Anda di halaman 1dari 17

ADAT RAJA-RAJA

MELAYU
KELOMPOK 2
LINDA FEBRIYANTI 13010120140058
VATRISCHA PUTRI NUR SUTRISNO 13010120140131
TIXMA DIAS PRAMUKTI 13010120140106
AGNES GUIRETIA 13010120140111
HANING TYASARI 13010120140123
REGINA GAYUH RAHMAWATI 13010120140053
RENINDA AULIA PUTRI FEBRIANTI 13010120140143
PENGERTIAN
Adat Raja-Raja Melayu adalah sebuah buku yang sangat
berguna termasuk ke dalam jenis undang-undang
melayu lama. Yang mana didalamnya terdapat banyak
adat istiadat yang diuraikan dan berlaku di negeri-negeri
Melayu di Malaysia yang masih mempunyai sultan
sebagai kepala negeri.
PENGERTIAN
Uraian tentang adat raja-raja Melayu sebenarnya sudah
terdapat di dalam karya seperti Sejarah Melayu,
Undang-undang Malaka, Hikayat Aceh dan Misa
Melayu, tetapi Adat Raja-Raja Melayu adalah karya yang
khusus membicarakan adat raja-raja Melayu.
SEJARAH PENYUSUNAN ADAT RAJA-RAJA MELAYU
Adat Raja-Raja Melayu, disusun pada tahun 1193 H (1779 M)
atas perintah De Bruyn yang menjadi gubernur Malaka. Datuk
Zainuddin Mahbub, Kaptain Melayu yang mendapat perintah
ini, pergi meminta bantuan kepada Lebai Abdulmuhit. Setelah
selesai, Datuk Zainuddin menolong Senyur Gerci untuk
menerjemahkannya ke dalam Bahasa Belanda. Ini lah asal Adat
Raja-Raja Melayu.
SEJARAH PENYUSUNAN ADAT RAJA-RAJA MELAYU
Naskah ini kemudian berkali-kali diperbaiki dan diperluas.
Dalam pemnyalinan ini, “Sahaya” yang terdapat pada naskah
asal sudah menjadi Kaptain Melayu Datuk Zainuddin untuk
mengakui sumbangan Datuk Zainuddin sebagai penulis.
NASKAH ADAT RAJA-RAJA MELAYU
Naskah adat Raja-Raja Melayu ini, pernah 3 kali diterbitkan.
Pertama diterbitkan oleh Van Ronkel pada tahun 1929
berdasarkan 3 naskah yang tersimpan di London. Kemudian
pada tahun 1964, Tardjan Hadidjaja menerbitkan Kembali edisi
Van Ronkel itu dalam huruf latin serta menambah bahan-
bahan tentang adat raja-raja Melayu yang diambil dari
Undang-undang Malaka, Kata Adat, dan Pantun Negeri
Sembilan.
NASKAH ADAT RAJA-RAJA MELAYU
Dan yang terakhir yaitu dikaji oleh Panuti H. M. Sudjiman, ia
mengkaji semua naskah Adat Raja-Raja Melayu yang ada untuk
promosi di Australian National University. Yang mana kajian
Panuti ini, adalah kajian Adat Raja-Raja Melayu yang paling
lengkap.
ISI NASKAH ADAT RAJA-RAJA MELAYU
Adapun adat dan upacara yang diceritakan dalam Adat
Raja-Raja Melayu, diantaranya yaitu :
1. Adat dan upacara tatkala istri baginda hamil 7 bulan.
2. Adat dan upacara istri baginda bersalin.
3. Adat dan upacara mencukur rambut.
4. Adat dan upacara meminang apabila umur putra
baginda sudah akil baligh.
5. Adat dan upacara perkawinan.
6. Adat membayar Nazar
7. Upacara pemakaman Raja.
8. Upacara mendirikan nisan tambak.
ISI NASKAH MENURUT PANUTI SUDJIMAN
Menurut Pandji Sudjiman, ada 4 naskah yang mempunyai isi
tambahan (Panuti, 1983: 16). Adapun isi tambahan tersebut
menceritakan tentang :
1. Kedaulatan Raja dan martabatnya.
2. Orang yang bertuah, yaitu cerita si miskin yang diangkat menjadi
Maharaja Lela.
3. Peraturan tentang penurunan gelar seperti raja, megat, biduanda,
cetera, perbaya, perwira, sida, dan hulubalang.
4. Gelar Menteri.
5. Arti melayu ialah merendahkan diri dan tiada besar akan
dirinya di dalam majelis atau pada tempat lain.
6. Bunga-bungaan adalah kemuliaan majelis Bahasa Melayu.
7. Larangan Raja dan adab tertib yang harus diperhatikan
dihadapan raja.
8. Adat berkata-kata dengan raja dan Menteri ada
perbedaannya.
9. Surat-menyurat antara raja dan rakyat.
10.Cara-cara membuat dawat emas dan obat bedil.
RISALAH PENDEK TENTANG ADAT RAJA-RAJA MELAYU

Menurut Raja Ali Haji, yang merupakan pengarang dari Tuhfat


Al-Nafis, ia menuliskan dua risalah pendek tentang Adat Raja-
Raja Melayu ini, yaitu sebagai berikut :
1. Mukadimah Fi Intizam (Abu Hassan Sham, 1981) yang
didalamnya menyatakan tiga wazifah atau kewajiban yang
harus diketahui dan dijalankan oleh orang yang
mengendalikan pemerintahan.
2. Tsamaratu ‘I-Muhimmati (Cut Riowati Aziz, 1980).
Tsamaratu ‘I-Muhimmati terdiri atas satu mukadimah dan tiga
bab. Di dalam mukadimah dinyatakan kelebihan ilmu dan
kebinasaan jahil. Bab pertama menyatakan mendirikan raja
serta menjadikan orang besar yang memegang jabatan
kerajaan seperti Menteri dan kadi. Diuraikan juga proses
memecat Menteri dan kadi yang tidak menjalankan tugasnya.
Bab dua menyatakan tertib kerajaan dan aturan memilih orang
yang akan dijadikan ahli’l-mahkamah. Bab ketiga menyatakan
raja dan orang besar-besar harus memelihara nyawa, badan,
dan nama. Bab ini kemudian berakhir dengan satu khatimah
yang membincangkan sifat-sifat yang memberi cacat kepada
manusia, misalnya takabur, dengki, tamak, kikir, dusta, lalai,
ingkar janji, dan melambatkan pekerjaan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fang, Liaw Yock. 2016. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik.


Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai