Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SALAT AKTUALISASI PEMBINAAN AKHLAK MUSLIM

Disusun untuk Menyelesaikan Tugas Kelompok pada Mata Kuliah:


“AKHLAK TASAWUF”

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2020
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1. Latar belakang..................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah.............................................................................................4
1.3. Tujuan penulisan...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1. Pengertian Salat................................................................................................5
2.2. Pengertian Aktualisasi Akhlak.........................................................................6
2.3. Hubungan Salat dengan Akhlak.......................................................................7
2.4. Kontribusi Salat dalam Pembentukan Akhlak Muslim....................................8
2.5. Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Salat Berjamaah...............................13
BAB III SARAN DAN KESIMPULAN...........................................................................
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2.Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salat merupakan ibadah yang wajib untuk didirikan oleh setiap umat muslim.
Di dalam Hadist Riwayat Thabrany disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda amalan
yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya.1
Salat juga merupakan kewajiban yang dititahkan Allah Swt kepada Rasulullah
saw dan para pengikutnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya
melaksanakannya. Setiap umat Islam sudah pasti harus mengerjakan salat wajib dalam
lima kali dalam sehari. Mengingat pentingnya melaksanakan shalat, bahkan bagi orang
yang sedang sakit, selagi masih mampu salat, harus tetap melaksanakan salat dengan
keringanan yang sesuai dengan ketentuannya.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Khathab ra, ia berkata, “Saya mendengar
Rasulullah saw bersabda, Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang patut disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadan,
dan mengerjakan haji ke Baitullah bagi yang mampu”. Menurut Abul Abbas al-Qurtubi,
lima hal tersebut menjadi asas dan landasan bagi tegaknya agama Islam. Hal itu
menunjukkan bahwa kelima rukun tersebut merupakan kewajiban yang abadi, yang
tidak dapat ditinggalkan selama ada kemampuan mengerjakannya. Salat merupakan
rukun kedua atau merupakan perbuatan yang harus segera dikerjakan setelah seseorang
mengucapkan syahadat dan memenuhi kualifikasi lainnya seperti baligh, tamyiz dan
sebagainya.
Dalam konteks beribadah, khususnya salat, sangat berhubungan dengan
pendidikan dan akhlak, karena dalam salat banyak sekali mengandung unsur pendidikan
akhlak. Dalam seluruh bacaan salat juga terdapat auto sugesti yang mampu
membimbing manusia mengucapkan secara berulang-ulang perkataan-perkataan baik,
sehingga perkataan tersebut memengaruhi aspek kejiwaan dan perilaku yang secara
refleks terwujud dalam perbuatan yang positif. Karena salat adalah berintrospeksi diri

1
Dra. Neni Nuraeni, M.Ag, “Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar”, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2008),
hal. 8

3
untuk selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat.2 Hal ini membuktikan
bahwa melalui ibadah salat adalah salah satu pembinaan menuju terbentuknya akhlak
yang mulia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan permasalahan yang diajukan untuk pemecahan dan pencarian
jawaban terkait judul makalah ini adalah :

1. Apa Pengertian Salat?

2. Apa Pengertian Aktualisasi Akhlak?

3. Apa Hubungan Akhlak dan Salat?

4. Bagaimana Kontribusi Salat dalam Pembentukan Akhlak Muslim?

5. Bagaimana Proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak melalui Salat Berjamaah?

1.3 Tujuan Penulisan


Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun di atas, hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan

2. Untuk mengetahui esensi Salat Sebagai Aktualisasi Pembinaan Akhlak


Muslim

3. Untuk mengetahui pengertian Aktualisasi Akhlak

4. Sebagai informasi terkait Hubungan Akhlak dengan Salat

5. Untuk memaparkan Kontribusi Salat dalam Pembentukan Akhlak

6. Menjadikan Pribadi yang berakhlak mulia melalui ibadah salat

2
Sehat Sultoni Dalimunthe, “Dimensi Akhlak dalam Shalat” Jurnal, Telaah Teologis-Filosofis Vol. XVII
No. 2 2012/1433, h.302

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Salat

Salat  dalam pengucapan bahasa Indonesia: [salat]; bahasa Arab: ‫اَل ة‬HHH‫ٱلص‬ aṣ-


َّ
ṣalāh, bahasa Arab: ‫لَ َوات‬HHH‫ٱلص‬ aṣ-ṣalawāt;
َّ (bentuk tidak baku: solat, sholat, shalat)
merujuk kepada ibadah pemeluk agama Islam. Imam Rafi’i mendefinisikan bahwa salat
dari segi bahasa berarti do’a. Menurut istilah syara yaitu, ucapan dan pekerjaan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan syarat tertentu.3
Salat menurut beberapa pendapat adalah sebagai berikut:
a) Dalam Kamus Arab-Indonesia Al-Munawir, salat itu adalah sama dengan
sembahyang yang berarti do’a.4
b) Salat adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa
perbuatan yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan di akhiri dengan salam.5
c) Dalam ushul fikih yaitu, suatu bentuk ibadah yang dimanifestasikan dalam
melaksanakan perbuatan dan ucapan tertentu dengan syarat dan rukun tertentu
sesuai dengan yang di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
“Salat lah kalian sebagaimana kalian melihat aku (Muhammad) salat.”
(H.R .Bukhori).6

Salat merupakan tiang agama yang sangat penting bagi seorang muslim. Salat
lah yang membedakan antara orang muslim dengan orang kafir. “Sungguh yang
memisahkan antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan sholat.”

Salat adalah latihan atas beragam bentuk peribadahan, dalam serangkaian


ritual salat (yang tersusun) dari setiap pasangan yang indah. Takbir yang dengannya
ibadah salat dibuka, berdiri yang di dalamnya kalamullah (Al-Qur’an) dibacakan oleh
para pelaku shalat, ruku’ yang di dalamnya Rabb diagungkan, berdiri dari ruku
(i’tidal) yang dipenuhi dengan pujian kepada Allah, sujud yang padanya Allah Ta’ala
3
Syekh Syamsidin, Abu Abdillah. Terjemah Fathul Mu’in (Surabaya : Alhidayah, 1996) hal. 47
4
Sulaiman,Rasyid. “Fikih Islam” (Jakarta : Atjahiriyah, 1954) hal. 64
5
Syayid,Sabiq.”Fikih Sunnah” (Bandung : Al-Ma’arif, 1997) hal. 191
6
Al-Hafid, Ibnu Hajar Al-Askolani, Bulughul Marom (Semarang:Toha Putra) hal.75

5
disucikan dengan ke-Mahatinggian-Nya, hadirnya sepenuh hati pada-Nya do’a, lalu
duduk untuk memohon dan memuliakan, serta diakhiri dengan salam.

Salat adalah permohonan atas perkara-perkara yang penting, perkataan yang


terkandung dalam salat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya menuntut
kepada mushalli untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar. Salat sebagai salah
satu bagian penting ibadah dalam Islam memiliki banyak keistimewaan. Bukan saja
hikmah secara spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnya, namun secara umum salat
juga memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim,
karena salat juga termasuk sarana muhasabah atau berintrospeksi diri seorang hamba
agar selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat. Manfaat tersebut akan dapat
dirasakan bagi orang-orang yang menjalankannya secara taat.

2.2 Pengertian Aktualisasi Akhlak

Wikipedia menjelaskan aktualisasi sebagai kebutuhan naluriah pada manusia


untuk melakukan yang terbaik dari yang mereka bisa. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata aktualisasi berasal dari kata dasar aktual yang artinya benar-
benar ada atau sesungguhnya, sehingga kata aktualisasi berarti membuat sesuatu
menjadi benar-benar ada untuk suatu kebutuhan seseorang individu di dalam
menggunakan dan juga mengembangkan serta kemudian memanfaatkan potensi, bakat
dan kapasitas yang dimiliki untuk kemudian menghasilkan serta mewujudkan dirinya
sesuai dengan keinginannya.
ٌ Hُ‫ ُخل‬yang menurut
Akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun ‫ق‬
bahasa berarti budi pakerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam keseluruhan ajaran
islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Akhlak adalah
suatu istilah agama yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia. 7 Akhlak mulia
merupakan fondasi utama dalam pembentukan pribadi muslim paripurna. Sehingga
aktualisasi akhlak berarti upaya sungguh-sungguh dan pembuktian dalam diri manusia
untuk mengembangkan akhlak mulia sehingga menjadikan identitas dan tabiat baik
yang melekat dalam dirinya.

7
Mahjuddin, Aklak Tasawuf I : “mujizat nabi, karamah wali dan ma’rifah sufi”(Jakarta: Kalam Mulia,
2009) h.7.

6
2.3 Hubungan Salat dengan Akhlak

Diantara ibadat Islam, Salatlah yang membawa manusia terdekat kepada


Tuhan.8 Karena salat merupakan media komunikasi antara sang Khalik dan seorang
hamba. Salat juga merupakan aspek peribadatan yang banyak mengandung unsur
pendidikan akhlak. Allah SWT berfirman:

‫ى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر‬Hٰ َ‫صاَل ةَ تَ ْنه‬ َّ ‫ب َوأَقِ ِم ال‬


َّ ‫صاَل ةَ ۖ إِ َّن ال‬ َ ‫ا ْت ُل َما أُو ِح َي إِلَ ْي‬
ِ ‫ك ِمنَ ْال ِكتَا‬

“Raihlah apa-apa yang diwahyukan kepadamu dari Al-Kitab dan tegakkanlah shalat.
Sesungguhnya shalat melarang dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar.” (QS. Al-
Ankabuut: 45).

Ayat tersebut menjelaskan adanya keterkaitan antara salat dan perilaku yang
ditunjukkan oleh seorang muslim. Pengaruh salat memang tidak dapat dijadikan tolak
ukur untuk menggeneralisasi dan menghukumi kepribadian semua orang. Tetapi, paling
tidak dalam ayat ini Allah menjelaskan sikap seorang manusia dari sudut pandang
karakter dan watak atau tabiat yang dibawanya. Salat itu membersihkan jiwa,
menyucikannya, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah Swt di
dunia dan taqarrub dengan-Nya di akhirat. (Jabir Al-Jazairi, 2004: 298).

Sabtani, dalam Atsaru Ta’lim al-Qur’an al-Karim, ala al-Fard wa al-Mujtama


mengupas tuntas hubungan antara pendidikan, akhlak dan Al-Quran. Ia membahas
bahwa ayat-ayat yang berkenaan dengan ibadah berhubungan dengan pendidikan dan
akhlak. Ayat-ayat yang berkenaan dengan muamalah pun berhubungan dengan
pendidikan dan akhlak. Ayat-ayat yang berisi tentang hukum perdata juga berhubungan
dengan pendidikan dan akhlak. Ayat-ayat jinayah dan dauliyah juga demikian.
Pendeknya semua ayat berhubungan dengan pendidikan dan akhlak. Dalam konteks
beribadah, khususnya salat, sangat berhubungan dengan pendidikan dan akhlak. Dalam
mendirikan salat, “Wa aqimi al-shalâta” (Q.S. alAnkabut: 45) dibutuhkan kesabaran.
Kesabaran adalah pintu masuk kepada “rumah akhlak”.9

8
Harun Nasution, “Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya ”, Jilid I (UI Publishing : Cetakan 2020),
h.31
9
Sehat Sultoni Dalimunthe, “Dimensi Akhlak dalam Shalat” Jurnal, Telaah Teologis-Filosofis Vol. XVII
No. 2 2012/1433, h.300

5
Menurut Sabtani, orang yang mendirikan salat sebenarnya berikrar pada
dirinya sendiri bahwa ia akan berkata baik kepada manusia bukan saja kepada sesama
Mukmin namun juga kepada orang non Mukmin. Berarti, ada penekanan bahwa dalam
pendidikan akhlak membiasakan salat yang baik dan benar akan memengaruhi aspek
kejiwaan dan perilakunya karena salat adalah berintrospeksi diri untuk selalu berbuat
baik dan menghindari perbuatan jahat.

Orang yang berakhlak buruk adalah orang yang tidak sehat jiwa, ketika
seseorang secara empiris rajin salat namun masih tetap berbuat zalim, berarti salatnya
belum sempurna. Karena salat adalah sebuah proses, maka haruslah menyempurnakan
salat baik gerakan maupun dalam amaliahnya.

Syaikh Abul Hasan An-Nadawi mengatakan, ”Orang yang melaksanakan salat


terbukti tampak dalam ekspresi akhlaknya”. Bagi orang yang mengerjakan salat terbukti
dapat menahan hawa nafsu dari perbuatan yang hina, tercela dan kemungkaran.Wajib
bagi orang yang beriman untuk berbuat amal baik dan membenci dari perkara kufur,
fasik dan maksiat. Melakukan salat pada dasarnya adalah dapat memancarkan cahaya
dalam kehidupan, melapangkan dari kehinaan dan menjadikan kekuatan diri.

 2.4 Kontribusi Salat dalam Pembentukan Akhlak Muslim

Akhlak sangat mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang yang


menyangkut pola berpikir, bersikap, berbuat, minat, falsafah hidup, dan
keberagamaannya. Akhak yang merupakan situasi batiniyah manusia memproyeksikan
dirinya ke dalam perbuatan-perbuatan lahiriyah yang akan tampak sebagai wujud nyata
dari hasil perbuatan baik atau buruk menurut Allah SWT dan manusia.10 Aspek
peribadatan yang banyak mengandung unsur pendidikan akhlak adalah salat. Karena
salat sejatinya merupakan madrasah pembinaan akhlak.

Dalam gerakan salat, semua gerakan yang dilakukan memiliki arti yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, seluruh aspek perbuatan atau akhlak yang baik dan
yang buruk semuanya tidak terlepas dari kerja organ tubuh. Nilai-nilai pendidikan
10
Moh. Mukhlas “Aktualisasi Konsep Pendidikan Akhlak Al-Ghazali dalam Pembinaan Remaja” At-
Ta’dib Vol.3 No.1 Shafar 1428

8
akhlak yang terkandung dalam gerakan-gerakan salat seperti gerakan berdiri, takbir,
ruku’. i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk tasyahud awal dan duduk
tasyahud akhir, serta salam yang bisa dijadikan sebagai penghalang untuk melakukan
perbuatan yang tidak diridhoi Allah SWT dan juga merupakan tujuan utama dari ibadah
salat yang ditinjau dari aspek pendidikan akhlak.11

Gerakan berdiri ketika melaksanakan salat bermakna lambang masa kejayaan,


dimana kita, sebagai manusia dapat mencapai suatu dan kesuksesan atas berkat rahmat,
anugerah dan nikmat yang Allah berikan, maka sudah sewajarnya manusia harus
bersyukur kepada Allah. Dengan demikian, gerakan berdiri ketika salat diharapkan
dapat memberi pengajaran kepada umat Islam agar menghindari diri dari sifat tidak
bersyukur.12

Selanjutnya dalam bacaan takbir dengan disertai dengan gerakan mengangkat


kedua tangan ketika salat yang merupakan salah satu tanda penghormatan kepada Allah
SWT, karena biasanya jika kepada sesama manusia sebuah simbol penghormataan
cukup dengan mengangkat satu tangan saja akan tetapi berbeda halnya ketika salat,
seseorang harus ikhlas mengangkat kedua belah tangan yang menandakan bahwa
seseorang itu harus menunjukkan sikap hormat yang lebih pada Sang Pencipta. Gerakan
takbir ini memberikan pengajaran untuk saling menghormati dan memberi
penghormatan.13

Dalam gerakan bersedekap atau meletakkan tangan didada, menunjukkan


simbol kekhusukan, memberi pengajaran kepada umat Islam agar mempunyai sifat
tenang dan memberikan pengajaran supaya tidak tergesa-gesa ketika bertindak atau
mengambil keputusan.14

Selanjutnya dalam Gerakan Ruku’. Posisi ruku’ adalah posisi tengah-tengah


antara berdiri tegak dengan sujud. Keseimbangan posisi tubuh dalam gerakan ruku’
diharapkan dapat memberikan pengajaran kepada umat Islam agar selalu istiqomah,

11
Ramai Dianah, “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Gerakan Shalat” (sumsel.kemenag.go.id)
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.

9
sabar dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai cobaan yang diberikan
oleh Allah SWT.15

Dalam gerakan i’tidal atau sikap i’tidal, artinya adalah berperilaku sedang atau
tidak berlebihan, dengan demikian gerakan i’tidal ini mengajarkan kepada kita agar
terhindar dari sifat berlebihan dalam mengerjakan atau menginginkan sesuatu, karena
sifat berlebihan itu akan banyak memberikan mudharat.16

Dalam gerakan Sujud, sujud adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada
Allah, yang merupakan derajat tertinggi penyembahan, sebab manusia meletakan
anggota tubuh yang tertinggi yaitu kening di atas tanah dan menampakan kehinaan dan
kelemahan dihadapan Allah Yang Maha Mulia lagi Mahakuasa. Gerakan sujud ini
melambangkan ketidakmampuan manusia dihadapan Tuhannya. Gerakan sujud juga
dapat mengurangi tekanan darah tinggi, menghilangkan egoisme dan kesombongan,
menunjukkan ketundukan dan kerendahan hati yang tinggi, serta meningkatkan
kesabaran dan kepercayaan kepada Allah.17

Gerakan duduk diantara dua sujud, merupakan salah satu bentuk ketaatan dan
bukti rasa cinta kepada Allah karena seseorang mengakui akan kelemahannya yaitu
dengan duduk bersimpuh tidak berdaya dihadapan Allah.18

Selanjutnya gerakan duduk tasyahud awal dan duduk tasyahud akhir, posisi
kaki kanan ditegakkan dan diletakkan diatas kaki kiri, hal ini merupakan tanda bahwa
anggota tubuh bagian kanan lebih kuat dan mulia dari pada anggota tubuh bagian kiri.
Posisi ini memberikan pengajaran kepada kita bahwa anggota tubuh bagian kanan lebih
mulia dan lebih sesuai untuk melakukan perbuatan yang baik. Apabila seseorang
memberikan sesuatu atau menolong orang lain dengan tangan kiri menurut pandangan
tidak mempunyai tatacara atau etika, walaupun secara hukum tidak ada dalil yang
mengharamkan memberi atau menolong menggunakan tangan kiri.19

15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid.

10
Gerakan Salam, di dalam salat diakhiri dengan salam sambil menoleh ke kanan
dan ke kiri, mengandung arti seolah-olah seseorang berjanji dihadapan Allah bahwa
bersedia untuk selalu melakukan sesuatu yang membuat keselamatan, kedamaian, dan
ketenteraman terhadap orang lain dan lingkungannya dimanapun berada. Gerakan salam
yang dilakukan menoleh ke kanan dan ke kiri pada saat mengakhiri salat memberikan
pengajaran kepada umat Islam untuk senantiasa menumbuhkan rasa saling peduli
terhadap orang yang membutuhkan bantuan dan bisa membuat keselamatan.20

Salat juga bukan hanya sekadar ritual formal, melainkan ada muatan aktual,
yaitu bukti nyata yang dirasakan. Diantara kontribusi atau keterlibatan ibadah salat
dalam pembentukan akhlak muslim adalah menanamkan sikap disiplin. Dapat
dibuktikan sebab waktu pelaksanaan salat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh
seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya yang
akan mengakibatkan batalnya salat.21 Hal ini tentu melatih diri kita untuk lebih disiplin
dan menghargai waktu, karena seorang muslim yang baik tentu tidak akan membuang-
buang waktunya dengan hal-hal yang sia-sia, yaitu dengan senantiasa menjaga
keteraturan beribadah dengan sungguh-sungguh.

Dari salat juga seseorang belajar untuk senantiasa menjaga diri dalam keadaan
suci dan senantiasa menjaga kebersihan. Sebelum salat, seseorang disyaratkan untuk
mensyucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudlu atau bertayammum. Hal
ini mengandung pengertian bahwa salat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci
dari segala bentuk najis dan kotoran, sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan
suci. Di sini, kebersihan yang dituntut bukanlah secara fisik semata, akan tetapi meliputi
aspek non fisik sehingga diharapkan orang yang terbiasa melakukan salat akan bersih
secara lahir maupun batin.22

Dalam salat pun kita diajarkan tentang perilaku santun, tenang dan rendah hati.
Bacaan-bacaan di dalam salat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian
sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai
manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati dan

20
Ibid
21
Hasanul Rizqa, “Pesan Moral dari Ibadah Shalat”, Republika, Tanggal 20 Jun 2019 12:24 WIB
22
Ibid.

11
tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga dapat
menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari teori hypnosis yang
menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata (bacaan
shalat) merupakan suatu proses auto sugesti, yang membuat si pelaku selalu berusaha
mewujudkan apa yang telah diucapkannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ini
semua membuktikan bahwa dengan salat, seseorang akan membiasakan diri dengan hal-
hal yang bermanfaat saja, karena dia telah terbiasa melatih diri memperhatikan waktu-
waktu salat, syarat-syarat salat, memelihara kesucian salat, menghindari hal-hal yang
membatalkan salat, dan melatih diri memperhatikan makna-makna Al-Qur’an Karim
dan keagungan Allah serta makna-makna bacaan dalam salat.23

Banyak sekali hikmah dan pendidikan akhlak yang dapat dipetik dari ibadah
salat, sekaligus menjadi kontribusi positif pembentukan akhlak bagi seorang muslim,
sebab muatan moral yang dipresentasikan oleh salat akan membekas di kalbu dan
membentuk kecerdasan rohani yang sangat tajam dan kemudian melahirkan amal saleh
untuk membentuk suatu kepribadian akhlak mahmudah yang mencegah dirinya dari
perbuatan keji dan mungkar.24

2.5 Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Salat Berjamaah


Setiap agama mewajibkan ataupun menyarankan sebuah ritual, pasti disertai
dengan maksud tertentu, demikian halnya dalam ritual salat berjamaah dalam agama
Islam. Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan oleh dua atau lebih orang secara
bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan yang lainnya di belakang
sebagai makmum.25 Salat berjamaah ini memiliki berbagai keutamaan, tidak hanya janji
pahala berlipat dibandingkan salat yang dilaksanakan secara sendiri, tetapi juga
keutamaan dalam kehidupan dunia dan salah satunya adalah sebagai pembinaan akhlak
muslim.

Salat berjamaah diibaratkan sebagai lembaga pendidikan yang sangat besar


manfaatnya bagi pembinaan mental dan kepribadian. Pembiasaan salat berjamaah

23
Muhammad bin Ahmad bin Ismail, “Mengapa Kita Harus Salat” hal 47-50
24
Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) “Al-Rasikh”
(Lembar Jumat Masjid Ulil Albab Edisi 2 Maret 2007)
25
Naimatul hidayah, “Nilai Shalat Berjamaah dalam Membina Akhlak”, (2015)

12
sangat penting untuk umat muslim, karena didalamnya terdapat nilai nilai pembinaan
akhlak. Kaum muslim yang berupaya melaksanakan salat berjamaah biasanya terdorong
adanya unsur kesamaan sebagai hamba Allah, kesamaan keinginan untuk mendapatkan
pahala yang lebih banyak, juga adanya unsur kebersamaan dalam melaksanakan salat
berjamaah yang mempunyai nilai sosial dan persaudaraan antar sesama muslim yang
beriman.26 Karena di masjid atau mushola adalah tempat berkumpul dari semua
kalangan tanpa membeda-bedakan kemampuan, status dan kedudukan sosial.

Melalui pelaksaan salat berjamaah adalah salah satu bentuk penghayatan nilai-
nilai akhlak, karena salat berjamaah merupakan suatu tindakan memuluskan syiar
agama, muara tempat mencari kesejatian dan mengenal orang-orang shaleh. Seseorang
yang bergaul dengan orang-orang baik dan saleh di dalam lembaga pendidikan, maka
perilakunya cenderung baik pula. Berkumpulnya dengan orang-orang saleh di masjid
akan membawa pengaruh psikologis yang sangat besar bagi akhlaknya, sekaligus
menumbuhkan kontak antar sesama dan saling silaturhami. Melaksanakan salat
berjamaah dapat menghidupkan rasa persaudaraan, jika sudah merasa bersaudara
sehingga akan tumbuh rasa untuk saling tolong antar sesama.27

Pelaksaan salat berjamaah juga dapat menumbukan rasa taat dan patuh, karena
pada salat jamaah makmum harus selalu patuh mengikuti imamnya dan sebaiknya imam
wajib pula menerima peringatan dari makmumnya bila ia berbuat salah, bahkan bersedia
mengundurkan diri apa bila terjadi pada dirinya sesuatu yang menjadikan rusaknya
salat. Dengan itu akan mendorong pribadi-pribadi orang yang shalat berjamaah akan
patuh pula mentaati norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Dengan demikian, melalui pelaksaan salat secara berjamaah menumbuhkan


penghayatan dalam diri manusia yang ditunjukan atau dibuktikan dengan akhlak, bukan
saja kepada dirinya sendiri namun juga kepada lingkungan sosialnya.

26
Ibid.
27
Nur Hasanah, “Pembiasaan Shalat Berjamaah dalam Peningkatan Akhlak” (2020)

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Salat merupakan media komunikasi antara seorang hamba dan sang Khalik,
oleh karena itu salat juga adalah do’a. Pelaksanaan ibadah salat bukan hanya sebuah
kewajiban yang harus dijalankan atau dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, tetapi lebih
dari itu, di dalam salat terdapat esensi nilai-nilai akhlak yang bisa kita petik. Sebab
aspek peribadatan yang banyak mengandung unsur pendidikan akhlak adalah salat.
Seperti dalam gerakan salat, semua gerakan yang dilakukan memiliki arti yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, seluruh aspek perbuatan atau akhlak yang baik dan
yang buruk semuanya tidak terlepas dari kerja organ tubuh. Nilai-nilai pendidikan
akhlak yang terkandung dalam gerakan-gerakan salat seperti gerakan berdiri, takbir,
ruku’. i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk tasyahud awal dan duduk
tasyahud akhir, serta salam yang bisa dijadikan sebagai penghalang untuk melakukan
perbuatan keji dan munkar yang tidak diridhoi Allah SWT. Salat juga bukan hanya
sekadar ritual formal, melainkan ada muatan aktual, yaitu bukti nyata yang dirasakan,
baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sosial, yaitu menumbuhkan sikap disiplin,
gotong royong, saling tolong menolong, sabar, taat dan patuh, serta lain lain, yang tentu
berdampak positif serta berperan aktual dalam pembinaan akhlak muslim yang mulia.

3.2 Saran

14
Sebagai seorang hamba, tentu kita harus taat dalam melaksanakan kewajiban dan
menjauhi larangan-Nya. Namun bukan hanya itu saja, sebagai pondasi atau dasar untuk
terciptanya kehidupan yang mulia baik di dunia maupun akhirat, maka kita perlu
memperbaiki akhlak, salah satu bentuk pembinaan yang baik untuk membentuk akhlak
yang mulia adalah dengan menyempurnakan ibadah salat. Oleh karena itu perbaiki lah
salat kita untuk menghantarkan kepada terciptanya aktualisasi pembinaan akhlak.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://khazanah.republika.co.id/berita/q4n9dr320/rajin-shalat-gemar-puasa-
kerap-umrah-tanpa-akhlak-percuma

http://digilib.uinsby.ac.id/13135/54/Bab%201.pdf

Akidah akhlak kelas 11

https://media.neliti.com/media/publications/122682-ID-dimensi-akhlak-
dalam-shalat-telaah-teolo.pdf
Sutrini.2014 iain-tulungagung.ac.id
Dra. Neni Nuraeni, M.Ag, “Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar”,
(Yogyakarta: Mutiara Media, 2008), hal. 8
Sehat Sultoni Dalimunthe, “Dimensi Akhlak dalam Shalat” Jurnal, Telaah
Teologis-Filosofis Vol. XVII No. 2 2012/1433
Syekh,Syamsidin ,Abu,Abdillah.Terjemah Fathul Mu’in (Surabaya :
Alhidayah, 1996)
Sulaiman,Rasyid. “Fikih Islam” (Jakarta,atjahiriyah,1954)
Syayid,Sabiq.”Fikih Sunnah” (Bandung:Al-Ma’arif,1997)
Al-Hafid,Ibnu,Hajar Al-Askolani,Bulughul Marom (Semarang:Toha Putra)
Mahjuddin, Aklak Tasawuf I : “mujizat nabi, karamah wali dan ma’rifah
sufi”(Jakarta: Kalam Mulia, 2009)
Harun Nasution, “Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya ”, Jilid I (UI
Publishing : Cetakan 2020)
Sehat Sultoni Dalimunthe, “Dimensi Akhlak dalam Shalat” Jurnal, Telaah
Teologis-Filosofis Vol. XVII No. 2 2012/1433
Moh. Mukhlas “Aktualisasi Konsep Pendidikan Akhlak Al-Ghazali dalam
Pembinaan Remaja” At-Ta’dib Vol.3 No.1 Shafar 1428
Ramai Dianah, “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Gerakan Shalat”
(sumsel.kemenag.go.id)
Hasanul Rizqa, “Pesan Moral dari Ibadah Shalat”, Republika, Tanggal 20
Jun 2019 12:24 WIB
Muhammad bin Ahmad bin Ismail, “Mengapa Kita Harus Salat”
Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam
Indonesia (UII) “Al-Rasikh”
Nur Hasanah, “Pembiasaan Shalat Berjamaah dalam Peningkatan Akhlak”
(2020)

16
Naimatul hidayah, “Nilai Shalat Berjamaah dalam Membina Akhlak”, (2015)

17
18

Anda mungkin juga menyukai