Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA di SD

PENGERTIAN BATASAN PROSA

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia di SD yang diampu oleh Prof. Dr. Retno W,M.Pd.

Oleh :

Kelompok 4/ Kelas 5B

1. Melinda Ekawati K7115104


2. Muhammad Amien P. K7115108
3. Nur Hanifah K7115121
4. Rani Aryawati K7115133
5. Ratna Wijayanti K7115134

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

TAHUN 2017
A. PENGERTIAN BATASAN PROSA

Karya sastra merupakan hasili majinasi manusia yang bersifat


indah dan dapat menimbulkan kesan yang indah pada jiwa pembaca.
Menurut Wellek dan Warren dalam Kusniarti, T. (2012:2) menjelaskan
bahwa teks sastra dibagi menjadi tiga genre, yakni puisi, prosa dan drama.
Ketiga genre itu dibedakan oleh penggunaan bahasa, konvensi penulisan
dan unsur-unsur pembentuknya. Teks prosa lebih dekat dengan ragam
bahasa keseharian, karena itu sering disepadankan dengan istilah bahasa
bebas. Dari ketiga jenis genre sastra tersebut, penulis hanya memfokuskan
kajian pada prosa fiksi.
Menurut Suherman dalam Miftahul jannah, T. M. (2014 : 15) Prosa
merupakan salah satu ragam sastra yang tidak terikat pada irama, sajak,
dan kemerduan bunyi. Prosa lebih dekat dengan karangan bebas yang di
pergunakan sehari-hari. Istilah prosa fiksi atau cukup di sebut karya fiksi,
biasa juga di sebut dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita
berplot.
Aminuddin dalam Nugrahini, K. N. (2014 : 9) Secara konvensional,
prosa fiksi atau prosa narasi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh
pelaku-pelaku tertentu yang bertolak dengan pemeranan, latar serta
tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita). Lebih lanjut, Aminuddin
menjelaskan bahwa prosa narasi lebih lanjut dapat dibedakan dalam
berbagaib entuk, akan tetapi unsur yang dikandung memiliki kesamaan
meski dengan cara penyampaian yang berbeda.
Hal ini diperkuat Abrams dalam Suprapto (2014:2) yang menjelaskan
bahwa Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks (naratif),
atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan
atau cerita khayalan. Hal ini berarti prosa (fiksi) merupakan cerita rekaan
yang tidak didasarkan pada kebenaran sejarah. Salah satu contoh prosa
fiksi tersebut adalah novel. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya
yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang
tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari
kebenarannya pada dunia nyata.
` Menurut Altenbernd dan Lewis dalam Kusniarti, T. (2012:2) fiksi
dapat diartikan sebagai prosanaratif yang bersifat imajiner, namun
biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan
hubungan-hubungan antar manusia. Hal ini dikarenakan sebagai sebuah
karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai
permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian
diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan
pandangannya.
Menurut Sunarti dan Maryani (2006:288) dalam Sari (2011: 3),
prosa adalah jenis karangan yang berupa perpaduan dialog dan narasi
ataupun keduanya yang bentuknya bebas tidak terikat oleh aturan bunyi
rima dan lainnya.

Menurut Supriatna (2006:85) dalam Sari (2011: 3), prosa adalah


karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas yang tidak
terikat oleh nada rima, seperti halnya puisi.

Menurut Husin dan Eni Rita Zahrana (2012: 50) dalam Halidjah
(2012:6), prosa adalah hasil karya sastra yang bersifat paparan atau
berbentuk cerita. Prosa sering disebut karangan bebas karena tidak
mengandung rima dan ritme seperti halnya puisi.

Menurut Sugono (2013:12) dalam Hidayatullah (2014: 3) 2. Prosa


adalah jenis sastra dengan bantuk paraktaf yang bebas menggunakan kata-
kata yang diingkan pengarang. Prosa lebih dikenal dengan cerita
kehidupan dan bahasa prosa sangat dekat bahasa sehari-hari.

Menurut Renyaan (2016:2), Prosa adalah bentuk bahasa yang tidak


memiliki struktur berirama formal. Prosa lebih menerapkan aliran bahasa
yang alami, dan struktur tata bahasa yang sederhana dari pada struktur
berirama, seperti dalam kasus puisi tradisional.

Prosa adalah semua teks/karya rekaan yang tidak berbentuk dialog,


yang isinya dapat merupakan kisah sejarah atau sederetan peristiwa. (Ibid,
h. 77)

Pendapat lain mengatakan prosa adalah karangan bebas (tidak


terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi). (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Offline 1.5.)

Prosa adalah sebuah karya rekaan berisi peristiwa yang tidak


terikat aturan seperti dalam puisi. Dalam hal ini yang menjadi fokus adalah
prosa fiksi (bersifat imajinatif), seperti novel, novelet, cerpen, roman, dan
cerbung ( Wilda, 2014)

Istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya, fiksi, biasa juga
diistilahkan dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot.
Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan, atau cerita yang diemban
oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan
rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya
sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1987:66).

Menurut Nurgiyantoro (2009: 2) dalam Woro, Prosa dalam


pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative
text) atau wacana naratif (narrative discource). Istilah fiksi berarti cerita
rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya
naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran isi cerita. Istilah fiksi
bermakna bertentangan dengan realitas yang ada.

Menurut Rahman dan Jalil (2005:50) dalam Woro, suatu karya fiksi
terwujud karena disusun dengan meramukan berbagai unsur, seperti unsur-
unsur instrinsik dan ekstrinsik dari fiksi atau prosa. Prosa terbagi menjadi
prosa lama dan prosa baru. Prosa lama antara lain dongeng, legenda, mite,
sage, dan hikayat. Prosa baru antara lain yakni novel dan cerpen.

Menurut Sutarsih, 2010 Prosa dalam pengertian lama adalah


karangan bebas yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu seperti
pembaitan, pembarisan, rima, dan irama. Adapun menurut pengertian baru
prosa adalah karangan yang bersifat unia, yaitu karangan yang disusun
menjadi beberapa paragraf; setiap paragraf menguraikan suatu ide pokok
dengan beberapa ide penjelas.

Menurut Wicaksono (2014:14), Prosa merupakan bentuk karya


sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang, tidak
terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.

B. SINTESIS

Menurut Melinda, Prosa adalah bentuk karya sastra berupa


karangan bebas yang bersifat imajinatif serta tidak terikat oleh aturan-
aturan penulisan seperti rima, irama, dan ritme.
Menurut Muhammad Amien, Prosa merupakan Karya Imajinatif
yang termasuk dalam salah satu ragam sastra yang tidak terikat pada
irama, sajak, dan kemerduan bunyi serta hasil dari perenungan secara
intens, tentang hidup dan juga kehidupan.
Menurut Nur Hanifah, Prosa adalah sebuah karya sastra yang tidak
berbentuk dialog, bebas dan tidak terikat aturan seperti dalam puisi.
Menurut Rani, Prosa adalah hasil karya sastra yang berbentuk
karangan bebas yang tidak terikat oleh ritme dan rima.
Menurut Ratna prosa adalah sebuah karya imajinatif yang
menceritakan sebuah peristiwa secara runtut yang diperankah oleh
beberapa tokoh. Walaupun bersifat imajiner namun masih dalam konteks
masuk akal.

Berdasarkan beberapa sintesis tersebut dapat diambil kesimpulan


bahwa Prosa adalah salah satu ragam karya sastra yang bersifat imajinatif,
berbentuk karangan bebas tidak terikat aturan-aturan penulisan seperti
halnya puisi karena tidak mengandung rima dan ritme.

Selain itu, Prosa terbagi menjadi prosa lama dan prosa baru. Prosa
lama antara lain dongeng, legenda, mite, sage, dan hikayat. Prosa baru
antara lain yakni novel dan cerpen.

DAFTAR PUSTAKA

Fizriyani, Wilda, Juni 2014. PERANAN SASTRA INDONESIA DALAM


MEMBANGUN KERAGAMAN BUDAYA: PERSPEKTIF
SEJARAH.Jurnal Dialektika. Vol. 01, No.01
Halidjah, S. (2012). PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PROSA FIKSI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR NEGERI 15 PONTIANAK SELATAN. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 1(1).

Halimah, Oktober 2009. PEMBELAJARAN KAJIAN PROSA FIKSI


MELALUI STRATEGI PEMAMPATAN. Jurnal FPBS (Dimuat di Jurnal
FPBS, Oktober, 2009)

Kusniarti, T. (2012). Teks Sastra Sebagai Media Komunikasi Antar bangsa (Kajian
Atas Novel Dari Fontenay Ke Magallianes Karya Nh. Dini). Komposisi:
JurnalPendidikan Bahasa, Sastra, danSeni, 11(1).

Miftahul jannah, T. M. (2014). “Pembelajaran apresiasi prosa fiksi melalui


pendekatan Cooperative Learning tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada
siswa kelas VB SDN 08 Metro Timur TP 2012/2013”.

Nugrahini, K. N. (2014). Kepribadian dan Aktualisasi Diri Tokoh Utama dalam


Novel Supernova Episode Partikel Karya Dewi Lestari (Tinjauan
Psikologi Sastra) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Yogyakarta).

RENYAAN, V. (2016). PERDAGANGAN MANUSIA DALAM NOVEL SOLD


KARYA PATRICIA MCCORMICK. JURNAL ELEKTRONIK FAKULTAS
SASTRA UNIVERSITAS SAM RATULANGI, 4(4).

Sari, E. P. MODEL PEMBELAJARAN PROSA DESKRIPSI DENGAN


PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS IXA SMP
PASUNDAN 2 KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2011-2012.

Suprapto, L., Andayani, A., & Waluyo, B. (2014). Kajian Psikologi Sastra Dan
Nilai Karakter Novel 9 Dari Nadira Karya Leila S.
Chudori. BASASTRA, 2(3).
Sutarsih, S. (2010). MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA SISWA
SD MENUANGKAN IDE DALAM MENULIS PROSA SEDERHANA:
SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

UMAMI, S. TUGAS INDIVIDU PUISI SEBAGAI SUMBER PEMEBALAJARAN


KETERAMPILAN MENULIS PUISI ARTIKEL ILMIAH INI DIBUAT
UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH KETERAMPILAN
MENULIS ILMIAH DOSEN PENGAMPU: SYARIF HIDAYATULLAH, S.
Pd.

Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi. Garudhawaca.

Wuryani, W. (2017). PESONA KARYA SASTRA DALAM PEMBELAJARAN


BAHASA DAN BUDAYA INDONESIA. Semantik, 2(2), 87-101.

Anda mungkin juga menyukai