Anda di halaman 1dari 23

SEMIOTIKA

Oleh: Dr. H. Muhizar Muchtar M.S

1. PENGERTIAN

Kata Semiotik berasal dari kata Yunani yakni seme,semeiotikos yang berarti penafsir tanda/mengamati tanda. Mansur Pateda menuliskan bahwa semiotik adalah teoeri tentang sistem tanda. Alex Sobur menganggap semiotik sebagai suatu model ilmu social yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut tanda

Semiotic,semiology (Saussurean) adalah ilmu yang mempelajari sign(tanda) dan sign processes (semiosis), indikasi (indication), penunjukan (designation), kemiripan (likeness), analogi (analogy), metafora (metaphor), simbolisme (symbolism), signifikansi (signification), dan komunikasi (communication). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Semiotika berarti ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.

Semiotik berhubungan erat dengan ilmu sosial yang merupakan bagian darikehidupan sosial, bentuknya bisa bagiandari psikologi sosial dan psikologi umumbiasanya disebut SEMIOLOGY Dalam kajian Semiotik di Eropa, para ahli semiotik dipengaruhi oleh STRUKTURALISME. Deskripsi Strukturalisme adalah model pemikiran danmetode analisis yang dipraktekan di abad 20 berkaitan denganilmu sosial dan sastra. Metode ini digunakan oleh banyak ahli semiotik dan yang didasarkan pada model linguistik Saussure. Ia menganalisis sistem besar dengan memeriksa hubungan danfungsi dari unsur elemen terkecil dari sistem yang meliputi bahasa dan kebudayaan praktis mulai dari cerita rakyat dan literatur.

Gambar berikut merupakan penggambaran sederhana dari konsep semiotika

Strukturalis berusaha untuk menggambarkan organisasi secara keseluruhan sistem tanda sebagai 'bahasa' - seperti Levi-Strauss dan mitos, aturan kekerabatan dan totemisme, Lacan dan alam bawah sadar dan Barthes dan Greimas dan 'tata bahasa' narasi.Mereka terlibat dalam pencarian untuk 'struktur-struktur dalam 'mendasari 'fitur permukaan' dari fenomena. Namun, semiotika sosial kontemporer telah bergerak di luar perhatian strukturalis dengan hubungan internal bagian-bagian dalam sistem mandiri, berusaha mengeksplorasi penggunaan tanda dalam situasi sosial tertentu. Teori semiotik modern juga kadang-kadang bersekutu dengan pendekatan Marxis yang menekankan peran ideologi.

2. PEMBAGIAN SEMANTIK

Semiotik dibagi menjadi 3 cabang: 1. Semantik (semantics) 2. Sintaktik (syntatics) 3. Pragmatik (pragmatics)

Semantik (semantics) Dengan menggunakan semantik, kajian semiotika akan mengkaji hubungan antara tanda-tanda (signs) dan hal-hal yang dirujuk; makna. Membedah objek dari tanda atau sistem penandaan. Sintaktik (syntatics) Dengan Sintaktik maka kajian semiotika akan berfokus pada hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal. Yang diamati adalah sifat formal tanda-tanda dan simbol. Pragmatik (pragmatics) Dengan pragmatik maka semiotika akan mengkaji antara hubungan antara tanda-tanda dan efek yang terjadi pada orang-orang yang menggunakannya. Aspek-aspek yang dilihat darifenomena psikologi, biologi, dan sosiologi yang terjadi dalam fungsi tanda-tanda.

Abad pertengahan dikembangkanilmu tanda oleh St. Agustinus (354-430), dia mengangkat soal tandamenjadi objek pemikiran filosofisdan dibatasi pada bagaimana katafisik berhubungan dengan kata mental. OMG (Oh my God!) apa yang membuat saya menyebut kata God ?
Menurut Sejarah Semiotik pentingnya tanda- tanda dan penandaan telah diteliti sejak munculnya filsafat dan psikologi. Plato dan Aristotle mengekplorasi hubungan antara tanda-tanda dan dunia, Augustine menghubungkan sifat alami tanda dengan sistem konvensional, hal tersebut menjadi dasar ilmu filsafat Barat.

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini:

BERUANG
Senja nan indah bak pipi gadis merona karena tersipu malu
Berdasarkan ketiga ungkapan dan simbol sederhana tersebut, Apa yang dipelajari Semiotik Para ahli semiotik adalah mengklasifikasi tanda-tanda atau sistem tanda dalam kaitannya dengan cara mereka ditransmisikan. Proses ini membawa makna tergantung pada penggunaan kode yang disuarakan oleh individu atau huruf yang manusia gunakan untuk membentuk kata-kata, atau gerakan tubuh mereka buat untuk menunjukkan sikap atau emosi, atau bahkan sesuatu yang umum seperti pakaian yang dikenakan.

3. TOKOH-TOKOH SEMIOTIKA
Saussure, Peirce dan Bhartes menjadi rujukan bagi perkembangan semiotika pada abad 20.

3.1 Ferdinand de Saussure Kajian Ferdinand de Saussure (Bapak linguistik modern 1857-1913) tentang tanda bahwa tandatanda disusun dari dua (2)elemen, yaitu: aspek citra tentang bunyi dan sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan. Ia mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi.Sisi pertama disebutnya sebagai penanda (signifier) Sisi kedua disebutnya sebagai petanda (signified).

Penanda (signifier) adalah aspek material dari sebuah tanda, atau aspek citratentang bunyi (semacam kata atau representasi visual). Contoh: orang menyebut anjing (a/n/j/i/n/dan/g), apa yang didengar bukanlah anjing yang sesungguhnya, melainkan sebuah konsep tentang keanjingan, yaitu: berkaki empat, menggonggong, suka makan tulang, gigi yang tajam. Petanda (signified ) adalah sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan. Contoh:konsep anjing yang sesungguhnya bisa saja berupa jenis buldog,spaniel, pudel dan lain-lain.

Kajian Saussure tentang tanda linguistik bersifat arbitrer, maksudnya konsep tentang anjing tidak harus selaludibangkitkan oleh penanda dalam bunyi a/n/j/i/n/g, tapi bisapula dengan d/o/g (Inggris) atau h/u/n/d (Jerman) atau c/h/i/e/n (Perancis).

3.2 C.S Peirce


Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengkomunikasikan mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul di film Coklat Strawberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai icon wanita muda cantik dan menggairahkan.

3.3 Roland Barthes


Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun tetap mempergunakan istilah signifier-signified Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Sebagai contoh:
Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi keramat karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi keramat ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, pohon beringin yang keramat akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.

Dalam bukunya S/Z, Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima kisi-kisi kode, yakni: 1. kode hermeunetik 2. kode semantik 3. kode simbolik 4. kode narasi, 5. kode kultural atau kode kebudayaan.

Kode Hermeneutik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respons, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, Kode Hermeneutik berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana. Siapakah mereka? Apa yang terjadi? Halangan apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban lain. Kode Semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas. Atau dengan kata lain Kode Semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminin, kebangsaan, kesukuan, loyalitas.

Kode Simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, skizofrenia. Kode Narasi atau Proairetik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. Kode Kebudayaan atau Kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anomin, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.

Tokoh-Tokoh Semiotika Lainnya: Charles Sanders Peirce (1839-1914) orang yang menemukan filosofipragmatism, terkenal dengan proses segitiga tanda (sign, object, interpretant) Ferdinand de Saussure (1857-1913) Ia disebut bapak linguistik modern yangmengusulkan gagasan dualistik tanda signifier dan signified Valentin Voloshinov (1895-1936) seorang ahli linguistik Rusia, yangterpengaruh oleh ideologi Marxist> Charles W. Morris (1901-1979) toeris yang mengelompokkan semiotikmenjadi syntax, semantics, dan pragmatics. Ia seorang behaviorist yangsimpati pada assosiasi filosofi positivsm Roland Barthes (1915-1980) ahli semiotik yang mempelajari tanda-tandavisual (foto, iklan, dsb) yang berkaitan dengan mitos Umberto Eco (1932-sekarang) seorang interpretation, encyclopedia, danmodel reader, karyanya yang terkenal adalah novel The Name of the Rose dan ia mengkritik teori Pierce dengan mengeluarkan 4 model produksi tandayaitu: recognition, ostension, replica dan invention

Anda mungkin juga menyukai