Dosen Pengampu
Fawwaz (11200340000024)
FAKULTAS USHULUDDIN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman,
dan Islam kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
nabi Allah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah ke
zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Alhamdulillah atas izin Allah SWT, kami dari kelompok 6 dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Pokok-pokok Ajaran Islam", sebagai tugas dari mata
kuliah Studi Islam tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pengajar mata kuliah Studi Islam yang telah banyak memberikan banyak
bimbingan dan arahan kepada kami. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman seperjuangan yang kami banggakan, yang turut memberikan
dukungan dan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
Sekiranya makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran dari dosen serta teman-
teman sekalian sangat bermanfaat untuk kami, sehingga kami dapat mengevaluasi
kesalahan-kesalahan kami serta menjadi pembelajaran untuk kami agar menjadi
lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
BAB III.................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pranata sosial pada dasarnya adalah sistem norma yang mengatur segala
tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup
bermasyarakat. Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dalam hubungan
yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi komplek-komplek
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Dalam bidang pendidikan pula tak lepas dari lembaga-lembaga sosial, Lembaga
disebut juga institusi atau pranata, sedangkan lembaga sosial adalah suatu
bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku,
peranan dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang
mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya kebutuhan-
kebutuhan sosial dasar.
Pendidikan madrasah sebagai salah satu pranata sosial, sudah tentu tidak bisa
lepas dari keterpengaruhan saling silang budaya. Sehubungan dengan itu,
mengamati dunia pendidikan tentu tidak cukup hanya dengan melihat problem
internal pendidikan, misalnya dari sudut pandang komponen pendidikan, tetapi
1
tidak bisa tidak, harus dengan berbagai perspektif, misalnya budaya, sosial,
ekonomi, politik, sejarah, filsafat dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab : دعا – يدعو
دعوة- yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil seruan, permohonan, dan
permintaan. Dalam pengertian lain menyebutkan dakwah merupakann bahasa
Arab, berasal dari kata da‟wah, yang bersumber pada kata: دعوة- ( دعا – يدعوda‟a,
yad‟u, da‟watan) yang bermakna seruan, penggilan, undangan atau do‟a.. Jadi,
dapat disimpulkan dakwah secara bahasa berarti seruan atau panggilan.
Menurut Pengertian dakwah secara istilah yang diartikan oleh berbagai ahli
sebagai berikut :
3
5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah
menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah
fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim.
Umat Islam adalah umat yang memiliki misi dan melakukan dakwah, hadir
dengan membawa tujuan dan ada untuk mencapai tujuannya, banyak sekali nash
yang Al-Quran dan Sunnah yang memerintahkan amar ma‟ruf nahi munkar
kepada Allah. Berikut adalah alasan mengapa dakwah sangat diperlukan :
4
yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-
Qur‟an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur‟an Al-
„Azhim, jilid 2 hal. 66)
Allah ta‟ala berfirman (yang artinya), “Kalian adalah umat terbaik yang
dikeluarkan bagi umat manusia, kalian perintahkan yang ma‟ruf dan kalian
larang yang mungkar, dan kalian pun beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-
„Imran: 110)
Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat yang benar, ayat ini umum mencakup
segenap umat (Islam) di setiap jaman sesuai dengan kedudukan dan kondisi
mereka masing-masing. Sedangkan kurun terbaik di antara mereka semua
adalah masa diutusnya Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam kemudian
generasi sesudahnya, lantas generasi yang berikutnya.” (Tafsir Al-Qur‟an
Al-„Azhim, jilid 2 hal. 68)
5
Inilah sikap hidup orang yang beriman, berseberangan dengan sikap hidup
orang-orang munafiq yang justru memerintahkan yang mungkar dan
melarang dari yang ma‟ruf. Allah ta‟ala menceritakan hal ini dalam firman-
Nya (yang artinya), “Orang-orang munafiq lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma‟ruf…” (Qs. At-
Taubah: 67)
6
memiliki kekuatan dan ketenaran. Kemudian yang terjadi setelah itu adalah
semakin lemahnya daya yang dimiliki oleh ahlul khair (orang baik-baik)
dalam melawan ahlusy syarr (orang-orang jelek), sampai-sampai suatu
keadaan di mana mereka tidak sanggup lagi mengingkari apa yang dahulu
pernah mereka ingkari.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)
Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengaku
membela agama Allah namun tidak memiliki ciri-ciri seperti yang
disebutkan (mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang
ma‟ruf dan melarang yang mungkar) maka dia adalah pendusta (lihat Taisir
Al-Karim Ar-Rahman, hal. 540).
Allah ta‟ala mengisahkan nasihat indah dari seorang bapak teladan yaitu
Luqman kepada anaknya. Luqman mengatakan (yang artinya), “Hai anakku,
dirikanlah shalat, perintahkanlah yang ma‟ruf dan cegahlah dari yang
mungkar, dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu. Sesungguhnya
hal itu termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs. Luqman: 17)
7
seorang yang jujur lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada
bapaknya; Wahai ayahku. Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak
mendengar, tidak melihat dan tidak bisa mencukupi dirimu sama sekali?
Wahai ayahku. Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu yang
tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan
kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku. Janganlah menyembah syaitan,
sesungguhnya syaitan itu selalu durhaka kepada Dzat Yang Maha
Penyayang.” (Qs. Maryam: 41-44)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika suatu kaum di antara
mereka berkata, „Mengapa kalian tetap menasihati suatu kaum yang akan
Allah binasakan atau Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang
amat keras?‟ Maka mereka menjawab, „Agar ini menjadi alasan bagi kami
di hadapan Rabb kalian dan semoga saja mereka mau kembali
bertakwa‟.” (Qs. Al-A‟raaf: 164)
Allah berfirman (yang artinya), “Para rasul yang kami utus sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan itu, agar tidak ada lagi
alasan bagi manusia untuk mengelak setelah diutusnya para rasul. Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisaa‟: 165).
8
yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Negeri apakah ini?” Mereka
menjawab, “Negeri yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Bulan apakah
ini?” Mereka menjawab, “Bulan yang disucikan.” Lalu beliau berkata,
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah disucikan tak
boleh dirampas dari kalian, sebagaimana sucinya hari ini, di negeri (yang
suci) ini, di bulan (yang suci) ini.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang
kemudian mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, “Ya Allah,
bukankah aku sudah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telah
menyampaikannya?”… (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Hajj, bab Al-Khutbah
ayyama Mina. Hadits no. 1739)
9
2.2 Macam-Macam Dakwah
1. Dakwah Bil-Lisan
3. Dakwah Bil-Hal
Dakwah bil Al-Hal ini dilakukan dengan cara memberi contoh perbuatan
yang nyata tentang apa yang ingin disampaikan melalui dakwah. Dengan
demikian, diharapkan orang yang melihat akan mengikuti dan mencontoh
apa yang mereka lihat.
Misalnya, juru dakwah memberi contoh untuk bersedekah, maka si
penerima dakwah akan mencontoh perbuatan itu dan ikut bersedekah
(Alfarizi, 2016)
10
Pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik agar dapat mengetahui,
mengevaluasi dan menerapkan setiap ilmu yang didapat dari pembelajaran di
kelas atau pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa latin ducare yang artinya
memimpin, menuntun atau mengarahkan, sedangkan e berarti “keluar”
maksudnya dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak. Pendidikan
menuntun seseorang keluar dari ketidaktahuan tentang sesuatu menjadi tahu.
Secara khusus proses pendidikan terjadi di ruang kelas atau suasana pembelajaran
formal (sd- perkuliahan). Namun, secara umum pendidikan dilakukan dimana
saja, baik melalui pembelajaran online, home-schooling, otodidak, pembelajaran
tatap muka atau pengalaman pribadi.
Menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, Pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.
11
Fungsi Pendidikan
12
Manfaat Pendidikan
Pendidikan memiliki beragam manfaat yang dapat dirasakan siswa disaat itu
juga ataupun di masa depannya. Berikut ini adalah beberapa manfaat pendidikan
secara umum.
Bila dianalisis lebih jauh sampai periode-periode ini kaum intelektual islam
identik dengan ulama. Apalagi bila diingat bahwa ulama dalam pengertian aslinya
orang berilmu. Ilmu yang dikuasainya itu tidak terbatas kepada ilmu agama saja.
Pendapat ini bisa dipegang karena kegiatan intektual itu tumbuh karena manusia
13
sibuk dengan urusan agama. Mereka ini disebut intelektual atau ulama klasik yang
oleh shill sebagai intelektual lama atau intelektual sakral dari abad pertengahan.
Sampai sekarang diakui bahwa periode sejarah peradaban islam serta pendidikan
yang paling cemerlang terjadi pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah di
Baghdad (750-1285 M) dan Daulah Umayyah di Spanyol (711-1492 M). Pada
masa periode ini segala potensi yang tergantung dalam kebudayaan yang didasari
nilai-nilai Islam mulai bergerak secara perlahan namun strategis. Selain terjadi
kemajuan di bidang sosioekonomik terjadi kemajuan dibidang intelektual.
Kemajuan intelektual tersebut ditunjang oleh kemajuan pendidikan baik institusi,
infsartruktur maupun kemajuan sains dan obyek-obyek studinya.
Khalifah Al-Maknun menunjukkan perhatiannya besar pada pendidikan dan
kesusteraan. Dikumpulkan kitab-kitab yang ada didaerah-daerah kekuasaannya
seperti; Syria, Afrika, dan Mesir menggantikan pajak-pajak saja. Selalu kelihatan
14
unta-unta memasuki kota Baghdad mambawa kertas dan kitab-kitab saja. Kitab-
kitab lama diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Istana al-Maknun tanpa seakan-
akan tempat pertemuan ilmu dan sastra, bukan pusat pemerintahan dan bukan
khalifah. Sebab mereka terdiri dari guru-guru pengkritik-pengkritik, penerjemah-
penerjemah dan komentar-komentar.
Bagdad menjadi cemerlang bukan sebagai ibu kota khalifah Abbasiyah tetapi
sebagai pusat kebudayaan, seni, dan sastra yang belum pernah disaksikan oleh
umat manusia serupa itu. Kota Bagdad membawa sulhu ilmu dan pengetahuan
keseluruh plosok Asia, di Hindustan di bawah kekuasaan Ghaznawi pada
permulaan abad ke 11 di tangan Umar Khayyam, dibawah kaum mongol setelah
pertengahan abad ke 13 ditangan Nasiruddin Al-Tusi dinegara-negara Cina kira-
kira akhir abad ke 13 ditangan Kuchu King. Dibawah dinasti Utsmaniyyah pada
paruhan pertama abad ke 14.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya dizaman khalifah Harun al-
Rasyid (786-833) dan putranya al-Ma‟mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak
dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Pada masa sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter, Al-Ma‟mun pengganti Al-Rasyid dikenal
sebagi khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya
15
penerjemah buku-buku asing digalakan. Untuk menerjemahkan buku-buku asing
Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut
agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah salah satu karya
besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul Hikmah. Pusat
penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakan yang
besar. Pada masa Al-Ma‟mun inilah bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan.
16
Nabawi. Adapun kebutuhannya seperti makan juga minum ditanggung
para sahabat dan mereka yang hidup berkecukupan. Kadang pun
kebutuhan mereka dicukupi dari harta yang disisihkan dari baitul mal.
Mereka tinggal di serambi masjid nabawi adalah atas perintah Rasulullah
SAW.
4. Kuttab adalah tempat utama di dunia Islam untuk mengajari anak-anak.
keberadaannya begitu agung dalam kehidupan masyarakat Islam,
khususnya dikarenakan Kuttab adalah tempat anak-anak belajar Al Quran
di tambah begitu mulianya ilmu dalam syariat Islam.
Rasulullah memutuskan tentang tawanan perang Badar, agar setiap
tawanan yang tidak punya harta untuk menebus, mengajar 12 anak-anak
muslimin sebagai tebusannya. Kuttab dibagi dua:
1) Kuttab Awwal: pada jenjang ini, anak-anak belajar membaca, menulis,
menghapal al Quran, ilmu dasar agama dan berhitung dasar.
2) Kuttab Qonuni: pada jenjang ini anak-anak dan remaja belajar ilmu
bahasa dan adab. Mereka belajar ilmu-ilmu agama, hadits dan berbagai
macam ilmu lainnya.
Semangat yang sangat tinggi pada muslimin saat itu untuk belajar Al
Quran, membuat Kuttab ini berkembang sangat pesat.
17
biasanya konsumsi kata madrasah dalam makna sekolah, memiliki
konotasi spesial, ialah sekolah- sekolah Agama Islam. Madrasah memiliki
makna tempat ataupun wahana dimana anak didik mengenyam
pendidikan, dengan iktikad di madrasah seperti itu anak menempuh proses
belajar secara terencana, terpimpin, terkontrol. Bila dikaji dari penafsiran
bahasa, sebutan madrasah ialah isim makan (nama tempat), berasal dari
kata darasa, yang bermakna tempat orang belajar. Dari pangkal arti
tersebut setelah itu berkembang menjadi sebutan yang kita pahami
bagaikan tempat pembelajaran, spesialnya yang bernuansa Islam.
7. Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan
sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri
tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi
keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu
pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana
terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari
Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk
Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa,
sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami
sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara
nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada
santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh
Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok
(asrama) dalam pesantren tersebut.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dalam hubungan yang
berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi komplek-komplek kebutuhan
khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan dakwah artinya menyeru
manusia ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah swt. Jadi pranata sosial
dakwah adalah nilai-nilai yang mengatur kehidupan sosial masyarakat muslim
berdasarkan syari‟at Islam.
Sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban untuk berdakwah dengan amar
ma‟ruf nahi munkar, melalui pranata sosial ini tentunya meliputi banyak hal,
diantaranya dibidang pendidikan, Pendidikan sebagai salah satu pranata sosial,
sudah tentu tidak bisa lepas dari keterpengaruhan saling silang budaya. Dalam
bidang pendidikan ini banyak pula lembaga-lembaga yang ada didalamnya,
diantaranya Masjid, Pesantren, Darul Arqam, Madrasah, Majelis Taklim, Kuttab,
dan Sufah
19
DAFTAR PUSTAKA
20