Anda di halaman 1dari 19

KONTEKS DAN SITUASI TUTUR

KONTEKS
Konteks merupakan sesuatu yang menjadi sarana
memperjelas suatu maksud (Rustono, 1987:20).

Leech (1983: 20) mengartikan konteks sebagai


suatu pengetahuan latar belakang yang sama-
sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan
yang membantu mitra tutur menafsirkan makna
tuturan.

Koteks terdiri atas unsur-unsur seperti situasi,


pembicara, pendengar,waktu, tempat, adegan,
topik, peristiwa, bentuk amanat, kode dan sarana
(Alwi 1998:421).
 Konteks yang berupa bagian ekspresi yang
dapat mendukung kejelasan maksud itu
disebut ko-teks (co-text)
 Konteks yang berupa situasi yang
berhubungan dengan suatu kejadian lazim
disebut konteks (context) saja
 Di dalam ko-teks ekspresi yang mendukung
kejelasan maksud tuturan dapat
mendahuluinya dan juga dapat
menyertainya.
CONTOH KONTEKS

Tulisan tersebut dapat kita temukan di bungkus rokok yang


dijual di Indonesia. Jika seseorang mengonsumsi rokok secara
otomatis baik cepat atau lambat ia akan terserang berbagai
macam penyakit (seperti yang telah disebutkan di atas).
Dapat dilihat bahwa tulisan di atas memunculkan situasi yang
berhubungan dengan suatu kejadian (maka itu disebut
konteks). Antara merokok dan terjangkit penyakit adalah
hubungan sebab akibat.
CONTOH KO-TEKS

Rambu-rambu lalu lintas seperti di atas dapat kita


jumpai di bawah tiang lampu merah sebelah kiri. Saat
terdapat tulisan tersebut pengendara yang melewatinya
tidak perlu memperhatikan warna lampu jika akan
berbelok ke kiri, artinya bisa jalan terus tanpa harus
berhenti meski lampunya sedang berwarna merah.
Tulisan ini hanya mendukung kejelasan maksud saja (Ko-
teks). Jika pengendara malah berhenti saat akan
berbelok ke kiri maka akan diberi sanksi oleh polisi.
Hymes (1984) mengemukakan ciri-ciri konteks :

1. Penutur
2. Mitra tutur
3. Topik tuturan
4. Waktu dan tempat bertutur
5. Saluran atau media
6. Kode (dialek atau gaya)
7. Amanat
8. Peristiwa
ADAPUN MASALAH KONTEKS, MENURUT DELL HYMES
(DALAM JAMES, 1980), MELIPUTI 6 (ENAM) DIMENSI :

1)tempat dan waktu (setting), seperti ruang kelas, di


masjid, di ma’had, di perpustakaan, dan diwarung makan,
2) pengguna bahasa (participants), seperti dokter dengan
pasien, ustadz dan santri,penjual dengan pembeli,
3) topik pembicaraan (content) seperti politik, seks,
pendidikan, kebudayaan,
4) tujuan (purpose) seperti bertanya, menjawab, memuji,
menjelaskan, mengejek, dan menyuruh,
5) nada (key) seperti humor, marah, ironi, sarkasme, dan
lemah lembut,
6) media/saluran (channel) seperti tatap muka, melalui
SMS, melalui telepon, melalui surat, E‐mail, dan, melalui
tangan.
Dengan cara lebih rinci Hymes membagi unsur
konteks dalam delapan klasifikasi, yang disebut
dengan akronim SPEAKING. Kedelapan
komponen tersebut adalah :
S (=Setting and scene)
P (=Participants)
E (= Ends : Purpose and goal)
A (= Act sequences)
K (= Key : tone or spirit of act)
I (= Instrumentalities)
N (=Norms of Interaction and interpretation)
G (= Gennres)
SITUASI TUTUR
 Situasi tutur : situasi yang melahirkan tuturan.
Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa
tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur
merupakan sebabnya.

 Di dalam sebuah komunikasi tidak ada tuturan


tanpa situasi tutur. Bahkan orang bermimpi saja
memiliki situasi tutur, hanya saja situasi tutur
orang bermimpi tersebut hanya ada dalam kepala
sang pelaku, tanpa dapat diketahui orang-orang
disekitarnya.
 Menurut Leech (1983:13-15) berpendapat
bahwa situasi tutur itu mencakup lima
komponen yaitu :

1. penutur dan mitra tutur


2. konteks tuturan
3. tujuan tuturan
4. tindak tutur sebagai tindakan
5. tuturan sebagai produk tindak verbal
 Contoh dari konteks dan situasi tutur :
Seorang Ibu berbicara pada anaknya yang usianya
masih anak-anak.
Ibu : “Nak, kukumu bersih sekali ya.”
(Padahal dalam kenyataannya bahwa kuku anak
tersebut panjang dan kotor)
 Di dalam tuturan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa ucapan Ibu sebenarnya adalah sebuah
perintah yang ditujukan kepada anaknya agar ia
segera memotong dan membersihkan kukunya.
 Konteks dari tuturan tersebut melahirkan sebuah
situasi tutur. Jadi antara konteks dan situasi selalu
berjalan berdampingan.
Contoh konteks
Contoh nyatanya dapat dilihat dalam video
tersebut. Sebenarnya Ibu menginginkan
anaknya agar membantu seorang kakek
yang sedang mendorong mobilnya yang
mogok. Namun Ibu membuat sebuah
tuturan jika mesin cuci mereka
membutuhkan noda.
Kemudian anak-anak bersedia membantu
kakek tersebut mendorong mobil yang
sedang mogok.
Makna sebuah tuturan akan bergantung
pada konteks tuturan itu sendiri.
SITUASI TUTUR
Iklan tersebut merupakan
salah satu contoh tuturan
yang dipengaruhi oleh
situasi tutur. Saat situasi
hujan pada malam hari
membuat penutur
melahirkan tuturan :
“Dingin...........ya....”
Hubungan tuturan dan
situasi tutur merupakan
hubungan sebab akibat.
CONTOH SITUASI TUTUR
Contoh tersebut merupakan contoh
tuturan yang dipengaruhi oleh situasi .
Saat anak-anak sedang mengerjakan
tugas sekolah mereka, tiba-tiba ada
seorang anak yang merasa lapar.
Situasi tersebut membuat anak
melahirkan tuturan
“Lapar....nih.....”
Hubungan tuturan dan situasi tutur
merupakan hubungan sebab akibat.
KESIMPULAN :
Pada intinya lingkup konteks dan situasi
tutur sangat luas. Pembagian jenis tuturan
dapat dilihat dari konteksnya.
Hampir semua tuturan memiliki konteks,
dan juga situasi. Hubungan konteks dan
situasi dengan tuturan merupakan hubungan
sebab akibat.
Matur Nuwun 

Anda mungkin juga menyukai