PEMBAHASAN
Nomina yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi,
yakni segi semantis, segi sintaksis dan segi bentuk. Dari segi semantis, kita dapat
mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang,
benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing,
meja, dan kebangsaan adalah nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai
ciri-ciri tertentu.
Kesimpulan ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia
pendampingnya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas nomina.
1) Tidak dapat didahuli oleh adverbia negasi tidak. Jadi, kata-kata kucing,
meja, bulan, rumah, dan pensil berikut adalah termasuk nomina karena tidak
dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
Kucing
Meja
*tidak Bulan
Rumah
Pensil
2) Tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, dan paling).
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Kucing
Meja
*agak Bulan
Rumah
Pensil
3) Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib.
Perhatikan contoh berikut!
Kucing
Meja
*wajib Bulan
Rumah
Pensil
4) Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah,
sebatang, dan sebagainya. Misalnya :
- Sebuah meja
- Seekor kucing
- Sebatang pensil
- Selembar papan
- Dua orang mahasiswa
5) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi
subjek, objek, atau pelengkap. Kata pemerintah dan perkembangan dalam
kalimat Pemerintah akan memantapkan perkembangan adalah nomina. Kata
pekerjaan dalam kalimat Ayah mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.
6) Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun
dengan diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah adalah
nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru dan rumah mewah atau
buku yang baru dan rumah yang mewah.
Afiksasi
Nomina Pengulangan
Turunan
Pemajemukan
saya
Buku sejarah kebudayaan Indonesia dia ini/itu
pengertian frasa itu dapat dirunut melalui pertanyaan dan jawaban yang berikut.
Itu apa? - buku
Buku apa? - buku sejarah
Sejarah apa? - sejarah kebudayaan
Kebudayaan mana? - kebudayaan Indonesia
Dengan demikian, jelaslah bahwa sejarah hanya menerangkan nomina yang
di mukanya, yakni buku; kebudayaan hanya menerangkan sejarah; dan Indonesia
hanya menerangkan kebudayaan.
2. Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina atau frasa pemilikan, dan
kemudian ditutup dengan pronomina penunjuk ini atau itu.
Contoh:
1) a. Baju
b. Baju merah
c. Baju merah saya
Baju merah adik saya
d. baju merah saya ini
baju merah saya itu
baju merah adik saya ini
baju merah adik saya itu
Urutan seperti yang dinyatakan di atas adalah tetap. pembalikan urutan akan
menimbulkan perubahan arti.
3. Jika suatu nomina diikuti oleh adjetiva dan tidak ada pewatas lain yang
mengikutinya, kata yang dapat disisipkan.
Contoh:
Orang malas = orang yang malas
Anak nakal = anak yang nakal
Akan tetapi, frasa dengan yang itu harus dipindahkan ke belakang jika
dalam frasa yang bersangkutan ada pronomina. Perhatikan contoh berterima dan
yang tak berterima berikut.
a. Anak nakal saya
Anak saya yang nakal
*anak yang saya nakal
b. Celana kuning dia
Celana dia yang kuning
*celana yang dia kuning
Jika diwujudkan dalam formula, urutan adalah (a) atau (b) berikut:
(a) [nomina+ adjetiva+ persona+ petunjuk]
Buku merah saya ini
Anak nakal dia itu
(b) [nomina+ persona+ yang+ adjektiva+ penunjuk]
Buku saya yang merah ini
Anak dia yang nakal itu
Pada formula (b), pewatas sesudah persona sebenarnya tidak terbatas pada adjetiva
dan penunjuk saja, tetapi terbuka untuk kemungkinan lain, asalkan wujudnya
adalah klausa yang dimulai dengan kata yang. Dengan demikian, frasa ini bisa
berujud:
Anak dia yang minggu lalu ditangkap polisi
Celana mereka yang dirobek-robek oleh anjing
4. Suatu ini dapat diikuti verba tertentu yang pada hakikatnya dapat dipisahkan oleh
yang, untuk atau unsur lain.
Contoh:
Ban berjalan=ban yang berjalan
Kewajiban bekerja=kewajiban untuk bekerja
Tidak sembarang verba dapat dipakai dalam konstruksi semcam itu.
5. Suatu inti dapat pula diluaskan dengan aposisi, yakni frasa nominal yang
mempunyai acuan yang sama dengan nomina yang diterangkannya. Misalnya, frasa
Diponegoro, pahlawan kita di abad ke-19, adalah frasa dengan oposisi. Orang yang
dirujuk oleh aposisi pahlawan kita di abad ke-19 Diponegoro. Struktur frasa
aposisi itu sama dengan frasa nominal manapun yang tealh dijelaskan di atas.
Contoh:
Indonesia, negara kami yang sangat kami cintai
6. Suatu inti dapat diperluas dengan pewatas belakang, yakni klausa yang
dimulai dengan yang.
Contoh:
Penduduk yang bermukim di daerah pedalaman
Pemimpin yang mementingkan dirinya sendiri
7. Suatu inti dapat diperluas oleh frasa berpreposisi. Frasa berpreposisi atau
frasa preposisional yang menjadi pewatas nomina itu merupakan bagaian dari
frasa nomina dan karena itu tidak dapat dipindah-pindahkan ke temapat lain
seperti frasa berpreposisi pada umumnya.
Contoh:
(a) Petani di Aceh akan menebang hutan.
(b) Petani akan menebang hutan di Aceh.
Pada dua contoh ini kita temukan frasa preposisional di Aceh yang tempatnya
berlainan. Pada contoh (a) di Aceh merupakan bagian dari petani dan kedua-
duanya membentuk frasa nominal. Pada contoh (b) di Aceh menerangkan letak
hutan. Dengan demikian, kedua kalimat itu mempunyai arti yang berlainan. Suatu
nomina yang diperluas dengan menambahkan klausa yang dimulai dengan kata
yang secara teoretis selalu dapat diperpanjang selama klausa itu berakhiran
dengan nomina. Perhatikan contoh berikut.
1. -mobil
-yang dijual di toko
-yang dimiliki orang
-yang mempunyai anak
-yang belajar di universitas
-yang terletak di jalan
Dari yang masih dapat diperpanjang butir perinciannya itu kita peroleh:
1) Mobil yang dijual di toko yang dimiliki orang yang mempunyai anak yang
belajar di universitas yang terletak di jalan yang...
Meskipun frasa seperti yang dicontohkan di atas dimungkinkan, daya ingat
manusia pada umumnya terbatas sehingga orang biasanya menhindari bentuk yang
panjang seperti itu.