Oleh kelompok 6:
Dosen Pengampu:
Dr. Noor Cahaya M.Pd.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas ramat dan karunia-Nya makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun agar pembaca dapat lebih memahami
tentang perkembangan bahasa pada anak. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan Allah Swt. makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………..….…….1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................. 3
2.1 Reduplikasi…………………………………………………………....………………………………….3
Reduplikasi Fonologis.................................................................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………19
3.2Saran............................................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………........20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang asal mulanya dari bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia sendiri mengalami perkembangannya dalam banyak aspek sehingga dari waktu ke
waktu yang bergerak ke depan akhirnya meninggalkan bahasa Melayu, salah satunya adalah
pengulangan kata dalam Bahasa Indonesia pada tataran fonologis, morfologis, ataupun sintaksis.
Reduplikasi sendiri tidak mengalami perubahan makna/makna baru tidak berbeda jauh dengan makna
asal sehingga belum bisa dikatakan sebagai kata ulang yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena
pengulangan hanya terjadi pada leksem.
Pengulangan kata atau reduplikasi di dalam tata bahasa indonesia ialah pengulangan satuan gramatikal
dan leksikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang adalah bentuk dasar. Reduplikasi
atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di
dunia ini. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang terpenting dalam
pembentukkan kata, di samping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu meskipun reduplikasi
terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukkan kata, tetapi adapula masalah morfologi yang
menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantik. Menurut Ramlan (1978:19)
morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari selukbeluk bentuk
kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi.
2
B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan-rumusan masalah yang berkaitan dengan makalah ini:
1. Apakah yang dimaksud dengan reduplikasi?
2. Bagaimana lingkup reduplikasi fonologis, reduplikasi sintaksis, reduplikasi semantis, dan reduplikasi
morfologis?
3. Bagaimana proses morfologis pembentukan reduplikasi berafiks?
4. Bagaimana proses bentuk reduplikasi pada nomina, verba dan adjektifa?
5. Apa yang dimaksud dengan reduplikasi kelas tertutup?
C. Tujuan Penulisan
Untuk menjawab segala rumusan masalah yang sudah dijabarkan pada poin sebelumnya secara
bertahap dengan kerja sama kelompok. Tujuan ini tidak hanya diberikan kepada kawan-kawan
sekalian, tetapi juga terutama adalah kami sendiri untuk menggali lebih banyak peluang dan melihat
celah-celah akademik sebagaimana mahasiswa/i seharusnya lakukan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menambah pengetahuan kita
semua akan kesadaran reduplikasi, melatih individu untuk lebih kompeten dalam kerja sama
kelompok. Terutama untuk kami dari para mahasiswa, yaitu membaur untuk menjaga
silaturahmibersama teman-teman secara lebih langsung dengan adanya pengerjaan kelompok ini.
Adapun manfaat lainnya yang tak kalah utama adalah mengembangkan sifat leadership dimana
individu dituntut untuk menjadi ketua untuk tugasnya masinng-masing.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reduplikasi
Reduplikasi Menurut Ramlan (1978:19) morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Reduplikasi atau pengulangan
bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Dalam
bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang terpenting dalam pembentukkan kata, di
samping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu meskipun reduplikasi terutama adalah masalah
morfologi, masalah pembentukkan kata, tetapi adapula masalah morfologi yang menyangkut masalah
fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantik.
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang berupa akar, tetapi
menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana (1989)
menyebutnya sebuah ulangan kata', bukan kata ulang'. Contoh:
Bentuk-bentuk sintaksis memiliki ikatan yang cukup bnggar sehingga kedua unsurya memiliki potensi untuk
dipisahkan. Contoh:
Reduplikasi sintaksis memiliki makna menegaskan atau menguatkan. Dalam hal ini termasuk juga
reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina persona) seperti :
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar. yang menyatakan waktu Contoh:
Reduplikasi semantis adalah pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim.
Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendekia.
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks, dan
berupa bentuk komposisi Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan
pengulangan sebagian.
5
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan yaitu :
(1) Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu
Contohnya: meja-meja (bentuk dasar meja). kuning-kuning (bentuk dasar kuning), dan makan-makan (bentuk
dasar makan).
(2) Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanyalah salah satu suku katanya saja
(dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan "pelemahan bunyi. Misalnya leluhur (bentuk dasar dari luhur).
tetangga (bentuk dasar dari tangga). jejari (bentuk dasar dari jari), lelaki (bentuk dasar dari haki), dan peparu
(bentuk dasar dari paru).
Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan
perbedaan makna gramatikalnya. Bandingkan:
Leluhur → luhur-luhur
Tetangga → tangga-tangga
Jejari→ jari-jari
Lelaki →laki-laki
Peparu →paru-paru
(3) Pengulangan dengan perubahan bunyi artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan
bunyi Yang berubah. bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa
menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok (a) yang berubah unsur
pertamanya, dan contoh kelompok (b) berubah unsur keduanya.
(a) Bolak-balik
Larak-lirik
Langak-longok
Kelap-kelip
Corat-coret
(b) ramah-tamah
bauk-pauk
sayur-mayur
6
serba-serbi
tindak-tinduk
(4) Pengulangan dengan infiks. maksudanya sebuah akar diulang tetapi diberi infisks pada unsur ualangannya.
Contoh
- Turun-temurun
- Tali-temali
Dalam pengulangan dasar berafiks adanya tiga nncam proses afiksasi dan reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu, baru kemudian diulang atau reduplikasi Misalnya, pada akar lihat
mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat kemudian baru diulang menjadi bentuk melihat lihat.
Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya akar jalan mula-mula
diulang menjadi jalan-jalan. baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersaman. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks
ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi berminggu-minggu.
a) Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber-, lahı dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya
akar saja. Contoh
- Berhari-hari
- Bermeter-meter
- Berliter-liter
7
- Berkarung-karung
- Berton-ton
Akar berkonfiks ber-an seperti pada kata berlarian dan berkejaran direduplikasikan sebagian, yaitu hanya
akarnya saja. Misalnya:
3) Akar berprefiks me
Akar berprefiks me seperti kata menembak dan menari direduplikasikan hanya akanya saja, tetapi ada dua
macam cara. Pertama, yang bersifat progresif artinya pengulangan ke arah depan atau ke arah kanan dan kedua
yang bersifat regresif artinya pengulangan ke arah belakang atau ke arah kiri. Contoh kelompok (a) adalah yang
bersifat progresif dan kelompok (b) adalah yang bersifat regresif:
Disamping itu dalam jumlah yang terbatas ada juga proses pemberian prefiks me- yang dilakukan sekaligus
dengan proses reduplikasi. Misalnya :
- Mengada-ada
- Mengagak-agak
Bentuk mengada dan ada-ada, serta bentuk mengajak dam agak-agak tidak berterima
4) Akar berklofiks me-kan seperti pada kata membedakan, membesarkan dan melebihkan direduplikasikan
hanya akamnya saja. Misalnya:
Akar berklofiks me-i seperti pada kata menulisi dan mengurangi direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya:
Akar berprefiks pe- seperti pada kata pemuda, pembina, dan pembaca direduplikasikan secara utuh. Misalnya:
- Pemuda-pemuda
- Pembina-pembina
- Pembaca-pembaca
- Pelari-pelari
- Pelajar-pelajar
Penggunaan bentuk pengulangan kata berprefiks pe- jarang dilakukan Lebih sering untuk menyatakan
jumlah ini dilakukan dengan memberi adverbia para, seperti para pemuda (daripada pemuda-pemuda), para
pembina (daripada pembina-pembina) dan para pelajar (daripada pelajar-pelajar).. Kiranya konstruksi dengan
menggunakan adverbia para lebih baik daripada mengulang bentuk berprefiks pe- itu.
Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata pembangunan dan penjelasan direduplikasikan secara utuh. Misalnya:
- Pembangunan-pembangunan
- Pembinaan-pembinaan
- Penjelasan-penjelasan
- Pelatihan-pelatihan
- Pendirian-pendirian
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya lebih baik menggunakan adverbia
semua, seluruh dan sejumlah bila ingin menyatakan phral Misalnya:
9
- Semun pembangunan
- Sebagian penjelasan
- Seluruh pembinaan
- Beberapa pelatihan
- Sejumlah pemberian
Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata peraturan, perindustrian, dan perdebatan bila direduplikasikan
haruslah secara utuh. Misalnya
- Peraturan-peraturan
- Perindustrian-perindustrian
- Perdebatan-perdebatan
- Pertokoan-pertokoan
- Pergudangan-pergudangan
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya penggunaan adverbia semua,
seluruh, sebagian, dan sebagainya lebih baik daripada penggunaan bentuk reduplikasinya. Misalnya
- Semua peraturan
- Beberapa perindustrian
- Banyak perdebatan
- Sejumlah pertokoan
- Seluruh pergudangan
Akar bersufiks -an ada dua cara pereduplikasiannya. Pertama. dengan mengulang secara utuh bentuk
bersufiks -an itu dan kedua mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya.
Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah contoh cara kedua.
(a) Bangunan-bangunan
Aturan-aturan
Latihan-latihan
Tulisan-tulisan
Lampiran-lampiran
(b) Obat-obatan
Biji-bijian
Batu-batuan
Mobil-mobilan
10
Kucing-kucingan
Disamping dua cara di atas masih ada satu cara lagi yang kurang produktif yakni dengan mengulang
sebagian (hanya suku pertama dari akar). Contoh
- Bebatuan
- Tetumbuhan pepohonan
- Rerumputan
- reruntuhan
Akar berprefiks se- ada dua macam cara reduplikasinya. Pertama, diulang secara utuh, dan kedua hanya
mengulang bentuk akarnya saja. Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah
contoh cara kedua.
(a) Sedikit-sedikit
Seorang-seorang
Sekali-sekali
Sekepal-sekepal
Seekor-seekor
(b) Sekali-kali
Sebaik-baik
Sepandai-pandai
Sejauh-jauh
Sebodoh-bodoh
Akar berprefiks ter- seperti pada kata terbawa, tersenyum. dan tertawa direduplikasikan hanysa akarnya saja.
Misalnya:
- Terbawa-bawa
- Tersenyum-senyum
- Tertawa-tawa
- Tersendat-sendat
- Tersedu-sedu
Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata secepatnya. sebaiknya dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya
saja. Contoh:
11
- Secepat-cepatnya
- Sebaik-baiknya
- Sedapat-dapatnya
- Setinggi-tingginya
- Sebanyak-banyaknya
Akar berkonfiks ke-an seperti pada kata keraguan, kemurahan, dan kebiruan direduplikasikan hanya akarnya
saja, sedangkan konfiks ke-an melingkupi bentuk perulangan itu. Misalnya:
- Keragu-raguan
- Kemerah-merahan
- Kebiru-biruan
- Keputih-putihan
- Kekuning-kuningan
Akar berinfik doreduplikasikan pengimbuhan infiks dan sekaligus dalam proses reduplikasi. Proses ini
tanpaknya tidak produktif. Contoh yang ada :
- Tali-temali
- Sinar-seminar
- Getar-geletar
- Sambung-sinambung
- Patuk-pelatuk
Kompositum, gabungan kata, kata majemuk dapat dibedakan atas (a) yang kedua unsurnya sederajat,
seperti tua muda, ayam itik dan tikar bantal; dan (b) yang kedua unsurnya tidak sederajat seperti rumah sakit.
surat kabar dan keras kepala. Reduplikasi terhadap dasar kompositum dilakukan dalam dua cara: pertama.
dilakukan secara utuh dan kedua, dilakukan secara sebagian.
Reduplikasi secara utuh dilakukan terhadap (a) kompositum yang kedua unsurnya sederajat dan (b) kompositum
yang kedua unsurnya tidak sederajat tetapi memiliki makna idiomatikal Berikut adalah contoh yang
direduplikasikan secara utuh :
Reduplikasi sebagian dilakukan terhadap kompositum yang kedua. unsurnya tidak sederajat atau tidak
idiomatikal. Contoh:
- Surat-surat kabar
- Rumah-rumah sakit
- Buku-buku agama
- Jemaah-jemaah haji
- Jalan-jalan protokol
Pertama, dalam tata bahasa tradisional gabungan kata (entah apa maknanya) harus direduplikasikan
secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatikal boleh saja
direduplikasikan sebagian karena ada kaidah yang membolehkan dilakukan hanya sebagian
Secara morfologis nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk
berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks -an, dan berupa
gabungan kata. Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang
menyatakan:
(1) Banyak
Bagaimana bentuk dasar dan bentuk reduplikasi yang melahirkan makna gramatikal tersebut dibicarakan di
bawah ini:
(1) Dasar nomina, baik yang berupa akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks
pe-an, bentuk berkonfiks per-an bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks an dan berupa gabungan
kata. apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal banyak kalau memiliki komponen
makna (+ terhitung). Misalnya:
- Pemda akan menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu.
- Ketua-ketua kelas harus melapor kepada kepala sekolah
- Peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi.
- Kami tidak takut dengan ancaman-ancaman itu
- Rumah-rumah sakit harus menerima pasien keluarga miskin
Bentuk dasar nomina yang berafiks atau berupa gabungan kata bila ingin ditampilkan bermakna banyak,
sebaiknya tidak menggunakan bentuk reduplikasi sebagai gantinya lebih baik digunakan adverbia seperti semua,
banyak, para, sejumlah, dan sebagian yang diletakkan di muka nomina itu
(2) Dasar nomina. khususnya dalam bentuk akar. bila direeduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
banyak dan bermacam-macam', apabila memiliki komponen makna (+ berjenis). Dalam hal ini perulangan itu
dilakukan disertai dengan pemberian sufiks-an. Misalnya:
(3) Dasar nomina, khususnya dalam bentuk dasar. bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
banyak dengan satuan tertentu, apabila memiliki komponene makna (+ukuran) atau (+takaran). Dalam hal ini
peerulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-. Misalnya:
biladireduplikasikan 'menyerupai' atau akan 'seperti memiliki mak na gramatikal apabila memiliki komponen
makna (+bentuk tertentu) atau (+sifat tertentu). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan
pemberian sufiks -an. Misalnya:
Selain itu, ada sejumlah bentuk reduplikasi nomina bermakna *menyerupai' atau 'seperti dalam bentuk utuh.
Hanya datanya tidak banyak. Antara lain:
bila direduplikasikan akan memiliki komponen makna (+saat). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan dengan
perulangan utuh. Misalnya:
Secara morfologis verba dapat berbentuk akar. berprefiks ber berkonfiks ber-an, berprefiks me inflektif
dan derivatif, berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berkkofiks ter-kan inflektif, berkonfiks
me-i inflektif, berklofiks di-i inflektif, berklofiks ter-t inflektif, berprefiks ter-inflektif dan derivatif, berprefiks
ke- dan berkonfiks ke-an. Namun, tidak semua bentuk verba itu dapat direduplikasikan Tampaknya dapat
tidaknya reduplikasi itu tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kala yang menjadi bentuk dasar
itu.
Makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba ini, antara lain
adalah menyatakan:
2. Kejadian berintensitas
3. Kejadian berbalasan
5. Hal tindakan
6. Begitu (dasar)
15
Bagaimana bentuk dasar dan makna reduplikasi yang terjadi pada dasar verba ini dibicarakan di bawah
ini: (1) Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal kejadian (tindakan) berulang kali,
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi).
Contoh:
a. Dasarnya dapat berupa akar (marah), berupa akar berprefiks me (menembak, menendang dan melirik dan
berupa kata berkonfiks ber-an (berlompatan)
b. Dasar yang semula memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (-durasi) setelah dired uplikasikan menjadi
kata yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ durasi).
(2) Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal kejadian berintensitas, apabila dasar
itu memiliki komponen mkna (+tindakan) dan (+ durasi). Contoh:
(3) Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal 'berbalasan', apabila dasar itu
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif. Contoh:
(4) Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal dilakukan tanpa tujuan (dasar).
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ durasi). Contoh:
(5) Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal hal me....', apabila dasar itu memiliki
komponen makna (+ tindakan) dan (+ durasi) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks me- regresif. Contoh:
(6) Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal begitu (dasar), apabila dasar itu
memiliki komponen makna (+ tindakan) dana (+ saat). Contoh
- Kami tidak tahu apa sebabnya, datang-datang dia marah kepada kami Rupanya dia lapar sekali, pulang-pulang
minta makan.
Adjektifa sebagai bentuk dasar dlam proses reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan tinggi dapat
berupa kata turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauan; dan dapat berupa kata gabung seperti merah. darah
dan kuning telur. Namun, yang lazim direduplikasikan adalah yang berupa akar.
Reduplikasi pada dasar ajektifa dapat menghasilkan antara lain makna gramatikal:
2) Se (dasar) mungkin
5) Meskipun (dasar)
7) Intensitas
Namun perlu dicatat bahwa makna gramatikal reduplikasi sangat tergantung pada konteks kalimatnya.
Jadi, ada kemungkinan bentuk reduplikasi yang sama akan memiliki makna gramatikal yang berbeda kalau
konteksnya berbeda.
1. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal banyak yang dasar jika bentuk
dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran). Contoh:
17
2. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal se (dasar) mungkin jika bentuk
dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran). Contoh :
3. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal hanya yang (dasar) jika bentuk
dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ukuran). Contoh:
4. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal sedikit bersifat (dasar) jika bentuk
dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+warna). Contoh:
5. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal meskipun (dasar) jika bentuk dasar
memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ sikap).
6. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal sama (dasar) dengan' jika bentuk
dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran). Contoh:
7. Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna graamatikal "intensitas jika bentuk dasar
memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran). Contoh:
Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah
bukan dan tidak, bentuk tak dan tiada tidak.
Kosakata adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh. Yang berkenaan dengan reduplikasi hanyalah akar
jangan.
Kala Kosakata adverbia kala adalah kata-kata sudah dan telah untuk menyatakan kala lampau; sedang, tengah,
dan lagi tuntuk menyatakan kala kini; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan dating. Sebagai adverbia
kala yang terlibat dalam proses reduplikasi sudah dan akan.
Kosakata adverbia keharusan adalah barangkali, kali dan mungkin yang menyatakan kemungkinan; mesti, harus
dan wajib yang menyatakan keinginan; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan
yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau dan boleh.
Kosakata adverbia jumlah adalah banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup.
Kosakata adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang dan paling. Yang terlibat dalam
proses reduplikasi hanyalah agak dan paling.
Kosakata adverbia frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi.
Kosakata adverbia tanya adalah apa, siapa, berapa, mana, kenapa, mengapa dan bagaimana.
Kosakata pronomina pesona adalah saya dan aku sebagai orang pertama tunggal; kami sebagai orang pertama
jamak ekslusif; kita sebagai orang pertama jamak inklusif; kamu, engkau, dan anda sebagai orang kedua
tunggal; kalian dan kamu sekalian sebagai orang kedua jamak; dia, ia dan beliau sebagai orang ketiga tunggal;
dan mereka sebagai orang ketiga jamak. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Makna reduplikasi pada
bentuk dasar dari pronomina pesona adalah menyatakan penegasan, bukanmenyatakan makna jamak, sehingga
penggunaan kata kami-kami, kita-kita, dan mereka-mereka adalah berterima.
Kosakata pronomina demonstratifa adalah ini, itu, begini, dan begitu. Keempat kata ini terlibat dalam proses
reduplikasi.
Kosakata numeralia yang terlibat dalam proses reduplikasi adalah nama- nama bilangan bulat satu, dua, tiga,
empat, lima, enam, tujuh, delapan, Sembilan, sepuluh, sebelas, , seratus, seribu.juga bilangan seperti
sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagimya.
Kosakata konjungsi koordinatif adalah yang menyatakan ‘gabungan’; serta menyatakan ‘kesertaan’; tetapi,
namun dan melainkan yang menyatakan ‘kebalikan’; bahkan dan malah (an) yang menyatakan ‘penguatan’;
kemudian, setel;ah, sesudah, dan lalu yang menyatakan ‘hubungan waktu’. Semuanya tidak ada yang terlibat
dalam proses reduplikasi.
Kosakata konjungsi subordinatif adalah karena, sebab, asala, dan lantaran yang menghubungkan me yatakan
‘sebab’; kalau, jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menghubungkan menyatakan ‘persyaratan’ ;
meski (pun), biar (pun), walau (pun), kendati (pun) yang menghubungkan menyatakan ‘batas’; dan kecuali yang
menghubungkan menyatakan ‘pengecualian’. Namun, yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah kalau,
andai, dan sampai.
3.1 Kesimpulan
Reduplikasi adalah pengulangansatuan gramatika, baik seluruhnya maupun sebagian baik dengan variasi
fonem atau tidak. Jenis-jenis reduplikasi adalah fonologis, morfemis, dan sintaksis. Reduplikasi dapat dibentuk
melalui beberapa proses, yaitu : pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks, dengan perubahan fonem, dan trilingga. Sedangkan fungsi dari pembentukkan reduplikasi
tersebut adalah pembentukkan verba, ajektifa, nomina, pronomina, adverbia, dan numeralia. Reduplikasi pun
memiliki berbagai makna dan berbagai problematic yang sering ada di kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
1. Mahasiswa dapat mengetahui reduplikasi, jenis-jenis reduplikasi dan proses pembentukkan kata
dalam reduplikasi
20
Daftar Pustaka