Disusun oleh:
Kelompok 9
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan
serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran
positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen” Ropiko,M.Pd
Dengan Mata Kuliah Sejarah Pendidikan di Dunia Islam yang telah memberikan tugas Makalah
ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai sehingga dengan kami dapat menemukan hal-
hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan
para pihak yang turut membantu terselesaikannya ini, Terakhir kali sebagai seorang manusia
biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja
tak luput dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenapsaran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.
Wassalammualaikum Wr.Wb
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Syaikh Muhammad Abduh nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin
Hasan Khairullah. Dia dilahirkan di desa Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir
pada tahun 1849 M. Dia berasal dari keluarga yang tidak tergolong kaya, bukan pula
keturunan bangsawan. Ayahnya dikenal sebagai orang terhormat yang suka memberi
pertolongan (Shihab, 2006: 6). Ayahnya bernama Abduh bin Hasan Khairullah, sementara
ibunya yang bernama Junaynah, seorang janda yang mempunyai silsilah dengan Umar bin
Khathab yang berasal dari sebuah desa di propinsi Gharbiyah (Firdaus, 1979: 17).
Kelahiran Abduh bersamaan dengan masa ketidakadilan dan ketidakamanan di Mesir yang
dijalankan oleh pemerintah. Ketika itu Mesir berada di bawah kekuasaan Muhammad Ali
Pasya. Sebagai penguasa tunggal ia tidak mengalami kesukaran dalam mewujudkan
program-program pemerintahannya di Mesir, terutama dalam bidang pendidikan, ekonomi
dan militer. Ia adalah raja absolut yang menguasai sumber-sumber kekayaan terutama
tanah, pertanian dan perdagangan.
Sistem pendidikan yang ada pada saat itu melatarbelakangi pemikiran modernisasi
pendidikan Muhammad Abduh. Sebelumnya, pembaruan pendidikan Mesir diawali oleh
Muhammad Ali. Dia hanya menekankan pada perkembangan aspek intelektual dan
3
mewariskan dua tipe pendidikan pada masa berikutnya. Model pertama ialah sekolah-
sekolah modern, sedangkan model kedua adalah sekolah agama. Masing-masing sekolah
berdiri sendiri, tanpa mempunyai hubungan satu sama lain. Pada sekolah agama tidak
diberikan pelajaran ilmu-ilmu modern yang berasal dari Barat sehingga perkembangan
intelektual berkurang. Sedangkan pada sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah, hanya diberikan ilmu pengetahuan Barat, tanpa memberikan ilmu agama
(Darmu‟in, 1999: 188).
Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam
rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai
daerah masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan
mengacu kepada tema yang sama yaitu adalah :
1. Pertama, faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat
memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa dijadikan rujukan
dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan
beriman kepada Allah.
2. Kedua, faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor
terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan
membawa perubahan pragmatik umat islam untuk belajar secara terus menerus kepada
barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.
B. Pola dan Bentuk Pembaharuan Pendidikan Islam baik Dalam bentuk Sarana
maupun Prasarana
1. Pola
4
Dengan memperhatikan berbagi macam sebab kelemahan dan kemunduran
umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan
sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Eropa, maka ada tiga
pemikiran pembaharuan Islam diantaranya:
Dan penguasaan ini harus dicapai melalui proses pendidikan yang meniru
pola pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat, sebagaimana dulu dunia
Barat pernah meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Dalam
hal ini, usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan
sekolah-sekolah dengan sekolah Barat baik sistem maupun isi pendidikannya.
b. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam
yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan
sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan
modern. Dimana Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada
5
hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta
kekuatan umat Islam.
Menurut pola ini, diantara sebab-sebab kelemahan umat Islam adalah karena
mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam secara semestinya. Ajaran-ajaran
Islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditinggalkan dan menerima
ajaran-ajaran Islam yang tidak murni lagi. Pola pembaharuan ini dirintis oleh
Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin al-
Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19 M).
Umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagi bangsa
yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka
pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah
yang mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.
6
abad ke 11 H/17 M dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh kerajaan Turki
Usmani dalam peperangan dengan Negara-negara eropa. Kekalahan-kekalahan
tersebut mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan untuk menyelidiki
sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai
memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh eropa, terutama perancis yang
merupakan pusat kemajuan kebudayaan eropa pada masa itu. Kemudian dikirim
duta-duta untuk mempelajari kemajuan eropa, terutama di bidang militer dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Didatangkan pelatih-pelatih militer dari eropa dan
didirikannya sekolah teknik militer pada tahun 1734 M untuk pertama kalinya.
7
Pada perkembangan selanjutnya, Sultan Mahmud II membangun sekolah-
sekolah model Barat. Pada tahun 1827 M ia mendirikan sekolah kedokteran
(Tilahane-i Amire) dan sekolah teknik (Muhendisane) dan pada tahun 1834 M
dibuka sekolah Akademi Militer. Pada tahun 1838 M sekolah kedokteran dan
sekolah pembedahan digabungkan menjadi satu dengan nama Dar-al Ulum
Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.
8
kepala pemerintahan di Mesir. Pada awalnya ia hanyalah seorang prajurit tentara
biasa di Turki Utsmani.
Tidak hanya corak dan model pendidikan Barat yang diterapkan oleh
Muhammad Ali di Mesir, ia juga mempercayakan pengawasan sekolah kepada
orang Barat, bahkan guru-gurunya juga didatangkan dari Barat (Eropa). Selain
mendatangkan tenaga ahli dari Eropa, Muhammad Ali juga mengirim siswa untuk
belajar ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria.
9
tradisional. Beberapa ciri sekolah Deoband sebagai sebuah institusi fisik dengan
sebuah bangunan yang khas dan perpustakaan pusat, staf dan pegawai profesional
yang tetap, kurikulum pelajaran yang berjenjang, sistem ujian dan penghargaan
masyarakat umum.
10
Setelah berdirinya madrasah Adabiah, maka selanjutnya diikuti madrasah
lainnya seperti madras Schol di Sungyang (daerah Batusangkar) oleh Syekh
M.Thaib tahun 1910 M, Diniah School (madrasah diniah) oleh Zainuddin Labai Al-
Junusi di Padangpanjang tahun 1915.
11
Perubahan tersebut juga ditandai dengan munculnya lembaga madrasah dan
sekolah. Munculnya madrasah di Indonesia merupakan salah satu wujud respon
terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Madrasah muncul
setelah sisten pendidikan Belanda hadir, yaitu yang pertama kali berdiri pada tahun
1909 (Adabiyah School), atau dapat dikatakan, madrasah dari tidak ada menjadi ada.
Keberadaannya menjadi salah satu upaya untuk menjembatani antara sistem
pendidikan. tradisional yang dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern
dari hasil akulturasi. Pola dan variasi madrasah tidak akan keluar dari tiga format
dasar: madrasah yang menyerupai sekolah Belanda, madrasah yang menggabungkan
secara lebih seimbang antara muatan-muatan keagamaan dan non-keagamaan, dan
madrasah yang lebih menekankan pada muatan-muatan keagamaan dan menambahkan
muatan-muatan umum secara terbatas.
12
Dengan adanya kelas-kelas tersebut, tentunya ada gedung-gedung sekolah
dengan kelas-kelas khusus. Dimana tiap kelas terdapat papan tulis, bangku-bangku,
dan kursi. Jadi, sistem penyampaiannya tidak secara individual seperti pada model
sorogan di pesantren, tetapi lebih cenderung berkelompok dimana satu guru
menyampaikan materi dan semua siswa mendengarkan.
3. Evaluasi
Dari evaluasi yang telah dipaparkan pada masing-masing lembaga pendidikan,
dapat disimpulkan tentang perubahannya. Pada mulanya pesantren berorientasi
ukhrawi, mengukur keberhasilan lembaganya jika mampu menghasilkan santri yang
taat, berakhlak mulia tanpa berharap berprofesi dalam jabatan tertentu. Pada lulusan
pesantren dengan ikhlas kembali ke masyarakat dan tidak mengharapkan jabatan
tertentu yang bersifat keduaniawian. Dengan kata lain, para santri dididik untuk sukses
hidup di akhirat. Ijazah seperti halnya yang diberikan oleh sekolah-sekolah Belanda
tidak dikenal. Mereka hanya mengenal ijazah sebagai tanda seberapa kualitas ilmu
agama yang didapatkan dari para guru/kyainya, sementara sekolah-sekolah Belanda
didirikan untuk melatih warga negara Indonesia bagi pemenuhan (salah satunya)
profesi Pamong Praja. Perubahan keinginan bangsa Indonesia terlihat dengan adanya
madrasah, yang eksistensinya merupakan usaha menyempurnakan terhadap sistem
pesantren ke arah suatu sistem yang lebih memungkinkan lulusan-lulusannya
memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum yaitu kesamaan
kesempatan kerja dan perolehan ijazah.
13
D. Analisis Fakta Sejarah
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembaharuan pendidikan
Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan
kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox)
kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat itu.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses
pembaharuan pendidikan Islam.yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pembaharuan
pendidikan Islam di mulai pada kerajaan Turki Utsmani. Dimana pembaharuan pendidikan
Islam ini terjadi bermula dari kekalahan-kekalahan Utsmani dalam peperangannya dengan
Eropa.
Adapun pola yang digunakan adalah Pola pembaharuan pendidikan Islam yang
berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa, Pola pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni dan Pola pembaharuan pendidikan
Islam yang berorientasi pada nasionalisme.
Lahirnya SKB 3 Menteri ini tampaknya telah dijadikan sumber inspirasi. Peristiwa
dan langkah pada periode itu bisa dipandang sebagai momen strategis bagi eksistensi dan
perkembangan madrasah pada masa berikutnya. Madrasah tidak saja tetap eksis dan
dikelola oleh Departemen Agama, tetapi sekaligus diposisikan secara mantap dan tegas
seperti halnya sekolah dalam sistem Pendidikan Nasional.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.
15
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Haidar Putra. 2013. Pendidikan islam dalam Lintasan Sejarah, Kajian dari Zaman
Pertumbuhan Sampai Kebangkitan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam: Perubahan Konsep, Filsafat, dan Metodologi
dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia,
Subhan, Arief, 2012. Lembaga pendidikan islam indonesia abad ke-20. Jakarta: kencana.
Yusrianto, Edi, 2011. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam. Pekanbaru : Intania Grafika.
Ikhwan, Afiful. Integrasi Pendidikan Islam (Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran). Ta’allum
Jurnal. Volume. 2. Nomer. 2. November 2014: 179-194,
Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Daulay, Putra, Haidar., dan Pasa, Nurgaya. 2014. Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Engku, Iskandar., dan Zubaidah, Siti. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
16