Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia memiliki berbagai bentuk kata. Jika ditinjau dari bentuknya, kata
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah kata-
kata yang belum mendapat imbuhan (afiks) (KBBI, 1997: 451). Kata dasar dapat menjadi
dasar pembentukan kata yang lebih kompleks. Misalnya, kata ‘duduk’ dapat dipakai sebagai
dasar untuk membentuk kata ‘menduduki’ dan mendudukkan’. Sedangkan kata turunan
adalah kata yang sudah mendapatkan imbuhan, baik berupa awalan. sisipan, maupun akhiran.
Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas tanpa mengalami proses morfologis
apapun. Kata dasar sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal dalam
kalimat, seperti kata duduk. Namun kata itu lebih lazim disebut sebagai kata dasar bebas atau
morfem bebas, yaitu morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun
kalimat (KBBI, 1997: 665). Kata turunan pada dasarnya merupakan kata yang dibentuk
melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi/R), atau
pemajemukan (komposisi).
Beberapa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa ada kalanya
terdapat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan atau kesalahan logika. Salah satu
kesalahan dalam tataran morfologis adalah penggunaan kata dengan morfofonemik yang
tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Akan tetapi, penggunaan dalam masyarakat sama
kuatnya, atau susah dipastikan mana yang benar dan mana yang salah sehingga menimbulkan
problematik. Misalnya, adanya bentuk-bentuk mempesona dan menterjemahkan dalam
pemakaian bahasa. Sesuai dengan kaidah morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar
adalah memesona dan menerjemahkan.
Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik lebih
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Padahal kecermatan berbahasa sangat diperlukan dalam rangka politik bahasa,
yakni kecintaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
Tetapi pada kenyataannya masyarakat umum kurang memahami tentang kaidah yang terdapat
dalam penggunaan bahasa Indonesia. Meskipun tidak mempengaruhi makna, kesalahan
morfofonemik jelas tidak mencerminkan ketaatan dalam berbahasa. Oleh karena itu, kaidah-
kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia perlu dipelajari agar kesalahan penggunaannya
dapat diminimalisir.

1
Dalam makalah ini, akan membahas tentang proses morfofonemik. Kedua, akan
dijabarkan mengenai perubahan, penambahan, dan penghilangan fonem. Ketiga, penulis juga
akan membahas tentang bentuk bernasal dan tak bernasal.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mempermudah praktik berbahasa Indonesia
sesuai kaidah kebahasaan yang benar. Karena pada kenyataannya di ranah pendidikan dan
masyarakat, belum semua memahami tentang morfofonemik sehingga terjadi banyak
kesalahan penulisan dan penyusunan kata. Oleh karena itu, penulis juga menyajikan contoh-
contoh kata yang mengalami proses morfofonemik dengan tujuan supaya pembaca lebih
mudah memahami masing-masing perbedaannya.

PEMBAHASAN

A. PROSES MORFOFONEMIK

Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi diakibatkan


adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang
terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa
Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi
afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya pada prefiks
me-. Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-,
menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis”
menunjukkan kaidah yang menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan
secara fonemis.
Morfofonemik bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu sebagai
berikut.
1. Penghilangan bunyi
2. Penambahan bunyi
3. Perubahan bunyi
4. Perubahan dan penambahan bunyi
5. Perubahan dan penghilangan bunyi
6. Peloncatan bunyi
Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya. Proses tersebut
adalah proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Menuru Harimurti
Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10 yaitu sebagai beriku:

2
1. Pemunculan fonem
2. Pengekalan fonem
3. Pemunculan dan pengekanan fonem
4. Pergeseran fonem
5. Perubahan dan pergeseran fonem
6. Pelepasan fonem
7. Peluluhan fonem
8. Penyisipan fonem secara historis
9. Pemunculan fonem berdasarkan poka asing
10. Variasi fonem bahasa sumber
Ahli Bahasa, Zaenal Arifin dan Junaiyah mengelompokkan proses morfofonemik pada
afiks-afiks yang mengalaminya seperti berikut :

a. Morfofonemik Prefiks meng-

Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :


1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/
bentuk meng- tetap meng-/men-/.
Misalnya: mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang, menghitung
2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/,
/r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-
Misalnya : melalui, meronta, meyakini, mewariskan
3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau /t/,
prefiks tersebut berubah menjadi men-
Misalnya: mendengar, menulis
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau
/f/, prefiks tersebut berubah menjadi mem-
Misalnya: membawa, memarkir, memfitnah
Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata patuhi dan
pakai, fonem /p/ luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/
merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per-
dan pe- tertentu.
Misalnya : mempelajari, memperbincangkan
5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan
/s/, bentuk meng- berubah menjadi men-, meny-, men-,

3
Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu
6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah
menjadi menge-
Misalnya : mengetik, mengerem, mengepel, mengebom
7) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan
mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu
mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak
ikut direduplikasi, misalnya : menulis-nulis, menari-nari, mengelap-ngelap

b. Morfofonemik Prefiks per-

Ada tiga peristiwa morfofonemik pada prefiks per-, yaitu:


1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem
/r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Misalnya : perasa, peraba,
pekerja, peserta
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
pelajarià. Misalnya : per- + ajari
3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain di
luar kaidah 1 dan 2 di atas. Misalnya: perdalam, perluas, perkaya, perindah, perbaiki

c. Morfofonemik Prefiks ber-

Ada empat peristiwa morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu :

1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan
fonem /r/
Misalnya : beransel, berupa, berenang, berendam
2) Prefks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya
berakhir dengan /er/ bekerjaà
Misalnya: ber + kerja
besertaà
ber + serta
berkaryaà
Bandingkan dengan : ber + karya
berkurbanà
ber + kurban

4
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku pertamanya tidak
berakhir dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
belajarà. Misalnya : ber + ajar
4) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar di luar kaidah
1-3 di atas.
berlayarà.
Misalnya : ber + layar
bermainà ber +main
berperanà ber+peran

d. Morfofonemik berprefiks ter-

1) Morfofonemik ter mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:


Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter-
ada yang muncul dan ada pula yang tidak. Misal.
terpercayaà - ter + percaya
tercerminà - ter + cermin
2) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
Misalnya : terpilihà = ter + pilih
terbawaà = ter + bawa

B. PROSES PERUBAHAN FONEM

Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meng- dan peng-
dengan bentuk dasarnya. Fonem /ng/ pada kedua morfem berubah menjadi /m,n,/ hingga
morfem meng-, berubah menjadi mem-, meny-, dan meng dan morfem peN- berubah
menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Perubahan-perubahan itu bergantung pada kondisi
dasar yang mengikutinya. Dalam hal ini bunyi/N/ harus menjadi bunyi nasal yang artikulator
dan daerah artikulasinya sama homorgan dengan bunyi pertama bentuk dasarnya.
Misalnya, meN- berubah menjadimem- apabila melekat pada bentuk dasar yang diawali
fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan b/ adalah/m/.
1. Fonem /ng/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan /f, b, f/
Misalnya :
meng- + paksa = memaksa

5
meng- + bantu = membantu
peng- + bantu = pembantu
meng- + fitnah = memfitnah
peng- + fitnah = pemfitnah
2. Fonem /n/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dari fonem /t, d, s/.
Misalnya :
men- + tulis = menulis
pen- + datang = pendatang
men + support = menssupport
3. Fonem /ng/ pada morfem men- dan pen- berubah menjadi /ń/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan /s, s, c, j/.
Misalnya :
meN- + sapu = menyapu
peN- + cari = peńcari
peN- + judi = penjudi
4. Fonem /ng/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /ᶯ/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h dan vokal /.
Misalnya:
meN- + kacau = mengacau
peN- + garis = penggaris
meN- + angkut = mengangkut
Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan
{memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada
morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu
bentuk dasar ajar. Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi,
2010:143).
Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik} apabila bertemu
dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi
komplementer. Dengan kata lain, morfem {praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal
yang sama terjadi pada bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah
menjadi {apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).

6
C. PROSES PENAMBAHAN FONEM

Proses penambahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dengan
bentuk dasar yang terdiri atas dua suku kata.
Fonem tambahannya adalah /g/, sehingga meN- berubah menjadi menge-
Misalnya:
- meN- + bom = mengebom
- peN- + bor = pengebor
- meN- + bur = mengebur
Fonem tambahan /e/ juga terjadi pada:
- peN- + bentuk dasar satu suku kata sehingga:
- peN- => penge-
Contoh:
- peN- + bom => pengebom
- peN- + cat => pengecat
- peN-+ las => pengelas
Namun pada contoh-contoh diatas selain penambahan fonem / / juga terjadi proses
penambahan fonem yaitu fonem /N/ => /n,/’ akibat pertemuan morfem
Terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar berakhir dengan vocal /a/
-an + bentuk dasar
Ke-an + bentuk dasar
peN-an + bentuk dasar
contoh :
-an + terka => terkaan/terka?an/
Ke-an + raja => kerajaan /keraja?an/
peN-an + ada => pengadaan/pengada?an/
Penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan/u,o,aw/
Contoh :
peN-an + temu => pertemuan / pertemuwan
peN-an + toko => pertokoan / pertokowan
peN-an + kacau/kacaw => pengacauan / pengacauwan
Penambahan fonem /Y/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan /i,ay/
Contoh:
-an + hari => harian / hariyan

7
-an + lambai/lambay => lambaian / lambaiyyan
ke-an + lestari => kelestarian
Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem
/ə/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ɧ/.
Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-an} dengan bentuk dasarnya, terjadi
penambahan fonem /ʔ/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/
apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila
bentuk dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.

D. PROSES PENGHILANGAN FONEM

Proses hilangnnya fonem /ng/ pada meng-dan peng- terjadi karena adanya pertemuan
morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w,dan
nasal/.
Misalnya :
meng- + lerai = melerai
per- + ragakan = peragakan
ber- + rapat = berapat
Berdasarkan pendapat dari Harimurti dengan Ramlan, maka kita akan
mengklasifikasikan kedua pendapat tersebut sehingga terdapat delapan jenis morfofonemik,
yaitu:
1. Proses Perubahan Bunyi
Misalnya:
meng- + fitnah = memfitnah
peng- + undang = pengundang
peng- + khutbah = pengkhutbah
2. Proses Penambahan Bunyi
Misalnya:
PeN-an + sandra = penyandra
Ke-an + punya = kepunyaan
-an+ buka = pembukaan
3. Proses Penghilangan Bunyi
Misalnya:
ber- + rumah = berumah
ter- + rasa = terasa

8
per- + ramping = peramping
4. Proses pengekalan bunyi
misalnya:
ter- + pukul = terpukul
ber- + hasil = berhasil
5. Proses Perubahan dan Penambahan bunyi
Misalnya:
men- + las = mengelas
peN- + cat = pengecat
6. Proses Perubahan dan Penghilangan bunyi
Misalnya:
meN- + suplai = mensuplai
7. Proses perubahan dan pengekalan bunyi
Misalnya:
meng- + kukur = mengkukur
peng- + kaji = pengkaji
8. pergeseran/ perubahan posisi fonem (konsonan)
Misalnya :
teliti + peng-an menjadi /pe-ne-li-ti-yan/
bantu + an menjadi /ka-ji-yan/
bantu + -an menjadi /ban-tu-wan/
9. Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan morfem meN- dan
peN-
Contoh:
meN- + paksa => memaksa
meN- + tulis => menulis
meN- + sapu => menyapu
meN- + karang => mengarabg
peN- + pangkas => pemangkas
peN- + tulis => penulis
peN- + sapu => penyapu
peN- + karang => pengarang

9
E. BENTUK BERNASAL DAN TAK BERNASAL

Hadir dan tidaknya bunyi nasal tidak selamanya mengikuti kaidah morfofonemik. Hadir
dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat berkaitan
dengan tiga hal, yaitu (1) tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; (2) upaya
pembentukan kata sebagai istilah; (3) upaya pemberian makna tertentu.
1. Kaitan dengan Tipe Verba
Dalam bahasa Indoesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses
nasalisasi. Keempat verba itu adalah a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan
me-i); b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l; c) verba berprefiks
ber-; dan d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pe- dan nomina pe-an)
yang diturunkannya adalah sebagai berikut.
Afiks Nasal Fonem awal bentuk dasar
1. o L, r, w, y, m, n, ny, ng
2. m B, p, f
Me
3. n D, t
Me-kan
4. ny S, c, j
Me-i
5. ng k. g, h, k
h, a, l, u, e, o
6. nge Eka suku
Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pengimbuhan afiks me- me-kan,
dan me-i akan terjadi.
1. Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /l, r, w, y m, n, ny,
atau ng/. Contoh :
- meloncat, peloncat, peloncatan
- merawat, perawat, perawatan
- mewarisi, pewaris, pewarisan
- meyakinkan, peyakin, peyakinan
- meminang, peminang, peminangan
- menanti, penanti, penantian
- menyanyi, penyanyi, penyanyian
- menganga, Penganga, pengangaan
2. Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/. Contoh:

10
- membina, Pembina, pembinaan
- memilih, pemilih, pemilihan
- memfitnah, pemfitnah, pemfitnahan
3. Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/. Contoh:
- mendengar, pendengar, pendengaran
- mendapat, pendapat, pendapatan
- menemukan, penemu, penemuan
- menentukan, menentu, penentuan
4. Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /s, c, dan j/. Contoh:
- menyambut, penyambut, penyambutan
- menyakiti, penyakit, penyakitan
- menycoblos, penycoblos, penycoblosan
- menycuri, penycuri, penycurian
- menyjahit, penyjahit, penyjahitan
- menyjual, penyjual, penyjualan
catatan : secara ortografi bentuk menycuri dan mneyjahit ditulis mencuri dan
menjahit. Jadi dengan nasal /n/ bukan /ny/.
5. Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h kh, a, l, u,
e, atau o/. Contoh:
- mengirim, pengirim, pengiriman
- menggali, penggali, penggalian
- menghina, penghina, penghinaan
- mengkhianati, pengkhianat, pengkhianatan
- mengadu, pengadu, pengaduan
- mengiris, pengiris, pengirisan
- mengukur, pengukur, pengukuran
- mengelak, pengelak, pengelakan
- mengobati, pengobat, pengobatan
6. Akan muncul nasal /nge/ apabila bentuk dasarmya berupa kata ekasuku. Misalnya,.
- mengetik, pengetik, pengetikan
- mengelas, pengelas, pengelasan
- mengecat, pengecat, pengecatan
- mengebom, pegebom, pengeboman

11
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal
berafiks per-, per-kan, dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkannya)
adalah sebagai berikut
Pertama, fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan,
atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itu
adalah sebagian dari prefiks p- yang menjadi dasar pembentukan. Simak contoh berikut.
- me + perpendek = memperpendek
- me + perbanyak = memperbanyak
- me + persingkat = mempersingkat
Kedua, nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper- bersifat potensial; dan
nomina hal/prosess bersifat aktual, menggunakan bentuk per-an. Contoh.
- memperpendek = perpendekan
- memperbanyak = perbanyakan
- mempersingkat = persingkatan
Nomina pelaku harusnya berbentuk *pemerpendek, *pemerbanyak, dan *pemersingkat,
tetapi belum berterima. Bandingkan dengan bentuk pemersatu dan pemerhati yang telah
berterima.

Ketiga, nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l adalah
berbentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial. Simak contoh.
- mempersatukan = pemersaatu
- memperlainkan = pemerlain
- mempertukarkan = pemertukar
- mempertahankan = pemertahan

Keempat, nomina hal atau proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau
memper-l berbentuk pemer-an. Contoh.

- mempertahankan = pemertahanan
- mempelajari = pemelajaran
- mempersatukan = pemersatuan
- memperlengkapi = pemerlengkapan
- mempersenjatai = pemersenjataan

12
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiks per-an
tidak memunculkan bunyi nasal kita. Lihat contoh berikut.
- bekerja pekerja pekerjaan
- bertani petani pertanian
- bertinju petinju pertinjuan
- berladang peladang perladangan
- berjalan pejalan perjalanan

Namun, ada sejumlah akar dalam bahasa Indonesia yang dapat diimbuhi prefiks ber-
dan juga prefiks me-, sehingga kita menemukan dua bentuk nomina pelaku yang bernasal
(karena diturunkan melalui verba berprefiks me-) dan nomina pelaku yang tidak bernasal.
Umpamanya dengan akar tinju dan ajar kita dapati bentuk-bentuk:
bertinju petinju pertinjuan
meninju peninju peninjuan
belajar pelajar pelajaran
mengajar pengajar pengajaran
Dengan penjelasan di atas, kita dapat memahami adanya pasangan bentuk bernasal dan
tak bernasal seperti bentuk pengajar-pelajar, dan pengajaran-pelajaran. Begitu pula bentuk
peninju-petinju, dan sebagainya.
2. Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba
bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari
verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-
istilah dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis),
peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf). Istilah lainnya.
- pegulat
- pebola voli
- pesepak bola
- pecatur
- pebulu tangkis
- peyudo

13
Kita lihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah
bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi nasal
Dalam bidang sosial sudah lama ada bentuk pesuruh dan penyuruh dengan makna yang
berbeda. Pesuruh bermakna ‘yang di(suruh)’, sedangkan penyuruh bermakna ‘yang
me(nyuruh)’. Beranalogi dengan kedua bentuk itu dibuatlah pasangan kata:
- petatar - penatar
- pesuluh - penyuluh
- peubah - pengubah
Dimana yang sebelah kiri bermakna ‘yang di(dasar)’ yang di sebelah kanan bermakna ‘yang
me(dasar)’.
3. Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal.
Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk mengaji yang
berarti ‘membaca Al-Qur’an; bentuk pengrajin dalm arti ‘usaha kegitan di rumah’, dibedakan
dengan perajin dalam arti ‘orang yang rajin’; dari bentuk pengrumahan dalam arti ‘pemecatan
dari pekerjaan’, dibedakan dengan bentuk perumahan yang berarti ‘kompleks atau kelompok
rumah’. Contoh lain adalah pasangan
penjabat - pejabat
penglepasan - pelepasan
pengrusakan - perusakan
mengkopi - mengopi
Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem
awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan, lazim digunakan orang secara
bersaingan.
- mensukseskan -menyukseskan
menstabilkan -menyetabilkan
mensetir -menyetir
mensinkronkan -menyinkronkan
- mengkombinasi -mengombinasikan
mengkonsumsi -mengonsumsi
mengkredit -mengeredit
mengkonsep -mengonsep
- mempopulerkan -memopulerkan
mempengaruhi -memengaruhi

14
memedulikan -mempedulikan
mempesonakan -memesonakan
- menterjemahkan -menerjemahkan
mentertawakan -menertawakan
mentraktir -meneraktir
mentagetkan -menargetkan

SIMPULAN

Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem
dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan
realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks,
maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183). Istilah “morfofonemis” menunjukkan kaidah yang
menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara fonemis.
Morfofonemik juga memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti Kridalaksana,
yaitu proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Proses morfofonemik
menurut Ramlan terbagi tiga proses yaitu : Proses perubahan fonem, proses penambahan
fonem dan proses penghilangan fonem. Morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah
dengan penambahahan afiksasi seperti, prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-, dan kan- dan juga
sufiks –i dan –an.

Selain itu dalam morfofonemik dikenal istilah bunyi nasal. Bunyi nasal dalam
pembentukan kata tidak selamanya hadir dalam penulisan. Hadir dan tidaknya bunyi nasal
tidak selamanya mengikuti kaidah morfofonemik. Hadir dan tidaknya bunyii nasal dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat berkaitan dengan tiga hal, yaitu (1) tipe verba
yang “menurunkan” bentuk kata itu; (2) upaya pembentukan kata sebagai istilah; (3) upaya
pemberian makna tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

15
Oktarina, Nela. (2016, 28 Desember). Makalah Morfofonemik. Dikutip dari:
http://nelaoktarina.blogspot.com/2016/12/makalah-morfofonemik.html?m=1

Daftar Pertanyaan

Moderator : Ayu Mutmainah (180210402059)

1. M. Amir Mahzuh Azhari (180210402080) : Sebutkan prefix dengan kata dasar


X, apabila ditambah dasar yang dimaksud di makalah apa ada atau tidak?
2. Dini Rofahiyati (180210402073) : Jelaskan dan beri contoh me(N)- + suplai!
3. Dwi Marini (180210402076) : Dalam proses morfofonemik, apakah hanya ada
prefiks itu saja? Apakah kata “di” termasuk?
4. Maya Iskina Putri (180210402060) : Kata yang baku “Tik” atau “Ketik”?
5. Lu’lu Kamilatul Hasanah (180210402075) : Apa yang menyebabkan
terjadinya perubahan fonem?

Tambahan : Sifatul Nur Aini (1802104020) : Tambahan untuk menjawab pertanyaan Lu’lu’
bahwa proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meng- dan peng-
dengan bentuk dasarnya. Dalam hal ini bunyi/N/ harus menjadi bunyi nasal yang artikulator
dan daerah artikulasinya sama homorgan dengan bunyi pertama bentuk dasarnya.
Misalnya, meN- berubah menjadi mem- apabila melekat pada bentuk dasar yang diawali
fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan b/ adalah/m/.

16

Anda mungkin juga menyukai