PENDAHULUAN
untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan pada masa itu. Naskah yang
dijumpai saat ini, antara lain merupakan naskah kuna dari kerajan-kerajaan dan
museum maupun sebagai koleksi pribadi. Instansi yang saat ini menyimpan
Widyabudaya, Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta, dan masih ada yang lain.
yang ditulis di dalam lingkungan Pura Pakualaman oleh para carik2 pada
beberapa lingkup, yakni babad, Islam, piwulang, primbon, sastra, dan bagian lain-
(Saktimulya, 2005). Salah satu naskah bergenre babad koleksi Pura Pakualam
1
Tempat pembuatan naskah
2
Carik menurut “Baoesastra Jawa” karya W. J. S. Poerwadarminta ialah orang yang
pekerjaannya menulis di kelurahan (1939: 626). Dalam hal ini, carik ialah orang yang menulis di
kerajaan.
1
2
adalah Babad Sĕngkala. Babad Sĕngkala berasal dari dua kata, yakni babad dan
sĕngkala. Dalam buku yang berjudul Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan
1) Menurut Darusuprapta, babad ialah istilah untuk menyebut salah satu jenis
karya sastra Jawa, Sunda, Bali, dan Lombok yang masih banyak mengandung
3) Menurut Gericke dan Rooda, babad ialah histori/sejarah atau buku tahunan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, babad ialah cerita yang berkembang di
Jawa, Sunda, Bali, dan Lombok, ditulis degan bahasa daerah masing-masing dan
makna, yaitu cerita tentang tahun-tahun kejadian masa lalu yang berdasarkan
sejarah. Makna selanjutnya yaitu menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang
Menurut Amir Rochkyatmo dalam pengantar buku Babad Tanah Jawi VI,
judul babad ada yang berdasarkan namatokh, tempat, dan nama peristiwa. Nama
tokoh misalnya, Babad Trunajaya, Babad Ajisaka, dan Babad Gajah Mada.
Berdasarkan nama tempat misalnya Babad Cirebon, Babad Demak, dan Babad
Eropa, dan Babad Palihan Nagari (Damono dan Sonya Sondakh, 2004 :xi-xvi).
Selain itu ia juga memaparkan adanya judul babad yang tidak sesuai dengan tiga
hal tadi. Dengan demikian, Babad Sĕngkala merupakan babad yang tidak masuk
Garis besar isi Babad Sĕngkala telah dijelaskan pada “Katalog Naskah-Naskah
agama Islam di Jawa oleh orang Arab dan berakhir dengan cerita pembukaan
wilayah Cirebon oleh Raden Patah (Saktimulya, 2005: 47–48). Dilihat dari
beberapa budaya yang dimuat. Budaya yang terkandung ialah budaya Hindu dan
adanya budaya lokal yang sudah ada. Budaya lokal yang dimaksud ialah budaya
asli yang dimiliki orang Jawa pada masa itu. Bisa dimungkinkan ketiga budaya
yang muncul pada cerita itu melebur dan memunculkan budaya baru. Meskipun
asing seperti Hindu dan Islam, tetap terlihat meskipun sudah berbaur dengan
budaya asli.
4
2000: 375-380). Semua yang berkaitan dengan religi ini, saat ini terlihat dengan
benda bersejarah tersebut ialah candi-candi, arca, masjid kuna, dan naskah-naskah
Jawa.
Teks Babad Sĕngkala merupakan petikan dari artikel Suluh Pangajar yang
masa itu. Hal itu diperkuat dengan ditulis kembali dalam sebuah dokumen yang
disebut naskah. Oleh karena itu, akan sangat bermanfaat pada masa saat ini untuk
3
Naskah: ongka, untuk seterusnya dalam suntingan kata ongka ditulis angka.
5
Di atas disebutkan bahwa teks Babad Sĕngkala dipetik dari Suluh Pangajar
yang diterbitkan pada tahun 1888. Pada masa itu yang berkuasa di Kadipaten Pura
dapat diperkirakan ditulis pada masa Paku Alam V atau setelah itu.
Teks Babad Sĕngkala ditulis pada kertas yang saat ini sudah mulai rapuh.
Selain itu, jika naskah terkena kadar keasaman yang terlalu tinggi, tinta yang
digunakan untuk menulis teks akan melebar (mlobor4). Dengan dimikian sangat
Naskah Babad Sĕngkala ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa. Agar
Hal ini dikarenakan saat ini tidak banyak orang yang dapat membaca aksara Jawa
dan memahami teks dengan bahasa Jawa. Oleh sebab itu, perlu adanya alih aksara
dari aksara Jawa ke aksara Latin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Teks Babad Sĕngkala ditulis dengan aksara Jawa dan menggunakan bahasa
Jawa sehingga teks ini sulit dinikmati atau dipahami oleh masyarakat pada
ini dimaksudkan agar Babad Sĕngkala dapat dibaca dan dipahami oleh
masyarakat umum.
4
Mbobor ialah kondisi tulisan yang melebar akibat keasaman tinta yang terlalu tinggi
6
mempermudah pembacaannya.
3) Menyajikan uraian tentang hal-hal penting yang terkandung dalam teks Babad
Sĕngkala.
Objek yang akan diteliti ialah teks Babad Sĕngkala koleksi perpustakaan Pura
berupa teks prosa. Teks disajikan dalam 3 bab, bab pertama berupa pendahuluan
dari penulis mengenai teks. Pada bab kedua dan ketiga berupa isi, yakni
Babad Sĕngkala koleksi perpustakaan Pura Pakualaman ini belum pernah dikaji
baik dalam suntingan, terjemahan, maupun kandungan teks5. Saat ini penulis
belum menemukan penelitian yang berkaitan dengan sĕngkala yang ada dalam
5
Wawancara dengan Nyi Mas Ngabei Sestramurti (Ratna Mukti Rarasasri, S.Sos) tanggal 17
September 2013.
7
sebuah naskah babad. Dengan demikian tinjauan pustaka yang digunakan dalam
penelitian ini ialah pustaka yang mendekati dengan isi teks Babad Sĕngkala.
(1) Babad Tanah Jawi yang dialihaksarakan dan diterjemahkan oleh Sudibjo Z.
(2) Babad Demak 1 yang dialihaksarakan oleh Slamet Riyadi dan diterjemahkan
oleh Suwaji, diterbitkan pada tahun 1981 oleh Departemen Pendidikan dan
(3) Babad Demak 2 yang dialihaksarakan oleh Gina dan diterjemahkan oleh Dirgo
Cirebon.
sehubungan dengan kehidupan orang Jawa, orang Cirebon, dan orang Demak. Ini
sesuai dengan gambaran garis besar isi teks Babad Sĕngkala tentang kedatangan
bangsa Hindu dan Arab di tanah Jawa, tentang Raden Patah raja Demak, dan
Filologi merupakan suatu disiplin ilmu yang mengupas kandungan makna teks
lampau (Baroroh Baried, 1994: 1-11). Dengan kata lain ilmu filologi merupakan
naskah kuna ialah naskah yang berumur lebih dari 50 tahun. Dalam pengerjaannya
ilmu filologi dibagi menjadi beberapa disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang masuk
dalam ranah ilmu filologi antara lain paleografi, kodikologi, dan tekstologi. Salah
Kritik teks merupakan tahap pemberian tindakan berupa kritik terhadap teks
yang dikerjakan. Kata ‘kritik’ berasal dari dari bahasa Yunani krites yang berarti
hakim (Baried, 1985: 61). Dari pengertian hakim, jika diambil kata kerjanya
berarti menghakimi. Dari sini terlihat jelas bahwa ini adalah suatu tahap
terhadap teks. Pelaksanaan kritik teks tidak terlepas dari teks-teks se-induk
maupun induknya. Selain itu, untuk teks yang berupa tembang atau puisi yang
mempunyai aturan tertentu, tentu saja kritik teks sesuai dengan aturan tembang
atau puisi tersebut. Kritik atas teks dapat dilakukan atau dibubuhkan pada proses
Salah satu prinsip aparat kritik yaitu memberikan informasi kepada pembaca
bagian dari teks yang mengalami perbaikan (West, 1973: 86). Kritik teks memuat
perbaikan atas ejaan ataupun edisi teks dari teks lain yang sama . Selain itu, kritik
teks memuat varian-varian bacaan yang ada. Aparat kritik disajikan lengkap
usaha menyatakan kembali ide atau gagasan dari bahasa satu ke bahasa yang lain
(Rokhman, 2008: 9). Dalam penanganan sebuah teks, dapat dikaitkan bahwa
penerjemahan teks adalah penuangan kembali ide atau gagasan teks. Ide atau isi
teks dituangkan kenbali ke dalam bahasa selain bahasa yang digunakan dalam
teks.
bahasa yang lain dengan mencari padananya secara gramatikal. Pengerjaan ini
dilakukan dengan membandingkan kata demi kata atau frase dengan frase.
2) Literal translation, yaitu menerjemakan teks dari bahasa yang satu ke bahasa
yang lain dengan hanya melihat arti literal dari kata, frase, klausa, atau
yang ingin dicapai. Untuk studi filologi, penekanan yang biasa dipakai adalah
translation). Hal ini dimaksudkan agar teks dapat disajikan dalam bahasa lain
10
praktiknya tahap-tahap ini dilakukan dengan cara berurutan dan tidak dapat
1) Receptive phase, merupakan tahap berusaha menangkap ide tau pikiran dalam
bahasa asal. Ide ini dapat pula berupa ide atau pikiran yang terkandung dalam
(yang dituju). Dapat dilakukan dari kata atau frase menuju kata atau frase
dalam bahasa sasaran. Tahap ini disebut juga dengan tahap alih kode.
3) Productive phase, yaitu pengalihan ide yang dituangkan sesuai norma atau
aturan yang berlaku dalam sistem linguistik bahasa sasaran. Sistem ini baik
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka.
Studi pustaka diawali dengan studi katalog. Setelah itu dilakukan inventarisasi.
dijadikan objek penelitian. Inventarisasi ini berkaitan dengan adanya naskah sama
Naskah yang berjudul Babad Sĕngkala tidak hanya satu. Dijumpai naskah lain
Printed Books in The Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta” yang disusun
dijelaskan bahwa naskah berisi catatan tentang peristiwa penting yang dimulai
dari perkampungan pertama orang Jawa, acara sunatan Mas Karebet (Jaka
berbeda dengan isi teks Babad Sĕngkala koleksi perpustakaan Pura Pakualaman.
Surakarta untuk melihat naskah Babad Sĕngkala secara langsung. Di sana terdapat
dua naskah berbeda dengan judul Sĕrat Babad Sĕngkala. Naskah pertama atau
yang disebut naskah Sĕrat Babad Sĕngkala a menceritakan tentang pulau Jawa
diisi orang pada tahun 1 sampai tahun 1843 (h.1). Naskah tersebut memetik dari
teks Sĕrat Pustaka Raja jilid I (h.2). Pada naskah kedua atau yang disebut Sĕrat
Babad Sĕngkala b menceritakan tentang pulau Jawa yang dimulai pada tahun 110
dengan candra sengkala “sirna rupaning dhuwur”, dilanjutkan angka tahun 1018,
dan sampai pada masa Pakubuwana VII pada tahun 1784 (h1). Kedua naskah di
atas tidak mempunyai isi yang sama dengan teks Babad Sĕngkala koleksi
deskripsi teks yang dibandingkan dengan naskah lain yang sama. Mengingat
metode naskah tunggal. Setelah itu menuju pada tahap suntingan dan terjemahan.
disertai dengan aparat kritik, baik kritik terhadap teks maupun kritik pada
idiom bahasa Jawa yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Pemilihan metode penyajian didasarkan atas sifat teks dan tujuan dari
bertujuan untuk menyajikan teks yang mudah dibaca oleh khalayak umum.
ejaan dan truktur kata sudah diperbaiki. Dalam perbaikan ini, keaslian teks masih
dapat dilacak pada naskah. Perbaikan atas kesalahan dijelaskan dalam aparat
Metode kritis dapat ditempuh dengan dua macam cara, yaitu edisi kritis satu
sumber dan edisi kritis yang direkontruksi. Edisi kritis yang direkonstruksi
Perbaikan ini berupa pemiihan kata yang tepat, perbaikan kata yang hilang, dan
pembakuan ejaan. Sedangkan edisi kritis satu sumber ialah menyajikan dengan
tujuan dan kondisi varian teks yang ada (De Haan 1973: 77-78 via Robson, 1994:
22). Karena naskah yang dikerjakan saat ini belum ditemukan naskah lain yang
Metode yang dipakai untuk menerjemahkan teks pada penelitian ini ialah
penerjemahan kata demi kata, terjemahan literal (harafiah), dan terjemahan bebas.
penelitian ini. Jika terjemahan kata demi kata tidak memungkinkan akan
dilanjutkan dengan terjemahan literal. Jika metode terjemahan literal tidak dapat
Penelitian ini disajikan dalam bentuk bab-bab, yaitu dari bab I sampai dengan
bab V. Bab I ialah pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, ruang lingkup, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan
sistem penyajian. Bab II ialah deskripisi, berisi paparan fisik keseluruhan naskah.
Bab III ialah suntingan dan terjemahan. Bab ini berisi suntingan kritis (perbaikan
bacaan) dan alih bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Bab IV ialah
peristiwa-peristiwa penting dalam teks Babad Sĕngkala. Pada bab ini diuraikan
dan perbedaan nama kota pada masa sekarang dan dahulu menurut teks Babad