Anda di halaman 1dari 11

ESSAI

Nama : Vita Rosari Sinurat

Kelas : Reguler C 2019

Mata Kuliah : Sintaksis

Dosen Pengampu : Frinawaty Lestarina Barus, S. Pd., M. Pd.

TR 1

BAHAN KAJIAN

1. Menjelaskan Pengertian Sintaksis;

2. Menjelaskan Sejarah Sintaksis Indonesia;

3. Menjelaskan Kedudukan Sintaksis;

4. Menjelaskan Konstruksi Sintaksis; Dan

5. Menentukan Objek Kajian Sintaksis.

1. Pengertian Sintaksis
Berikut pengertian sintaksis dari pendapat para ahli.

1. Kata sintaksis (Inggris=Syintax) berasal dari Bahasa Yunani sun artinya “dengan” dan
tattien artinya “menempatkan”. Secara etimologis, istilah tersebut berarti menempatkan atau
menyusun secara bersamasama antara kata dengan kata atau kata kelompok kata. Sintaksis
adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata dalam kalimat atau tata
Bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan (J.W.M. Verhaar, dengan
bukunya asas-asas linguistik).
2. Sintaksis secara langsung dari bahasa Belanda syintaxis, yang kemudian dalam bahasa
Inggris menggunakan istilah syntax. Dengan kata lain sintaksis adalah bagian atau cabang
dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kaimat, klausa, dan frasa (M.
Ramlan dengan bukunya Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis )
3. Sintaksis adalah proses perangkaian kata menjadi susunan gramatikal yang membentuk
ujaran (Hockett, 1958:179).
4. Sintaksis adalah cabang liguistik yang menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan
lain di atas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta penyusunan sehingga menjadi
satuan ujaran (Abdul Chaer).
5. Sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain
sebagai suatu satuan ujaran. Hal ini sesuai dengan asal-usul kata sintaksis sendiri yang
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu : Sun yang berarti dengan, Tattem berarti menempatkan.
6. Secara etomologi istilah ini berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok-kelompok kata atau kalimat. (Chaer, Abdul. 2015).
7. Sintaksis: bidang ilmu tentang susunan kata dan kaliamat; ilmu tata kalimat: tata bahasa
dalam pengertian sempit hanya memasukkan morfologi (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembukuan dan pengembangan bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. cet.3. depdikbud.
Jakarta: Balai Pustaka. 1990).
8. Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia“, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, oleh
Balai Pustaka halaman 946:
Sintaksis adalah :
a. cabang linguistik tentang susunan kalimat dengan bagian-bagiannya atau ilmu tata
kalimat.
b. pengaturan hubungan kata dengan kata atau satuan lain yang lebih besar.
c. subsistem bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari
gramatikal; bagian lain ialah morfologi).
9. Sintaksis: bidang ilmu tentang susunan kata dan kaliamat; ilmu tata kalimat: tata bahasa
dalam pengertian sempit hanya memasukkan morfologi (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembukuan dan pengembangan bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. cet.3. depdikbud.
Jakarta: Balai Pustaka. 1990).
10. Syntax : ‘ the rules of grammar for the arrangement of words into phrases and of phrases
into sentences’.(A. S. Hornby. Oxford Advances learner’s dictionary. Fifth edition. Oxford:
Oxford University Press.1995).
11. Sintaksis adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang membahas masalah kalimat. (Sande,
1996: 85).
12. Sintaksis adalah pengetahuan tentang susunan katadan kalimat atau ilmu tata kalimat.
(Poerwadarmita, 1958: 197).
13. Sintaksis : Berasal dari bahasa Yunani, Sunttaffem yang berarti mengatur bersama-sama.
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dari proses
pembentukan kalimat dalam suatu bahasa yakni seluk beluk frasa dan kalimat. (Surana, F-
X. Dkk. 1985. Ikhtisar Bahasa Indonesia. Solo: Tiga Serangkai).Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang
utuh. (Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka).
14. Sintaksis : bagian ilmu bahasa yang membicarakan struktur dan upaya perumusan kaidah
yang terkait untuk mengetahui bentuk dan makna kata serta hubungan dalam frasa dan
kalimat.(Soenardji, 1989. Sendi-Sendi Linguistik Bagi Kepentingan Pengajaran Bahasa.
Jakarta: DirjenPendidikan Tinggi).
15. Sintaksis : merupakan salah satu subdisiplin gramatika objek kajian frasa dan kalimat dari
berbagai segi yaitu konsruksi sintaksis, jenis-jenis frasa, struktur klausa, alat-alat sintaksis,
jenis-jenis kalimat dan analisis kalimat. (Oka. I. GN, drs. suparno. 1994. Linguistik umum.
Jakarta; Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud).
16. Sintaksis membicarakan berbagai seluk beluk frasa dan kalimat. (hal 41) (Adul, M. Asfandi
Syukrani Maswan.A. Jazidi. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud).
17. Sintaksis: bagian tata bahasa yang menekan struktur frasa dan struktur kalimat (Ramalan
dalam Rusiana dan Samsuri (ed.) 1976: 57 dan Keraf, 1978: 152).
18. Sintaksis: bagian tata bahasa yang mempelajari dasar dan proses pembentukan kalimat
dalam suatu Bahasa (Keraf, 1980: 136 ). Selanjutnya, ruang lingkup penelitian tidak sampai
termasuk ke bidang makna karena adanya anggapan bahwa dalam sintaksis ini bidang-
bidang statis digerakkan kedalam suatu gerak yang dinamis, diikat, dijalin kedalam
berbagai macam konstruksi (Keraf, 1980: 136 ).
19. Sintaksis : cabang linguistik yang mempelajari cara kata-kata digabungkan untuk
membentuk kalimatkalimat (ayat-ayat) dan frasa atau klausa. Hal 22 (Yudibrata, H. Karna.
Andoyo Sastromiharjo. Kholid A Harras. 1997/1998. Psikolinguistik. Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D3 Depdikbud).
20. Sintaksis : cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan
kaidah penyusuna kalimat. (Suhardi, Teguh Setiawan, Drs. 1997/1998. Sintaksis Bahasa
Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Priyek penataran
Guru SLTP setara D3 Depdikbud).
21. Sintaksis adalah pengetahuan tentang susunan kata dan kalimat. (Ali, Muhammad. 1993.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka AMANI Hal 450).
22. Menurut Bloch dan Trafer sintaksis merupakan analisis mengenai konstruksi-kontruksi
yang hanya mengikut sertakan kata (bentuk bebas) (Sintaksis Bahasa Indonesia. Si Hari dan
Teguh Setiawan (1997-1998) .Sintaksis “The free forms ( words and phrases ) of a language
appear in langer free forms (phrases, arranged by taxemes of modulation, phonetik
modifik/cation, selection and order. Any meaningful, recurrent set of taxemes is a syntactic
construction” (1933 : 189) (Kridalaksana, Harimurti. 1998. Beberapa Prinsip Perpaduan
Leksmen Dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Kanisius )
23. Sintaksis merupakan Tata Bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan.
Halaman 161 (Verhaar, J. W. M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum.Yogyakarta : Gadjah
Mada Univercity Press ).
24. Sintaksis adalah pengetahuan tentang susunan kata atau kalimat (Bambang Marhijanto dari
buku kamus lengkap Bahasa Indonesia Populer Bintang Timur Surabaya)
25. Sintaksis adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang membahas masalah kalimat. Sintaksis
berasal dari bahasa yunani Sun berarti “dengan” dan ttattien “menempatkan”. Secara
etimologis berarti menempatkan bersama beberapa kata sehingga dapat menjadi kelompok
kata yang mungkin sering dinamakan kalimat. Dapatlah dikatakan bahwa bidang sintaksis
menyelidiki semua hubungan antar kata dalam suatu dasar sintaksis. )Abd. Kadir Mulyana,
M. Arief Mataliti, Muh. Sikki, J. F. Pattiasira, J. S. Sanoe. 1986. Morfosintaksis Bahasa
Muna. Jakarta: Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan).
26. Dalam berbagai buku tata bahasa istilah sintaksis diberi batasan yang bervariasi. styker
melalui tangan 1986 mengungkapkan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola
yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat.
27. Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan satuan-satuan yang lebih
besar atau antara satuan yang lebih besar itu dalam Bahasa terkecil dalam bidang ini adalah
kata.
28. Sintaksis berasal dari bahasa Belanda Syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah
syntax. Baik dalam bahasa Belanda maupun bahasa Inggris, istilah sintaksis itu diturunkan
dari bahasa Yunani sun = mengatur + tattein = secara berbarengan. Suntattein artinya secara
berbarengan. (Damaianti & Nunung, 2006: 1).DIK, SC, JG KOOIJ. 1994. Ilmu Bahasa
Umum. Jakarta : RUL Kata sintaksis berasal dari tata bahasa klasik , bahasa Yunani kuno
yang masih dikenal sebagai “uraian kalimat” menurut tata bahasa tradisional. Definisi yang
lazim berbunyi “sintaksis mengkaji dan memberikan saling keterkaitan antara kata dalam
kalimat”. Dengan kata lain sintaksis yaitu ilmu yang mengkaji dan menguraikan cara
penggabungan leksem-leksem ke dalam satuan-satuan yang lebih luas.
29. Menurut Pendapat Saya, Sintaksis Adalah Ilmu Yang Mengkaji Tentang Susunan Kata-
Kata Dan Juga Tata Bahasa Sehingga Menjadi Suatu Kalimat.

2. Sejarah Sintaksis

Sintaksis sebagai cabang ilmu bahasa yang sudah cukup lama di pelajari oleh para ahli.
Sejak tradisi Yunani – Latin sampai sekarang, sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang
selalu menjadi fokus kajian. Sejalan dengan timbulnya berbagai aliran di dalam ilmu bahasa,
timbul pula berbagai aliran sintaksis. Karena sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa,
pembicaraan sejarah sintaksis di indonesia juga sejalan dengan pembicaraan sejarah tata bahasa
di indonesia. Pada umumnya, buku tata bahasa bahasa Melayu waktu itu ditulis oleh orang asing,
misalnya Werndly (1736) dan Marsden (1812). Tata bahasa bahasa Indonesia pada awalnya
ditulis menurut model tata bahasa Yunani-Latin dan didasarkan pada kajian bahasa Melayu.
Artinya, tata bahasa bahasa Indonesia tidak disusun berdasarkan sifat, ciri, dan atau perilaku
bahasa Indonesia.

Walaupun bahasa Melayu dan bahasa Indonesia itu serumpun, bahkan bahasa Indonesia
itu dikembangkan dari bahasa Melayu, saat ini kedua bahasa itu sudah banyak memiliki ciri, sifat
dan perilaku yang berbeda. Sehubungan dengan hal itu, dapat dinyatakan bahwa buku tata
bahasa yang ditulis oleh Sasrasoeganda dan Alisjahbana dikembangkan berdasarkan warisan
konsep dari Hoilander yang mewarisi konsep – konsep Werndly.

3. Kedudukan Sintaksis
Yang dimaksud kedudukan sintaksis ialah keberadaan dan keterkaitan sintaksis di antara
cabang ilmu bahasa yang lain, yaitu fonologi, morfologi, dan semantik. Pada umumnya, dalam
linguistik abad ke-19 (atau linguistik tradisional) dan linguistik awal abad ke-20, morfologi
dianggap dan diperlakukan sama dengan tatabahasa (Bauer, 1988). Namun, pada abad ke20,
seiring dengan munculnya gagasan Bloomfield dalam bukunya Language (1933), tatabahasa
dianggap terdiri atas morfologi dan sintaksis. Dengan demikian, morfologi hanya merupakan
bagian dari tatabahasa yang menangani bentuk dan atau struktur kata, sedangkan sintaksis
merupakan bagian tatabahasa yang menangani frasa, klausa, kalimat, dan wacana.

Semantik sebagai cabang ilmu bahasa bertugas membicarakan makna, baik makna
leksikal maupun makna gramatikal. Makna leksikal ialah makna yang dimiliki oleh leksem
secara otonom, sedangkan makna gramatikal ialah makna yang timbul atau terjadi sebagai akibat
berbagai proses gramatikal. Secara otonom masing-masing kata adik, susu, dan minum dapat
dipahami maknanya sebagaimana telah ditulis di dalam kamus. Setelah kata-kata itu dirangkai
menjadi sebuah kalimat, misalnya Adik minum susu, di samping masing-masing kata masih bisa
dikenali makna leksikalnya, secara gramatikal adik memiliki makna ‘pelaku’, minum memiliki
makna ‘tindakan’, dan susu memiliki makna ‘penderita’. Kata sepeda dan paman secara leksikal
masing-masing memiliki makna sebagaimana tertulis di dalam kamus. Apabila kedua kata itu
dirangkai menjadi sebuah frase sepeda paman, kata sepeda di samping memiliki makna leksikal
seperti tertulis di dalam kamus juga memiliki makna gramatikal ‘termilik’ dan kata paman juga
memiliki makna gramatikal ‘pemilik’.
Morfologi dan sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa. Sebagai cabang ilmu bahasa,
morfologi mengkaji bentuk atau struktur kata. Satuan terkecil dalam kajian morfologi ialah
morfem dan satuan terbesarnya adalah kata. Dalam kajian sintaksis, kata menjadi satuan terkecil,
sedangkan satuan terbesarnya ialah wacana. Jelasnya, morfologi mengkaji bagaimana kata-kata
terbentuk, sedangkan sintaksis mengkaji bagaimana kata-kata berjalin dalam konstruksi yang
lebih besar (frase, klausa, kalimat, dan wacana). Berdasarkan hierarki kebahasaan, kajian antara
morfologi dan sintaksis dapat dibedakan melalui bagan berikut ini.

Pada bagan di atas seolah-olah batas kajian antara morfologi dan sintaksis itu tampak
tegas. Kenyataannya, dalam kajian yang sesungguhnya ada fenomena kebahasaan yang
berkenaan dengan kedua kajian itu. Adanya kata-kata yang unsur utamanya berupa “frasa”
merupakan bukti adanya tumpang tindih kepentingan seperti itu. Kata kebelumtuntasan memiliki
unsur dasar yang berupa frasa, yaitu belum tuntas. Frasa seperti itu pada umumnya merupakan
bidang atau objek kajian sintaksis, padahal bentuk kebelumtuntasan sebagai kata merupakan
objek kajian morfologi. Demikian pula keberadaan kata majemuk. Kata majemuk memiliki unsur
dua kata atau kata dan pokok kata. Berdasarkan ciri bentuknya, kajian tentang kata majemuk
termasuk bidang sintaksis, tetapi karena arti dan sifat kata majemuk sama atau mirip dengan arti
dan sifat kata pada umumnya, kajian tentang kata majemuk termasuk dalam bidang morfologi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis, morfologi, fonologi, dan
semantik merupakan cabang ilmu bahasa yang sama-sama menangani bahasa tetapi memiliki
objek kajian yang berbeda.

Dengan demikian, kedudukan sintaksis di antara cabang ilmu bahasa yang lain bersifat
komplementer atau saling melengkapi. Fenomena bahasa yang tidak dapat diselesaikan atau
dijelaskan melalui prinsip-prinsip morfologis, misalnya, dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip
fonologis dan sintaktis. Demikian pula sebaliknya, hal-hal yang tidak dapat diselesaikan secara
sintaktis dapat dijelaskan secara morfologis.

4. Konstruksi Sintaksis

Konstruksi sintaksis ialah satuan bahasa yang bermakna yang termasuk ke dalam bidang
sintaksis yang minimal terdiri atas dua unsur. Di depan sudah dikemukakan bahwa sintaksis ialah
bidang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Oleh
karena itu, konstruksi sintaksis ialah konstruksi yang mungkin berupa wacana, kalimat, klausa,
atau frase. Wacana ialah konstruksi sintaksis yang pada umumnya terdiri atas kalimat-kalimat
yang mendukung sebuah gagasan yang lengkap. Wacana tulis bisa berupa paragraf atau karangan
yang utuh. Wacana lisan bisa berupa kesatuan gagasan yang diungkapkan dengan kalimat-
kalimat yang terjalin secara padu atau keseluruhan pembicaraan tentang tema atau topik tertentu.
Sebagian ahli menyatakan bahwa wacana tidak termasuk bidang sintaksis karena wacana sudah
melampaui batas kalimat dan karena sintaksis dianggap sebagai ilmu yang mengkaji kalimat.

Kalimat ialah konstruksi sintaksis yang terdiri atas unsur-unsur segmental yang mungkin
berupa kata, frase, atau klausa dan unsur-unsur suprasegmental yang berupa jeda atau
kesenyapan dan intonasi. Walaupun ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata, pada
umumnya kalimat terdiri atas dua kata atau lebih yang mungkin pula berupa konstruksi frase atau
klausa. Terlepas dari berapa jumlah kata yang menjadi unsurnya, semua kalimat memiliki unsur
suprasegmental yang berupa kesenyapan dan intonasi.

5. Objek Sintaksis
Sudah dijelaskan bahwa sintaksis itu ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frase. Jadi objek kajian sintaksis ialah wacana, kalimat, klausa, dan frase
dengan segala permasalahannya, baik mengenai hubungan bentuk maupun hubungan makna
unsur-unsurnya. Walaupun setiap wacana, kalimat, klausa, dan frase itu terdiri atas kata-kata
yang merupakan unsurnya, kata bukan merupakan objek kajian sintaksis. Kata merupakan objek
kajian morfologi. Di dalam sintaksis, kata diperlakukan sebagai satuan terkecil pembentuk
konstruksi frase, klausa, dan kalimat.

Setiap satuan gramatik, yaitu wacana, kalimat, klausa, dan frase, selalu menampakkan aspek
bentuk dan aspek makna. Tidak ada satuan gramatik yang tanpa bentuk atau tanpa makna.
Adanya perubahan atau perbedaan bentuk selalu disertai oleh adanya perubahan atau perbedaan
makna. Wacana dalam bahasa Indonesia menampakkan berbagai bentuk dan sekaligus
menampakkan berbagai makna yang dimilikinya. Demikian pula, berbagai bentuk kalimat,
klausa, dan frase juga menampakkan berbagai makna yang dimilikinya. Oleh karena itu, seluk-
beluk bentuk satuan gramatik wacana, kalimat, klausa, dan frase dan seluk-beluk makna yang
dimilikinya merupakan objek kajian sintaksis. Sebagai ilmu bahasa, sintaksis memiliki tugas
untuk mendeskripsikan dan menerangjelaskan objek itu sekaligus dengan berbagai permasalahan
bentuk dan maknanya.

Frase, di dalam kajian sintaksis, sekaligus sebagai objek sintaksis, diperlakukan sebagai satuan
gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak berciri klausa dan pada umumnya
menjadi unsur pembentuk klausa (Cook, 1971; Kentjono, 1982). Karena tidak berciri klausa,
frase sebagai satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih itu tidak pernah melampaui
batas-batas fungsi. Artinya, semua unsur yang membentuk frase itu selalu berada di dalam fungsi
tertentu, misalnya di dalam S (subjek), P (predikat), O (objek), Pel. (pelengkap), atau Ket.
(keterangan). Terutama, unsur-unsur sebuah frase itu tidak membentuk konstruksi klausa atau
menjalani fungsi S dan P walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa di dalam sebuah frase itu
terdapat konstruksi klausa yang secara fungsional terdiri atas S dan P. Perhatikan dan
bandingkan antara konstruksi frase dan konstruksi klausa berikut ini.

frase klausa
rumah besar rumah itu besar
pegawai baru pegawai itu baru
gudang beras itu itu gudang beras
ketika adik mandi adik mandi
walaupun ia sakit ia sakit jika
rumah itu roboh rumah itu roboh
Di samping frase dan klausa, kalimat juga merupakan objek kajian sintaksis. Berbagai bentuk
kalimat yang menampakkan berbagai makna juga merupakan permasalahan yang dikaji,
dideskripsikan, dan diterangjelaskan oleh sintaksis. Sebagai objek sintaksis, kalimat
diperlakukan sebagai sebuah konstruksi yang memiliki dua unsur, yaitu unsur segmental yang
berupa kata, frase, atau klausa dan unsur suprasegmental yang berupa kesenyapan atau jeda dan
intonasi. Paduan antara unsur segmental dan suprasegmental itu merupakan aspek bentuk
kalimat. Di samping itu kalimat juga memiliki aspek makna. Jadi, berbagai paduan unsur
segmental dan suprasegmental yang merupakan aspek bentuk itu berkorelasi dengan berbagai
aspek makna yang dimilikinya. Unsur segmental yang berbeda-beda yang diwarnai unsur
suprasegmental yang berbeda-beda itu oleh sintaksis diduga memiliki korelasi dengan aspek
makna yang berbeda-beda. Itulah permasalahan kalimat yang menjadi objek sintaksis dan yang
dikaji, dideskripsikan, dan diterangjelaskan oleh sintaksis.

KESIMPULAN

Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan selukbeluk wacana, kalimat, klausa,
dan frase. Oleh karena itu, objek kajian sintaksis ialah wacana, kalimat, klausa, dan frase dengan
segala permasalahannya, baik mengenai hubungan bentuk maupun hubungan makna unsur-
unsurnya. Walaupun setiap wacana, kalimat, klausa, dan frase itu terdiri atas kata-kata yang
merupakan unsurnya, kata bukan merupakan objek kajian sintaksis. Kata merupakan objek
kajian morfologi. Di dalam sintaksis, kata diperlakukan sebagai satuan terkecil pembentuk
konstruksi frase, klausa, dan kalimat.

DAFTAR PUSTAKA

Joko Santoso. (2019) Kedudukan Dan Ruang Lingkup Sintaksis. Modul 1.

Anda mungkin juga menyukai