Anda di halaman 1dari 13

Pengorganisasian Lembaga dan Kegiatan Dakwah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Dakwah

Dosen Pengampu : Drs. Sugiharto, M.A.

Disusun oleh

1. Ardian Syah Siregar 11210530000041


2. Lirih Mailiza Hasibuan 11210530000055
3. Mafrudoh 11210530000057

KELAS 3B

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ Pengorganisasian Lembaga dan Kegiatan Dakwah ”. Makalah ini telah kami
susun dengan semaksimal mungkin. Untuk itu, kami menyampaikan kepada Pak Drs.
Sugiharto, M.A selaku dosen mata kuliah Manajemen Dakwah.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Pengorganisasian Lembaga dan
Kegiatan Dakwah” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 11 November 2022

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Masalah .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengorganisasian Dakwah...................................................................


B. Pengorganisasian Kegiatan Dakwah......................................................................
C. Desain Pengorganisasian Dakwah.........................................................................7
D. Strategi dan Struktur Dakwah................................................................................8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama dakwah, di mana di dalamnya  terdapat usaha
menyebarluaskan kebenaran ajaran yang diyakini berasal dari Tuhan, untuk
disebarluaskan kepada  semua manusia. Semangat menyebarluaskan kebenaran ini 
merupakan tugas suci dan wujud pengabdian kepada Tuhan.  Dalam agama Islam
melaksanakan dakwah (menegakkan amar  ma’ruf nahi munkar) merupakan
kewajiban semua umat Islam oleh karena itu mempelajari tentang bagaiman
pengorganisasian dakwah yang benar merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipelajari sehingga dakwah  yang terlaksa dapat merubah masyarakat kejalan Allah.
Pengorganisasian dapat menjadi langkah pertama kearah pelaksanaan rencana
yang telah tersusun sebelumnya.1 Pengorganisasian dakwah merupakan cara
koordinasi untuk menghimpun dan mengatur Sumber Daya Manusia yang dimiliki ke
dalam suatu kerangka struktur dan hubungan menurut pola tertentu sehingga dapat
melakukan kegiatan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2
Organisasi dan manajemen telah menjadi bagian yang menyatu dalam
kehidupan modern. Dengan memanfaatkan seseorang atau lembaga, insya Allah dapat
bekerja mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Demikian pula, dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsipnya secara benar dapat mengantisipasi
perkembangan lembaga mereka yang tumbuh semakin besar. Manusia modern telah
mengaplikasikan dalam berbagai kegiatan, baik yang bertujuan komersial maupun
sosial dan nyata-nyata telah memberi banyak sumbangan bagi kemajuan lembaga
mereka.
Dalam pengorganisasian membutuhkan sistem yang lebih spesifik, yang akan
membahas bagaimana perumusan kerja, penetapan tugas, perincian kegiatan, dll. Hal
ini tidak hanya berlaku pada organisasi komersial saja, bahkan dakwah bagi manusia
modern pun memerlukan manajemen dengan pengorganisasian yang baik. Agar
tujuan dan sasaran dakwah bisa lebih mengena secara efektif dan efisien.
Dengan pengorganisasian, pemerincian kegiatan-kegiatan dakwah menjadi
tugas-tugas terperinci akan memudahkan pula bagi pendistribusian tugas-tugas
tersebut pada para pelaksana. Pendistribusian tugas-tugas dakwah ini kepada masing-
1
Ahmad Fadli, Organisasi dan Administrasi, (Kediri : Manhalun Hasyim Pers, 2002), hlm. 30.
2
Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Jakarta : Al-Amin dan IKFA, 2001), hlm. 15- 16.

1
masing pelaksana, menyebabkan mereka mengetahui dengan tepat sumbangan apakah
yang harus diberikannya dalam rangka penyelenggaraan dakwah itu.Kejelasan
masing-masing terhadap tugas pekerjaan yang harus dilakukan, dapatlah
meminimalisir timbulnya salah pengertian, kekacauan, duplikasi, kekosongan
(vakum), dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian dakwah ?
2) Bagaimana pengorganisasian kegiatan dakwah ?
3) Bagaimana desain pengorganisasian dakwah ?
4) Bagaimana Struktur dan juga strategi dakwah ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengorganisasian dakwah
2) Untuk mengetahui pengorganisasian kegiatan dakwah
3) Untuk mengetahui desain pengorganisasian dakwah
4) Untuk mengetahui struktur dan strategi dakwah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengorganisasian Dakwah
Hani Handoko dalam Hasanuddin mengemukakan bahwa pengorganisasian
merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,
sumber daya yang dimilikinya.3

Pengorganisasian dakwah merupakan serangkaian aktivitas merancang wadah bagi


setiap kegiatan organisasi dakwah dengan jalan membagi dan menggelompokkan pekerjaan
yang mesti dikerjakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara
anggota atau petugas yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. Sementara sering ditemukan
dalam tidak terorganisirnya dalam membagi dan mengelompokkan pekerjaan yanga akan
dilakukan dalam organisasi dakwah.

Sedangkan menurut Nurjanah & Fadila (2016), pengorganisasian dakwah adalah


suatu teknik dalam manajemen dimana dirancang struktur organisasi agar terwujud
optimalisasi sumber daya manusia dan sumber daya keuangan serta fisik yang ada dalam
organiasi. Pengorganisasian mempunyai dampak terhadap proses dakwah ditentukan
pengelompokkan kerja dan semakin jelas pertautan kerja sehingga koordinasi dalam
organisasi dakwah dapat membantu pemimpin untuk mengimplementasikan tugasnya
kemudian tujuan bisa diraih.4

Sementara itu, Rosyid Saleh mengemukakan, bahwa rumusan pengorganisasian


dakwah itu adalah rangkaian aktiva menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang
harus dilaksanakan, serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-
satuan organisasi-organisasi atau petugasnya.

Pengorganisasian atau al-thanzim dalam pandangan Islam bukan semata-mata


merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat dilakukan
secara rapi, teratur dan sistematis. Hal ini sebagaimana diilustrasikan dalam surat ash-shaf
ayat 4.

3
Hasanuddin, Manajemen Dakwah (Jakarta : UIN Jakarta Press 2015), hlm 112.
4
Muhammad Fauzi dkk, Pengorganisasian Dakwah pada Ikatan Mubaligh Profesional (IMP) Kota Padang,
Vol. 4 No. 2, Jurnal Pengajian dan Pengembangan Umat, 2021, hlm 92.

3
‫وص‬
ٌ ‫ص‬ُ ‫صفًّا َكَأنَّ ُهم بُ ْن ٰيَنٌ َّم ْر‬ َ ‫ِإنَّ ٱهَّلل َ يُ ِح ُّب ٱلَّ ِذينَ يُ ٰقَتِلُونَ فِى‬
َ ‫سبِيلِ ِهۦ‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Pada proses pengorganisasian ini akan menghasilkan sebuah rumusan struktur


organisasi dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Jadi, yang ditonjolkan adalah
wewenang yang mengikuti tanggung jawab, bukan tanggung jawab yang mengikuti
wewenang. Islam sendiri sangat perhatian dalam memandang tanggung jawab dan wewenang
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. yang mengajak para sahabat
untuk berpartisipasi melalui pendekatan empati yang sangat persuasif dan musyawarah.

Tugas bagi para da’i adalah merancang sebuah struktur organisasi yang
memungkinkan mereka untuk mengerjakan program dakwah secara efektif dan efesien untuk
mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan organisasi. Ada dua poin yang harus
diperhatikan dalam pengorganisasian, yaitu :

 Organizational Design (desain organisasi)


Desain Organisasi yaitu suatu proses yang melibatkan keputusan-keputusan mengenai
spesialisasi kerja, departementalisasi,rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan
desentralisasi, serta formalisasi.
 Organizational Structure (struktur organisasi)
Struktur Organisasi adalah kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka ini
tugas-tugas jabatan di bagi-bagi, dikelompokan dan di koordinasikan.5
B. Pengorganisasian Kegiatan Dakwah
Adapun langkah-langkah pengorganisasian kegiatan dakwah diantaranya :
1. Spesialisai Kerja
Manajemen Spesialisasi kerja diartikan sebagai tingkat kemampuan sesorang dalam
melakukan pekerjaan yang di tekuninya, dan tugas-tugas organisasi di bagi menjadi
pekerjaan-pekerjaan terpisah “pembagian kerja”. Hakikat spesialisasi kerja adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu akan menjadi lebih baik jika pekerjaan
tersebut di pecah-pecah menjadi sejumlah langkah dan stiap langkah diselesaikan oleh
seorang individu yang berlainan. Jadi pada hakikatnya setiap individu memiliki
spesialisasi dalam mengerjakan bagian dari suatu kegiatan, bukan mengerjakan
keseluruhan.
5
M.Munir & Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006). hlm 117-119.

4
Para manajer dakwah melihat ini sebagai cara untuk menggunakan keterampilan para
Da’I secara efisien. Karena keterampilan seorang da’i dalam menjalankan suatu tugas akan
semakin baik dan meningkat dengan dilakukan secara berulang-ulang. Pepatah
mengatakan “Pengalaman adalah guru yang berharga”.
Ketermpilan-keterampilan ini dapat di nyatakan dalam tiga komponen yaitu:
a) Keterampilan teknis (technical skill) 
yaitu pengetahuan mengenai metode, proses proedurdan tehnik untuk melakukan
kegiatan khsusus dan kemampuan untuk menggunakan alat-alat dan peralatan yang
releven bagi kegiatan tersebut.
b) Keterampilan untuk melakukan hubungan antar pribadi (Interpersonal skill).
yaitu pengetahuan tentang perilaku manusia dan proses-proses hubungan antar pribadi,
kemampuan untuk mengerti perasaan, sikap dari motivsi orang lain tentang apa yang ia
katakana dan lakukan.
c) Keterampilan konseptual (conceptual skill)
yaitu kemmpuan anlitis umum, berpikir nalar, kepandaian dalam membentuk konsep
serta konseptualisasi hubungan yang kompleks dan berarti dua, kreativitas dalam
mengembangkan ide serta pemecahan masalah, kemampuan untuk menganalisis
peristiwa-peristiwa dan kecenderungan-kecenderungan yang dirasakan, mengantisipasi
perubahan-perubahan dan melihat peluang serta masalah-masalah potensial.6
2. Departementalisasi Da’wah
Setelah unit kerja da’wah di bagi-bagi melalu spesialisasi kerja, maka selanjutnya
diperlukan pengelompokan pekerjan yang diklasifikasikan melalui spesialisasi kerja,
sehingga tugas yang sama atau mirip dapat di kelompokan secara bersama-sama, sehingga
dapat di koordinasikan.
Namun perlu diperhatikan bahwa masing-masing kegiatan individu tersebut saling
mengisi dan berhubungan sebagai suatu tim yang sama penting dan masing-masing tidak
terlepas dari kerja sama tim (team work).
Salah satu cara yang populer untuk mengelompokkan kegiatan dakwah adalah
menurut fungsi yang dijalankan. Sementara itu landasan yang di gunakan untuk
mengelompokan tugas-tugas dakwah dalam mencapai sasaran organisasi adalah dengan
departementalisasi dakwah.
Pada tataran ini, secara historis pengelompokkan kegiatan kerja dakwah adalah
menurut fungsi yang dijalankan atau depatementalisasi fungsional. Sebagai contoh, dalam
6
Ibid hlm 122

5
sebuah lembaga dakwah atau manajernya dakwah dalam mengorganisasikan lembaganya
dengan melakukan rancangan rekayasa umat, departemen finansialnya, bagian
administrasinya, departemen dakwah hal bil-hal, bil-lisan, sumber daya manusia dan lain-
lain.7
3. Rantai Komando
Rantai komando adalah sebiuah garis wewenng yang tidak terputus yang membentang
dari tingkat atas organisasi terus sampai tingkat paling bawah dan menjelaskan hasil kerja
dakwah ke departemen masing-masing. Rantai ini akan memberikan sebuah kemudahan
bagi para da’i untuk menentukan siapa yang harus dituju jika mereka menemui
permasalahan dan juga kepada siapa da’i tersebut bertanggung jawab. Dalam rantai
komando ini tidak terlepas dari tiga konsep, yaitu:
a) Wewenang
b) Tanggung jawab
c) Komando
4. Rentang Kendali
Rentang kendali merupakan konsep yang merujuk pada jumlah bawahan yang dapat
di supervise oleh seorang manajer secara efisien dan efektif. Walaupun pada sejarah
manajemen belum ada standarisasi yakni tidak ada kesepakatan ideal tertentu, namun
dapat di ukur dari tingkatan dalam organisasi.
Dalam konteks organisasi dakwah ketika seorang manajer dakwah naik dalam hierarki
organisasi, maka ia harus berhadapan dengan masalah yang semakin beragam
kerumitannya dan tidak terstrukturisasi, oleh karena itu para pemimpin tertingi harus
rentang kendali yang lebih kecil dari pada manajer-manajer menengah dan demikian
seterusnya.
Dalam memahami rentang kendali yang efektif dan efisien, maka akan ditentukan
dengan melihat variable kontingensi. Sebagai contoh semain banyak latihan dan
pengalaman yang dimiliki para da’i, maka semakin berkurang pengawasan secara
langsung oleh manager.
Urgensi konsep rentang kendali dalam pengorganisasian dakwah ini karena dapat
menentukan jumlah tingkatan dan kuantitas manager yang dimiliki oleh organisasi dakwah
tersebut.

7
M.Munir & Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006). hlm 126.

6
5. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi diartikan sebagai kadar sampai dimana pengambilan keputusan
terkonsentrsi pada hierarki/ tingkat atas organisasi. Konsep ini hanya mencakup pada
wewenang formal, yaitu hak-hak inhern dalam posisi seseorang.
Sementara Desentralisasi adalah pengalihan wewenang untu membuat keputusan
ketingkat yang lebih rendah dalam suatu organisasi. Dalam suatu organisasi yang bersifat
desentralisasi maka segala tindakan dapat di ambil lebih cepat untuk memecahkan
masalah.
Secara filosofis, desentralisasi ini dapat dikembalikan pada pengertian, bahwa setiap
manusia adalah pemimpin dan setiap orang adalah khalifah, selalu cenderung dalam
pemberian desentralisasi. Dalam Islam Rasulullah Saw pertama kali memberikan hak dan
wewenang desentralisasi kepada sahabatnya Muadz Bin Zabal yang diangkat sebagai
gubernur di Yaman.
6. Formalisasi Da’wah
Formalisasi da’wah adalah sejauh mana pekerjaan atau tugas-tugas da’wah dalam
sebuah organisasi dakwah dibakukan dalam sejauh mana tingkah laku, skill, dan
keterampilan para da’i dibimbing dan diarahkan secara prosedural oleh peraturan. Jika
suatu pekerjaan diformalkan, maka pelaksanaan pekerjaan tersebut memiliki kualitas
keluasan yang minim mengenai apa yang harus dikerjakan. Hal ini dimaksudkan agar
para da’i diharapkan senantiasa melakukan aktivitas dakwah secara aktif dan konsisten
sesuai prosedural.8
C.  Desain Pengorganisasian
   Desain pengorganisasian tergantung dari tiga komponen yaitu strategi,
teknologidan derjat ketidak pastian lingkngan organisasi tersebut. Desain sebuah
pengorganissian dakwah itu terdiri dari:
 Organisasi yang Mekanistik
                      Struktur organisasi mekanistik adalah sebuah struktur organisasi yang dicirikan oleh
spesialisasi yang tinggi, departementalisasi yang luas rentang kedali yang sempit,
normalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang tertulis dan partisipasi yang kecil dalam
pengambilan keputusan dan pekerja di bawahnya.
 Organissi organik

8
M.Munir & Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006). hlm 131.

7
                                  Organisasi organik adalah suatu struktur perorganisasian yang sangat adaktif dan
fleksibel dengan spesialisasi kerja yang sedikit, formalisasi yang minimal dan supervisi
langsung ke para pekerja junior. Dalam oranisasi organik ini dilakukan pembagian kerja
bagi para da’i mereka diberikan kuasa penuh untuk menangani masalah yang terjadi
pada mad’u. Dampak pengorganisasian jenis ini adalah sangat minim untuk dilakukannya
peraturan formal dan sediit pengawasan langsung, sebab keterampilan da’i dalam
mengatasi mad’u serta kerja sama tim sangat menentukan keberhasilan dakwah.9
D. Strategi dan Struktur Dakwah
        Struktur Organisasi dakwah adalah sarana untuk menolong para manajer dakwah dalam
mencapai sasaran, karena sasaran dakwah itu di rumuskan dari strategi organisasi. Tegasnya
struktur organisasi dakwah harus mengikuti strategi dakwah
Strategi dan struktur dalam organisasi dakwah difokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut:
a) Inovasi para pelaku dakwah yang akan mencerminkan usaha organisasi untuk mengejar
inovasi menghadapi mad’u.
b) Minimalisasi biaya yang mencerminkan usaha organisasi untuk melaukan pengendalian
biaya secara ketat dalam aktifitas dakwah.
Adapun factor yang mempengaruhi strategi dan struktur organisasi dakwah dalam
pengorganisasiannya adalah :
1) Takaran dan Struktur
Besar kecilnya organisasi dakwah akan mempengaruhi strukturnya. Organisasi yang besar
dengan banyak anggota didalamnya akan lebih cenderung memiliki lebih banyak spesialisasi,
departementalisasi, peraturan, dan tatanan dibangding organisasi yang skopnya kecil. Di
samping itu, tambahan wilayah dakwahnya pun lebih luas dan kompleks.
2) Teknologi dan struktur
      Dakwah era modern bukan hanya sebatas Bil-lisan saja, tetapi harus menggunakan suatu
bentuk teknologi untuk mengimbangi kemajuan yang ada pada masyarakat. Hal ini
dimaksudkan agar sasaran aktivitas dakwah dapat tercapai, maka organisasi dakwah garus
mampu membedayakan peralatan, bahan-bahan, pengetahuan, atau para da’i profesional yang
kemudian formalisasikan dalam bentuk kegiatan kegiatan dakwah.
3) Ketidak pastian lingkungan

9
M.Munir & Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006). hlm 134

8
      Pada tataran aplikasi, seringkali organisasi dawah akan menghadapi kondisi ketidak pastian
lingkungan. Oleh karenanya salah satu cara untuk mengantisipasi kondosi tersebut adalah
melalui penyesuaian dalam struktur.10
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pengorganisasian atau al-thanzim dalam pandangan Islam bukan semata-
mata merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat
dilakukan secara rapi, teratur dan sistematis. Pengorganisasian itu memiliki arti
penting bagi proses dakwah dan dengan pengorganisasian rencana dakwah akan
lebih mudah aplikasinya. Karena pada dasarnya tujuan dari pengorganisasian
dakwah untuk membagi kegiatan-kegiatan dakwah menjadi departemen-departemen
atau divisi-divisi dan tugas-tugas yang terperinci dan spesifik.
Dalam pengorganisasian dibutuhkan strategi dan struktur Da’wah yang
dapat menunjang ketercapaian tujuan. Struktur organisasi merupakan sarana untuk
menolong para menejer da’wah dalam mencapai sasaran karena sasaran dakwah itu
dirumuskan dari strategi organisasi. Artinya Struktur Da’wah organisasi harus
mengiuti strategi da’wah.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami berharap kepada pembaca agar tidak hanya
bersumber dari makalah ini saja untuk mengetahui pengorganisasian lembaga dan
kegiatan dakwah. Namun, kami berharap agar pembaca lebih banyak lagi membaca
buku-buku atau referensi-referensi lainnya. Karena kami merasa bahwa makalah
ini banyak sekali kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan diatas.

10
Ibid hlm 135

9
Daftar Pustaka

Fadli Ahmad, 2002, Organisasi dan Administrasi, Kediri : Manhalun Hasyim Pers

Muchtarom Zaini, 2001, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Jakarta : Al-Amin dan


IKFA
Muhammad Fauzi dkk, 2021Pengorganisasian Dakwah pada Ikatan Mubaligh
Profesional (IMP) Kota Padang, Vol. 4 No. 2, Jurnal Pengajian dan Pengembangan
Umat
M.Munir & Wahyu Ilaihi. 2006, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana

Hasanuddin, 2015, Manajemen Dakwah, Jakarta : UIN Jakarta Press

10

Anda mungkin juga menyukai