Anda di halaman 1dari 38

Tugas Individu : Makalah

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pegampu : Dr. Sakaria, S.S, S.Pd, M.Pd

MAKALAH

“MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA”

Dosen Pengampu :

Dr. Sakaria, S.S, S.Pd, M. Pd

Disusun oleh :

Rezky Ramadani (1951040022)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji Kehadirat Allah SWT. Atas selesainya pengerjaan Makalah dengan

judul “ Morfofonemik Dalam Bahasa Indonesia ” . Atas Mata Kuliah Bahasa

Indonesia yang dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya

tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada jujungan kita Rasulullah

Muhammad SAW, Beliaulah sebagai suritauladan bagi kita semua ummat Islam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih

terdapat banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu Penulis

mengharapkan kritik serta saran dari Pembaca Makalah ini agar nantinya penulis

dapat membuat Makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat kesalahan di makalah

ini penulis memohon maaf.

Penulis Ucapkan banyak berterimakasih kepada semua pihak khusunya kepada

Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu Bapak Dr. Sakaria, S.S, S.Pd, M.Pd

yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.

Sekian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan Penulis

berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca,meskipun tidak

dapat di pugkiri masih terdapat kekurangan yang membutuhkan perbaikan

Makassar, 20 November 2019

i
DAFTAR ISI

SAMPUL .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Pengertian Morfofonemik ............................................................................................ 3

B. Jenis – jenis Morfofonemik ........................................................................................ 5

C. Proses Morfofonemik ................................................................................................... 6

D. Morfofonemik Dalam Pembentukan Kata Bahasa Indonesia. ................................... 10

E. Kaidah Morfofonemik ............................................................................................... 21

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 32

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 32

B. Saran .......................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis. Bahasa Indonesia terus

berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan manusia sebagai

pengguna bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa Indonesia terjadi

karena adanya beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan bahasa Indonesia adalah penyerapan unsur-unsur asing ke

dalam bahasa Indonesia. Unsur asing tersebut berupa morfem, kata, atau frasa.

Terserapnya unsur asing ke dalam bahasa Indonesia jelas akan

menimbulkan penyesuaian. Penyesuaian dapat terjadi dengan penyesuaian

pengucapan ataupun penyesuaian penulisan. Dengan adanya hal tersebut, akan

muncul variasi baru atau alomorf dari sebuah morfem. Perubahan variasi

morfem tersebut dalam linguistik masuk dalam kajian yang disebut dengan

morfofonemik .

Adanya gejala morfofonemik dalam bahasa Indonesia terkait dengan

penggunaan bahasa Indonesia merupakan fenomena yang menarik yang perlu

dikaji. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk membahas

morfofonemik dalam makalah ini. Pembahasan dalam makalah ini akan

mengulas tentang pengertian morfofonemik, proses , jenis , morfofonemik

dalam pembentukan kata bahasa indonesia dan kaidah yang berlaku dalam

pembentukan morfofonemik bahasa Indonesia

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menyusun

permasalahan untuk makalah ini yaitu :

1. Pengertian Morfofonemik?

2. Apa saja Jenis- jenis morfofonemik?

3. Bagaimanakah Proses morfofonemik?

4. Bagaimanakah Morfofonemik dalam pembetukan kata Bahasa

Indonesia?

5. Bagaimanakah Kaidah morfofonemik?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian morfofonemik

2. Untuk mengetahui jenis-jenis morfofonemik

3. Untuk mengetahui proses morfofonemik

4. Untuk mengetahui Morfofonemik dalam pembetukan kata Bahasa

Indonesia

5. Untuk mengetahui kaidah morfofonemik

D. Manfaat Penulisan

Bagi para pemakai bahasa agar disaat berkomunikasi dengan orang lain

tidak lagi salah dalam memahami makna bahasa tersebut dan bagi

mahasiswa agar dapat mengetahui kaidah-kaidah dalam berbahasa

terutama dalam ruang lingkup morfologi termasuk morfofonemik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Morfofonemik.

Morfofonemik adalah proses perubahan-perubahan fonem yang timbul

dalam pembentukan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.

Misalnya kata membaca terdiri dari dua morfem, yaitu morfem meN- dan

morfem baca. Akibat pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal (N) pada

morfem meN- berubah, sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu

tergantung pada kondisi bentuk dasar (dasar kata) yang diikutinya

Morfofonemik disebut juga morfonemik, morfofonologi , atau morfonologi,

atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik

afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Umpamanya dalam proses afiksasi

bahasa indonesia dengan prefiks me- akan terlihat bahwa prefiks me- itu akan

berubah menjadi men-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-

aturan fonologis tertentu (Chaer, 2014)

Untuk mengetahui proses morfofonemik yang terjadi, perlu diungkap

peristiwa morfofonemik sebanyak-banyaknya. Dari peristiwa tersebut dapat

dikelompokkan jenis morfofonemik berdasarkan kesamaan prosesnya. Simpulan

tersebut kemudian dapat dijadikan kaidah pembentukan kata turunan yang benar.

Jangan sampai menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi

kesalahan pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang

berlangsung. Jika terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi, maka hilang fungsi

utama bahasa sebagai alat komunikasi.

3
Kajian morfofonemik tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya

baru muncul dalam kajian morfologi. Ada berbagai macam pengertian

mengenai istilah morfofonemik. (Ramlan, 2001) menyatakan, morfofonemik

mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan

morfem dengan morfem lain. Selanjutnya (Kridaklasana, 2007:183)

mendefinisikan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang

terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Selain itu, (Samsuri, 1980)

menjelaskan morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan pada

fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta

pemberian tanda-tandanya. (Poedjosoedarmo, 1979) menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan perubahan morfofonemik ialah perubahan bentuk fonemis

sebuah morfem yang disebabkan oleh fonem yang ada di sekitarnya.

Mengacu pada pendapat para ahli bahasa di atas, peristiwa morfofonemik

pada dasarnya adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata

yang terjadi karena proses morfologis. Morfofonemik mengkaji tentang bunyi

gabungan yang membentuk realisasi morfem dalam kombinasi morfem.

Realisasinya menimbulkan variasi morfem. Perubahan bunyi yang terjadi ketika

morfem terikat bergabung dengan morfem bebas mengikuti kaidah tertentu.

(Ramlan, 2001) membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dalam

tiga wujud, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses

penghilangan fonem.

Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul

sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1983).

Morfofonemik adalah proses perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam

pembentukan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya kata

4
membaca terdiri dari dua morfem, yaitu morfem meN- dan morfem baca. Akibat

pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal /N/ pada morfem meN- berubah,

sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu tergantung pada kondisi

bentuk dasar (dasar kata) yang diikutinya. Perubahan fonem dalam bahasa

Indonesia meliputi perubahan fonem /N/ dan perubahan fonem /r/

B. Jenis – Jenis Morfofonemik

Menurut (Kridaklasana, 2007) memerikan perubahan-perubahan fonem yang

terjadi akibat pertemuan morfem itu dapat digolongkan dalam sepuluh proses,

yaitu:

1. pemunculan fonem

2. pengekalan fonem

3. pemunculan dan pengekalan fonem

4. pergeseran fonem

5. perubahan dan pergeseran fonem

6. pelesapan fonem

7. peluluhan fonem

8. penyisipan fonem secara historis

9. pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing

10. variasi fonem bahasa sumber

Sedangkan (Chaer, 2015) membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik

ini dalam lima wujud, yaitu:

1. pemunculan fonem

2. pelesapan fonem

5
3. peluluhan fonem

4. perubahan fonem

5. pergeseran fonem

Berbeda dengan kedua ahli bahasa sebelumnya, (Arifin, Zainal & Junaiyah, 2007)

memaparkan peristiwa morfofonemik dari afiks-afiks dan kata bentukan pada

afiksasi tersebut. Sehingga munculah morfofonemik pada prefiks meng-, per-, ber-,

dan ter- beserta morfofonemik yang terjadi akibat pertemuan afiks-afiks tersebut

dengan fonem tertentu pada dasarnya.

C. Proses Morfofonemik

Proses morfofonemik adalah cabang linguistik yang mengkaji dan

mengklasifikasikan morfem yang muncul akibat pengaruh dari faktor-faktor

fonologis atau faktor-faktor gramatikal yang berperan dalam pemunculan fonem.

Morfofonemik menunjukkan adanya hubungan antara morfem dan fonem dan

bagaimana hubungan morfem dan fonem itu bermunculan adalah karena adanya

proses. Perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi atau perubahan yang

menyangkut hubungan antara morfem dan fonem, disebut perubahan-perubahan

morfofonemik. Perubahan-perubahan morfofonemik yang terjadi pada umumnya

ditujukan untuk mempermudah memperlancar pengucapan. (Nasution, S.S.H,

2017) .

Proses morfofonemik hanya terjadi jika ada pertemuan antara morfem dasar

dengan realisasi afiks, berbeda dengan (Chaer, 2007) melihat bagaimana

perubahan bunyi atau fonem ini dari proses morfologi selain afiksasi. Jadi, sistem

morfologi dan fonologi saling melengkapi, dimana morfologi ilmu yang mengkaji

6
bagaimana terjadinya sebuah kata atau pembentukkan kata dapat dibentuk oleh

fonemik”. Begitu pula pada proses morfofonemik, pembentukkan kata atau

morfologi hanya dapat bisa dijelaskan dengan sistem fonologi. Contoh : Kata

mengonfigurasi dibentuk prefiks me- dan kata konfigurasi. Kata konfigurasi

mengalami perubahan setelah bergabung dengan prefiks me- dapat dijelaskan

melalui sudut pandang fonologi. Menurut (Ramlan, 1983), dalam bahasa

Indonesia terdapat tiga proses Morfofonemik ,yaitu (1) proses perubahan

fonem, (2) proses penambahan fonem, dan (3) proses penghilangan fonem

(Elson & Picket, 1962) menjelaskan bahwa dalam proses morfofonemik

terdapat proses perubahan fonem, penghilang fonem, peloncatan fonem,dan

penambahan fonem, dalam proses fonemis. Bila proses morfofonemis yang

dikemukakan oleh Kridalaksana di sejajarkan dengan proses morfofonemis yang

dikemukakan oleh para pakar yang lain, proses morfofonemis secara mandiri yang

dilaksanakan oleh Kridalaksana adalah pemunculan fonem, pengekalan fonem,

pergeseran posisi fonem, perubahan fonem, pelepasan fonem dan peluluhan

fonem. Proses pemunculan fonem sejajar dengan yang dikatakan Ramlan. Yang

termasuk dalam hal ini adalah pemunculan bunyi /y/ dan /w/ ,ataupun /?/. akan

tetapi dalam memandang representasi dasar suatu morfem keduanya berbeda.

akibatnya, pengelompokan proses morfofonemis yang terjadi pada morfemis

tertentu bagi keduanya dapat saja berbeda. Karena Kridalaksana menganggap

representasi dasar morfem terikatnya adalah {me-} dan Ramlan menganggapnya

{meN}. Proses pengekalan fonem tidak memiliki padanan dalam versi Ramlan.

Kenyataan itu tidak terjadi karena ruang lingkup atau batasan tentang proses

morfofonemis yang dikemukakan keduanya berbeda. Kridalaksana

mengungkapkan bahwa proses morfofonemis menyangkut seluruh proses

7
fonologis. Ramlan membatasinya pada proses fonologis yang didalamnya terdapat

perubahan fonem. Oleh karena itu, proses pengekalan fonem berdasarkan uraian

Ramlan, tidak dianggap sebagai salah satu proses morfofonemis. Dapat

disimpulkan bahwa morfofonemik, disebut juga, morfonologi atau morfofonologi

adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai

akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi ataupun

proses komposisi (Chaer, 2008)

Peristiwa morfofonemik dalam bahasa indonesia dapat kita lihat misalnya

pada prefiks me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah

menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan- aturan

fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis” menunjukkan kaidah yang

menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara fomenis

Menurut (Chaer, 2014) , perubahan fonem dalam proses morfofonemik dapat

berwujud: (1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4)

perubahan fonem, dan (5) pegeseran fonem.

1. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi

yang pada mulanya tidak ada. Pemunculan fonem dapat kita lihat dalam proses

pengimbuhan prefix me- dengan bentuk dasar baca yang menjadi membaca. Di

mana terlihat muncul konsonan sengau /m/.

me + baca membaca

Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks –an dengan bentuk dasar hari

yang menjadi /hariyan/ di mana terlihat muncul konsonan /y/ yang semula tidak

ada.

hari + an hariyan

8
2. Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi.

Pelepasan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan akhiran wan pada

kata sejarah di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu menjadi hilang. Juga dalam

proses pengabungan kata anak dan partikel –nda di mana fonem /k/ pada kata

anak menjadi hilang. Dan juga dalam pengimbuhan dengan prefix ber- pada kata

renang di mana fonem /r/ dan prefix itu dihilangkan.

ber- + renang berenang

anak + -nda ananda

sejarah + wan sejarawan

3. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan

fonem lain dalam suatu proses morfologi. Proses peluluhan fonem dapat kita lihat

dalam proses pengimbuhan prefix me- pada kata sikat di mana fonem /s/ pada kata

sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari prefix

tersebut. Demikian juga dalam pengimbuhan dengan prefix pe- pada kata sikat di

mana fonem /p/ dari kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi

nasal /ny/dari prefix tersebut.

me- + sikat menyikat

pe- + sikat penyikat

4. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai

akibat terjadinya proses morfologi. Proses perubahan fonem dapat kita lihat dalam

proses pengimbuhan prefix ber- pada kata ajar di mana fonem /r/ dari prefiks itu

berubah menjadi fonem /l/. begitu juga dalam penggabungan artikulus al- dengan

9
kata Rahman dalam bahasa Arab yang menjadi arrahman di mana fonem /l/

berubah menjadi fonem /r/. Dalam dialek Jakarta fonem /E/ pada kata ape berubah

menjadi fonem /a/ bila diberi sufiks /an/ atau sufiks /in/.

ber- + ajar belajar

al + rahman arrahman

apa + -in apain

apa + -an apaan

5. Pergeseran fonem, yaitu pindahnya sebuah fonem dari silabel satu ke silabel

yang lain, biasanya ke silabel berikutnya. Peristiwa itu dapat kita lihat dalam

bahasa Indonesia dalam proses pengimbuhan sufiks /an/ pada kata jawab di mana

fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/pindah ke silabel /ban/. Juga

dalam proses pengimbuhan sufiks /i/ pada kata lompat di mana fonem /t/ yang

semula berada pada silabel /pat/ pindah ke silabel berikutnya /ti/.

ja.wab + -an ja.wa.ban

ma.kan + -an

ma.ka.nan mi.num+-an

mi.nu.man

D. Morfofonemik Dalam Pembentukkan Kata Bahasa Indonesia

Morfofonemik dalam pembentukkan kata bahasa indonesia terutama terjadi

dalam proses afiksasi . Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada.

Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi pe-,

prefiksasi per-, konfiksasi pe-an , konfiksasi per-an, dan sufiksasi- an

10
1. Prefiksasi ber-

Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber-berupa: a) pelepasan

fonem /r/ pada prefiks ber- itu; b) perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu

menjadi fonem /l/; dan c) pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber- itu.

a) Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber-itu terjadi apabila bentuk dasar yang

diimbuhi mulai dengan fonem /r/ , atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi

[er].

Misalnya :

ber + renang → berenang

ber + ragam → beragam

ber + racun → beracun

ber + kerja → bekerja

ber + ternak → beternak

ber + cermin → becermin

b) Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber-menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk

dasarnya akar ajar; tidak ada contoh lain.

ber + ajar → belajar

2. Prefiksasi ber-

Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber-berupa: a) pelepasan

fonem /r/ pada prefiks ber- itu; b) perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu

menjadi fonem /l/; dan c) pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber- itu.

11
a) Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber-itu terjadi apabila bentuk dasar yang

diimbuhi mulai dengan fonem /r/ , atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi

[er].

Misalnya :

ber + renang → berenang

ber + ragam → beragam

ber + racun → beracun

ber + kerja → bekerja

ber + ternak → beternak

ber + cermin → becermin

b) Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber-menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk

dasarnya akar ajar; tidak ada contoh lain.

ber + ajar → belajar

c) Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk

dasarnya bukan yang ada pada a dan b diatas

ber + obat → berobat

ber + korban → berkorban

ber + getah → bergetah

ber + lari → berlari

ber + tamu → bertamu

3. Prefiksasi me-

Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa:

pengekalan fonem,penambahan fonem dan peluluhan fonem.

12
a) Pengekalan fonem , disini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang

dilepaskan dan tidak adaa yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk

dasarnya diawali dengan konsonan / r, l , w , y , m , n , ng , dan ny / . Contoh :

me + rawat → merawat

me + lirik → melirik

me + wasiat → mewasiat

me + yakin → meyakin

me + makan → memakan

me + nanti → menanti

me + nganga → menganga

me + nyanyi → menyanyi

b) Penambahan fonem , yakni penambahan fonem nasal / m , n , ng , dan nge /.

Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai

dengan konsonan /b/ dan /f/ .

Umpamanya :

me + baca → membaca

me + buru → memburu

me + fitnah → memfitnah

me + fokus → memfokus (kan)

Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan

konsonan /d/ .

Umpamanya :

me + dengar → mendegar

me + duga → menduga

13
me + dapat → mendapat

me + duga → menduga

me + dapat → mendapat

Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimuali

dengan konsonan / g , h , kh , a , l , u , e , dan o / .

Contoh :

me + goda → menggoda

me + gila → menggila

me + hunus → menghunus

me + hina → menghina

me + khianat → mengkhianati

me + khayal → mengkhayal

me + ambil → mengambil

me + aduk → mengaduk

me + iris → mengiris

me + inap → menginap

me + ukur → mengukur

me + usir → mengusir

me + obral → mengobral

me + elak → mengelak

me + ekor → mengekor

Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri

dari suku kata .

14
Misalnya :

me + bom → mengebom

me + cat → mengecat

me + lap → mengelap

Peluluhan fonem , terjadi apabila pfrefiks me- diimbuhkan pada bentuk

dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara / s , k , p , dan t / . Dalam hal ini

konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/ , konsonan /k/ diluluhkan dengan

nasal /ng/ , konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/ , dan konsonan /t/

diluluhkan dengan nasal /n/

Contoh :

me + susut → menyusut

me + kirim → mengirim

me + kurung → mengurung

me + pilih → memilih

me + potong → memotong

me + tunggak → menunggak

4. Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an

Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-

an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengibuhan dengan

me-, yaitu : pengekalan fonem, penambahan fonem , dan peluluhan fonem

a) Pengekalan fonem , artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila

bentuk dasarnya diawali dengan konsonan / r , l , y , m , n , ng , dan ny / .

Contoh :

pe + latih → pelatih → pelatihan


15
pe + rawat → perawat → perawatan

pe + yakin → peyakin → peyakinan

pe + waris → pewaris → pewarisan

pe + manfaat → pemanfaat → pemanfaatan

pe + nanti → penanti → penantian

pe + nganga → penganga → pengangaan

pe + nyanyi → penyanyi → penyanyian

b) Penambahan fonem , yakni penambahan fonem nasal / m , n , ng , dan nge /

antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi

apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/

Contoh :

pe + baca → pembaca → pembacaan

pe + bina → pembina → pembinaan

pe + buru → pemburu → pemburuan

Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh

konsonan /d/ .

Contoh :

pe + dengar → pendengar → pendengaran

pe + duga → penduga → pendugaan

pe + didik → pendidik → pendidikan

Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasrnya diawali dengan

konsonan / g , h , kh , a , l , u , e , dan o/
16
Contoh :

pe + gali → penggali → penggalian

pe + hambat → penghambat → penghambatan

pe + khianat → pengkhianat → pengkhiantan

pe + angkat → pengangkat → pengangkatan

pe + inap → penginap → penginapan

pe + usir → pengusir → pengusiran

pe + obral → pengobral → pengobralan

Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa

bentuk dasar satu suku.

Contoh :

pe + cat → pengecat → pengecatan

pe + cor → pengecor → pengecoran

pe + bom → pengebom → pengeboman

pe + pel → pengepel → pengepelan

b) Peluluhan fonem , apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk

dasar yang diawali dengan konsonan tak bersuara / s, k , p , dan t / . Dalam hal

ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/ , konsonan /k/ diluluhkan dengan

nasal /ng/ , konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan

/t/ diluluhkan dengan nasal /n/ .

Contoh:

pe + saring → penyaring → penyaringan

pe + siram → penyiram → penyiraman

17
pe + kumpul → pengumpul → pengumpulan

pe + kirim → pengirim → pengiriman

pe + pilih → pemilih → pemilihan

pe + putus → pemutus → pemutusan

pe + tulis → penulis → penulisan

5. Prefiksasi per- dan konfiksasi per-an

Morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat

berubah pelepasan fonem /r/ pada prefiks per- itu; perubahan fonem /r/ dari

prefiks per-itu menjadi fonem /l/; dan pengekalan fonem /r/ tetap /r/.

a) Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem

/r/ , atau suku pertamanya /er/ .

Contoh :

per + ringan → peringan

per + rendah → perendah

per + runcing → peruncing

per + ternak → peternak

per + kerja → pekerja

b) Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata

ajar.

Contoh :

per + ajar → pelajar

c) Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang

disebutkan pada a dan b diatas

18
Contoh :

per + kaya → perkaya

per + kecil → perkecill

per + lambat → perlambat

per + cepat → percepat

per + tegas → pertegas

6. Sufiksasi-an

Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks-an dapat berupa

pemunculan fonem, dan pergeseran fonem.

a) Pemunculan fonem , ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam

pengibuhan ini , yaitu fonem /w/ , fonem /y/, dan fonem glotal /?/ .

Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada

bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/ .

Contoh :

pandu + an → panduwan

temu + an → temuwan

satu + an → satuwan

Namun, perlu dicatat dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/ itu tidak

dituliskan . Dalam literatur lain bunyi /w/ itu disebut bunyi pelancar (glider) .

Misalnya :

hari + an → hariyan

tari + an → tariyan

maki + an → makiyan

19
Namun, perlu dicatat dalam sistem ejaan yang berlaku sekarang bunyi /y/ itu

tidak dituliskan . Dalam literatur lain bunyi /y/ ini disebut juga bunyi

pelanear.

Pemunculan fonem glotal /?/ dapat terjadi apabila sufiks-an itu

diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /a/ .

Misalnya :

(ber) dua + an → (ber) dua?an

(per) usaha + an → (per) usaha?an

(ber) sama + an → (ber) sama?an

b) Pergeseran fonem , terjadi apabila sufiks-an itu diimbuhkan pada bentuk

dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini,

konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks-an

tersebut.

Contoh :

jawab + an → ja.wa.ban

lompat + an → lom.pa.tan

kenang + an → ke.na.ngan

7. Prefiksasi ter-

Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa

pelesapan fonem /r/ dari prefiks ter- itu , perubahan fonem /r/ dari prefiks ter-

itu menjadi fonem /l/ , dan pengekalan fonem /r/ itu .

a) Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter-itu diimbuhkan pada

bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/ .

Misalnya :

20
ter + rasa → terasa

ter + ringan → teringan

ter + raba → teraba

ter + rangkum → terangkum

ter + rebut → terebut

b) Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila

prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.

Contoh :

ter + anjur → teranjur

c) Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter-

itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b

diatas.

Contoh :

ter + dengar → terdengar

ter + jauh → terjauh

ter + lempar → terlempar

ter + baik → terbaik

ter + kaya → terkaya

E. Kaidah Morfofonemik

Kaidah-kaidah morfofonemik yang terpenting adalah kaidah morfofonemik

morfem afiks men-, kaidah morfofonemik morfem afiks pen-, kaidah

morfofonemik morfem afiks per-, kaidah morfofonemik morfem afiks ter-.

1. Kaidah morfofonemik morfem afiks meN-

a. Kaidah I : meN- → mem-

21
Morfem meN- berubah menjadi mem- apabila diikuti bentuk dasar (dasar kata)

yang berawal dengan fonem /b, f, p/. Fonem /p/ hilang kecuali pada beberapa

bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan

keasingannya pada bentuk dasar yang berprefiks per-.

Contoh :

meN- + bantah → membantah

meN- + bawa → membawa

meN- + fitnah → memfitnah

meN- + fokuskan → memfokuskan

meN- + pukul → memukul

meN- + putar → memutar

meN- + produksi → memproduksi

meN- + pertahankan → mempertahankan

b. Kaidah II : meN- → men-

Apabila morfem meN- diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /d, s,

t/ akan berubah menjadi men-. Fonem /t/ hilang, kecuali pada beberapa bentuk

dasar atau dasar kata yang berasal dari kata asing dan pada bentuk dasar yang

berafiks ter- serta fonem /s/ yang berasal dari kata asing yang masih

mempertahankan keasingannya.

Contoh :

meN- + didik → mendidik

meN- + dasarkan → mendasarkan

meN- + sukseskan → mensukseskan

22
meN- + skor → menskor

meN- + support → mensupport

meN- + tulis → menulis

meN- + tumpuk → menumpuk

meN- + transkrif → mentranskrif

meN- + transfer → mentransfer

meN- + terlantarkan → menterlantarkan

meN- + terkejutkan → menterkejutkan

c. Kaidah III : meN- → meny-

Morfem meN- berbah menjadi menye-, apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal dengan fonem /s, c, j/. Fonem /s/ hilang, kecuali bentuk dasar

yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.

Contoh :

meN- + pakai → memakai

meN- + sodok → menyodok

meN- + sucikan → menyucikan

meN- + cubit → mencubit/m”ňcubit

meN- + cari → mencari/m”ňcari

meN- + jual → menjual/m”ňjual

meN- + jaga → menjaga/m”ňjaga

d. Kaidah IV : meN- → meng-

Morfem meN- berbah menjadi meng-, apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal dengan fonem /g, h, k,x, vokal/. Fonem /k/ hilang, kecuali bentuk

dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.

23
Contoh :

meN- + gambar → menggambar

meN- + garami → menggarami

meN- + hakimi → menghakimi

meN- + hukum → menghukum

meN- + karang → mengarang

meN- + kirim → mengirim

meN- + konsentrasikan → mengkonsentrasikan

meN- + koordinasikan → mengkoordinasikan

meN- + khayalkan → mengkhayalkan

meN- + khatamkan → mengkhatamkan

meN- + akui → mengakui

meN- + alami → mengalami

meN- + ikat → mengikat

meN- + ingkari → mengingkari

meN- + uap → menguap

meN- + ungkap → mengungkap

meN- + ekor → mengekor

meN- + emban → mengemban

meN- + operasi → mengoperasi

meN- + olah → mengolah

e. Kaidah V : peN- → pe-

Morfem peN- berubah menjadi pe- apabila diikuti oleh bentuk dasar yang

berawal fonem /l, r, w, y, N/.

24
Contoh :

peN- + lipur → pelipur

peN- + ramal → peramal

peN- + rusuh → perusuh

peN- + waris → pewaris

peN- + yakin → peyakin

peN- + nyanyi → penyanyi

peN- + ngeran → pengeran

peN- + ngiang → pengiang

f. Kaidah VI : peN- → penge-

Morfem peN- berubah menjadi p enge- apabila diikuti bentuk dasar yang

terdiri dari satu suku.

Contoh :

peN- + bor → pengebor

peN- + cat → pengecat

peN- + pak → pengepak

peN- + las → pengelas

2. Kaidah morfofonemik morfem afiks ber-

a. Kaidah I : ber- → be-

Morfem ber- berubah menjadi be- apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal dengan fonem /r/ dan beberapa bentuk dasar yang suku

pertamanya berakhir dengan /∂r/.

Contoh :

25
ber- + ruding → berunding

ber- + roda → beroda

ber- + riak → beriak

ber- + rantai → berantai

ber- + serta → beserta

b. Kaidah II : ber- → bel-

Morfem ber- menjadi bel- apabila diikuti oleh bentuk dasar ajar.

Contoh :

ber- + ajar → belajar

c. Kaidah III : ber- → ber-

Morfem ber- tetap merupakan morfem ber- apabila diikuti oleh bentuk

dasar selain yang tersebut pada kaidah I dan kaidah II di atas, yaitu bentuk

dasar yang tidak berawal dengan morfem /r/, bentuk dasar yang suku

pertamanya tidak berakhir dengan /¶r/, dan bentuk dasar yang bukan morfem

ajar.

Contoh :

ber- + awal → berawal

ber- + iman → beriman

ber- + ekor → berekor

ber- + fantasi → berfantasi

3. Kaidah morfofonemik morfem afiks peN-

Kaidah morfofonemik morfem afiks peN- pada umumnya sama dengan

kaidah morfofonemik morfem afiks meN-.

a. Kaidah I : peN- → pem-

26
Morfem peN- berubah menjadi pem- apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal dengan fonem /b, f, p/. Dalam hal ini fonem /p/ hilang.

Contoh :

peN- + bual → pembual

peN- + buangan → pembuangan

peN- + bentuk → pembentuk

peN- + fotokopi → pemfotokopi

peN- + faraid → pemfaraid

peN- + pugar → pemugar(an)

peN- + puja → pemuja

peN- + pulung → pemulung

peN- + pukul → pemukul

b. Kaidah II : peN- → pen-

Morfem peN- berubah menjadi pen- apabila diikuti oleh bentuk dasar

yang berawal dengan fonem /d, s, t/. Dalam proses ini fonem /t/ hilang, kecuali

pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih

mempertahankan keasingannya, dan fonem /s/ yang terbatas pada

beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih

mempertahankan keasingannya.

Contoh:

peN- + dusta → pendusta

peN- + diam → pendiam

peN- + dakwa → pendakwa

peN- + suply → pensuply

peN- + support → pensupport

27
peN- + tabur → penabur

peN- + tebus → penebus

peN- + tambah → penambah

c. Kaidah III : peN- → peny-

Morfem peN- berubah menjadi peny- apabila diikuti bentuk dasar atau dasar

kata yang berawal dengan fonem /s, c, j/ fonem /s/ hilang.

Contoh :

peN- + sadur → penyadur

peN- + suluh → penyuluh

peN- + cukur → pencukur/p”ñcukur

peN- + cabut → pencabut/p”ñcabut

peN- + jahit → penjahit/p”ñjahit

d. Kaidah VI : peN- → peng-

Morfem peN- berubah menjadi peng- apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal fonem /g, h, k, x vokal/. Dalam proses ini fonem /k/ hilang.

Contoh :

peN- + gosok → penggosok

peN- + garap → penggarap

peN- + hibur → penghibur

peN- + hemat → penghemat

peN- + kurang → pengurang

peN- + kuras → penguras

peN- + khianat → pengkhianat

peN- + asuh → pengasuh

peN- + aman → pengaman

28
peN- + ikut → pengikut

peN- + ubah → pengubah

peN- + usir → pengusir

peN- + edar → pengedar

peN- + obral → pengobral

e. Kaidah V : peN- → pe-

Morfem peN- berubah menjadi pe- apabila diikuti oleh bentuk dasar yang

berawal fonem /l, r, w, y, N/.

Contoh :

peN- + lupa → pelupa

peN- + lipur → pelipur

peN- + ramal → peramal

peN- + rusuh → perusuh

peN- + warna → pewarna

peN- + yakin → peyakin

peN- + nyanyi → penyanyi

peN- + ngeran → pengeran

peN- + nasihat → penasihat

peN- + nanti → penanti

f. Kaidah VI : peN- → penge-

Morfem peN- berubah menjadi penge- apabila diikuti bentuk dasar yang

terdiri dari satu suku.

Contoh :

peN- + bor → pengebor

peN- + cat → pengecat

29
peN- + pak → pengepak

peN- + las → pengelas

4. Kaidah morfofonemik morfem afiks per-

a. Kaidah I : per- → pe-

Morfem per- berubah menjadi pe- apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal dengan fonem /r/.

Contoh:

per- + rencana → perencana

per- + rendam → perendam

per- + rusak → perusak

b. Kaidah II : per- → pel–

Morfem per- berubah menjadi pel- apabila diikuti bentuk dasar ajar.

Contoh :

per- + ajar → pelajar

c. Kaidah III : per- → per-

Morfem per- tetap saja menjadi per-, apabila diikuti bentuk dasar yang

tidak berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang bukan morfem ajar.

Contoh :

per- + lambat → perlambat

per- + teguh → perteguh

per- + kaya → perteguh

per- + indah → perindah

per- + mudah → permudah

30
5. Kaidah morfofonemik morfem afiks ter-

a. Kaidah I : ter- → te-

Morfem ter- berubah menjadi te- apabila diikuti bentuk dasar yang

berawal dengan morfem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya diawali /∂r/

Contoh :

ter- + rasa → terasa

ter- + perdaya → teperdaya

ter- + percik → tepercik

b. Kaidah II : ter- → ter-

Morfem ter- tetap saja merupakan morfem ter- apabila diikuti bentuk dasar yang

tidak berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya tidak

berakhir dengan /∂r/.

Contoh:

ter- + angkut → terangkut

ter- + bukti → terbukti

ter- + maju → termaju

ter- + desak → terdesak

ter- + lihat → terlihat

ter- + gusur → tergusur

31
Bab III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Morfofonemik adalah proses perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam

pembentukkan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem lainnya.

Morfofonemik disebut juga morfonemik, morfofonologi , atau morfonologi,

atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis,

baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.

2. Adapun jenis-jenis morfofonemik menurut abdul chaer yaitu perubahan fonem

dalam proses morfofonemik dapat berwujud: (1) pemunculan fonem, (2)

pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem, dan (5)

pegeseran fonem.

3. Proses morfofonemik adalah cabang linguistik yang mengkaji dan

mengklasifikasikan morfem yang muncul akibat pengaruh dari faktor-faktor

fonologis atau faktor-faktor gramatikal yang berperan dalam pemunculan

fonem.

4. Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa indonesia terjadi dalam proses

afiksasi Dalam proses afiksasi pun terutama hanya dalam prefiksasi ber-,

prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi per-

an, dan sufiksasi-an.

5. Morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah morfofonemik yaitus mencakup

morfem afiks men-, kaidah morfofonemik morfem afiks pen-, kaidah

morfofonemik morfem afiks pe-, dan kaidah morfofonemik morfem afiks ter-.

32
B. SARAN

Dengan mengkaji masalah mengenai morfofonemik diharapkan agar kita semua

mampu memahami segala masalah-masalah berbahasa yang ada. Agar tidak

terjadi lagi kesalahan dari pemahaman yang kita miliki

33
DAFTAR PUSTAKA

Arifin , Zainal, & Junaiyah. (2007). Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi (PT.

Grasindo). Jakarta.

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum (Cetakan ketiga). Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2008). Morfologi bahasa Indonesia (Pendekatan proses). Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka

Cipta.

Elson, & Picket. (1962). Introduction to Morphology and Sintax. Mexico City: The

Summer Institute of Linguistics.

Kridaklasana, H. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Nasution, S.S.H. (2017). Proses Morfofonemik dalam bahasa Jepang. LINGUA: Journal

of languange. Literature and Teachin,1(2).259-266.

Poedjosoedarmo, S. (1979). Morfologi Bahasa Jawa . Jakarta : Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Ramlan. (2001). Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.Karyono.

Ramlan, M. (1983). Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.

Samsuri. (1980). Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.

34
35

Anda mungkin juga menyukai