dalam membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya,


sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang
kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan, termasuk usaha-usaha
dibidang pendidikan.

Menurut Harun Nasution (1989). Pembaharuan adalah pemikiran, aliran, gerakan


dan usaha- usaha untuk mengubah paham-paham dan adat istiadat, institusi lama, dan lain-
lain untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman dan paham-paham baru yang terjaadi
sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2
Syaikh Muhammad Abduh nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin
Hasan Khairullah. Dia dilahirkan di desa Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir
pada tahun 1849 M. Dia berasal dari keluarga yang tidak tergolong kaya, bukan pula
keturunan bangsawan. Ayahnya dikenal sebagai orang terhormat yang suka memberi
pertolongan (Shihab, 2006: 6). Ayahnya bernama Abduh bin Hasan Khairullah, sementara
ibunya yang bernama Junaynah, seorang janda yang mempunyai silsilah dengan Umar bin
Khathab yang berasal dari sebuah desa di propinsi Gharbiyah (Firdaus, 1979: 17).
Kelahiran Abduh bersamaan dengan masa ketidakadilan dan ketidakamanan di Mesir yang
dijalankan oleh pemerintah. Ketika itu Mesir berada di bawah kekuasaan Muhammad Ali
Pasya. Sebagai penguasa tunggal ia tidak mengalami kesukaran dalam mewujudkan
program-program pemerintahannya di Mesir, terutama dalam bidang pendidikan, ekonomi
dan militer. Ia adalah raja absolut yang menguasai sumber-sumber kekayaan terutama
tanah, pertanian dan perdagangan.

Di daerah-daerah, para pegawainya juga bersikap keras dalam melaksanakan


kehendak dan perintahnya. Rakyat merasa tertindas. Untuk mengelakkan kekerasan yang
dijalankan oleh pemerintah, rakyat terpaksa berpindah-pindah tempat tinggal. Ayah Abduh
sendiri termasuk salah seorang yang tidak setuju dan menentang kebijakan pemerintah yang
tiran itu. Salah satu dari kebijakan pemerintah yang ditentang oleh ayah Abduh adalah
tingginya pajak tanah (Hasaruddin, 2012: 335).

Mula-mula Muhammad Abduh dikirim oleh ayahnya ke Masjid al-Ahmadi Thantha


(sekitar 80 km dari Kairo) untuk mempelajari tajwid al-Qur‟an. Namun, sistem pengajaran
di sana dirasakan sangat menjengkelkannya sehingga setelah dua tahun (tahun 1864) di
sana, Muhammad Abduh memutuskan untuk kembali ke desanya dan bertani seperti
saudara-saudara serta kerabatnya. Waktu kembali ke desa inilah dia dinikahkan (Nasution,
1987: 12).

Abduh berpandangan bahwa penyakit tersebut antara lain berpangkal dari


ketidaktahuan umat Islam pada ajaran agama yang sebenarnya, karena mereka mempelajari
dengan cara yang tidak tepat. Menurut Abduh, penyakit tersebut dapat diobati dengan cara
mendidik mereka dengan sistempengajaran yang tepat (Darmu‟in, 1999: 187).

Sistem pendidikan yang ada pada saat itu melatarbelakangi pemikiran modernisasi
pendidikan Muhammad Abduh. Sebelumnya, pembaruan pendidikan Mesir diawali oleh
Muhammad Ali. Dia hanya menekankan pada perkembangan aspek intelektual dan

3
mewariskan dua tipe pendidikan pada masa berikutnya. Model pertama ialah sekolah-
sekolah modern, sedangkan model kedua adalah sekolah agama. Masing-masing sekolah
berdiri sendiri, tanpa mempunyai hubungan satu sama lain. Pada sekolah agama tidak
diberikan pelajaran ilmu-ilmu modern yang berasal dari Barat sehingga perkembangan
intelektual berkurang. Sedangkan pada sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah, hanya diberikan ilmu pengetahuan Barat, tanpa memberikan ilmu agama
(Darmu‟in, 1999: 188).

Dari Kesimpulan di atas dapat dipahami bahwa konsep pembaharuan pendidikan


itu adalah suatu proses perubahan cara pandang intelektualisme dalam mengambil manfaat
keilmuan baru untuk mengambil fungsi pendidikan sebagai wadah pembangunan umat.

Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam
rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai
daerah masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan
mengacu kepada tema yang sama yaitu adalah :

1. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan


kepada Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul, dan mistik.
2. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad dinyatakan
ditutup.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses
pembaharuan pendidikan Islam.

1. Pertama, faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat
memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa dijadikan rujukan
dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan
beriman kepada Allah.
2. Kedua, faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor
terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan
membawa perubahan pragmatik umat islam untuk belajar secara terus menerus kepada
barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.

B. Pola dan Bentuk Pembaharuan Pendidikan Islam baik Dalam bentuk Sarana
maupun Prasarana
1. Pola

4
Dengan memperhatikan berbagi macam sebab kelemahan dan kemunduran
umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan
sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Eropa, maka ada tiga
pemikiran pembaharuan Islam diantaranya:

a. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan


modern di Eropa.
Pola pendidikan modern di Barat pada dasarnya berpandangan bahwa
sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai
hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dimana semua
itu merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang
di dunia Islam. Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan
kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai
kembali.

Dan penguasaan ini harus dicapai melalui proses pendidikan yang meniru
pola pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat, sebagaimana dulu dunia
Barat pernah meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Dalam
hal ini, usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan
sekolah-sekolah dengan sekolah Barat baik sistem maupun isi pendidikannya.

Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat ini, mulanya timbul di Turki


Utsmani pada akhir abad ke-11 H/ 17 setelah mengalami kalah perang dengan
berbagai negara Eropa timur, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha
sekularisasi Turki dan membentuk Turki modern. Tokoh pelopor pembaharuan
pendidikan di Turki ini adalah Sultan Mahmud II (yang memerintah di Turki
Utsmani 1807-1809 M). Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat
ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasha di Mesir yang berkuasa tahun
1805-1848 M.

b. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam
yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan
sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan
modern. Dimana Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada

5
hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta
kekuatan umat Islam.

Menurut pola ini, diantara sebab-sebab kelemahan umat Islam adalah karena
mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam secara semestinya. Ajaran-ajaran
Islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditinggalkan dan menerima
ajaran-ajaran Islam yang tidak murni lagi. Pola pembaharuan ini dirintis oleh
Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin al-
Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19 M).

c. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada nasionalisme.


Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola
kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami
kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian keadaan tersebut mendorong pada
umumnya bangsa-bangsa Timur untuk mengembangkan nasionalisme masing-
masing.

Umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagi bangsa
yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka
pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah
yang mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.

Ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini bersesuaian


dengan ajaran Islam karena adanya keyakinan di kalangan pemikir-pemikir
pembaharuan di kalangan umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran Islam bisa
diterapkan dan disesuaikan dengan segala zaman.

Golongan nasionalis ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam


dengan memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang bersangkutan.
Dan ide nasionalisme inilah yang pada perkembangan berikutnya mendorong
timbulnya usaha-usaha untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan
sendiri dikalangan bangsa-bangsa umat Islam.

2. Bentuk Pembaharuan Pendidikan Islam


a. Pembaharuan pendidikan di Turki
Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin
dari bangsa-bangsa eropa dalam berbagai bidang kehidupan ini, telah timbul mulai

6
abad ke 11 H/17 M dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh kerajaan Turki
Usmani dalam peperangan dengan Negara-negara eropa. Kekalahan-kekalahan
tersebut mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan untuk menyelidiki
sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai
memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh eropa, terutama perancis yang
merupakan pusat kemajuan kebudayaan eropa pada masa itu. Kemudian dikirim
duta-duta untuk mempelajari kemajuan eropa, terutama di bidang militer dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Didatangkan pelatih-pelatih militer dari eropa dan
didirikannya sekolah teknik militer pada tahun 1734 M untuk pertama kalinya.

Selain di bidang militer, Turki juga membangun di bidang lain seperti


ekonomi dan pemerintahan dan Turki juga mengembangkan kemajuan ilmu
pengetahuan yang selama ini telah dilupakannya. Untuk pertama kalinya di dalam
dunia Islam dibukalah suatu percetakan di Istanbul pada 1727 M guna mencetak
berbagai macam buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku ilmu
pengetahuan Barat.

Selain itu pada 1717 M didirikannya lembaga terjemah yang bertugas


menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ke dalam
bahasa Turki. Hal ini merupakan fenomena baru dan sangat bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan dan intelektual Islam di Turki. Hal-hal tersebut merupakan
langkah awal bagi perubahan sistem pendidikan Islam di Turki.

Upaya pembaharuan pendidikan dimana Sultan Ahmad III yang baru


berjalan dilanjutkan oleh Sultan Mahmud II (1807-1839 M). Pada zaman tersebut
madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di kerajaan
Utsmani. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan di madrasah tidak sesuai lagi
dengan tuntutan zaman, dikarenakan di madrasah hanya mengajarkan peserta
didiknya mengetahui pengetahuan agama sedangkan pengetahuan umum tidak
diajarkan.

Beliau juga menyadari bahwa pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi


modern mempunyai peran yang dominan dalam mencapai kemajuan. Oleh sebab
itu beliau berusaha untuk membenahi kurikulum di madrasah-madrasah dengan
memasukkan ilmu pengetahuan umum.

7
Pada perkembangan selanjutnya, Sultan Mahmud II membangun sekolah-
sekolah model Barat. Pada tahun 1827 M ia mendirikan sekolah kedokteran
(Tilahane-i Amire) dan sekolah teknik (Muhendisane) dan pada tahun 1834 M
dibuka sekolah Akademi Militer. Pada tahun 1838 M sekolah kedokteran dan
sekolah pembedahan digabungkan menjadi satu dengan nama Dar-al Ulum
Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.

b. Pembaharuan pendidikan di Mesir


Pembaharuan pendidikan Islam di Mesir yang terpengaruh setelah adanya
kontak dengan peradaban modern Barat dan Invasi Napoleon yang membawa
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat telah membuka mata rakyat Mesir
bahwa umat Islam telah tertinggal oleh kemajuan Barat. Yang menjadi perhatian
penting dari kedatangan Napoleon dan lahirnya gerakan kesadaran umat Islam dari
keterbelakangan mereka selama ini adalah untuk melihat pengaruh dari kedatangan
tentara Napoleon dan berbagai rangsangan yang ditimbulkannya sebagai akibat dari
berbagai kegiatan yang dilakukan Napoleon dan rombongannya di Mesir.

Di antara pengaruh ekspedisi Napolen yang berkaitan erat dengan misi


keilmuan dan kebudayaan yang dijalankan Napolen beserta rombongannya di Mesir
adalah:

1) Timbulnya benih-benih rasa kebangsaan dari orang Mesir.


2) Napoleon berusaha menggeser sistem pemerintahan yang dipraktekkan di Mesir
yang sebelumnya berpola feodal menjadi lebih demokratis.
3) Sebagai hasil dari pendekatan Napoleon yang berpijak pada semangat revolusi
Perancis maka muncullah pemikiran dari orang-orang Mesir yang mengusulkan
agar bentuk pemerintahan yang diktator diubah menjadi pemerintahan
demokratis, karena hal inilah yang membawa Perancis kepada suasana
kehidupan kenegaraan yang baru.
4) Mulai terbukanya cakrawala berfikir dikalangan umat Islam sebagai akibat dari
persentuhan dengan pemikiran para ilmuwan yang ikut dalam rombongan
Napoleon.
Selain itu juga yang mendorong umat Islam untuk mengadakan modernisasi
yang dipelopori oleh Muhammad Ali. Muhammad Ali adalah seorang yang berasal
dari luar Mesir, karena kecakapannya dalam bidang militer ia berhasil menjadi

8
kepala pemerintahan di Mesir. Pada awalnya ia hanyalah seorang prajurit tentara
biasa di Turki Utsmani.

Setelah Muhammad Ali naik tahta menjadi penguasa Mesir, ia memberikan


perhatian yang lebih pada bidang militer dan ekonomi. Menurutnya militer akan
memberikan dukungan untuk mempertahankan dalam memperbesar kekuasaannya.
Sedangkan ekonomi sangat diperlukan untuk membiayai militer. Untuk memajukan
keduanya dibutuhkan ilmu-ilmu modern. Dengan demikian Muhammad Ali
mencurahkan perhatiannya bagi pendidikan. Pada tahun 1815 M ia mendirikan
sekolah militer, sekolah kedokteran pada tahun 1827 M, seolah Apoteker pada
tahun 1829 M, sekolah pertambangan pada tahun 1839 M, sekolah pertanian pada
tahun 1836 dan sekolah penerjemah pada tahun 1836 M.

Tidak hanya corak dan model pendidikan Barat yang diterapkan oleh
Muhammad Ali di Mesir, ia juga mempercayakan pengawasan sekolah kepada
orang Barat, bahkan guru-gurunya juga didatangkan dari Barat (Eropa). Selain
mendatangkan tenaga ahli dari Eropa, Muhammad Ali juga mengirim siswa untuk
belajar ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria.

Upaya pemahaman dan modernisasi yang dipelopori Muhammad Ali di


Mesir ini, besar sekali kontribusinya bagi Mesir menjadi negara modern. Gerakan
pembaharuannya telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat
kepada umat Islam hingga lahirlah intelegensia Muslim yang berpengetahuan
agama yang luas, berwibawa modern dan tidak berpandangan sempit.

c. Pembaharuan pendidikan islam di india


Berbeda dengan Turki, pendidikan yang dikembangkan oleh pemuka
gerakan Mujahidin adalah untuk pemurnian Tauhid yang dianut umat Islam India
dari paham-paham salah yang dibawa tarikat dan keyakinan animisme lama. Untuk
itu Maulana Muhammad Qasim Nanau Tawi mendirikan sebuah madrasah di
Deoband pada tahun 1867 yang selanjutnya ditingkatkan menjadi perguruan tinggi
agama Islam Darul Ulum Deoband.

Kurikulum madrasah Deoband merupakan gabungan studi ilmu-ilmu


Islam dengan sejumlah pelajaran rasional seperti logika, filsafat dan sains. Deoband
mencerminkan keseimbangan antara program inovatif dan responsif terhadap
perkembangan zaman baru dan kesetiaan terhadap gagasan-gagasan muslim

9
tradisional. Beberapa ciri sekolah Deoband sebagai sebuah institusi fisik dengan
sebuah bangunan yang khas dan perpustakaan pusat, staf dan pegawai profesional
yang tetap, kurikulum pelajaran yang berjenjang, sistem ujian dan penghargaan
masyarakat umum.

Selanjutnya Sir Sayyid Ahmad Khan memberikan perhatian terhadap


pendidikan ala barat. Pada tahun 1878, ia mendirikan sekolah Muhammadean Anglo
Oriental College (MAOC) di Aligarrh. Perguruan ini berusaha memadukan studi
keislaman dan bahasa Inggris, maka bahasa yang dipakainya bahasa Inggris,
begitupun guru dan staffnya banyak dari kalangan Inggris. Dan sistem MAOC ini
terus dikembangkan oleh generasi setelah Sir Sayyid Ahmad Khan, yakni Nawab
Muhsin al-Mulk meskipun pada masa Vigar al-Mulk terjadi pertentangan dengan
pihak Inggris, namun pola pendidikan MAOC masih tetap terus berlanjut.

d. Pembaharuan pendidikan islam di Indonesia


Modernisasi pendidikan Islam Indonesia masa awalnya dikenalkan oleh
bangsa kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Program yang dilaksanakan oleh
kolonial Belanda dengan mendirikan Volkshoolen, sekolah rakyat, atau sekolah
desa ( Nagari) dengan masa belajar selama 3 tahun, di beberapa tempat di Indonesia
sejak dasawarsa 1870-an. Pada tahun 1871 terdapat 263 sekolah dasar semacam itu
dengan siswa sekitar 16.606 orang; dan menjelang 1892 meningkat menjadi 515
sekolah dengan sekitar 52.685 murid.

Sistem Pendidikan Islam pada mulanya diadakan di surau-surau dengan


tidak berkelas-kelas dan tiada pula memakai bangku, meja, dan papan tulis, hanya
duduk bersela saja. Kemudian mulialah perubahan sedikit demi sedikit sampai
sekarang. Pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja
dan papan tulis, ialah Sekolah Adabiah ( Adabiah School) di Padang.

Adabiah School merupakan madrasah (sekolah agama) yang pertama di


Minangkabau, bahkan diseluruh Indonesia. Madrasah Adabiah didirikan oleh
Almarhum Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Adabiah hidup sebagai
madrasah sampai tahun 1914, kemudian diubah menjadi H.I.S. Adabiah pada tahun
1915 di Minangkabau yang pertama memasukkan pelajaran Agama dalam rencana
pelajarannya. Sekarang Adabiah telah menjadi sekolah Rakyat dan SMP.

10
Setelah berdirinya madrasah Adabiah, maka selanjutnya diikuti madrasah
lainnya seperti madras Schol di Sungyang (daerah Batusangkar) oleh Syekh
M.Thaib tahun 1910 M, Diniah School (madrasah diniah) oleh Zainuddin Labai Al-
Junusi di Padangpanjang tahun 1915.

C. Implikasi/Pengaruh Pembaharuan Pendidikan Islam terhadap Modernisasi


Madrasah di Indonesia
Pada awal abad ke-20, pendidikan Islam di Indonesia mengalami babak baru dalam
sejarah, yaitu masa pembaharuan. Pembaharuan dalam pendidikan Islam adalah salah satu
jawaban terhadap kekuasaan dan dominasi Eropa. Respon pendidikan berupa penolakan,
adaptasi, ataupun sampai kepada akulturasi dan pembaharuan, dengan akibatnya masing-
masing.
Setelah diketahui sistem pendidikan, maka dapat dicermati beberapa perubahan yang
terjadi, antara lain pada:

1. Tujuan dan Materi


Tujuan pendidikan Islam tentu harus sesuai dengan apa yang dikandung dalam
Al-Qur’an dan Hadits. Tujuan dari berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam
(khususnya keluarga dan pesantren) berorientasi pada pendidikan agama. Tujuannya
mengacu pada pembentukan manusia yang sempurna dimana seorang muslim adalah
memiliki akhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.

Sebelum Belanda mengembangkan sistem pendidikan Baratnya, pendidikan


Islam yang ada hanyalah mengembangkan tujuan keagamaan. Setelah pendidikan
Belanda berdiri, mau tidak mau para pelaku pendidikan Islam berpikir ulang agar
sistem yang dikembangkan tetap diminati masyarakat. maka sistem pendidikan Islam
mulai terbuka dengan memasukkan pelajaran-pelajaran umum ke dalam
kurikulumnya. Hal ini dilakukan agar pesantren tidak “ketinggalan jaman” tanpa
mengubah orientasi atau landasan dasarnya.

Seperti misalnya pesantren Mambaul Ulum di Surakarta, kurikulumnya


berubah dengan dimasukkannya pelajaran membaca huruf Latin, aljabar dan
berhitung. Akhirnya muncul dua macam pesantren, yaitu pesantren salafi yang masih
mempertahankan kurikulumnya, dan pesantren khalafi yang telah memasukkan
pelajaran umum.

11
Perubahan tersebut juga ditandai dengan munculnya lembaga madrasah dan
sekolah. Munculnya madrasah di Indonesia merupakan salah satu wujud respon
terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Madrasah muncul
setelah sisten pendidikan Belanda hadir, yaitu yang pertama kali berdiri pada tahun
1909 (Adabiyah School), atau dapat dikatakan, madrasah dari tidak ada menjadi ada.
Keberadaannya menjadi salah satu upaya untuk menjembatani antara sistem
pendidikan. tradisional yang dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern
dari hasil akulturasi. Pola dan variasi madrasah tidak akan keluar dari tiga format
dasar: madrasah yang menyerupai sekolah Belanda, madrasah yang menggabungkan
secara lebih seimbang antara muatan-muatan keagamaan dan non-keagamaan, dan
madrasah yang lebih menekankan pada muatan-muatan keagamaan dan menambahkan
muatan-muatan umum secara terbatas.

2. Metode dan Sarana


Dalam perubahan metode dan sarana dalah penyesuaian terhadap materi
berdasar tujuannya. Pengajaran pada madrasah ataupun sekolah memakai sistem
klasikal, dimana ada pengelompokan siswa dalam kelas-kelas. Pesantren Tebu Ireng,
dengan mendirikan madrasah salafiyah merupakan modernisasi. Selain diajarkan
pengetahuan umum, madrasah tersebut memakai sistem klasikal dengan perjenjangan:
madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Mu’allimin. Sarana yang ada
di pesantren berupa pondok, bangku yang digunakan untuk meletakkan kitab.

Madrasah diorganisasikan berdasarkan sistem klasikal atau madrasi, dimana


murid dipisah-pisahkan dalam beberapa tingkatan, persis seperti yang dilakukan
organisasi pendidikan umum dalam sistem pendidikan
nasional. Dalam sistem madrasi, pelajaran-pelajaran dikelompokkan dan
penyampaiannya diberikan secara bertingkat-tingkat dengan memperhitungkan
rentang waktu yang dibutuhkan.

Lembaga pendidikan sekolah cenderung meniru pola yang diterapkan oleh


Belanda. Pada sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh organisasi Muhammadiyah,
pengorganisasiannya menyerupai sekolah-sekolah Belanda. Muhammadiyah membagi
sekolahnya mirip dengan sekolah-sekolah Belanda: HIS Muhammadiyah, MULO,
AMS Muhamadiyah.

12
Dengan adanya kelas-kelas tersebut, tentunya ada gedung-gedung sekolah
dengan kelas-kelas khusus. Dimana tiap kelas terdapat papan tulis, bangku-bangku,
dan kursi. Jadi, sistem penyampaiannya tidak secara individual seperti pada model
sorogan di pesantren, tetapi lebih cenderung berkelompok dimana satu guru
menyampaikan materi dan semua siswa mendengarkan.

3. Evaluasi
Dari evaluasi yang telah dipaparkan pada masing-masing lembaga pendidikan,
dapat disimpulkan tentang perubahannya. Pada mulanya pesantren berorientasi
ukhrawi, mengukur keberhasilan lembaganya jika mampu menghasilkan santri yang
taat, berakhlak mulia tanpa berharap berprofesi dalam jabatan tertentu. Pada lulusan
pesantren dengan ikhlas kembali ke masyarakat dan tidak mengharapkan jabatan
tertentu yang bersifat keduaniawian. Dengan kata lain, para santri dididik untuk sukses
hidup di akhirat. Ijazah seperti halnya yang diberikan oleh sekolah-sekolah Belanda
tidak dikenal. Mereka hanya mengenal ijazah sebagai tanda seberapa kualitas ilmu
agama yang didapatkan dari para guru/kyainya, sementara sekolah-sekolah Belanda
didirikan untuk melatih warga negara Indonesia bagi pemenuhan (salah satunya)
profesi Pamong Praja. Perubahan keinginan bangsa Indonesia terlihat dengan adanya
madrasah, yang eksistensinya merupakan usaha menyempurnakan terhadap sistem
pesantren ke arah suatu sistem yang lebih memungkinkan lulusan-lulusannya
memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum yaitu kesamaan
kesempatan kerja dan perolehan ijazah.

Di dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, ditetapkan: ijazah


madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan nilai ijazah sekolah umum yang
setingkat, lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas,
dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat. Di sini bisa
disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan pendidikan yang ada awalnya hanya
keakhiratan, kemudian meluas ke keduniawian.

13
D. Analisis Fakta Sejarah

Pemikiran pembaharuan Islam terjadi sekitar pada abad ke 17 M. Pemikiran


pembaharuan di dalam tubuh Islam sendiri didasari atas kesadaran kaum muslimin akan
ketertinggalan mereka dalam berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan
dibandingkan dengan orang-orang Barat.
Dirangkum buku Sejarah: untuk Kelas 1 SMA (2005) karya Habib Mustopo, berikut
pengertian sejarah menurut para ahli, baik itu sejarawan dunia hingga Indonesia, dari
berbagai sudut pandang.
Para pemikir Islam salah satunya adalah Sultan Mahmud II berusaha untuk
mengadakan perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-
pengetahuan umum kedalamnya yang semula hanya mengajarkan pengetahuan agama.
Yang inspirasinya seolah-olah mengadopsi pemikiran-pemikiran dari Barat, akan tetapi
sebenarnya merupakan ajaran Islam yang murni yang menghendaki keseimbangan antara
kehidupan dunia dan akhirat.
Adapun pemikir-pemikir muslim yang lain mengemukakan tema pembaharuan
dengan opini/ide dasar yaitu :
1. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-
Qur’an dan Al-Hadist, dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan
mistik.
2. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.
Menurut golongan berfikir usaha pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada
nasionalisme berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi
dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata
mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari
budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya
menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan
sendiri dikalangan pemeluk Islam.
Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan Islam ini,
terdapat kecenderungan dualisme sistem pendidikan Islam di kebanyakan negara muslim,
yaitu perpaduan antara sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembaharuan pendidikan
Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan
kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox)
kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat itu.

Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses
pembaharuan pendidikan Islam.yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pembaharuan
pendidikan Islam di mulai pada kerajaan Turki Utsmani. Dimana pembaharuan pendidikan
Islam ini terjadi bermula dari kekalahan-kekalahan Utsmani dalam peperangannya dengan
Eropa.

Adapun pola yang digunakan adalah Pola pembaharuan pendidikan Islam yang
berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa, Pola pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni dan Pola pembaharuan pendidikan
Islam yang berorientasi pada nasionalisme.

Lahirnya SKB 3 Menteri ini tampaknya telah dijadikan sumber inspirasi. Peristiwa
dan langkah pada periode itu bisa dipandang sebagai momen strategis bagi eksistensi dan
perkembangan madrasah pada masa berikutnya. Madrasah tidak saja tetap eksis dan
dikelola oleh Departemen Agama, tetapi sekaligus diposisikan secara mantap dan tegas
seperti halnya sekolah dalam sistem Pendidikan Nasional.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra. 2013. Pendidikan islam dalam Lintasan Sejarah, Kajian dari Zaman
Pertumbuhan Sampai Kebangkitan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.

Kodir, Abdul. 2015.Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: CV Pustaka Setia.

Nasution, Harun, 1996. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam: Perubahan Konsep, Filsafat, dan Metodologi
dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia,

Subhan, Arief, 2012. Lembaga pendidikan islam indonesia abad ke-20. Jakarta: kencana.

Yusrianto, Edi, 2011. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam. Pekanbaru : Intania Grafika.

Zuhairini dkk, 1995. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Ikhwan, Afiful. Integrasi Pendidikan Islam (Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran). Ta’allum
Jurnal. Volume. 2. Nomer. 2. November 2014: 179-194,

Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Daulay, Putra, Haidar., dan Pasa, Nurgaya. 2014. Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Zuharini, dkk. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Engku, Iskandar., dan Zubaidah, Siti. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

16

Anda mungkin juga menyukai