Anda di halaman 1dari 14

Makalah

MEDAN MAKNA DAN ANALISIS KOMPONEN MAKNA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Medan Makna .......................................................................... 6

2.2 Analisis Medan Makna............................................................................... 9

2.3 Pengertian Komponen Makna .................................................................... 10

2.4 Analisis Komponen dan Medan Makna .................................................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai
kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu medan makna atau satu
medan leksikal,sedangkan usaha untuk menganalisis kata-kata atau leksem-
leksem terhadap unsurunsur makna yang dimilikinya dinamakan analisis
komponen makna atau analisis ciri-ciri makna, atau analisis ciri-ciri leksikal.

Sebagai contoh, kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat


dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri
semantik yang dimiliki kata-kata atau leksem-leksem tersebut. Misalnya, kata-
kata kuning, merah, hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok, yaitu
kelompok warna atau namanama warna, atau jenis warna. Sebaliknya, setiap kata
atau leksem dapat dianalisis unsur-unsur maknanya sehingga dapat diketahui
perbedaan makna antara kata tersebut dengan kata yang lainnya yang berada
dalam satu kelompok. Misalnya, kata mayat dan bangkai berada dalam satu
kelompok yaitu sesuatu yang sudah mati, tetapi perbedaan maknanya terletak
pada bahwa kata mayat dipakai untuk manusia yang meninggal, sedangkan kata
bangkai digunakan untuk hal yang telah mati, yang bukan manusia.

Secara singkat di bawah ini akan dipaparkan mengenai medan makna dan
komponen makna.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan medan makna?
2. Bagaimana analisis medan makna?
3. Apa yang dimaksud dengan komponen makna?
4. Bagaimana analisis komponen dan medan makna?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan medan makna.
2. Mengetahui bagaimana analisis medan makna.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan komponen makna.
4. Mengetahui bagaimana analisis komponen dan medan makna.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Medan Makna

Teori medan makna atau theory of semantic field atau field theory berkaitan
dengan perbendaharaan kata dalam suatu bahasa yang memiliki medan
struktur, baik secara leksikal maupun konseptual yang dapat dianalisis secara
sinkronis, diakronis, maupun paradigmatik (Aminuddin, 88: 108). Salah satu
kajian teori medan makna yang sangat berpengaruh adalah teori frier (1934)
yang menunjukkan bahwa dalam bahasa Jerman terdapat kata kunst dan list
yang sekitar tahun 1200memiliki makna dalam kaitannya dengan nilai etis
dan nilai di luar etika. Kedua kata tersebut tercakup dalam kata wisheit yang
bermakna “pengalaman keagamaan”.

Pada tahun 1300 ketiga kata tersebut berdiri sendiri. Kata wisheit berarti
“pengalaman keagamaan”, kunst bermakna “pengetahuan” , dan list
bermakna “seni” (Palmer, 1981: 68).

Teori kajian Trier dapat disimpulkan bahwa teori medan makna berhubungan
dengan relasi makna kata pada periode yang berbeda, asosiasi hubungan kata
secara pardigmatis sesuai dengan ciri referen dan konseptualisasinya, serta
hubungan internal antara kata yang satu dengan kata yang lainnya.

Dalam kosakata bahasa Indonesia punmenggambarkan perangkat, ciri,


konsepsi dan asosiasi hubungan tertentu. Kata-kata seperti wafat, gugur,
meninggal, dan mati mampu mengasosiasikan adanya hubungan ciri yang
sama. Sementara asosiasi hubungannya dengan kata yang lain dalam relasi
sintagmatik memiliki ciri yang berbeda-beda bergantung pada konteks. Itu
sebabnya Ullman mengungkapkan bahwa teori medan makna pada dasarnya
berhubungan dengan konsep anteseden dalam fenomenologimaupun wawasan
Cassirer tentang keberadaan bahasa sebagai unsur inti dalam proses berpikir
(1977: 24). Adapun pengertian anteseden ialah penunjukkan kembali suatu
realitas yang telah disebutkan terdahulu dengan menggunakan lambing

4
kebahasaan yang meiliki referensi sama atau diasosiasikan memiliki
hubungan.

Kajian medan makna lebih laanjut berhubungan dengan kolokasi, yakni


asosiasi hubungan makna kata yang satu dengan lainnya masing-masing
memiliki hubungan ciri yang relative tetap. Misalnya kata pandangan
berhubungan dengan mata, bibir, dengan senyum, menyalak dengan anjing.
Sehubungan dengan kolokasi tersebut, terdapat kolokasi sinonim yang
berfungsi untuk memperjelas atau menekankan makna (Ullman, 1977:153).
Contohnya dalam puisi Chairil Anwar , pecah pencar, legah lapang, ria
bahagia, sama gandengan, mandi basahkan diri.

Medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah
seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam
semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah
tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing merupakan satu
medan makna (Chaer, 1994: 315-316).

Kata-kata atau leksem-leksem yang diklasifikasikan dalam satu medan makna


berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok
medan kolokasi dan medan set. Medan kolokasi menunjukkan pada hubungan
yang sintagmatik yang terdapat di antara kata-kata atau leksem-leksem atau
unsur-unsur leksikalnya, misalnya kata-kata layar, perahu, nelayan, badai,
ombak, dan tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi yaitu satu
tempat atau lingkungan yang sama yang berkenaan dengan lingkungan
kelautan. Sementara itu, medan set menunjukkan pada hubunganyang
paradigmatig karena kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu
kelompok medan set bisa saling disubstitusikan. Sekelompok kata yang
merupakan satu set biasanya mempunyai kelas kata yang sama, dan
merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam medan set dibatasi oleh
tempatnya dalam hubungan dengan anggota set yang lainnya. Misalnya, kata
remaja dan sejuk, kata remaja merupakan tahap perkembangan dari kanak-

5
kanak menuju dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu di antara dingin
dan hangat.

2.2 Analisis Medan Makna

Pada wala analisis linguistic struktural, para linguis dengan intuisi mereka
menyimpilkan hubungan di antara seperangkat kata, misalnya data kata “baik,
kebaikan, memperbaiki, perbaikan” atau kata “satu, satuan, penyatu,
penyatuan, menyatu, bersatu, pemersatu, kesatuan” sebagai kata-kata yang
memiliki asosiasi antar sesamanya. Demikian awal konsep asosiasi makna
yang dipelopori oleh Ferdinand De Saussure.

Enseigment

Enseigner elment

Enseignos justement

Etc etc

Appresintage changement

education armament

Etc etc

(1) (2) (3) (4)

similiaritas similiaritas sufiks similiaritas

formal dan semantic semantic biasa (umum) kebetulan

Analisis Asosiasi Makna De Saussure

Dalam diagram tersebut ada empat garis asosiasi memancar dari (1) nomina
enseigment ‘pengajaran’ kata ini dihubungkan dengan verba enseigner
‘mengajar’ oleh kesamaan bentuk dan makna berdasarkan kata dasarnya

6
enseign ‘ajar’. Selanjutnya dengan (2) appresintage ‘pemagangan’ dan
education ‘pendidikan’ karena persamaan makna; (3) dengan changement
‘perubahan’ armament ‘peralatan perang’ karena kata-kata tersebut
bersufiks –ment yang membentuk N abstrak dari V; dan (4) dengan
adjektiva element ‘bermurah hati’ dan adverbial justement ‘pantas, tepat’
oleh persamaan kebetulan ada yang pada akhiran kata-kata tersebut.

Selanjutnya, Bally, seorang murid Saussure memasukkan konsep asosiasi


medan makna secara mendetail. Ia melihat medan asosiasi sebagai sebuah
lingkaran yang mengelilingi satu tanda dan muncul ke dalam lingkungan
sekitarmya. Seperti pada contoh berikut ini, mula-mula seorang berpikir
kata cow lalu plow dan akhirnya tentang strength. Seperti halnya dalam
bahasa Indonesia, dengan kata kerbau mula-mula seorang berpikir
kebodohan dan kekuatan. Jadi medan makna adalah satu jaringan asosiasi
yang rumit berdasar pada kesamaan hubungan dan asosiatif satu kata.

Dengan demikian setiap kata dapat dikelompokkan sesuai dengan medan


maknanya. Akan tetapi, pembedaan medan makna tidak sama untuk setiap
bahasa. Misalnya, bahasa Indonesia membedakan medan makna ‘melihat’
atas ‘melirik’, ‘mengintip’, ‘memandang’, ‘menatap’, ‘melotot’, dan
‘meninjau’. Semua bergantung pada faktor social budaya penuturnya.
Sebagai contoh masyarakat Indonesia yang makanan pokoknya adalah
beras, banyak kata yang termasuk dalam medan makna tersebut seperti nasi,
bubur, buras, ketupat, lontong, arem-arem, sedangkan Inggris yang makanan
pokoknya adalah roti memiliki medan makna yang banyak untuk kata roti
tesebut, seperti bagel, bialy, bolilo, breadsticks,brioche, challah, crumpet,
sourdough, hotdog, sandwich, dan hamburger. Pendekatan medan makna
secara asosiatif berguna dalam penelitian psikolinguistik,
sedangkanpendekatan medan makna yang sesuai dengan masing-masing
bidang, berguna untuk kajian sosiolinguistik. Thesaurus merupakan contoh
kajian para linguis dengan menggunakan pendekatan medan makna, sebagai
contoh yang paling terkenal adalah Roger’s Internasional Thesaurus (bahasa

7
Inggris) karya dari Peter Mark Roget telah mengkategorisasikan ide-ide ke
dalam 1042 kelompok medan makna (Parera, 2004: 140).

2.3 Komponen Makna

Pada hakikatnya komponen makna merupakan kandungan atau komposisi


makna kata (Parera, 2004: 159). Prosedur menemukan komposisi makna
kata disebut dekomposisi kata. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.

1. Pilihlah seperangkat kata yang secara intuitif diperkirakan berhubungan

2. tentukanlah analogi-analogi di antara kata-kata yang seperangkat itu; dan;

3. carikanlah komponen sematik atau komposisi semantic atas dasar analogi-


analogi tadi.

Sebagai contoh, biasanya dipilih seperangkat kata yang menunjukkan hubungan,


yakni.

Pria : wanita putera : puteri

+jantan -jantan +jantan -jantan

+dewasa -dewasa -dewasa -dewasa

Manfaat analisis komponen makna adalah sebagai berikut.

1. Analisis komponen makna dapat memberi jawaban mengapa beberapa kalimat


benar atau tidak benar. Contohnya:

a. Tetangga kami yang hamil itu seorang perempuan.

b*. Tetangga kami yang hamil itu seorang pria.

2. Dengan analisis komponen makna dapat diperkirakan hubungan antara makna.


Hubungan atau relasi makna secara umum dibedakan atas lima tipe, yakni
kesinoniman, keantoniman, keberbalikan, dan kehiponimian. Misalnya ada dua

8
kata yang memiliki komponen makna yang identic seperti dalam bahasa Inggris
‘big’ dan ‘large’ dalam bahasa Indonesia ‘besar’ dan ‘raya’.

3. Pakar semantik, Leech Karsz dan Bierwisch telah mendesain satu sistem logika
yang memungkinkan komponen makna dipakai sebagai alat uji atas kalimat secara
benar.

Sama halnya dengan medan makna, setiap kata, leksem, atau butir leksikal
tentumempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir
leksikal itu terdiri dari sejumlah komponen yang dinamakan komponen makna,
yang membentuk keseluruhan makna kata, leksem, atau butir leksekal tersebut.
Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu
berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya (Chaer, 1994: 318).

Analisis komponen makna dapat dimanfaatkan sebagai berikut. Pertama, untuk


mencari perbedaan dari bentuk-bentuk yang bersinonim, misalnya, kata ayah dan
bapakadalah dua kata yang bersinonim, dua buah kata yang bersinonim maknanya
tidak persis sama, tentu ada perbedaan makna. Kalau dianalisi kata ayah dan
bapak dari segi komponen makna, maka kata ayah dan bapak sama-sama memiliki
komponen makna manusia, dewasa, dan sapaan kepada orang tua laki-laki,
bedanya, kata ayah tidak memiliki komponen sapaan kepada orang yang
dihormati, sedangkan kata bapak memiliki komponen makna sapaan kepada orang
yang dihormati. Sehingga antara kata ayah dan bapak memiliki beda makna yang
hakiki yang menyebabkan keduanya tidak dapat dipertukarkan.

Kedua, berguna untuk membuat prediksi makna-makna gramatikal afiksasi,


reduplikasi, dan komposisi. Misalnya, dalam proses afiksasi dengan prefiks me-
pada nomina yang memiliki komponen makna ‘alat’ akan mempunyai makna
gramatikal ‘melakukan tindakan dengan alat dalam kata dasarnya’, seperti pada
kata menggergaji, memahat, menombak, mengail, dan sebagainya. Proses afiksasi
dengan prefiks me-terhadap nomina yang memiliki komponen makna ‘sifat atau
ciri khas’ akan mempunyai makna gramatikal ‘menjadi atau berbuat seperti yang
disebut pada kata dasarnya’, seperti pada kata membeo, mematung, membaja,

9
membatu, dan sebagainya. Proses afiksasi dengan prefiks me- pada nomina yang
memiliki komponen makna ‘hasil olahan’ akan mempunyai makna gramatikal
‘membuat yang disebut kata dasarnya’, seperti pada kata menyate, menggulai,
menyambal, dan sebagainya. Dalam proses komposisi, atau proses penggabungan
leksem dengan leksem, terlihat bahwa komponen makna yang dimiliki oleh
bentuk dasar yang terlibat dalam proses itu menentukan makna gramatikal yang
dihasilkannya. Misalnya, makna gramatikal ‘milik’ hanya dapat terjadi apabila
konstituen kedua dari komposisi itu memiliki komponen makna manusia atau
dianggap manusia.

Ketiga, bermanfaat untuk meramalkan makna gramatikal, dapat juga dilihat pada
proses reduplikasi dan proses komposisi. Dalam proses reduplikasi, yang terjadi
pada dasar verba yang memiliki komponen makna ‘sesaat’ dapat memberi makna
gramatikal‘berulang-ulang’, seperti pada kata memotong-motong, memukul-
mukul, menendangnendang, dan sebagainya. Pada verba yang memiliki
komponen makna ‘bersaat’ akan memberi makna gramatikal ‘dilakukan tanpa
tujuan’, seperti pada kata membaca-baca, mandi-mandi, duduk-duduk, dan
sebagainya.

2.4 Analisis Komponen dan Medan Makna

Keberagaman asosiasi, konseptualisasi serta sejumlah jenis relasi menyebabkan


kehadiran perangkat makna yang menjadi kelas makna dan bentuk kebahasaan
tertentu. Misalnya, kata cinta dalam bahasa Indonesia, memiliki kelas makna 1)
selalu teringat dan terpikir dalam hati, 2) rasa khawatir,rindu, 3)rasa sangat suka
kepada, 4) rasa sangat sayang kepada, 5)birahi, atai 6) rasa sangat tertarik antara
laki-laki dan perempuan. Keseluruhan perangkat makna tersebut adalah komonen
makna. Menurut Palmer (1981: 108), komponen ialah keseluruhan makna dari
suatukata yang terdiri atas sejumlah elemen yang meiliki ciri berbeda-beda.
Seperti halnya makna cinta di atas, yakni ‘rindu, susah hati, birahi’ masing-
masinh memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu,dalam analisis

10
komponen makna dibedakan antara istilah a) komponen, b) fitur c) pemarkah, dan
d) pembeda (Lyons, 1979: 323).

Komponen adalah wujud dari perangkat makna suatu kelas kata. Fitur merupakan
variabel hubungan sejumlah makna dalam suatu kata yang masing-masingnya
memiliki ciri berbeda-beda. Ciri khusus yang dimiliki setiap anggota kelas makna
disebut dengan pemarkah, sementara bila dihubungkan dengan keberadaan ciri-
ciri dari keseluruhan anggota kelas makna, ciri khusus setiap anggota dapat
berfungsi sebagai pembeda. Misalnya kata jantan memiliki fitur semantis atau
komponen makna +laki-laki, -betina, +binatang, +benda atau sesuatu. Komponen
makna ini dapat digambarkan dalam bagan 8.4.

Analisis komponen yang menggunakan system biner atau system bagi dua
berperan sekali dalam system kekerabatan atau kinship. Selain itu, hubungan biner
seperti (1) ayah-ibu, (2) paman-bibi, (3) adik-kakak dengan jelas dapat dikenali.
Untuk itulah dalam analisis komponen makna dikenal tingkat hubungan linelity-
direct, misalnya antara kakek dengan ayah; kolinela, antara orang tua atau ayah-
ibu dengan paman ditinjau dari generasiego atau anak sebagai titik analisis, serta
hubungan ablineal, yakni hubungan dengan saudara sepupu.

jantan

+bmanusia +binatang +benda

-betina -betina -betina

(berkaitan dengan sifat (berkaitan dengan ciri (berkaitan dengan ciri

yang dimiliki laki-laki, kelamin laki-laki) benda menggambarkan

seperti gagah,berani) kejantanan)

Bagan 8.4 Analisis Komponen Makna Kata “jantan”

11
Analisis komponen makna melatari kehadiran semantik interpretatif yang
dikembangkan oleh Katz dan Fodor (1971). Menurutnya, pemahaman komponen
semantik sangat berperan dalam upaya memahami pesan lewat penguraian fitur
sematik suatu tuturan. Selain itu, berperan juga dalam memproduksi kalimat baru
sehingga struktur sintaktik dan fonologik dapat dikembangkan dan diwujudkan
yang pada akhirnya menghasilkan kalimat yang benar secara gramatikal dan
leksikal.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Teori medan makna atau theory of semantic field atau field-theory berkaitan
dengan perbendaharaan kata dalam suatu bahasa yang memiliki medan struktur,
baik secara leksikal maupun konseptual yang dapat dianalisis secara sinkronis,
diakronis, maupun paradigmatik. Setiap kata dapat dikelompokkan sesuai dengan
medan maknanya. Akan tetapi, perbedaan medan makna tidak sama untuk setiap
bahasa. Semua bergantung pada faktor sosial budaya penuturnya.

Dalam analisis komponen makna dibedakan antara istilah a) komponen, b) fitur,


c) pemarkah, dan d) pembeda (Lyons, 1979: 323). Komponen adalah wujud dari
perangkat makna suatu kelas kata. Fitur merupakan variabel hubungan sejumlah
makna dalam suatu kata yang masing-masingnya memiliki ciri berbeda-beda. Ciri
khusus yang dimiliki setiap anggota kelas makna disebut dengan pemarkah,
sementara bila dihubungkan dengan keberadaan ciri-ciri dari keseluruhan anggota
kelas makna, ciri khusus setiap anggota dapat berfungsi sebagai pembeda.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarti. 2017. Semantik Sebuah Pengantar. Bandarlampung: Textium.

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN_I/BBM_7.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai