Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU DAKWAH

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU DAKWAH

Mata Kuliah : Ilmu Dakwah


Dosen Pengajar : Dr. Salim Hasan

KELOMPOK 1
Muh. Ali Mujahidin (06620220011)
Muh. Arfah Fauzi (06620220031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur sudah sepantasnya senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan ilmu sehingga kelompok 1 diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu
Dakwah”.

Shalawat beserta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua. Kelompok 1 juga berharap
dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan tentang islam khususnya ilmu dakwah.

Selain itu kelompok 1 juga sadar bahwa makalah ini dapat ditemukan banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis benar-benar mengharapkan kritik dan saran untuk
kemudian dapat penulis revisi dan ditulis di masa yang selanjutnya, karena sekali lagi penulis menyadari
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang membangun.

Akhir kata dari kelompok 1 berharap makalah ini dapat dimengerti oleh para pembaca. Kelompok
1 juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan kata ataupun
kesalahan penulisan.

Makassar, 14 Februari 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................................
A. PENGERTIAN ILMU DAKWAH................................................................................5
B. OBJEK MATERIAL ILMU DAKWAH.......................................................................7
C. OBJEK FORMAL ILMU DAKWAH...........................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................................
A. KESIMPULAN..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ditinjau dari segi bahasa Da’wah berarti ; panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan
tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya berarti ;
memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah bisa
disebut dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut
dengan Mad’u.[1]
Secara konseptual, dakwah dipahami oleh para pakar secara beragam. Ibnu Tamiyyah
misalnya, mengartikan dakwah sebagai proses usaha untuk mengajak masyarakat (mad’u) untuk
beriman kepada Allah dan rasul-Nya sekaligus mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan
rasul-Nya itu.[2] Sementara itu Abdul Munir Mulkhan mengartikan dakwah sebagai usaha
mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu maupun
masyarakat.[3]

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud ilmu dakwah?
2. Apa pengertian dari objek material ilmu dakwah?
3. Apa pengertian dari objek formal ilmu dakwah?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Dakwah


Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab : da’a – yad’u –
da’watan yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil[1]. Di antara makna dakwah secara
bahasa adalah: An-Nida artinya memanggil; da’a filanun Ika fulanah, artinya si fulan
mengundang fulanah, Menyeru, ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada
sesuatu[2].Dalam dunia dakwah, rang yang berdakwah biasa disebut Da’i dan orang yang
menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u[3].
Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berdakwah atau
mensosialisasikan ajaran Islam kepada objek dakwah (masyarakat) dengan berbagai pendekatan
agar nilai-nilai ajaran Islam dapat direalisasikan dalam realitas kehidupan, dengan tujuan agar
mendapat ridha Allah SWT.
Menurut pendapat Ismail Al Faruqi kegiatan dakwah merupakan usaha dalam berfikir,
berdebat atau menyanggah. Ia merupakan produk paling akhir dari proses kritis intelektual.
Sehingga isi dakwah tidak sekedar apa yang diketahui dan disajikan. Isi dakwah adalah kebenaran
yang diterima secara tulus dan pembenarannya yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
atas beberapa alternatif. Lebih jauh Ismail Al Faruqi menambahkan bahwa dakwah adalah suatu
proses kritis dari rational intelection berdasarkan sifatnya yang tidak pernah dogmatis, dan tidak
pernah didasarkan atas kewenangan seseorang atau suatu tradisi. Dakwah Islam adalah suatu
bentuk penyajian terhadap hasil penilaian kritis bagi nilai-nilai kebenaran, sebuah preposisi,
sebuah fakta metafisik dan etik serta relevansinya bagi manusia. Ia tidak akan pernah membawa
manusia pada suatu yang menyalahi fitrah manusia. Dakwah Islam memihak pada kebenaran, al-
haq dan ma’ruf karena kebenaran, al-haq dan al-ma’ruflah yang sesuai dengan fitrah manusia.
Dengan demikian ada hubungan antara Islam, dakwah, fitrah manusia dan kebenaran. Maka,
dalam dakwah tidak ada paksaan, tidak ada tipu muslihat, tidak ada pendangkalan fungsi akal,
tidak ada pengkaburan kesadaran dan penciptaan prakondisi negatif lain yang akan mendorong
pada penerimaan dakwah secara paksa. Sedangkan menurut Ali Mahfuzh mendefinisikan
dakwah sebagai upaya memotivasi umat manusia untuk melaksanakan kebaikan, mengikuti
petunjuk serta memerintah mereka berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar
mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[4] Berdasarkan pengertian tersebut, maka
dakwah secara essensial bukan hanya berarti usaha mengajak mad’u beriman dan beribadah
kepada Allah, tetapi juga bermakna menyadarkan manusia terhadap realitas hidup yang harus
mereka hadapi berdasarkan petunjuk Allah dan RasulNya.[5]
Pemaknaan tentang hakikat dakwah itu dapat dipahami dalam ayat-ayat yang artinya
sebagai beikut :

5
1. Maka hadapkanlah wajah mu dengan lurus kepada Agama (Allah);(tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manuia tidak mengetahui. (QS 30:30).
2. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka bumi”, Mereka
berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”Tuhanmu berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS 2:30)
3. Dan Aku menjadikan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS
51:56).

Merujuk pada pengertian dakwah itu, dapat dibangun beberapa hubungan, yaitu variable
iman dan amal saleh disatu pihak, dan hubungan khairul bariyah dan khairul ummah dipihak lain.
Maka tujuan akhir dakwah Islam adalah terwujudnya khairul ummah yang basisnya didukung
oleh muslim yang berkualitas khairul bariyyah, yang oleh Allah dijanjikan akan memperoleh
ridha-Nya (QS.98:7-8). Tercapainya khairul ummah didahului oleh terwujudnya khairul bariyyah.
Karena, ummah merupakan konsep kesatuan fikrah dan jama’ah Islam, sedangkan khairul
bariyyah merupakan konsep kualitas sumber daya syakhsiyah. Untuk itu, tegaknya khairul
ummah ditopang oleh terwujudnya khairul bariyyah. Basis integrasi khairul bariyyah bersifat
determinatif atas terwujudnya khairul usroh dan seterusnya. Khairul usroh bersiat determinatif
atas terwujudnya khairul jamaah, dan pada akhirnya khairul jamaah menjadi syarat terwujudnya
khairul ummah.
Deskripsi diatas menjelaskan bahwa ilmu dakwah pada hakekatnya adalah ilmu yang
menyadarkan dan mengembalikan manusia pada fitrahnya, pada fungsi dan tujuan hidup manusia
menurut Islam.
Karena dakwah merupakan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, dakwah tidak selalu
berkisar pada permasalahan agama seperti pengajian atau kegiatan yang dianggap sebagai
kegiatan keagamaan lainnya. Paling tidak ada tiga pola yang dapat dipahami mengenai dakwah.

1. Dakwah Kultural
Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang mendekatkan pendekatan Islam Kultural,
yaitu: salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinasi yang formal
antara Islam dan negara. Dakwah kultural merupakan dakwah yang mendekati objek dakwah
(mad’u) dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang berlaku pada masyarakat. Seperti yang
telah dilaksanakan para muballigh dahulu (yang dikenal sebagai walisongo) di mana mereka
mengajarkan Islam menggunakan adat istiadat dan tradisi lokal. Pendekatan dakwah melalui
kultural ini yang menyebabkan banyak masyarakat yang tertarik masuk Islam. Hingga kini
dakwah kultural ini masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam di Indonesia.

6
2. Dakwah Politik
Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang dilakukan dengan menggunakan kekuasaan
(pemerintah); aktivis dakwah bergerak mendakwahkan ajaran Islam supaya Islam dapat dijadikan
ideologi negara, atau paling tidak setiap kebijakan pemerintah atau negara selalu diwarnai dengan
nilai-nilai ajaran Islam sehingga ajaran Islam melandasi kehidupan politik bangsa. Negara
dipandang pula sebagai alat dakwah yang paling strategis.
Dakwah politik disebut pula sebagai dakwah struktural. Kekuatan dakwah struktural ini
pada umumnya terletak pada doktrinasi yang dipropagandakannya. Beberapa kelompok Islam
gigih memperjuangkan dakwah jenis ini menurut pemahamannya.

3. Dakwah Ekonomi
Dakwah ekonomi adalah aktivitas dakwah umat Islam yang berusaha
mengimplementasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan proses-proses ekonomi guna
peningkatan kesejahteraan umat Islam. Dakwah ekonomi berusaha untuk mengajak umat Islam
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraannya. Ajaran Islam dalam kategori ini antara lain; jual-
beli, pesanan, zakat, infak dan lain sebagainya.

B. Objek Material Ilmu Dakwah


Menurut Amrullah Ahmad, objek material ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam
(dalam Al-Qur’an dan Sunnah), sejarah dan peradaban Islam (hasil ijtihad dan realisasinya dalam
sistem pengetahuan, teknologi, sosial, hukum, ekonomi, pendidikan dan kemsyarakatan lainnya,
khususnya kelembagaan Islam). Dengan demikian, objek meterial ilmu dakwah adalah ajaran
pokok (Al-Qur’an dan Sunnah) dan menfestasinya dalam semua aspek kehidupan manusia dalam
sepanjang sejarah Islam. Objek material ini termanifestasi dalam disiplin ilmu-ilmu ke-Islaman
lainnya yang kemudian berfungsi sebagai ilmu baru disiplin dakwah Islam.
Dari uraian diatas dapat ditekankan bahwa objek yang dikaji ilmu dakwah berkaitan
dengan objek kajian ilmu-ilmu ke-Islam-an lainnya.
Sedangkan menurut penjelasan Cik Hasan Bisri objek material ilmu dakwah adalah unsur
substansial ilmu dakwah yang terdiri dari enam komponen, yaitu da’i, mad’u, metode, materi,
media dan tujuan dakwah. Sementara itu, objek formal ilmu dakwah adalah mengkaji salah satu
sisi objek material tersebut, yakni kegiatan mengajak umat manusia supaya masuk ke jalan Allah
(sistem Islam) dalam semua segi kehidupan.
Dalam hal ini Ilyas Supena kurang sependapat dengan pandangan Amrullah karena dua
alasan berikut. Pertama, jika objek material ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam yang
mencakup Al-Qur’an, sunnah, hasil ijtihad, maka ilmu dakwah menjadi sebuah disiplin yang
memiliki corak idealisme epistemologis. Dengan corak epistemologis ini, kebenaran
transendental (rohani) yang terwujud dalam bentuk wahyu akan menjadi sebuah kebenaran
mutlak, sementara aktualisasi kebenaran wahyu tersebut pada tingkat historis menjadi terabaikan.

7
Pada gilirannya ilmu dakwah menjadi bersifat dogmatis. Kedua, Amrullah beranggapan ilmu
dakwah merupakan bagian dari ilmu-ilmu keagamaan, seperti halnya fiqh, tafsir dan kalam,
sehingga objek material ilmu-ilmu tersebut adalah Al-Qur’an, sunnah dan hasil ijtihad. Padahal
menurut Ilyas Supena, ilmu dakwah adalah ilmu yang berhubungan dengan upaya mewujudkan
masyarakat Islam yang ideal sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sebagaimana telah dijelaskan
bahwa hakekat dakwah adalah membangun standar kualitas hidup sebagai media transformasi
nilai. Sedangkan menurut penulis, ilmu dakwah adalah ilmu yang mengajarkan tentang
bagaimana mengajak manusia ke dalam jalan yang di ridhai Allah SWT.

C. Objek Formal Ilmu Dakwah


Sementara itu, objek formal ilmu dakwah adalah manusia dilihat dari sisi fitrahnya yang hanif
atau cenderung kepada Tuhan (Agama). Dakwah dalam hal ini memberdayakan manusia dalam
rangka mewujudkan masyarakat ideal. Sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Mewujudkan
masyarakat ideal inilah yang kemudian menjadi tujuan dari dakwah.
Dalam sudut pandang ilmu sosial hermeneutis, objek material dan objek formal ilmu
dakwah menunjukkan bahwa ilmu dakwah terdapat dua hal yang saling berkaitan: yaitu dimensi
empirik kehidupan sosial manusia dan dimensi pemikiran yang terkandung dalam teks (Al-
Qur’an dan sunnah) yang akan disampaikan da’i kepada manusia (mad’u) tesebut. Namun
demikian, dari dua dimensi tersebut, dimensi empirik kehidupan manusia tetap menjadi yang
penting dalam dakwah. Dengan kata lain, kehidupan manusia saat inilah yang menjadi fokus
kajian ilmu dakwah.
Kemudian untuk memberdayakan dan mewujudkan masyarakat ideal tersebut dapat
dilakukan secara lisan maupun tulisan, serta dengan mengelola hasil-hasil dakwah dalam bentuk
lembaga-lembaga Islam. Dengan melakukan sistematisasi tindakan, koordinasi, sinkronisasi dan
intregasi program serta mengelola sumber daya dan waktu yang tersedia untuk mencapai sasaran
dan tujuan dakwah Islam.
Pemberdayaan masyarakat dengan cara lisan dan tulisan ini dikenal dengan tabligh Islam
yang didalamnya mengandung dua dimensi kekuatan yakni komunikasi dan penyiaran Islam serta
bimbingan dan penyiaran Islam. Yang pertama bersifat massal dan yang kedua bersifat
individual.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berdakwah atau
mensosialisasikan ajaran Islam kepada objek dakwah (masyarakat) dengan berbagai
pendekatan agar nilai-nilai ajaran Islam dapat direalisasikan dalam realitas kehidupan,
dengan tujuan agar mendapat ridha Allah SWT.
Objek material ilmu dakwah adalah unsur substansial ilmu dakwah yang terdiri
dari enam komponen, yaitu da’i, mad’u, metode, materi, media dan tujuan dakwah.
Objek formal ilmu dakwah adalah manusia dilihat dari sisi fitrahnya yang hanif
atau cenderung kepada Tuhan (Agama). Dakwah dalam hal ini memberdayakan manusia
dalam rangka mewujudkan masyarakat ideal. Sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
Mewujudkan masyarakat ideal inilah yang kemudian menjadi tujuan dari dakwah.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/01/makalah-ruang-lingkup-ilmu-
dakwah.html
2. https://jejakpelamun.blogspot.com/2014/02/makalah-pengertian-dan-ruang-lingkup.html

10

Anda mungkin juga menyukai