Anda di halaman 1dari 4

Nama : Irma Yuli Azizah

NIM : 210211602841
Offering :B
Prodi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Klasifikasi Bunyi Bahasa


Fonologi mempelajari lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik
dan unsur-unsur fisiologikal, anatomikal, dan psikologikal, serta neurologikal manusia yang
membuat atau memproduksi bunyi-bunyi itu. Bidang linguistik yang terakhir ini disebut
fonetik. Fonetik mengkaji bunyi-bunyi bahasa secara kongkret, sedangkan fonologi lebih
abstrak, dalam arti secara konsep menentukan fungsi bunyi itu dalam pembeda makna kata.
Secara umum, bunyi bahasa diklasifikasikan menjadi dua yaitu bunyi-bunyi segmental dan
bunyi-bunyi suprasegmental
a. Bunyi segmental adalah bunyi yang dapat dipenggal atas ruas segmen-segmen atau
dapat dibagi-bagi. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat
ucap dan pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam:
1. Konsonan adalah bunyi yang terhambat oleh alat ucap
2. Vokal adalah bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap
3. Diftong adalah dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/
dalam /kau/
4. Kluster adalah dua konsonan yang dibaca satu bunyi
b. Bunyi suprasegmental adalah bunyi yang tidak dapat dipenggal atas segmen-
segmennya atau tidak dapat dibagi-bagi. Bunyi suprasegmental ialah bunyi yang
menunjang pemaknaan bunyi segmental . Bunyi suprasegmental ada tiga:
1. Intonasi: jeda, tempo, tekanan (pitch), nada, irama
2. Ekspresi (mimik/gesture)
3. Kinesik (gerakan organ tubuh: mata, tangan, kaki, kepala, dan lain-lain)
Bunyi suprasegmental dari sudut fonetis:
1. Nada adalah tinggi rendahnya suara tidak fungsional membedakan makna.
2. Tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berbeda membedakan maksud dalam
tataran kalimat (sintaksis) , tetapi dalam kata tidak membedakan makna.
3. Durasi adalah Panjang pendek ucapan atau durasi dalam bahasa Indonesia tidak
fungsional dalam tataran kata , tetapi fungsi dalam kalimat.
4. Jeda terjadi baik antarkalimat, antarfrasa, antarmorfem, antarsilaba, maupun antar
fonem.
5. Intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam membedakan maksud
kalimat.
Kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), tanya (interogatif), dan
perintah
(imperatif).
Dalam studi fonetik, secara umum bunyi bahasa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
bunyi, yaitu: (a) vokoid, (b) kontoid, dan (c) semi vokoid.
a. Bunyi Vokoid
Bunyi vokoid dihasilkan dengan pelonggaran udara yang keluar dari paru-paru, tanpa
mendapatkan hambatan atau halangan. Penghasilan vokal, selain oleh hambatan dan
gerakan lidah. Dalam gerakan bibir menghasilkan vokal, terdapat dua posisi yang
bulat atau tidak bulat. Vokoid dibagi menjadi dua yaitu vokoid tunngal dan vokoid
rangkap.
Vokoid tunggal dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:
Berdasarkan posisi bibir:
1. Vokoid bundar : [o, u, U, O]
2. Vokoid tanbundar : [a, i, e, ә, є, I]
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah
1. Vokoid tinggi : [i, I, u, U]
2. Vokoid madya : [e, ә, є, o, O]
3. Vokoid rendah : [a]
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak
1. Vokoid depan : [i, e, є, a]
2. Vokoid tengah/pusat : [ә]
3. Vokoid belakang : [u, U, o, O]
Berdasarkan lamanya pengucapan
1. Vokoid pendek
2. Vokoid panjang
Berdasarkan peran rongga hidung
1. Vokoid oral : rongga hidung tidak berperan
2. Vokoid nasal : rongga hidung dilalui arus udara
b. Bunyi Kontoid
Kontoid adalah bunyi bahasa yang pembentukannya aliran udara
menemui berbagai hambatan atau penyempitan. Ciri kontoid lebih banyak
ditentukan oleh sifat hambatan, tempat hambatan atau penyempitan arus
udara. Ukuran untuk memerikan kontoid, yaitu titik artikulasi, posisi glotis,
dan cara hambatan. Kontoid dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Cara mengucapkannya : bunyi letupan/hambatan/hambat letup (plosif/stop) dan
bunyi bukan letupan/ bunyi kontinuan
2. Tempat artikulasinya : bilabial, apiko-dental, dan sebagainya
3. Bergetar/tidaknya pita suara pada waktu bunyi itu dihasilkan menjadi bunyi
bersuara dan bunyi tak bersuara
c. Semi-Vokoid
Bunyi bahasa dikategorikan ke dalam semi vokoid, karena bunyi bahasa
ini memiliki ciri kontoid dan ciri vokoid. Bunyi-bunyi kategori ini adalah [w]
dan [y].
Bunyi keras (fortis) ialah bunyi yang artikulasinya membutuhkan hembusan udara yang kuat
dan disertai ketegangan otot misalnya [t, k, s] dan bunyi tak bersuara yang lain serta bunyi
vokoid, kecuali bunyi səwa [ə].
Bunyi lemah (lenis); ialah bunyi yang artikulasinya tidak membutuhkan arus udara yang kuat
dan tidak disertai oleh ketegangan otot misalnya [d, g, z].
Pengertian Diftong dan Gugus Konsonan
Diftong adalah kombinasi suara dalam satu suku kata yang dikombinasikan dengan huruf
fokus dengan / w / atau / y /. Diftong adalah huruf-huruf yang memiliki intonasi vokal khusus
dan dibentuk oleh kombinasi dua vokal. Huruf yang memasukkan huruf diftong sendiri
adalah antara lain ai, au, ei, dan juga oi. Huruf-huruf ini dapat ditempatkan di awal, tengah
atau akhir kata.
Gugus konsonan adalah deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong ke dalam satu suku
kata yang sama ketika dilafalkan baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Lauder
(1996:150) mengatakan bahwa gugus konsonan adalah dua atau tiga konsonan berdampingan
yang terdapat dalam satu suku kata.
Pengertian Fonem Segmental dan Fonem Supresegmental
Fonem segmental ialah fonem yang dapat dibagi atau disegmentasikan yang terdiri dari vokal
dan konsonan. Sedangkan fonem suprasegmental adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang
bisa membedakan makna berupa tempo, intonasi, tekanan dan jeda.
Pegertian Suku Kata
Suku kata adalah bagian-bagian kata yang dalam cara penuturannya kerap kali terdapat
deretan fonem atau satu fonem. Suku kata merupakan landasan dari kata itu sendiri, di mana
suku kata akan menghubungkan setiap kata yang terdiri dari perpaduan fonem vokal maupun
konsonan.

Sumber Rujukan
Pujiono, Setyawan. 2010. Klasifikasi Bunyi Bahasa. (Online),
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318127/pendidikan/4+FONOLOGI+1+2010+UM+fix.p
df ) diakses pada 04 Oktober 2021.
Krisanjaya, Achmad. 2021. Hakikat Fonologi. (Online),
(http://repository.ut.ac.id/4732/1/PBIN4102-M1.pdf ) diakses pada 04 Oktober 2021.
Merry, Guru. 2021. Diftong. (Online), (https://majalahpendidikan.com/diftong/ ) diakses pada
04 Oktober 2021.
Lubis, Gusnisari. 2013. Fonotaktik Fonem dalam Bahasa Pesisir Sibolga. (Online),
(https://123dok.com/document/eqoel0y1-fonotaktik-fonem-dalam-bahasa-pesisir-
sibolga.html ) diakses pada 04 Oktober 2021.
Prasinsk, Indri Esa. 2018. Pembentukan Fonem Suprasegmental Siswa Tunarungu di TKLB
Pangudi Luhur. (Online), (http://repository.unj.ac.id/2347/1/Skripsi%20Indri%20Esa
%20Pransiska.pdf ) diakses pada 04 Oktober 2021.
Imanulloh, Harys. 2021. Suku Kata. (Online), (https://www.tripven.com/suku-kata/ ) diakes
pada 04 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai