B. Struktur Sintaksis
Dalam pembicaraan struktur sintaksis pertama-tama harus dibicarakan masalah fungsi
sintaksis, kategori sintaksis dan peran sintaksis. Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Jadi
akan dibicarakan secara bersamaan.
Kelompok istilah pertama yaitu, subjek, predikat, objek, dan keterangan adalah
peristilahan yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Kelompok kedua, yaitu stilah
nomina, verba, ajektiva, dan numeralia adalah peristilahan yang berkenaan dengan
kategori sintaksis. Kelompok ketiga, yaitu istilah pelaku, penderita, dan penerima adalah
peristilahan yang berkenaan dengan peran sintaksis.
1. Fungsi Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan. Menurut Verhar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri
dari unsur-unsur S, P, O, dan K itu merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat-
tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat-
tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan
tertentu.
Contoh kalimat: Nenek melirik kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh kata nenek yang berkategori nomina,
tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba,
tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek yang berkategori nomina,
dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frasa tadi pagi yang
berkategori nomina.
Susunan fungsi sintaksis tidak harus selalu berurutan S, P, O, dan K.
2. Kategori Sintaksis
Kategori sintaksis adalah jenis atau tipe kata atau frasa yang menjadi pengisi fungsi-
fungsi sintaksis (Chaer, 2009: 27). Kategori sintaksis tersebut berkenaan dengan
istilah nomina (N), verba (V) , adjektiva (A), adverbia(Adv), numeralia(Num),
preposisi (Prop), konjungsi(Konj), dan pronomina(Pron) yang dapat berupa frasa
sebagai pengisi fungsi sintaksis. Dalam hal ini N, V, dan A merupakan katgori utama
sedangkan yang lain merupakan kategori tambahan.
Pengisifungsi sintaksis dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa, sehingga selain
kelas kata yang nomina, terdapat pila frasa nominal. Begitu juga dengan adjectiva,
adverbia, numeralia, preposisi, konjungsi, dan pronomina yang dapat berupa frasa
sebagai pengsisi fungsi sintaksis.
Maka secara fomal, pengisi fungsi-fungsi sintaksis adalah sebagai berikut:
S P O
N N N
FN FN FN
V
FV
A
FA
3. Peran Sintaksis
Chaer (1970) dan para pakar semantik generative berpendapat bahwa verba atau kata
kerja yang mengisis fungsi p merupakan pusat semantik merupakan pusat semantik
dari sebuah klausa (istilah yang menggunakan preporsisi). Oleh karena itu, verba ini
menentukan hadir tidaknya fungsi-fungsi lain serta tipe atau jenis dari kategori yang
mengisi fungsi-fungsi lain itu. Hubungan antara kategori pengisi fungsi p, baik
kategori v maupun bukan, dengan pengisi fungsi-fungsi lain disebut peran sintaksis
atau peran saja.
Peran-peran yang dimiliki oleh pengisi p dalam bahasa Indonesia, selain peran
“tindakan” juga ada peran lainnya, yaitu:
a. Proses, contoh : Padi menguning di sawah
b. Kejadian, contoh: Bukit itu longsor
c. Keadaan, contoh: Jalan raya itu rusak berat
d. Pemilikan, contoh : Rumah ini milik seorang haji
e. Identitas, contoh: Ibunya guru disana
f. Kuantitas, contoh: Hartanya melimpah
C. Alat Sintaksis
1. Urutan Kata
Yang dimaksud dengan urutan kata ialah letak atau posisi kata yang satu dengan kata
lain dalam suatu konstruksi sintaksis. Dalam bahasa Indonesia urutan kata sangat
penting karena perbedaan urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna.
Sejauh ini tanpa bantuan alat sintaksis lain urutan proses S, P, dan O memang tidak
dpat dipertukarkan. Beda dengan posisi kalimat keterangan yangyang dapat
dipndahkan dari posisi akhir kalimat menjadi pada posisi awal.
2. Bentuk Kata
Dalam kajian semantik ada prinsip umum bahwa apabila ada bentuk kata yang
berbeda, maka makna akan berbeda meskipun perbedaannya hanya sedikit. Prinsip ini
juga berlaku dalam sintaksis.
Contohnya dalam kalimat:
Nenek melirik kakek diganti dengan bentuk dilirik sehingga kalimatnya menjadi
nenek dilirik kakek.
Maka nenek yang semula menjadi pelaku berubah menjadi sasaran, sedngkan kakek
yang semula menjadi sasaran berubah menjadi pelaku. Hal ini terjadi karena
penggantian prefiks me- pada kata melirik dan prefiks di pada kata dilirik.
3. Intonasi
Intonasi merupakan alat yang sangat penting di dalam sintaksis bahasa Indonesia
karena dapat mengubah makna. Jika intonasi tidak digunakan secara akurat dan teliti
maka akan menyebabkan terjadinya kesalahpahaman.
Hubungan antara S dan P biasanya dipisahkan olehsbuah jeda, sehingga kalau jeda itu
diletakkan di tempat yang berbeda maka akan menyebabkan terjadinya perbedaan
makna.
Contoh :
a. Menurut cerita ibu Aminah adalah orang gila di desa itu
b. Menurut cerita/ibu Aminah adalah orang gila di desa itu
c. Menurut cerita ibu/Aminah adalah orang gila di desa itu
d. Menurut cerita ibu Amina/ adalah orang gila di desa itu
4. Konektor
Konektor bertugas menghubungkan satu konstituen dengan konstituen lain, baik yang
berada dalam kalimat maupun luar kalimat. Konekor berupa atau berbentuk kategori
konjungsi. Dilihat dari sifat hubungannya dibedakan adanya dua macam konektor
yaitu konektor koordinatif dan subordinatif.
Konektorkoordinatif adalah konektor yang menghubungkan dua konstituen yang
sama kedudukannya seperti dan, atau, dan tetapi. Sedangkan konektor subordinatif
adalah konektor yang menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak
sederajat seperti kalau, meskipun dan karena.
DAFTAR PUSTAKA