Anda di halaman 1dari 11

Metode dakwah dalam Al-Qur'an (Mujadalah)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah

Dosen pengampu: Dra. Jundah M.A

Kelompok 9

Disusun oleh:

Muhammad Adi Wibowo 11210530000062

Nur Akmal Kaharu 11210530000069

Vivia Alifaturrahmah 11210530000080

KELAS 3B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Metode dakwah dalam Al-Qur'an (mujadalah) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen Dra Jundah M.A pada mata kuliah Ilmu dakwah. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Metode dakwah dalam Al-
Qur'an (mujadalah) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Dra Jundah M.A selaku Dosen


mata kuliah Ilmu Dakwah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga, Saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
menantikan demi kesempurnaan makalah ini.

.
Ciputat, 21 November 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Pengertian Metode Dakwah Mujadalah............................................................................5
B. Dasar-dasar Mujadalah.....................................................................................................6
C. Etika Dakwah Mujadalah..................................................................................................7
D. Tujuan Mujadalah.............................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW,
untuk membina umat menusia supaya berpegang teguh kepada ajaran-ajaran yang benar dan
diridhoi Allah serta untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat.
Sebagai wahyu terakhir, Islam merupakan agama penyempurna dari keberadaan agama-agama
sebelumnya. Perkembangan agama islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW, di
Mekkah, Madinah, dan kemudian berkembang diseluruh penjuru dunia tidak lain adalah karena
adanya proses dakwah yang dilakukan oleh para tokoh Islam.

Salah satu arti dakwah adalah usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang
bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah
SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syariat serta akhlak Islamiyah. Dalam pelaksanaan
dakwah ini, selayaknya harus mengetahui metode-metode dalam penyampaiannya, yang mana
Al-Quran telah mengsyariatkan sebagai tuntunan dalam metode tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Pengertian Metode Dakwah Mujadalah
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang dalam bahasa Inggris disebut
method, yang berarti cara. Pengertian metode oleh H. Abd. Muin Salim, ialah suatu rangkaian
yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti,
mapan dan logis pula. 1

Didalam melaksanakan kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar
tujuan dakwah tercapai. Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu cara yang dipergunakan
oleh subyek dakwah dalam menyampaikan materi atau pesan-pesan dakwah kepada objek
dakwah, atau biasa diartikan metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang
dai untuk menyampaikan materi dakwah.

Secara etimologis, kata “dakwah” berasal ari bahasa Arab da’a – yad’u – da’watan, yang
berarti; ajakan, seruan, panggilan, atau undangan. Secara terminologis, menurut Prof. Toha
Yahya Omar, M.A., dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di
akhirat.2

Membahas kajian dakwah tidak akan terlepas dari metode yang yang digunakan dalam
dakwah itu sendiri, biasanya seorang da‟i dalam berdakwah memiliki alternatif tersendiri agar
dakwahnya dapat diterima oleh mad‟u. Dalam hal ini dakwah yang sangat tepat digunakan,
mengingat perkembangan zaman yang kian maju, pola pikir umat yang semakin kritis, sehingga
setiap hal termasuk urusan ibadah selalu dihubungkan dengan akal, maka dakwah dengan cara
berdebat (jadal al husna). Jadal sering dimaknai dengan berdebat, adu argumen, dialogh antara
da‟i dan mad‟u.

Kata mujadalah berasal dari kata jadala, arti mujadalah ini sebenarnya lebih mengarah pada
perlawanan yang tujuannya untuk mempertahankan pendapat yang paling benar. Anjuran

1
Abdul Muin Salim, Metodologi Tafsir; Sebuah Rekontruksi Epitemologi Memantapkan Keberadaan Ilmu
Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu (Orasi Pengukuhan Guru Besar Dihadapan Rapat Senat Luar Biasa IAIN Alaluddin
Makassar Tanggal 28April 1999), h.9
2
https://makalahmetodedakwahalhikmaha.blogspot.com/2019/01/metodedakwah-al-hikmah-dan-al-
mujadalah.html diakses pada tanggal 21 Oktober 2022.

5
dakwah dengan metode mujadalah diperintahkan dalam al Qur‟an karena memang pada
umumnya manusia memang senang berdebat.3

Mujadalah ini sebenarnya akan dapat berjalan tanpa pertentangan yang berakibat fatal jika
kedua belah pihak bisa saling menghormati. Secara umum para ulama mendefinisikan mujadalah
pada tiga cara :

a. Usaha yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan argumennya untuk


menghadapi lawan bicaranya.
b. Cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau madzhab.
c. Membandingkan berbagai dalil untuk mencari jalan yang paling tepat.4

C. Dasar-dasar Mujadalah
Debat merupakan tabi‟at manusia yang sulit dihindari karena memang ini merupakan fitrah.
Kesenangan akan perdebatan dapat mengarah pada dua sisi, baik dan tidak baik. Jika karakter
yang dimiliki baik, maka perdebatan yang dilakukan tentu tujuannya untuk mencari kebenaran,
dan bukan sebaliknya.

Allah SWT., berfirman:

ِ َّ‫ص َّر ْفنَا فِى ٰهَ َذا ْٱلقُرْ َءا ِن لِلن‬


‫اس ِمن ُكلِّ َمثَ ٍل ۚ َو َكانَ ٱِإْل ن ٰ َس ُن َأ ْكثَ َر َش ْى ٍء َج َداًل‬ َ ‫َولَقَ ْد‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur'an ini
bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah.”(QS. Al Kahfi: 54)

Ayat lain menjelaskan:

ِ ْ‫ق بَ ْع َد َما تَبَيَّنَ َكَأنَّ َما يُ َساقُونَ ِإلَى ْٱل َمو‬


]٦[ َ‫ت َوهُ ْم يَنظُرُون‬ ِّ ‫ي َُج ٰـ ِدلُونَكَ فِى ْٱل َح‬

“Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti


menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-
sebab kematian itu).”(QS. Al-Anfal: 6)5
3
Pius A . Partanto dan M. Dahlan Al-barry, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arkola. 1994), h.306.
4
Rohadi Abdul Fatah, Manajemen Dakwah di Era Global, (Jakarta: Amissco Publisher, 2003), h.44.
5
Departemen Agama, al-Qur‟an Dan Terjemahnya, (Surabaya: CV Mahkota,1996).

6
Berdasarkan kutipan ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa dakwah dengan cara berdebat atau
dengan kata yang lebih bersahabat disebut dialog memang dianjurkan dalam Al-Qur‟an.

D. Etika Dakwah Mujadalah


Agar pnyampaian materi dakwwah dengan cara dialog dapat menemukan sisi positif, dalam
arti mencari kebenaran, maka ada beberapa etika yang perlu diperhatikan, di antaranya:

a. Berkenaan dengan tujuan dan cara berdakwah yang sesuai dengan tuntunan yang benar.
b. Menyampaikan sanggahan dengan sopan bukan dengan maksud menyudutkan.

Mencari solusi serta hasil dari debat untuk lebih yakin dalam menjalankan ibadah, bukan
untuk menonjolkan kepintaran. 6

a. Mengkedepankan ketakwaan kepada Allah: bermaksud bertaqqarub kepada Allah dan


mencari ridhaNya dengan menjalankan perintahNya.
b. Diniatkan untuk menyatakan yang haq dan membatalkan yang batil,bukan karena ingin
mengalahkan lawan. Imam Asy-Syafi‟i berkata, “ Aku tidak berbicara kepada
seorangpun kecuali aku sangat suka jika ia mendapat taufik, berkata benar dan diberi
pertolongan. Ia akan mendapat perhatian dan pemeliharaan Allah. Aku tidakbicara pada
seorangpun selamnya kecuali aku tidak memperhatikan apa bila Allah menjelaskan
kebenaran melalui lisanku atau lisannya. Ibnu Aqil berkata, “ setiap bedebat yang
tujuannya bukan untuk memberikebenaran adalah kebinasaan bagi pelakunya.
c. Tidak dimaksudkan mencari kemegahan, kedudukan, merahoi dukungan, berselisih dan
ingin di lihat.
d. Diniatkan untuk memberikan loyalitas kepada Allah dan agama-Nya serta nasehat kepada
lawan debat. Sabda Nabi SAW, “ Agama adalah Nasihat”
e. Diawali dengan memuji Allah SWT dan bersyukur kepada Nya serta membaca shalawat
kepada Nabi Muhammad SAW.
f. Memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar di berikan taufik atas perkara
yang di ridhoi Nya.

6
Rohadi Abdul Fatah, Manajemen Dakwah di Era Global, (Jakarta: Amissco Publisher, 2003), h.46.

7
g. Menggunakan metode yang baik serta dengan pandangan dan kondisi yang baik. Ibnu
Abbas menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “ Petunjuk yang baik, cara
yang baik dan tidak berlebihan- lebihan adalah satu dari dua puluh lima bagian kenabian.
(HR. Ahmad san Abu Dawud). Ibnu Haj‟ar berkata, “ Ketahuilah, sesungguhnya
petunjuk yang baik pada akhir zaman lebih baik daripada sebagian amal.
h. Singkat dan padat dalam bicara, yaitu berbicara sedikit tetapi sarat makna serta tepat
sesuai dengan sasaran. Terlalu bicara mengakibatkan kebosanan, juga berpeluang
menimbulkan kesalahan.

E. Tujuan Mujadalah
Mujadalah atau diskusi juga mempunyai tujuan tersendiri, yakni mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan dan keputusan bersama mengenai suatu masalah, hal tersebut diarahkan
untuk memecahkan suatu masalah. Senada dengan pengertian ini, Muri Yusuf (1982: 44)
mengemukakan bahwa “Metode diskusi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan suatu masalah, yang mungkin menyangkut kepentingan bersama dengan jalan
musyawarah untuk mufakat”.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, mujadalah atau diskusi merupakan salah satu
metode pengajaran yang digunakan sebagai metode dakwah dengan cara bertukar pikiran dalam
memecahkan suatu masalah untuk mencapai hasil mufakat. Tujuan dan penerapan mujadalah
adalah mancapai kemufakatan dalam suatu masalah yang perlu dipecahkan secara bersama.
Dalam aktivitas dakwah mujadalah bisa digunakan sebagai sarana penyampaian materi dakwah
kepada sasaran yang mempunyai tingkat intelektualitas tinggi. Disamping itu, mujadalah juga
bertujuan menyampaikan ide tertentu dengan menyajikan suatu materi untuk dibicarakan dan
dibahas bersama. Dengan mujadalah, pihak penerima pesan bersifat kritis dalam menerima
pesan, sehingga proses penyajiannya dilakukan dengan adu argumentasi dan dalil logika yang
sistematis.

Secara rinci Engkoswara (1986: 50) menjelaskan tujuan mujadalah atau diskusi dalam
pengajaran agama Islam adalah: a) menumbuhkan keberanian dalam mengeluarkan pendapat
tentang suatu persoalan secara bebas. b) melatih mad’u berpikir sendiri, tidak hanya menerima
pelajaran dari da’i saja. c) memupuk perasaan toleransi, memberikan kesempatan dan

8
menghargai pendapat orang lain. d) melatih mad’u untuk menggunakan pengetahuan yang telah
diperolehnya.

Dengan demikian, diskusi bertujuan menumbuhkan keberanian mengeluarkan pendapat,


melatih berfikir sendiri dan memupuk rasa toleransi dan dituntut terlebih dahulu menghargai
pendapat orang lain.7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode dakwah adalah cara-cara atau langkah-langkah sistematis dalam menyampaikan atau
menyeru umat ke jalan Allah SWT sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Aplikasi
metode dakwah dapat diterapkan secara personal, pendidikan, diskusi, penawaran dan misi. Di

7
Maqfirah, “Mujadalah menurut Al-qur’an”, Jurnal Al-Bayan , VOL. 20, NO. 29 (JANUARI - JUNI 2014). 110-111.

9
Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menyeru manusia untuk berdakwah. Sebagaimana perilaku
lain, dakwah juga memilki kode etik yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist.

Untuk itu dakwah harus dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Yaitu dengan
metode al-mujadalah yaitu metode yang dilakukan dengan berdialog atau berdiskusi dan tanya
jawab. Dengan bantahan yang tidak membawa kepada pertikaian dan kebencian, tetapi
membawa kepada kebenaran. Dengan tujuan mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan dan
keputusan bersama mengenai suatu masalah, hal tersebut diarahkan untuk memecahkan suatu
masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Dapertemen Agama. 1996. Al-Qur’an dan Terjemahan. Surabaya. CV Mahkota.

Fatah, Rohadi Abdul. 2003. Manajemen Dakwah di Era Global. Jakarta. Amissco Publisher.

10
https:/makalahmetodedakwahalhikmaha.blogspot.com/2019/01/metodedakwah-al-hikmah-dan-
al-mujadalah.html diakses pada tanggal 21 Oktober 2022.

Maqfirah. 2014. Mujadalah menurut Al-Qur’an. Jurnal Al-bayan. 20(29): 110-111.

Partanto, Pius A. M. Dahlan Al-barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya. Arkola.

Salim, Abdul Muin. 1999. Metodologi Tafsir; Sebuah Rekontruksi Epitemologi Memantapkan
Keberadaan Ilmu Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu. Makassar.

11

Anda mungkin juga menyukai