Anda di halaman 1dari 4

Tugas Hermeneutik dan Semiotik

Nama : Muhammad Amin Husaini NIM : 11200340000031 Kelas : 6D

Semiotik telah lama dikenal. Dalam Handbook Of Semeotics Karya Winfried Noth, ada
beberapa pembagian zaman dalam pengenalan istilah semiotik, yaitu zaman kuno, abad
pertengahan, zaman renaissance, dan zaman modern.
Pada zaman kuno ada beberapa ahli semiotika yang dikenal, antara lain Plato (427-347
SM), Aristoteles (384-322 SM), kaum Stoic (300-200 SM), dan kaum Epicureans (300 SM-
abad pertama Masehi). Menurut Plato, semiotika adalah tanda-tanda verbal alami atau yang
bersifat konvensional di antara masyarakat tertentu, hanyalah berupa representasi tidak
sempurna dari sebuah ide, kajian tentang kata-kata tidak mengungkap hakikat objek yang
sebenarnya karena dunia gagasan tidak berkaitan erat dari representasinya yang berbentuk kata-
kata, dan pengetahuan yang dimediasi oleh tanda-tanda bersifat tidak langsung dan lebih
rendaah mutunya dari pengetahuan yang langsung. Semiotika menurut Aristoteles adalah
tanda-tanda yang ditulis berupa lambang dari apa yang diucapkan, bunyi yang diucapkan
adalah tanda dan lambang dari gambaran atau impresi mental. Gambaran atau impresi mental
adalah kemiripan dari objek yang sebenarnya, dan gambaran mental tentang kejadian atau
objek sama bagi semua manusia tetapi ujaran tidak.
Pada abad pertengahan, perkembangan filsafat bahasa menuju pada dua arah, yaitu
dengan ditentukannya gramatika sebagai pilar pendidikan bahasa Latin serta bahasa Latin
sebagai titik pusat seluruh pendidikan ; sistem pemikiran dan pendidikan filosofis pada saat itu
sangat akrab dengan Teologi, maka analisis filosofis diungkapkan melalui analisis bahasa. Ciri
utama pada zaman abad pertengahan adalah masa keemasannya filusuf Kristiani, terutama
Kaum Patristik dan Skolastik. Pendidikan abad pertengahan dibangun dalam tujuh sistem
sebagai pilar utamanya dan bersifat liberal.Ketujuh dasar pendidikan liberal tersebut dibedakan
atas Trivium (tata bahasa, logika, serta retorik) dan Quadrivium (aritmatika, geometrika,
astronomi, dan musik).
Pada masaRenaissance keberadaan teori mengenai tanda tidak mengalami inovasi yang
berarti.Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar penelitian mengenai semiotika masih
merupakan bagian dari perkembangan linguistik pada masa sebelumnya.
Secara etimologis, istilah semitotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti
“tanda”. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial terbangun
sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Yusuf menjelaskan bahwa semiotik
mempelajari berbagai objek, peristiwa, atau seluruh kebudayaan sebagai tanda. Senada dengan
pernyataan tersebut Pradopo menjelaskan bahwa semiotika adalah ilmu tentang tanda. Ilmu ini
menganggap fenomena sosial dan kebudayaan sebagai tanda. Semiotika mempelajari sistem-
sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda mempunyai arti.
Ahli sastra Tee mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan
kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua
faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas
di dalam masyarakat mana pun. Semiotik merupakan cab ang ilmu yang relatif masih baru.
Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih
sistematis pada abad kedua puluh.
Menurut Preminger (1974) tanda mempunyai dua aspek, yaitu penanda dan petanda.
Penanda adalah bentuk formal tanda itu, alam bahasa berupa satuan bunyi, atau huruf dalam
sastra tulis. Sedangkan petanda adalah artinya, yaitu apa yang ditandai oleh penada itu
.Senjutnya Yusuf menjelaskan tanda adalah sesuatu yang bersifat representative, mewakili
sesuatu yang lain berdasarkan konvensi tertentu.
Pierce seorang filsuf Amerika menyebutkan tiga macam tanda dengan jenis
hubunganan tanda dan apa yang ditandakan. Tiga macam tanda tersebut adalah
a. Ikon.
Ikon merupakan tanda yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang
ditunjuk. Sumampouw hubungan antara penanda dan petanda dalam ikon merupakan
hubungan yang bersifat alamiah. Hubungan tersebut bersifat persamaan. Misalnya saja peta
dengan wilayah geografinya.
b. Indeks
Indeks merupakan tanda yang mengandung hubungan kausal ( sebab-akibat) dengan
apa yang ditandakan. Contonya mendung menandakan akan terjadinya hujan, asap mendakan
adanya api. Contoh lain alat penanda angin menunjukkan arah angin.
c. Simbol
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan apa yang ditandakan
bersifat manasuka (arbitrer). Contohnya ibu adalah simbol, artinya ditentukan oleh pemakai
bahasa (Indonesia), orang Inggris menyebut ibu dengan mother, orang Jawa dengan mbok.
Selain ketiga hal tersebut masih ada lagi jenis tanda yang lain, yaitu tanda yang disebut
dengan istilah simtom. Prodopo menjelaskan bahwa somtom merupakan jenis tanda yang dapat
didefinisikan sebagai gejala, yaitu penanda yang penunjukannya belum pasti. Sebagai contoh
suhu panas yang terjadi pada orang sakit tidak menunjuk penyakit tertentu. Suhu tersebut hanya
menujukkan bahwa orang tersebut sedang sakit, entah sakit malaria, flu atau yang lain.
Macam-macam Semiotik
Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita
kenal sekarang. Jenis -jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik, diskriptif, faunal
zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural.

Bahasa Sebagai Sistem Semiotik


Bahasa dalam pemakaiannya bersifat bidimensional. Disebut dengan demikian, karena
keberadaan makna selain ditentu-kan oleh kehadiran dan hubungan antar -lambang kebahasaan
itu sendiri, juga ditentukan oleh pemeran serta konteks sosial dan situasional yang melatarinya.
Dihubungkan dengan fungsi yang dimiliki, bahasa memiliki fungsi eksternal juga fungsi
internal. Oleh sebab itu selain dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan
menciptakan komunikasi, juga untuk mengolah informasi dan dialog antar -diri sendiri. Kajian
bahasa sebagai suatu kode dalam pemakaian berfokus pada karakteristik hubungan antara
bentuk, lambang atau kata satu dengan yang lainnya, hubungan antarbentuk kebahasaan
dengan dunia luar yang di -acunya, hubungan antara kode dengan pemakainya.Studi tentang
sistem tanda sehubungan dengan ketiga butir tersebut baik berupa tanda kebahasaan maupun
bentuk tanda lain yang digunakan manusia dalam komunikasi masuk dalam ruang lingkup
semiotik
Semiotika sebagai sistem lambang apakah dapat diterapkan pada kajian karya sastra?
Menurut Aminuddin ada dua pertanyaan sehubungan dengan hal tersebut. Pertanyaan itu
adalah apakah sastra mengandung lambang, bagaimanakah perbedaannya dengan sistem
lambang yang ada di luar teks sastra.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut perlu pahami terlebih dahulu bahwa
karya sastra merupakan salah satu sarana komunikasi. Sebagai sarana komunikasi sastra
menggunakan media bahasa. Sebagai sarana komunikasi sastra menggunakan tanda-tanda
tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Pradopo menjelaskan bahwa karya sastra adalah
karya seni yang menggunakan media bahasa. Bahasa adalah bahan karya sastra. Oleh karena
itu menurut Pradopo dalam lapangan semiotika karya sastra merupakan sistem semiotik tingkat
kedua, sedang sistem semiotik tingkat pertama adalah bahasa yang digunakan sarana
komunikasi di luar sastra.
Dikarenakan karya satra memiliki ciri sebagai tanda, maka karya sastra masuk
dalam kajian ilmu semiotika. Hal tersebut sesuai dengan Eco beberapa bidang terapan
semiotika antara lain bahasa, medis, budaya, esteika, komunikasi, musik, arsitektur dan lain
sebagainya.
Secara sederhana karya sastra dapat dipakai sebagai sarana komunikasi. Namun
bagaimana komunikasi yang terjadi karya sastra sehingga apa yang ingin disampaikan oleh
pengarang sampai kepada pembacanya.
Menurut Nasution, sastra penuh dengan tanda-tanda dan memiliki sistem yang secara
lebih besar dikaitkan dengan kode. Oleh karena itu untuk menafsirkan karya sastra perlu
pemahaman terhadap kode yang ada dalam karya sastra. Kode dalam karya sastra berhubungan
dengan sosial budaya yang dipahami oleh sastrawan. Sehingga pembaca perlu memahami
sosial budaya apa yang digambarkan oleh satrawan dalam karyanya.

Anda mungkin juga menyukai