Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PRANATA SOSIAL DALAM DAKWAH DAN PENDIDIKAN DALAM


ISLAM

ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah studi islam

Dosen Pengampu

Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A.

Disususn Oleh Kelompok 10

Muhammad Rafly (11200340000017)

Rosyida Himmatul Ulya (11200340000019)

Fawwaz (11200340000024)

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman,
dan Islam kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
nabi Allah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah ke
zaman Islamiyah seperti sekarang ini.

Alhamdulillah atas izin Allah SWT, kami dari kelompok 6 dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Pokok-pokok Ajaran Islam", sebagai tugas dari mata
kuliah Studi Islam tepat pada waktunya.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pengajar mata kuliah Studi Islam yang telah banyak memberikan banyak
bimbingan dan arahan kepada kami. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman seperjuangan yang kami banggakan, yang turut memberikan
dukungan dan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini.

Sekiranya makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran dari dosen serta teman-
teman sekalian sangat bermanfaat untuk kami, sehingga kami dapat mengevaluasi
kesalahan-kesalahan kami serta menjadi pembelajaran untuk kami agar menjadi
lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 4 Desember 2020

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Dawah dan Mengapa Diperlukan ............................................... 4

2.2 Macam-Macam Dakwah ............................................................................ 10

2.3 Pengertian Pendidikan dan Mengapa Diperlukan ...................................... 10

2.4 Sejarah perkembangan dalam islam ........................................................... 13

2.5 Ragam lembaga pendidikan ....................................................................... 16

BAB III.................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pranata sosial pada dasarnya adalah sistem norma yang mengatur segala
tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup
bermasyarakat. Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dalam hubungan
yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi komplek-komplek
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan dakwah artinya mengajak, menyeru, mendorong manusia ke jalan


yang benar sesuai dengan perintah Allah swt. Jadi pranata dalam ajaran islam atau
pranata sosial dakwah adalah nilai-nilai yang mengatur kehidupan sosial
masyarakat muslim berdasarkan syari‟at Islam. Agar supaya hubungan antar
manusia di dalam suatu masyarakat dapat terlaksana seperti apa yang diharapkan
maka dirumuskanlah norma-norma di dalam masyarakat yang bersangkutan.
Norma-norma di masyarakat mempunyai kekuatan mengikat berbeda-beda. Ada
norma-norma yang lemah, norma-norma yang sedang dan norma-norma yang
kuat. Norma-norma yang kuat daya pengikatnya anggota-anggota masyarakat
pada umumnya tidak berani melanggarnya.

Dalam bidang pendidikan pula tak lepas dari lembaga-lembaga sosial, Lembaga
disebut juga institusi atau pranata, sedangkan lembaga sosial adalah suatu
bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku,
peranan dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang
mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya kebutuhan-
kebutuhan sosial dasar.

Pendidikan madrasah sebagai salah satu pranata sosial, sudah tentu tidak bisa
lepas dari keterpengaruhan saling silang budaya. Sehubungan dengan itu,
mengamati dunia pendidikan tentu tidak cukup hanya dengan melihat problem
internal pendidikan, misalnya dari sudut pandang komponen pendidikan, tetapi

1
tidak bisa tidak, harus dengan berbagai perspektif, misalnya budaya, sosial,
ekonomi, politik, sejarah, filsafat dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah


masalah yang akan di bahas diantaranya:

1. Bagaimana pengertian dakwah?


2. Mengapa dakwah diperlukan?
3. Apa saja macam-macam dakwah?
4. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan dalam islam?
5. Apa saja ragam lembaga pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa
tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dakwah


2. Untuk mengetahui mengapa dakwah diperlukan
3. Untuk mengetahui macam-macam dakwah
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendidikan dalam islam
5. Untuk mengetahui ragam lembaga pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dawah dan Mengapa Diperlukan

Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab : ‫دعا – يدعو‬
‫ دعوة‬- yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil seruan, permohonan, dan
permintaan. Dalam pengertian lain menyebutkan dakwah merupakann bahasa
Arab, berasal dari kata da‟wah, yang bersumber pada kata: ‫ دعوة‬- ‫( دعا – يدعو‬da‟a,
yad‟u, da‟watan) yang bermakna seruan, penggilan, undangan atau do‟a.. Jadi,
dapat disimpulkan dakwah secara bahasa berarti seruan atau panggilan.

Menurut Pengertian dakwah secara istilah yang diartikan oleh berbagai ahli
sebagai berikut :

1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai


upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan
akhirat.
2. SyaikhAli Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin
memberikan definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu;
mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk
(hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
3. Hamzah Ya‟qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat
manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk
Allah dan Rasul-Nya.
4. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk
menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif
dengan substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar
ma‟ruf nahi mungkar.

3
5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah
menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah
fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim.

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas dapat diasumsikan dakwah ialah ajakan


atau seruan kepada kebaikan dan larangan kepada kejahatan sesuai tuntunan Islam
oleh dai kepada masyarakat atau mad‟u. (BAB II)

Umat Islam adalah umat yang memiliki misi dan melakukan dakwah, hadir
dengan membawa tujuan dan ada untuk mencapai tujuannya, banyak sekali nash
yang Al-Quran dan Sunnah yang memerintahkan amar ma‟ruf nahi munkar
kepada Allah. Berikut adalah alasan mengapa dakwah sangat diperlukan :

1. Dakwah merupakan jalan hidup Rasul dan pengikutnya

Allah ta‟ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah, Inilah jalanku; aku


menyeru kepada Allah di atas landasan ilmu yang nyata, inilah jalanku dan
orang-orang yang mengikutiku…” (Qs. Yusuf: 108)

Berdasarkan ayat yang mulia ini Syaikh Muhammad bin Abdul


Wahhab rahimahullah mengambil sebuah pelajaran yang amat berharga,
yaitu: Dakwah ila Allah (mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah)
merupakan jalan orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam, sebagaimana yang beliau tuliskan di dalam Kitab Tauhid bab Ad-
Du‟a ila syahadati an la ilaha illallah (Ibthal At-Tandid, hal. 44).

2. Dakwah merupakan karakter orang-orang yang muflih (beruntung)

Allah ta‟ala berfirman (yang artinya), “Hendaknya ada di antara kalian


segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, memerintahkan
yang ma‟ruf, melarang yang mungkar. Mereka itulah sebenarnya orang-
orang yang beruntung.” (Qs. Ali-„Imran: 104)

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan riwayat dari Abu Ja‟far Al-Baqir


setelah membaca ayat “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang

4
yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-
Qur‟an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur‟an Al-
„Azhim, jilid 2 hal. 66)

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu‟anhu, Rasulullah shallallahu


„alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya!
Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma‟ruf dan melarang dari
yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari
sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan
kalian tak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad, dinilai hasan Al-Albani
dalam Sahih Al-Jami‟ hadits no. 7070. Lihat Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azhim,
jilid 2 hal. 66)

3. Dakwah merupakan ciri umat yang terbaik

Allah ta‟ala berfirman (yang artinya), “Kalian adalah umat terbaik yang
dikeluarkan bagi umat manusia, kalian perintahkan yang ma‟ruf dan kalian
larang yang mungkar, dan kalian pun beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-
„Imran: 110)

Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat yang benar, ayat ini umum mencakup
segenap umat (Islam) di setiap jaman sesuai dengan kedudukan dan kondisi
mereka masing-masing. Sedangkan kurun terbaik di antara mereka semua
adalah masa diutusnya Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam kemudian
generasi sesudahnya, lantas generasi yang berikutnya.” (Tafsir Al-Qur‟an
Al-„Azhim, jilid 2 hal. 68)

4. Dakwah merupakan sikap hidup orang yang beriman

Allah ta‟ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman lelaki


dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang
lain. Mereka memerintahkan yang ma‟ruf dan mencegah dari yang
mungkar,…” (Qs. At-Taubah: 71)

5
Inilah sikap hidup orang yang beriman, berseberangan dengan sikap hidup
orang-orang munafiq yang justru memerintahkan yang mungkar dan
melarang dari yang ma‟ruf. Allah ta‟ala menceritakan hal ini dalam firman-
Nya (yang artinya), “Orang-orang munafiq lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma‟ruf…” (Qs. At-
Taubah: 67)

5. Meninggalkan dakwah akan membawa petaka

Allah ta‟ala berfirman tentang kedurhakaan orang-orang kafir Bani Isra‟il


(yang artinya), “Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani
Isra‟il melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan
kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas.
Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di
antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.” (Qs. Al-
Ma‟idah: 78-79)

Syaikh As-Sa‟di rahimahullah menjelaskan, “Tindakan mereka itu


(mendiamkan kemungkaran) menunjukkan bahwa mereka meremehkan
perintah Allah, dan kemaksiatan mereka anggap sebagai perkara yang
sepele. Seandainya di dalam diri mereka terdapat pengagungan terhadap
Rabb mereka niscaya mereka akan merasa cemburu karena larangan-
larangan Allah dilanggar dan mereka pasti akan marah karena mengikuti
kemurkaan-Nya…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

Di antara dampak mendiamkan kemungkaran adalah kemungkaran tersebut


semakin menjadi-jadi dan bertambah merajalela. Syaikh As-Sa‟di telah
memaparkan akibat buruk ini, “Sesungguhnya hal itu (mendiamkan
kemungkaran) menyebabkan para pelaku kemaksiatan dan kefasikan menjadi
semakin lancang dalam memperbanyak perbuatan kemaksiatan tatkala
perbuatan mereka tidak dicegah oleh orang lain, sehingga keburukannya
semakin menjadi-jadi. Musibah diniyah dan duniawiyah yang timbul pun
semakin besar karenanya. Hal itu membuat mereka (pelaku maksiat)

6
memiliki kekuatan dan ketenaran. Kemudian yang terjadi setelah itu adalah
semakin lemahnya daya yang dimiliki oleh ahlul khair (orang baik-baik)
dalam melawan ahlusy syarr (orang-orang jelek), sampai-sampai suatu
keadaan di mana mereka tidak sanggup lagi mengingkari apa yang dahulu
pernah mereka ingkari.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

6. Orang yang berdakwah adalah yang akan mendapatkan pertolongan


Allah

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Allah benar-benar akan


menolong orang yang membela (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa. Mereka itu adalah orang-orang yang apabila kami
berikan keteguhan di atas muka bumi ini, mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, memerintahkan yang ma‟ruf dan melarang dari yang
mungkar. Dan milik Allah lah akhir dari segala urusan.” (Qs. Al-Hajj: 40-
41)

Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengaku
membela agama Allah namun tidak memiliki ciri-ciri seperti yang
disebutkan (mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang
ma‟ruf dan melarang yang mungkar) maka dia adalah pendusta (lihat Taisir
Al-Karim Ar-Rahman, hal. 540).

7. Dakwah, bakti anak kepada sang bapak

Allah ta‟ala mengisahkan nasihat indah dari seorang bapak teladan yaitu
Luqman kepada anaknya. Luqman mengatakan (yang artinya), “Hai anakku,
dirikanlah shalat, perintahkanlah yang ma‟ruf dan cegahlah dari yang
mungkar, dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu. Sesungguhnya
hal itu termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs. Luqman: 17)

Allah juga menceritakan dakwah Nabi Ibrahim kepada bapaknya. Allah


berfirman (yang artinya), “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim
yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Qur‟an). Sesungguhnya dia adalah

7
seorang yang jujur lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada
bapaknya; Wahai ayahku. Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak
mendengar, tidak melihat dan tidak bisa mencukupi dirimu sama sekali?
Wahai ayahku. Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu yang
tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan
kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku. Janganlah menyembah syaitan,
sesungguhnya syaitan itu selalu durhaka kepada Dzat Yang Maha
Penyayang.” (Qs. Maryam: 41-44)

8. Dakwah, alasan bagi hamba di hadapan Rabbnya

Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika suatu kaum di antara
mereka berkata, „Mengapa kalian tetap menasihati suatu kaum yang akan
Allah binasakan atau Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang
amat keras?‟ Maka mereka menjawab, „Agar ini menjadi alasan bagi kami
di hadapan Rabb kalian dan semoga saja mereka mau kembali
bertakwa‟.” (Qs. Al-A‟raaf: 164)

Syaikh As-Sa‟di rahimahullah mengatakan, “Inilah maksud paling utama


dari pengingkaran terhadap kemungkaran; yaitu agar menjadi alasan untuk
menyelamatkan diri (di hadapan Allah), serta demi menegakkan hujjah
kepada orang yang diperintah dan dilarang dengan harapan semoga Allah
berkenan memberikan petunjuk kepadanya sehingga dengan begitu dia akan
mau melaksanakan tuntutan perintah atau larangan itu.” (Taisir Al-Karim Ar-
Rahman, hal. 307)

Allah berfirman (yang artinya), “Para rasul yang kami utus sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan itu, agar tidak ada lagi
alasan bagi manusia untuk mengelak setelah diutusnya para rasul. Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisaa‟: 165).

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu‟anhuma, Rasulullah shallallahu „alaihi wa


sallam berkhutbah di hadapan para sahabat pada hari raya kurban. Beliau
berkata, “Wahai umat manusia, hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari

8
yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Negeri apakah ini?” Mereka
menjawab, “Negeri yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Bulan apakah
ini?” Mereka menjawab, “Bulan yang disucikan.” Lalu beliau berkata,
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah disucikan tak
boleh dirampas dari kalian, sebagaimana sucinya hari ini, di negeri (yang
suci) ini, di bulan (yang suci) ini.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang
kemudian mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, “Ya Allah,
bukankah aku sudah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telah
menyampaikannya?”… (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Hajj, bab Al-Khutbah
ayyama Mina. Hadits no. 1739)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan, “Sesungguhnya beliau


mengucapkan perkataan semacam itu (Ya Allah bukankah aku sudah
menyampaikannya) disebabkan kewajiban yang dibebankan kepada beliau
adalah sekedar menyampaikan. Maka beliau pun mempersaksikan kepada
Allah bahwa dirinya telah menunaikan kewajiban yang Allah bebankan
untuk beliau kerjakan.” (Fath Al-Bari, jilid 3 hal. 652).

9. Dakwah tali pemersatu umat

Setelah menyebutkan kewajiban untuk berdakwah atas umat ini, Allah


melarang mereka dari perpecahan, “Dan janganlah kalian seperti orang-
orang yang berpecah belah dan berselisih setelah keterangan-keterangan
datang kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang berhak menerima
siksaan yang sangat besar.” (Qs. Ali-„Imran: 105)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Kalaulah bukan karena


amar ma‟ruf dan nahi mungkar niscaya umat manusia (kaum muslimin) akan
berpecah belah menjadi bergolong-golongan, tercerai-berai tak karuan dan
setiap golongan merasa bangga dengan apa yang mereka miliki…” (Majalis
Syahri Ramadhan, hal. 102) (Wahyudi)

9
2.2 Macam-Macam Dakwah

Berikut merupakan macam-macam dakwah:

1. Dakwah Bil-Lisan

Dakwah bil-Lisan ini kegiatan dakwah yang dilakukan secara langsung


menggunakan lisan. Dakwah ini melakukan interaksi langsung antara
pendakwah dan pendengarnya secara lisan melalui tanya jawab. Jadi bisa
dikatakan jika dakwah bil-Lisan ini lebih santai. Para umat muslim yang
mengikutinya bisa menanyakan secara langsung yang kiranya masih
membuat bingung kepada pendakwahnya sendiri.
2. Dakwah bit-Tadwin

Dakwah bit-Tadwin ini berbeda dengan dakwah lainnya. Jadi pada


kegiatan dakwah ini tidak secara langsung atau menggunakan perantara
melalui tulisan, kitab-kitab, koran, tv , media sosial. Walaupun tidak
secara langsung tapi dakwah ini tetap efektif penyampaiannya tetap
sampai kepada pembaca atau pendengar (Duyi, 2019)

3. Dakwah Bil-Hal
Dakwah bil Al-Hal ini dilakukan dengan cara memberi contoh perbuatan
yang nyata tentang apa yang ingin disampaikan melalui dakwah. Dengan
demikian, diharapkan orang yang melihat akan mengikuti dan mencontoh
apa yang mereka lihat.
Misalnya, juru dakwah memberi contoh untuk bersedekah, maka si
penerima dakwah akan mencontoh perbuatan itu dan ikut bersedekah
(Alfarizi, 2016)

2.3 Pengertian Pendidikan dan Mengapa Diperlukan

Pengertian Pendidikan secara umum adalah proses pengajaran suatu


pengetahuan, keterampilan atau kebiasaan dari satu generasi ke generasi lain
dibawah bimbingan seseorang secara langsung atau secara otodidak (belajar
sendiri).

10
Pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik agar dapat mengetahui,
mengevaluasi dan menerapkan setiap ilmu yang didapat dari pembelajaran di
kelas atau pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa latin ducare yang artinya
memimpin, menuntun atau mengarahkan, sedangkan e berarti “keluar”
maksudnya dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak. Pendidikan
menuntun seseorang keluar dari ketidaktahuan tentang sesuatu menjadi tahu.

Secara khusus proses pendidikan terjadi di ruang kelas atau suasana pembelajaran
formal (sd- perkuliahan). Namun, secara umum pendidikan dilakukan dimana
saja, baik melalui pembelajaran online, home-schooling, otodidak, pembelajaran
tatap muka atau pengalaman pribadi.

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli

 Menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, Pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.

 Menurut M.J Langeveld, Pendidikan adalah suatu usaha dalam


menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan
juga bertanggung jawab secara susila.

 Menurut Ahmad D. Marimba dan Mahmud (2012), Pengertian


pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk
kepribadian utama, membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah
sebagai perilaku nyata yang bermanfaat pada kehidupan siswa di
masyarakat.

 Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, Definisi pendidikan adalah usaha


sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual.

11
Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan diantaranya adalah untuk mengembangkan kemampuan,


kemudian membentuk watak, atau pun kepribadian dari peserta didik agar dirinya
tumbuh menjadi pribadi yang lebih bermartabat.

Horton, Hunt dan David Popenoe turut memberikan pendapat mengenai


keterkaitan dari fungsi pendidikan dengan lembaga pendidikan itu sendiri, yang
diantaranya terbagi menjadi beberapa fungsi di bawah ini;

 Mempersiapkan masyarakat agar dirinya dapat mencari nafkah dengan


lebih mandiri

 Proses membangun serta mengembangkan minat atau pun bakat dari


peserta didik, baik itu untuk kepuasan pribadi atau pun demi kepentingan
masyarakat umum.

 Sebagai tindakan pelestarian budaya yang ada di lingkungan masyarakat


itu sendiri.

 Proses penanaman keterampilan yang juga dibutuhkan pada


keikutsertaannya dalam kegiatan demokrasi.

 Sebagai proses transfer/pemindahan budaya atau adat istiadat dari generasi


terdahulu ke generasi selanjutnya

 Memilih dan mengajarkan peranan sosial

 Bentuk integrasi sosial yang ada di lingkungan masyarakat

 Melalui lembaga pendidikan juga dapat digunakan untuk mengajarkan


bentuk dari corak kepribadian

 Menjadikannya sebagai sumber inovasi dalam kehidupan sosial di


lingkungan masyarakat.

12
Manfaat Pendidikan
Pendidikan memiliki beragam manfaat yang dapat dirasakan siswa disaat itu
juga ataupun di masa depannya. Berikut ini adalah beberapa manfaat pendidikan
secara umum.

 Mengetahui Suatu Ilmu


 Belajar Mengerjakan Sesuatu
 Belajar Memecahkan Masalah
 Mengembangkan Diri dan Lingkungan
 Belajar Bekerja Sama
 Menciptakan Generasi Penerus Bangsa yang Unggul
 Mendapatkan Gelar untuk Karir
 Belajar tentang Sebab – Akibat
 Membentuk Karakter Bermartabat dan Berbudi Pekerti Luhur
Mensosialisasikan pada peserta didik mengenai perbedaan atau kultur
yang ada di masyarakat luas, mulai dari perbedaan agama, suku dan juga
budaya.

2.4 Sejarah perkembangan dalam islam

Perkembangan Ilmu pengetahuan di Dunia Islam


Pengetahuan akal dan intelektual merupakan suatu dorongan intrinstik dan
inheren dalam ajaran islam. Pada masa daulah Abbasiyah, ibu kota Baghdad
menjadi pusat intelektual muslim, dimana terjadi pengembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan islam. Sekolah-sekolah dan akademik muncul
disetiap pelosok. Perpustakaan-perpustakaan umum yang besar didirikan dan
terbuka untuk siapapun sehingga pemikiran filosofis-filosofis besar zaman klasik
dipelajari berdampingan dengan ilmu islam.

Bila dianalisis lebih jauh sampai periode-periode ini kaum intelektual islam
identik dengan ulama. Apalagi bila diingat bahwa ulama dalam pengertian aslinya
orang berilmu. Ilmu yang dikuasainya itu tidak terbatas kepada ilmu agama saja.
Pendapat ini bisa dipegang karena kegiatan intektual itu tumbuh karena manusia

13
sibuk dengan urusan agama. Mereka ini disebut intelektual atau ulama klasik yang
oleh shill sebagai intelektual lama atau intelektual sakral dari abad pertengahan.

Demikianlah sejarah perkembangan intelektual muslim pada masa yang disebut


Harun Nasution sebagai periode klasik (650-1250) yang merupakan zaman
kemajuan di masa inilah berkembangnya dan munculnya ilmu pengetahuan, baik
dalam bidang agama maupun non agama dan kebudayaan islam. Zaman inilah
yang menghasilkan ulama besar seperti Imam Malik, Abu Hanafi, Imam as-
Syafi‟i dan Imam Ibnu Hambal dalam bidang hukum, teologi, Zunnunal-Misri,
Abu Yzaud al-Butami, dan Al-Hallaj dalam mistimisme atau tasawuf, al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Maskawaih dalam filsafat, Ibnu Hasyim, Ibnu
Khawarizmi, al-Mas‟udi dan Rzai dalam bidang pengetahuan.

Pada masa kejayaan ini perkembangan intelektual muslim mencapai puncaknya


sehingga cenderung membentuk pemikiran bebas (rasionalisme) sebagaimana
dikembangkan oleh aliran Mu‟tazilah. Keadaan ini menimbulkan pertentangan
dan kecemasan dikalangan sebagian kaum intelektual muslim. Ketika itu muncul
Al-Ghazali (1059-1111) menentang pemikiran bebas itu. Al-Ghazali lebih lanjut
mengembangkan ,istisisme dan tasawuf. Menurut Hitti mistisisme muslim
mewakili suatu reaksi intelektualisme serta formalisme yang berkembang waktu
itu.

Sampai sekarang diakui bahwa periode sejarah peradaban islam serta pendidikan
yang paling cemerlang terjadi pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah di
Baghdad (750-1285 M) dan Daulah Umayyah di Spanyol (711-1492 M). Pada
masa periode ini segala potensi yang tergantung dalam kebudayaan yang didasari
nilai-nilai Islam mulai bergerak secara perlahan namun strategis. Selain terjadi
kemajuan di bidang sosioekonomik terjadi kemajuan dibidang intelektual.
Kemajuan intelektual tersebut ditunjang oleh kemajuan pendidikan baik institusi,
infsartruktur maupun kemajuan sains dan obyek-obyek studinya.
Khalifah Al-Maknun menunjukkan perhatiannya besar pada pendidikan dan
kesusteraan. Dikumpulkan kitab-kitab yang ada didaerah-daerah kekuasaannya
seperti; Syria, Afrika, dan Mesir menggantikan pajak-pajak saja. Selalu kelihatan

14
unta-unta memasuki kota Baghdad mambawa kertas dan kitab-kitab saja. Kitab-
kitab lama diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Istana al-Maknun tanpa seakan-
akan tempat pertemuan ilmu dan sastra, bukan pusat pemerintahan dan bukan
khalifah. Sebab mereka terdiri dari guru-guru pengkritik-pengkritik, penerjemah-
penerjemah dan komentar-komentar.

Masa Daulah Abbasiyah adalah zaman meranumnya ilmu pengetahuan dalam


dunia islam. Tamaddu islam dalam zaman ini ditandai oleh berkembangnya ilmu
pengetahuan dengan sangat pesat. Dizaman ini umat islam telah membuat jalan
baru bagi kehidupan ilmunya. Ini adalah hasil logis dari zamannya sendiri yang
telah mengalami perubahan. Sejarah perkembangan pikiran dari berbagai bangsa
melalui jalan yang sama dalam evolusi kemajuannya yang bertingkat-tingkat yang
tiap-tiap tingkatan itu merupakan mata rantai yang bersambung. Peningkatan alam
pikiran sejalan dengan bertambahnya kelengkapan waktu dan sebab. Karena
pertumbuhan kehidupan akal dan ilmu bukanlah khayal atau mimpi yang datang
dengan tiba-tiba yang tidak terikat dengan kanun dan sunnah.
Dizaman ini banyak sekali buku-buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan
kedalam bahasa arab dari berbagai bahasa asing, disamping buku-buku asli yang
dikarang dalam berbagai bidang ilmu.

Bagdad menjadi cemerlang bukan sebagai ibu kota khalifah Abbasiyah tetapi
sebagai pusat kebudayaan, seni, dan sastra yang belum pernah disaksikan oleh
umat manusia serupa itu. Kota Bagdad membawa sulhu ilmu dan pengetahuan
keseluruh plosok Asia, di Hindustan di bawah kekuasaan Ghaznawi pada
permulaan abad ke 11 di tangan Umar Khayyam, dibawah kaum mongol setelah
pertengahan abad ke 13 ditangan Nasiruddin Al-Tusi dinegara-negara Cina kira-
kira akhir abad ke 13 ditangan Kuchu King. Dibawah dinasti Utsmaniyyah pada
paruhan pertama abad ke 14.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya dizaman khalifah Harun al-
Rasyid (786-833) dan putranya al-Ma‟mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak
dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Pada masa sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter, Al-Ma‟mun pengganti Al-Rasyid dikenal
sebagi khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya

15
penerjemah buku-buku asing digalakan. Untuk menerjemahkan buku-buku asing
Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut
agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah salah satu karya
besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul Hikmah. Pusat
penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakan yang
besar. Pada masa Al-Ma‟mun inilah bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan.

2.5 Ragam lembaga pendidikan

1. Nama Darul Arqam asalnya berarti rumah Arqam, dinisbatkan kepada


pemilik Arqam Ibnu Abil Arqam yang digunakan oleh Rasulullah SAW.
Sebagai tempat perkaderan Islam di masa-masa pertama. Dari Darul
Arqam itulah lahir tokoh-tokoh Islam generasi pertama seperti Abu Bakar,
Ali Ibnu Thalib, Aisyah, dan lain-lain.
2. Masjid (bentuk tidak baku: mesjid) adalah rumah tempat ibadah umat
Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat sujud, sebutan lain yang
berkaitan dengan masjid di Indonesia adalah musala, langgar atau surau.
Istilah tersebut diperuntukkan bagi bangunan menyerupai masjid yang
tidak digunakan untuk salat Jumat, iktikaf, dan umumnya berukuran kecil.
Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat
kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar,
diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-Qur'an sering dilaksanakan
di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan
dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
3. Sufah Yang dimaksud dengan AHLU SUFFAH adalah para penghuni
serambi dari Masjid Nabawi. SUFFAH sendiri artinya adalah serambi.
Mereka ini awalnya adalah kaum muhajirin yang ikut hijrah bersama
Rasulullah SAW namun karena jumlah yang terlalu banyak sehingga sulit
ditampung semua oleh Kaum Anshar.
AHLU SUFFAH ini menurut ulama adalah para tamu-tamu dalam islam.
Mereka adalah orang yang sebatang kara, tak berkeluarga dan juga tak
berharta. Meski begitu mereka hidup dengan baik di serambi Masjid

16
Nabawi. Adapun kebutuhannya seperti makan juga minum ditanggung
para sahabat dan mereka yang hidup berkecukupan. Kadang pun
kebutuhan mereka dicukupi dari harta yang disisihkan dari baitul mal.
Mereka tinggal di serambi masjid nabawi adalah atas perintah Rasulullah
SAW.
4. Kuttab adalah tempat utama di dunia Islam untuk mengajari anak-anak.
keberadaannya begitu agung dalam kehidupan masyarakat Islam,
khususnya dikarenakan Kuttab adalah tempat anak-anak belajar Al Quran
di tambah begitu mulianya ilmu dalam syariat Islam.
Rasulullah memutuskan tentang tawanan perang Badar, agar setiap
tawanan yang tidak punya harta untuk menebus, mengajar 12 anak-anak
muslimin sebagai tebusannya. Kuttab dibagi dua:
1) Kuttab Awwal: pada jenjang ini, anak-anak belajar membaca, menulis,
menghapal al Quran, ilmu dasar agama dan berhitung dasar.
2) Kuttab Qonuni: pada jenjang ini anak-anak dan remaja belajar ilmu
bahasa dan adab. Mereka belajar ilmu-ilmu agama, hadits dan berbagai
macam ilmu lainnya.

Semangat yang sangat tinggi pada muslimin saat itu untuk belajar Al
Quran, membuat Kuttab ini berkembang sangat pesat.

5. Majelis Taklim adalah sebuah sebutan untuk lembaga pendidikan non-


formal Islam yang memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara
berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak. Majelis
Taklim berasal dari bahasa Arab, yang terdiri atas dua kata, yaitu majelis
dan taklim. Majelis artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan, dan
taklim diartikan pengajaran. Dalam tradisi negara lain, istilah majelis
taklim dikenal dengan sebutan halaqah. Dalam tradisi tasawuf, istilah
majelis taklim dikenal dengan sebutan zawiyah. Majelis taklim mengkaji
ilmu keagamaan, baik dari aspek teologi, filsafat, maupun tasawuf.
6. Madrasah pula berarti Aliran ataupun Madzhab. Secara harfiah kata
“madrasah” berarti ataupun setara maknanya dengan kata Indonesia
“sekolah” (yang notabene pula bukan kata asli bahasa Indonesia). Pada

17
biasanya konsumsi kata madrasah dalam makna sekolah, memiliki
konotasi spesial, ialah sekolah- sekolah Agama Islam. Madrasah memiliki
makna tempat ataupun wahana dimana anak didik mengenyam
pendidikan, dengan iktikad di madrasah seperti itu anak menempuh proses
belajar secara terencana, terpimpin, terkontrol. Bila dikaji dari penafsiran
bahasa, sebutan madrasah ialah isim makan (nama tempat), berasal dari
kata darasa, yang bermakna tempat orang belajar. Dari pangkal arti
tersebut setelah itu berkembang menjadi sebutan yang kita pahami
bagaikan tempat pembelajaran, spesialnya yang bernuansa Islam.
7. Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan
sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri
tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi
keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu
pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana
terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari
Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk
Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa,
sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami
sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara
nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada
santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh
Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok
(asrama) dalam pesantren tersebut.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dalam hubungan yang
berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi komplek-komplek kebutuhan
khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan dakwah artinya menyeru
manusia ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah swt. Jadi pranata sosial
dakwah adalah nilai-nilai yang mengatur kehidupan sosial masyarakat muslim
berdasarkan syari‟at Islam.

Sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban untuk berdakwah dengan amar
ma‟ruf nahi munkar, melalui pranata sosial ini tentunya meliputi banyak hal,
diantaranya dibidang pendidikan, Pendidikan sebagai salah satu pranata sosial,
sudah tentu tidak bisa lepas dari keterpengaruhan saling silang budaya. Dalam
bidang pendidikan ini banyak pula lembaga-lembaga yang ada didalamnya,
diantaranya Masjid, Pesantren, Darul Arqam, Madrasah, Majelis Taklim, Kuttab,
dan Sufah

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi, E. (2016, Mei 23). MACAM MACAM DAKWAH. Retrieved Desember 6,


2020, from https://edwinalfarizi.wordpress.com/:
https://edwinalfarizi.wordpress.com/2016/05/23/macam-macam-dakwah/

BAB II. (n.d.). UIN Antasari, 12-13.

Duyi. (2019, Agustus 13). Inilah Macam-Macam Dakwah Dan Metodenya.


Retrieved Desember 6, 2020, from https://sacict.net/:
https://sacict.net/macam-macam-dakwah/

Wahyudi, A. (n.d.). Mengapa Kita Harus Berdakwah? Retrieved Desember 6,


2020, from https://muslim.or.id/: https://muslim.or.id/1470-mengapa-kita-
harus-berdakwah.html

20

Anda mungkin juga menyukai