PENDAHULUAN
Secara umum semiotika telah dimulai sejak filosof Yunani kuno, seperti Plato
dan Aristoteles, dan juga pada ahli-ahli skolastik abad pertengahan.Semiotika
merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan system tanda dan yang berlaku bagi
penggunaan tanda.
Membaca terori mengenai semiotika yang sampai sekarang ini masih banyak
dipelajari dalam ilmu teori komunikasi. Semiotika atau ilmu ketandaan (juga
disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurean disebut semiologi) adalah studi
tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda
(semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna,
dan komunikasi. Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik, yang untuk
sebagian, mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Namun,
berbeda dari linguistik, semiotika juga mempelajari sistem-sistem tanda non-
linguistik.
KAJIAN PUSTAKA
Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa
yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan (mewakili) sesuatu hal
(benda) yang lain. Ini disebut referent.Lampu merah mengacu pada kesedihan.
Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang
melihat atau mendengar akan timbul pengertian (Eco, 1979:59).
Ikon adalah tanda yang antara tanda dengan acuannya ada hubungan
kemiripan dan biasa disebut metafora.Contoh ikon adalah potret.Bila ada hubungan
kedekatan eksistensi, tanda demikian disebut indeks.Tanda seperti ini disebut
metomini.Contoh indeks adalah tanda panah petunjuk arah bahwa disekitar tempat itu
ada bangunan tertentu. Langit berawan tanda hari akan hujan. Symbol adalah tanda
yang diakui keberadaanya berdasarkan hokum konvensi. Contoh symbol adalah
bahasa tulisan/
Terkait dengan itu, Barthes seperti dikutip Iriantara dan Ibrahim (2005:118-
119) mengemukakan teorinya tentang makna konotatif.Ia berpendapat bahwa
konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam
tatanan pertanda kedua. Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung tatkala
tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunanya dan nilai-nilai
kulturalnya.Ini terjadi tatkala makna bergerak menuju subjektif atau setidaknya
intersubjektif. Semuanya berlangsung ketika interpretant dipengaruhi sama
banyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda.
2.3 Kode
Kode menurut Piliang (1998:17) adalah cara pengkombinasian tanda yang
disepakati secara sosial untuk memungkinkan satu pesan disampaikan dari seseorang
ke orang lainnya.Sedangkan kode dalam terminology sosiolinguistik ialah variasi
tutur yang memiliki bentuk khas, serta makna yang khas pula (Poedjosoedarmi,
1986:27).Dalam praktik bahasa, sebuah pesan yang dikirim kepada penerima pesan
diatur melalui seperangkat konvensi atau kede.Umberto Eco menyebut kode sebagai
aturan yang menjadikan tanda sebagai tampilan yang konkret dalamsistem
komunikasi (Eco, 1979:9).
Kode pertama yang berlaku pada teks-teks adalah kode bahasa yang
digunakan untuk mengutarakan teks yang bersangkutan.Kode bahasa ini dicantumkan
dalam kamus dan tata bahasa.Selain itu, teks-teks tersusun menurut kode-kode lain
yang disebut kode sekunder, karena bahannya ialah sebuah system lambing primer,
yaitu bahasa.Sedangkan struktur cerita, prinsip-prinsip drama, bentuk-bentuk
argumentaasi, system metric, semua itu merepakan kode-kode sekunder yang
digunakan dalam teks-teks untuk mengalihkan arti.
BAB III
MASALAH
Dalam ruang public (public sphere), kekerasan fisik dan psikologis terhadap
wanita hingga kini juga masih mewarnai kehidupan.Kekerasan ini tampak dalam
bentuk pelecehan, perkosaan, penodaan terhadap wanita bahkan di tempat-tempat
umum yang terbuka.Namun, kini kekerasan fisik (physical violence) didalam rumah
tangga tampak telah diperkukuh lagi dengan kekerasan simbolik (symbolic violence)
yang berlangsung diruang public.Kekerasan simbolik menemukan tempatnya yang
paling subur dalam media, sebab media memungkinkan terjadinya berbagai corak
kekerasan “tak tampak tapi terasa” (seperti distorsi, pelencengan, pemalsuan,
plesetan).
Kini, kita bisa menemukan corak kekerasan simbolik yang muncul dalam
bentuk penggunaan bahasa dan foto atau gambar yang muncul di media (baik cetak
maupun elektronik) yang memposisikan wanita dalam stereotype body and beauty,
not brain. Tidak jarang kita menemukan dalam media massa cetak dan elektronik
bahasa atau gambar yang secara ideologis mengandung makna yang merendahkan,
menghakimi dan bahkan menghina.
Dalam studi komunikasi politik, bahasa dianggap sebagai senjata yang ampuh
dalam peraturan politik tingkat tinggi.Bahasa adalah kekuatan dalam perang dan
damai.Ia menjadi ajang pergulatan cinta dan dusta. Ia menjadi ranah pertentangan,
trik dan intrik. Bahasa adalah pemicu atau penengah, penjara sekaligus jalan tengah,
racun sekali obat, demikianlah kalau bahasa kita maknai dalam pengertian ideologis
seperti diuraikan Terry Eagleton dalam What is Ideologi (1991).
Dalam konteks itulah, kita bisa membongkar berbagai bahasa di media yang
menampilkan wanita dalam cermin dan cerita yang tak jarang telah terdistorsi. Pada
gilirannya, bahasa (dalam corak huruf dan gambar) telah ikut mengkontruksi
perempuan dalam posisi sebagai “warga Negara kelas dunia” (the second class
citizen) kalau kita menggunakan istilah Haig A. bosjiman dalam The Language of
Opression (1983), sehingga wanita benar-benar menjadi the second sex,menggunakan
istilah yang digunakan Simoni de Beauvior.Namun, adalagi corak kekerasan lain
yang lebih halus (subtle), yakni kekerasan simbolik dalam bentuk pemanjangan atau
display tubuh wanita sebagai objek tontonan untuk memenuhi hasrat laki-laki dan
sebagai objek imajinasi serta fantasi seksual laki-laki, atau apa yang disebut Laura
Mulvey dalam artikelnya yang cukup terkenal “Visual pleasure and Narrative
Cinema” atay sebagai objek “sensual pleasure” laki-laki”.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual (Edisi Revisi). Yogyakarta: Jalasutra.
Ibrahim, Idi Subandi. 2004. Komunikasi Empatik. Bandung : Pustaka Bumi Quraisy
Ebook, 2012.“Pendekatan Semiotika Dalam Pembelajaran Analisis Teks”(online). Tersedia
dalamhttp://ebookbrowse.com/gdoc.php?
id=279532351&url=b36ebae913e2c42cec4c73b31ad61af4