MAKALAH
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Segala puji Kehadirat Allah SWT. Atas selesainya pengerjaan Makalah dengan
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Muhammad SAW, Beliaulah sebagai suritauladan bagi kita semua ummat Islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
mengharapkan kritik serta saran dari Pembaca Makalah ini agar nantinya penulis
dapat membuat Makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat kesalahan di makalah
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu Bapak Dr. Sakaria, S.S, S.Pd, M.Pd
Sekian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan Penulis
i
DAFTAR ISI
SAMPUL .......................................................................................................................... i
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 32
B. Saran .......................................................................................................................... 33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam bahasa Indonesia. Unsur asing tersebut berupa morfem, kata, atau frasa.
muncul variasi baru atau alomorf dari sebuah morfem. Perubahan variasi
morfem tersebut dalam linguistik masuk dalam kajian yang disebut dengan
morfofonemik .
dalam pembentukan kata bahasa indonesia dan kaidah yang berlaku dalam
1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Morfofonemik?
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Indonesia
D. Manfaat Penulisan
Bagi para pemakai bahasa agar disaat berkomunikasi dengan orang lain
tidak lagi salah dalam memahami makna bahasa tersebut dan bagi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Morfofonemik.
Misalnya kata membaca terdiri dari dua morfem, yaitu morfem meN- dan
morfem baca. Akibat pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal (N) pada
morfem meN- berubah, sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu
atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik
bahasa indonesia dengan prefiks me- akan terlihat bahwa prefiks me- itu akan
berubah menjadi men-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-
tersebut kemudian dapat dijadikan kaidah pembentukan kata turunan yang benar.
Jangan sampai menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi
kesalahan pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang
berlangsung. Jika terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi, maka hilang fungsi
3
Kajian morfofonemik tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya
terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Selain itu, (Samsuri, 1980)
fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta
pada dasarnya adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata
(Ramlan, 2001) membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dalam
tiga wujud, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses
penghilangan fonem.
pembentukan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya kata
4
membaca terdiri dari dua morfem, yaitu morfem meN- dan morfem baca. Akibat
pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal /N/ pada morfem meN- berubah,
sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu tergantung pada kondisi
bentuk dasar (dasar kata) yang diikutinya. Perubahan fonem dalam bahasa
terjadi akibat pertemuan morfem itu dapat digolongkan dalam sepuluh proses,
yaitu:
1. pemunculan fonem
2. pengekalan fonem
4. pergeseran fonem
6. pelesapan fonem
7. peluluhan fonem
1. pemunculan fonem
2. pelesapan fonem
5
3. peluluhan fonem
4. perubahan fonem
5. pergeseran fonem
Berbeda dengan kedua ahli bahasa sebelumnya, (Arifin, Zainal & Junaiyah, 2007)
afiksasi tersebut. Sehingga munculah morfofonemik pada prefiks meng-, per-, ber-,
dan ter- beserta morfofonemik yang terjadi akibat pertemuan afiks-afiks tersebut
C. Proses Morfofonemik
bagaimana hubungan morfem dan fonem itu bermunculan adalah karena adanya
proses. Perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi atau perubahan yang
2017) .
Proses morfofonemik hanya terjadi jika ada pertemuan antara morfem dasar
perubahan bunyi atau fonem ini dari proses morfologi selain afiksasi. Jadi, sistem
morfologi dan fonologi saling melengkapi, dimana morfologi ilmu yang mengkaji
6
bagaimana terjadinya sebuah kata atau pembentukkan kata dapat dibentuk oleh
morfologi hanya dapat bisa dijelaskan dengan sistem fonologi. Contoh : Kata
fonem, (2) proses penambahan fonem, dan (3) proses penghilangan fonem
dikemukakan oleh para pakar yang lain, proses morfofonemis secara mandiri yang
fonem. Proses pemunculan fonem sejajar dengan yang dikatakan Ramlan. Yang
termasuk dalam hal ini adalah pemunculan bunyi /y/ dan /w/ ,ataupun /?/. akan
{meN}. Proses pengekalan fonem tidak memiliki padanan dalam versi Ramlan.
Kenyataan itu tidak terjadi karena ruang lingkup atau batasan tentang proses
7
fonologis. Ramlan membatasinya pada proses fonologis yang didalamnya terdapat
perubahan fonem. Oleh karena itu, proses pengekalan fonem berdasarkan uraian
adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai
akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi ataupun
pada prefiks me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah
menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan- aturan
berwujud: (1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4)
yang pada mulanya tidak ada. Pemunculan fonem dapat kita lihat dalam proses
pengimbuhan prefix me- dengan bentuk dasar baca yang menjadi membaca. Di
me + baca membaca
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks –an dengan bentuk dasar hari
yang menjadi /hariyan/ di mana terlihat muncul konsonan /y/ yang semula tidak
ada.
hari + an hariyan
8
2. Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi.
Pelepasan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan akhiran wan pada
kata sejarah di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu menjadi hilang. Juga dalam
proses pengabungan kata anak dan partikel –nda di mana fonem /k/ pada kata
anak menjadi hilang. Dan juga dalam pengimbuhan dengan prefix ber- pada kata
fonem lain dalam suatu proses morfologi. Proses peluluhan fonem dapat kita lihat
dalam proses pengimbuhan prefix me- pada kata sikat di mana fonem /s/ pada kata
sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari prefix
tersebut. Demikian juga dalam pengimbuhan dengan prefix pe- pada kata sikat di
mana fonem /p/ dari kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi
4. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai
akibat terjadinya proses morfologi. Proses perubahan fonem dapat kita lihat dalam
proses pengimbuhan prefix ber- pada kata ajar di mana fonem /r/ dari prefiks itu
berubah menjadi fonem /l/. begitu juga dalam penggabungan artikulus al- dengan
9
kata Rahman dalam bahasa Arab yang menjadi arrahman di mana fonem /l/
berubah menjadi fonem /r/. Dalam dialek Jakarta fonem /E/ pada kata ape berubah
menjadi fonem /a/ bila diberi sufiks /an/ atau sufiks /in/.
al + rahman arrahman
5. Pergeseran fonem, yaitu pindahnya sebuah fonem dari silabel satu ke silabel
yang lain, biasanya ke silabel berikutnya. Peristiwa itu dapat kita lihat dalam
bahasa Indonesia dalam proses pengimbuhan sufiks /an/ pada kata jawab di mana
fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/pindah ke silabel /ban/. Juga
dalam proses pengimbuhan sufiks /i/ pada kata lompat di mana fonem /t/ yang
ma.kan + -an
ma.ka.nan mi.num+-an
mi.nu.man
dalam proses afiksasi . Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada.
Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi pe-,
10
1. Prefiksasi ber-
fonem /r/ pada prefiks ber- itu; b) perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu
menjadi fonem /l/; dan c) pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber- itu.
a) Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber-itu terjadi apabila bentuk dasar yang
diimbuhi mulai dengan fonem /r/ , atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi
[er].
Misalnya :
b) Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber-menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk
2. Prefiksasi ber-
fonem /r/ pada prefiks ber- itu; b) perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu
menjadi fonem /l/; dan c) pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber- itu.
11
a) Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber-itu terjadi apabila bentuk dasar yang
diimbuhi mulai dengan fonem /r/ , atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi
[er].
Misalnya :
b) Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber-menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk
c) Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk
3. Prefiksasi me-
12
a) Pengekalan fonem , disini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang
dilepaskan dan tidak adaa yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk
me + rawat → merawat
me + lirik → melirik
me + wasiat → mewasiat
me + yakin → meyakin
me + makan → memakan
me + nanti → menanti
me + nganga → menganga
me + nyanyi → menyanyi
Umpamanya :
me + baca → membaca
me + buru → memburu
me + fitnah → memfitnah
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
konsonan /d/ .
Umpamanya :
me + dengar → mendegar
me + duga → menduga
13
me + dapat → mendapat
me + duga → menduga
me + dapat → mendapat
Contoh :
me + goda → menggoda
me + gila → menggila
me + hunus → menghunus
me + hina → menghina
me + khianat → mengkhianati
me + khayal → mengkhayal
me + ambil → mengambil
me + aduk → mengaduk
me + iris → mengiris
me + inap → menginap
me + ukur → mengukur
me + usir → mengusir
me + obral → mengobral
me + elak → mengelak
me + ekor → mengekor
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri
14
Misalnya :
me + bom → mengebom
me + cat → mengecat
me + lap → mengelap
dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara / s , k , p , dan t / . Dalam hal ini
konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/ , konsonan /k/ diluluhkan dengan
nasal /ng/ , konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/ , dan konsonan /t/
Contoh :
me + susut → menyusut
me + kirim → mengirim
me + kurung → mengurung
me + pilih → memilih
me + potong → memotong
me + tunggak → menunggak
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-
a) Pengekalan fonem , artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila
Contoh :
antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi
Contoh :
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh
konsonan /d/ .
Contoh :
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasrnya diawali dengan
konsonan / g , h , kh , a , l , u , e , dan o/
16
Contoh :
Contoh :
b) Peluluhan fonem , apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk
dasar yang diawali dengan konsonan tak bersuara / s, k , p , dan t / . Dalam hal
ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/ , konsonan /k/ diluluhkan dengan
nasal /ng/ , konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan
Contoh:
17
pe + kumpul → pengumpul → pengumpulan
berubah pelepasan fonem /r/ pada prefiks per- itu; perubahan fonem /r/ dari
prefiks per-itu menjadi fonem /l/; dan pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
a) Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem
Contoh :
b) Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata
ajar.
Contoh :
18
Contoh :
6. Sufiksasi-an
pengibuhan ini , yaitu fonem /w/ , fonem /y/, dan fonem glotal /?/ .
Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada
Contoh :
pandu + an → panduwan
temu + an → temuwan
satu + an → satuwan
Namun, perlu dicatat dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/ itu tidak
dituliskan . Dalam literatur lain bunyi /w/ itu disebut bunyi pelancar (glider) .
Misalnya :
hari + an → hariyan
tari + an → tariyan
maki + an → makiyan
19
Namun, perlu dicatat dalam sistem ejaan yang berlaku sekarang bunyi /y/ itu
tidak dituliskan . Dalam literatur lain bunyi /y/ ini disebut juga bunyi
pelanear.
Misalnya :
tersebut.
Contoh :
jawab + an → ja.wa.ban
lompat + an → lom.pa.tan
kenang + an → ke.na.ngan
7. Prefiksasi ter-
pelesapan fonem /r/ dari prefiks ter- itu , perubahan fonem /r/ dari prefiks ter-
Misalnya :
20
ter + rasa → terasa
b) Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila
Contoh :
c) Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter-
itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b
diatas.
Contoh :
E. Kaidah Morfofonemik
21
Morfem meN- berubah menjadi mem- apabila diikuti bentuk dasar (dasar kata)
yang berawal dengan fonem /b, f, p/. Fonem /p/ hilang kecuali pada beberapa
bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan
Contoh :
Apabila morfem meN- diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /d, s,
t/ akan berubah menjadi men-. Fonem /t/ hilang, kecuali pada beberapa bentuk
dasar atau dasar kata yang berasal dari kata asing dan pada bentuk dasar yang
berafiks ter- serta fonem /s/ yang berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya.
Contoh :
22
meN- + skor → menskor
Morfem meN- berbah menjadi menye-, apabila diikuti bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /s, c, j/. Fonem /s/ hilang, kecuali bentuk dasar
Contoh :
Morfem meN- berbah menjadi meng-, apabila diikuti bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /g, h, k,x, vokal/. Fonem /k/ hilang, kecuali bentuk
dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.
23
Contoh :
Morfem peN- berubah menjadi pe- apabila diikuti oleh bentuk dasar yang
24
Contoh :
Morfem peN- berubah menjadi p enge- apabila diikuti bentuk dasar yang
Contoh :
Morfem ber- berubah menjadi be- apabila diikuti bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /r/ dan beberapa bentuk dasar yang suku
Contoh :
25
ber- + ruding → berunding
Morfem ber- menjadi bel- apabila diikuti oleh bentuk dasar ajar.
Contoh :
Morfem ber- tetap merupakan morfem ber- apabila diikuti oleh bentuk
dasar selain yang tersebut pada kaidah I dan kaidah II di atas, yaitu bentuk
dasar yang tidak berawal dengan morfem /r/, bentuk dasar yang suku
pertamanya tidak berakhir dengan /¶r/, dan bentuk dasar yang bukan morfem
ajar.
Contoh :
26
Morfem peN- berubah menjadi pem- apabila diikuti bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /b, f, p/. Dalam hal ini fonem /p/ hilang.
Contoh :
Morfem peN- berubah menjadi pen- apabila diikuti oleh bentuk dasar
yang berawal dengan fonem /d, s, t/. Dalam proses ini fonem /t/ hilang, kecuali
pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih
beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya.
Contoh:
27
peN- + tabur → penabur
Morfem peN- berubah menjadi peny- apabila diikuti bentuk dasar atau dasar
Contoh :
Morfem peN- berubah menjadi peng- apabila diikuti bentuk dasar yang
berawal fonem /g, h, k, x vokal/. Dalam proses ini fonem /k/ hilang.
Contoh :
28
peN- + ikut → pengikut
Morfem peN- berubah menjadi pe- apabila diikuti oleh bentuk dasar yang
Contoh :
Morfem peN- berubah menjadi penge- apabila diikuti bentuk dasar yang
Contoh :
29
peN- + pak → pengepak
Morfem per- berubah menjadi pe- apabila diikuti bentuk dasar yang
Contoh:
Morfem per- berubah menjadi pel- apabila diikuti bentuk dasar ajar.
Contoh :
Morfem per- tetap saja menjadi per-, apabila diikuti bentuk dasar yang
tidak berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang bukan morfem ajar.
Contoh :
30
5. Kaidah morfofonemik morfem afiks ter-
Morfem ter- berubah menjadi te- apabila diikuti bentuk dasar yang
berawal dengan morfem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya diawali /∂r/
Contoh :
Morfem ter- tetap saja merupakan morfem ter- apabila diikuti bentuk dasar yang
tidak berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya tidak
Contoh:
31
Bab III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem, dan (5)
pegeseran fonem.
fonem.
afiksasi Dalam proses afiksasi pun terutama hanya dalam prefiksasi ber-,
prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi per-
morfofonemik morfem afiks pe-, dan kaidah morfofonemik morfem afiks ter-.
32
B. SARAN
33
DAFTAR PUSTAKA
Arifin , Zainal, & Junaiyah. (2007). Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi (PT.
Grasindo). Jakarta.
Cipta.
Cipta.
Elson, & Picket. (1962). Introduction to Morphology and Sintax. Mexico City: The
Nasution, S.S.H. (2017). Proses Morfofonemik dalam bahasa Jepang. LINGUA: Journal
Pengembangan Bahasa.
34
35