DISUSUN OLEH:
Indira Mauly Alfina 12080323733
DOSEN PENGAMPU :
Ismail Pane, S.Ud., M.Ag.
KELAS 3A
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang selalu memberikan karunia-Nya kepada kaum
Muslimin dengan diturunkannya Al-Quran Al-Karim. Shalawat dan salam juga selalu dicurahkan
kepada Nabi kita, Muhammad saw. Semoga kita kelak menjadi umat yang mendapatkan syafaat-
Nya di akhirat kelak.
Walaupun ada sedikit kesulitan, namun dengan ketekunan, kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT. akhirnya makalah ini bisa selesai dengan baik. Penulis menyusun
makalah ini dengan bantuan dari berbagai jenis media lainnya. Untuk itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan wawasan yang lebih
luas kepada kita semua, sehingga bisa membawa banyak kebaikan serta bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya. Akhir kata, penulis berharap makalah ini InsyahAllah, dapat
membantu kita dalam memahami tentang Orientasi Studi Islam.
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
3.2 Saran........................................................................................................................... 14
Kajian tentang Islam bukan hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, namun juga
dilakukan oleh orang-orang di luar Islam. Di Barat, kajian Islam dikenal dengan istilah
Islamic Studies, secara mendalam dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-
hal yang berhubungan dengan agama Islam. Islam merupakan agama yang terakhir sebagai
penutup semua agama yang telah ada, Islam merupakan agama Rahmatan lil ‘alamin untuk
semua umat. Islam itu dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw yang mendapat wahyu dari
Allah. Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan
Studi Islam.
Pendidikan Islam di Indonesia tidak pernah lepas dari semangat penyebaran Islam
yang dilakukan secara intensif oleh para pendahulu dalam kerangka perpaduan antara
konteks keindonesiaan dengan keislaman. Tak heran, jika pada awalnya pendidikan Islam
tampak sangat tradisional.
Namun seiring dengan kemajuan zaman, modernisasi pendidikan Islam mulai
tampak dengan diambilnya bentuk madrasah sebagai salah satu pendidikan Islam, selain
pesantren. Semuanya ini dilakukan untuk memenuhi target atau tujuan pendidikan Islam
yang berorientasi individual dan kemasyarakatan. Dengan mempelajari studi ini, kita
sebagai umat Islam dapat mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman dan amal
perbuatan kepada Allah swt. Diketahui pula bahwa islam sebagai agama yang memiliki
banyak dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal fikiran, politik ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk
memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan-
pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu.
Membahas dan mendiskusikan tentang Orientasi Studi Islam ini diharapkan untuk
setiap manusia dapat mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar
ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan
serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui dan menjaring pengertian tentang Islam dan Studi Islam.
2. Dapat mengetahui tentang Alur Studi Islam.
3. Dapat mengetahui tentang Sasaran Studi Islam.
4. Dapat mengetahui dan memahami Signifikansi Studi Islam.
1.4 Manfaat
Dengan menulis makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan keislaman
kita, terutama mengenai Orientasi Studi Islam agar kehidupan yang dijalani menjadi lebih
berkualitas di sisi Allah SWT. Bagi penulis, makalah ini bermanfaat sebagai pemenuhan
dan penyelesaiaan tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam pada materi tentang Orientasi
Studi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menjaring Pengertian Islam dan Studi Islam
Studi berasal dari bahasa Inggris, study artinya mempelajari atau mengkaji, yang
berarti pengkajian terhadap Islam secara ilmiah, baik Islam sebagai sumber ajaran,
pemahaman, maupun pengamalan. Islam berasal dari bahasa Arab, dari kata salima dan
aslama. Salima mengandung arti selamat, tunduk dan berserah. Aslama juga mengandung
arti kepatuhan, ketundukan, dan berserah. Orang yang tunduk, patuh dan berserah diri
kepada ajaran Islam disebut muslim, dan akan selamat dunia akhirat. Secara istilah, Islam
adalah nama sebuah agama samawi yang disampaikan melalui para Rasul Allah,
khususnya Rasulullah Muhammad SAW, untuk menjadi pedoman hidup manusia. 1
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab: Dirasah
Islamiyah. Sedangkan studi Islam di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka
studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Makna ini sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang
studi Islam dalam kajian yang sistematis dan terpadu. Dengan perkataan lain, studi Islam
adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas
secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan agama Islam, baik berhubungan
dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya. 2
Studi Islam diarahkan pada kajian keIslaman yang mengarah pada tiga hal: 1) Islam
yang bermuara pada ketundukan atau berserah diri, 2) Islam dapat dimaknai yang
mengarah pada keselamatan dunia dan akhirat, sebab ajaran Islam pada hakikatnya
membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan, 3) Islam
bermuara pada kedamaian.3
1. Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag., METODOLOGI STUDI ISLAM, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, 2012), Cetakan Ke-2, Juli 2012 (Edisi Revisi), hal. 4.
2. Dr. H. M. Rozali, MA., Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, (Depok: PT
Rajawali Buana Pusaka, 2020), Cet. 1, hal. 2.
3. Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Metodologi Studi Islam, (Penerbit: CAHAYA
FIRDAUS, 2016), hal. 1
Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya
dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-
orang di luar kalangan umat Islam. Studi keIslaman di kalangan umat Islam sendiri
tentunya sangat berbeda tujuan dam motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang
di luar kalangan umat Islam. Di kalangan umat Islam, studi keIslaman bertujuan untuk
memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat
melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan di luar kalangan umat
Islam, studi keIslaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik
keagamaan yang berlaku di kalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu
pengetahuan (Islamologi). Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan
pada umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik
keagamaan Islam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu,
baik yang bersifat positif maupun negative.4
Studi Islam, sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang Islam dan
segala seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam, sudah tentu mempunyai tujuan
yang jelas, yang sekaligus menunjukkan kemana studi Islam tersebut diarahkan. Dengan
arah dan tujuan yang jelas itu, maka dengan sendirinya studi Islam akan merupakan usaha
sadar dan tersusun secara sistematis. Adapun arah dan tujuan studi Islam dapat dirumuskan
sebagai berikut:
4. Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Metodologi Studi Islam, (Penerbit: CAHAYA
FIRDAUS, 2016), hal. 2
5. M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), h. 3-4.
1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agama
Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain
dalam kehidupan budaya manusia.
2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang
asli, dan bagaimana penjabaran serta operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan
perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap
abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.
4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-nilai dasar ajaran
agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan
serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman
modern ini. 6
1. Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya bagi pemeluknya sudah
final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya.
6. Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Metodologi Studi Islam, (Penerbit: CAHAYA
FIRDAUS, 2016), hal. 3.
3. Sebagai interaksi sosial yaitu realitas umat Islam. 7
Bila Islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi Islam dapat dibatasi pada
tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks
wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya. 8
Harun Nasution telah merancang objek kajian Islam yang membaginya menjadi
beberapa aspek, melalui dua buah bukunya yang berjudul “Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya”, dalam perkembangan berikutnya Studi Islam diarahkan pada delapan bidang
sesuai dengan pengakuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun
1982 yakni meliputi: (1) Sumber ajaran yakni Alquran dan Hadits, (2) Pemikiran Dasar
Islam, yang meliputi Kalam, Falsafat dan tasawuf, (3) Fikih dan Pranata Sosial, (4) Sejarah
Kebudayaan Islam, (5) Dakwah, (6) Pendidikan Islam, (7) Bahasa dan Sastera Arab, (8)
Pembaharuan Pemikiran dalam Islam. Khusus nomor delapan sejak tahun 1997
direkomendasikan oleh kelompok pakar untuk dimasukan kedalam setiap bidang dari
nomor 1 hingga nomor 7.9
Sebetulnya ada juga orang yang pengetahuannya cukup luas dan mendalam, namun
tidak terkoordinasi dan tersusun secara sistematis. Hal yang demikian menurut Abuddin
Nata (1998:95) karena orang yang bersangkutan ketika menerima ajaran Islam tidak
sistematik dan terkoordinasi. Biasanya mereka belajar ilmu dari berbagai guru, namun
7. Dr. H. M. Rozali, MA., Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, (Depok: PT
Rajawali Buana Pusaka, 2020), Cet. 1, hal. 4.
8. Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Metodologi Studi Islam, (Penerbit: CAHAYA
FIRDAUS, 2016), hal. 6.
9. Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag., METODOLOGI STUDI ISLAM, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, 2012), Cetakan Ke-2, Juli 2012 (Edisi Revisi), hal. 9.
antara satu guru dengan guru lainnya tidak pernah saling bertemu dan tidak memiliki satu
acuan yang sama semacam kurikulum, akibatnya tidak dapat melihat hubungan yang
terdapat dalam berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
Karena Islam diidentikan dengan fikih, maka berbagai masalah diselesaikan dengan
ilmu fikih. Akhir-akhir ini diramaikan oleh akibat buruk dari rokok, munculnya fatwa MUI
(Majelis Ulama Indonesia) tentang “Rokok”, kemudian terbit fatwa bahwa merokok
hukumnya haram dengan alasan dapat menimbulkan penyakit. Kemudian apakah
persoalannya selesai, dan apakah fatwanya dipatuhi? Ternyata fatwa tersebut belum
menyelesaikan masalah. Karena rokok terkait dengan banyak hal, misalnya tenaga kerja,
ekonomi, kesehatan, bukan semata-mata urusan fikih. Maka menyelesaikannya harus
secara komprehensif melibatkan banyak pihak. Contoh di atas menggambarkan bahwa
pemahaman masyarakat terhadap Islam masih bersifat parsial belum utuh. Yang demikian
boleh jadi akibat proses pengkajian Islam belum tersusun secara sistematis dan tidak
disampaikan dengan pendekatan dan metode yang tepat.
Oleh karena itu Mukti Ali berpendapat bahwa metodologi adalah masalah yang
sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu. Metode diperlukan agar dapat
menghasilkan pemahaman Islam yang utuh dan komprehensif (Abuddin Nata, 1998:98).
Masih berkaitan dengan signifikasi metodologi studi Islam Atang Abdul Hakim dan
Jaih Mubarok (2000:7-8) menyimpulkan bahwa umat Islam masih didominasi oleh
pandangan yang eklusivisme. Suatu pandangan yang menganggap bahwa ajaran yang
paling benar hanyalah agama atau madzhab aliran yang dianutnya, agama atau madzhab
lain sebagai sesat dan perlu dijauhi bahkan dimusnahkan. Selanjutnya menurut Atang sikap
eklusivisme dipandang wajar karena kalangan umat Islam Indonesia dulu dalam studi
Islam tidak sistematis, tidak komprehensif alias tanpa metodologi yang tepat. Tapi apapun
penyebabnya perlu ditekankan pentingnya merubah pandangan yang ekstrim dengan
pandangan yang bijaksana dan memancarkan rahmat bagi semua. Tentu saja dimulai dari
perubahan format dalam studi Islam.
Dengan demikian dapat dipahami, Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang
ditempuh dalam mempelajari Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari
berbagai aspeknya dan berbagai alirannya. Karenanya MSI mempunyai arti penting dalam
menempuh prosedur studi Islam yang dapat mengubah pemahaman masyarakat Muslim
Indonesia dari pemahaman semula yang sempit menjadi pemahaman yang luas. Dari sikap
yang ekstrim menjadi sikap yang toleran, bijaksana. Sikap toleran tidak berarti akidahnya
lemah. Posisi akidah seperti dikatakan Ahmad Tafsir (2008:63) dalam keseluruhan ajaran
Islam sangat penting. Akidah adalah bagian dari ajaran Islam yang mengatur cara
berkeyakinan. Pusatnya ialah keyakinan kepada Tuhan. Akidah merupakan fondasi ajaran
Islam secara keseluruhan, di atas akidah itulah keseluruhan ajaran Islam berdiri dan
didirikan.
Karena kedudukan akidah demikian penting, maka akidah seseorang muslim harus
kuat. Dengan kuat akidahnya akan kuat pula keislamannya secara keseluruhan. Untuk
memperkuat akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal:
10. Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag., METODOLOGI STUDI ISLAM, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, 2012), Cetakan Ke-2, Juli 2012 (Edisi Revisi), hal. 6-8.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab: Dirasah
Islamiyah. Sedangkan studi Islam di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka
studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Makna ini sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang
studi Islam dalam kajian yang sistematis dan terpadu. Dengan perkataan lain, studi
Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta
membahas secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan agama Islam, baik
berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.
Studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada tiga hal: 1) Islam
yang bermuara pada ketundukan atau berserah diri, 2) Islam dapat dimaknai yang
mengarah pada keselamatan dunia dan akhirat, sebab ajaran Islam pada hakikatnya
membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan, 3) Islam
bermuara pada kedamaian.
Tidak semua aspek agama khususnya Islam dapat menjadi obyek studi. Dalam konteks
Studi Islam, ada beberapa aspek-aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi obyek
studi, yaitu sebagai berikut:
1. Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya bagi pemeluknya sudah
final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya.
3. Sebagai interaksi sosial yaitu realitas umat Islam.
Signifikasi studi Islam di Indonesia adalah mengubah pemahaman dan penghayatan
keilmuan masyarakat muslim Indonesia sehingga:
1. Bentuk formalistik keagamaan Islam diubah menjadi bentuk agama yang
substantif.
2. Sikap eklusivisme dirubah menjadi sikap inklusifisme dan atau sikap
universalisme.
3. Melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran dalam masyarakat yang
heterogen.
3.2 Saran
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta
bisa dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Terimakasih telah membaca makalah
dengan judul “Orientasi Studi Islam” ini. Kiranya bagi para pembaca makalah ini mungkin
masih terdapat berberapa kekurangan termasuk dari segi materinya, untuk itu penulis
meminta maaf apabila ada kesalahan kata dan kekurangan lainnya. Kritik yang
membangun dan pendapat serta masukan dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis,
sebagai motivasi agar kedepannya makalah dan karya lain penulis dapat lebih bagus dan
terus berkembang menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag., METODOLOGI STUDI ISLAM, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), Cetakan Ke-2, Juli 2012 (Edisi Revisi).
Dr. H. M. Rozali, MA., Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan,
(Depok: PT Rajawali Buana Pusaka, 2020), Cet. 1.
Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Metodologi Studi Islam,
(Penerbit: CAHAYA FIRDAUS, 2016)