Anda di halaman 1dari 4

Nama: Junaidi

Nim: 2111415045

Mata kuliah: Pengkajian Puisi

Keperluan: Ujian Tengah Semester

Analisis struktural puisi “Nyanyian Akar Rumput” karya Wiji Thukul

Analisis struktural fisik puisi “Nyanyian Akar Rumput” karya Wiji Thukul. Menggunakan
diksi sederhana dan mudah dipahami.

1. Diksi
a. Diksi ‘rumput’

Pilihan kata rumput sebagai penggambaran bahwa rumput butuh lahan untuk hidup
namun rumput (masyarakat, termasuk aku lirik) selalu diusir, digusur, dan dicabut. Diksi
rumput dapat diartikan pengganggu berlangsungnya pemerintahan kala itu. Begitu lugas
penggambaran penyair untuk menyampaikan protes terhadap pemerintahan OrBa. Sehingga
puisi ini terlihat amat sederhana namun mempunyai sisi semangat bagi pembacanya. Berikut
puisi Nyanyian Akar Rumput, judul puisi yang menjadi judul kumpulan lengkap puisi Wiji
Thukul terbitan Gramedia.

Nyanyian Akar Rumput

Jalan raya dilebarkan

Kami terusir

Mendirikan kampung

Digusur

Menempel ditembok-tembok

Dicabut

Terbuang

Kami rumput
Butuh tanah

Dengar!

Ayo gabung ke kami

Biar jadi mimpi buruk presiden!

Juli 88

b. Kata Konkret

Secara keseluruhan puisi Nyayian Akar Rumput tersebut menggunakan kata konkret
dengan makna yang sebenarnya. Misalnya kata Jalan raya dilebarkan/kami terusir
merupakan kata konkret dengan penjabaran saat pelebaran jaran aku liris beserta masyarakat
terusir. Kata kami terusir merujuk pada maksud bahwa mereka mau tidak mau, dengan
terpaksa harus meninggalkan tempat tinggal akibat dari pelebaran jlan tersebut.

Kemudian tidak jauh berbeda pada bait selanjutnya mendirikan


kampung/digusur/kami pindah-pindah/menempel di tembok-tembok/dicabut...

Pada bait terakhir ditemukan pembeda dengar!/ayo gabung ke kami/biar jadi mimpi
buruk presiden!. Diksi dengar mengarah pada masyarakat pembaca untuk mengajak
bergabung bersama untuk menjadi mimpi buruk presiden; dapat diartikan sebagai tindakan
demonstrasi.

Penggunaan kata sederhana ini dimasudkan penyair untuk menyederhanakan ucapan


dan memahamkan masyarakat untuk bergabung bersama dan menyetujui ungkapan penyair
dalam puisi tersebut.

2. Imaji

a. Imaji auditif

Imaji auditif pada puisi “Nyanyian Akar Rumput” tersebut dapat ditemukan dengan jelas
pada bait terakhir yang menyinggung atau meminta untuk mendengar. Seolah-olah bait
tersebut merupakan tuturan langsung kepada khalayak/ masyarakat pendengar untuk
mendengar dan mengamini ajakan berkumpul bersama agar menjadi mimpi buruk untuk
presiden. Imaji yang ditemukan hanya menggunakan imaji auditif.

3. Majas
a. Metafora

Metafor yang digunakan pada puisi “Nyanyian Akar Rumput” terdapat pada diksi ‘kami
rumput’ kata itu diartikan sebagai rumput yang tak mungkin bisa hidup tanpa lahan. Den,
begitu pula aku liris mewakili masyarakat tidak akan bisa hidup tanpa tanah tempat tinggal.
Mustahil akan bisa hidup. Ada kohesi dan koherensi pada bait-bait sebelumnya dengan kata
diusir, digusur, dan juga dicabut. Menandakan bahwa rumput yang berarti aku liris dan
masyarakat yang tidak punya tempat tinggal seperti rumput tanpa lahan untuk tumbuh.

4. Pelambangan

Penyair menggunakan rumput sebagai perlambang aku liris dan masyarakat yang bernasib
sama dengan penyair, seperti akar yang tercerabut, terusir, yag tidak punya tanah untuk
melanjutkan hidup.

5. Rima

Berikut terdapat rima

Jalan raya dilebarkan

Kami terusir

Mendirikan kampung

digusur

persamaan bunyi rima terdapat pada keempat larik bait di atas, rima vokal pada bait pertama
dan ketiga dan huruf konsonan pada bait kedua dan keempat.

6. Ritma

Pada puisi tersebut terdapat ritma yang indah, jalan raya dilebarkan/terusir/mendirikan
kampung/digusur/kami pindah-pindah/menempel di tembok-tembok/dicabut...

Secara sengaja penyair memilih diksi dengan pertautan bunyi yang indah untuk menciptakan
keindahan bunyi namun tidak mengurangi makna.

7. Tema

Tema secara garis besar pada puisi tersebut bertema keadilan sosial yaitu memperjuangkan
hak-hak masyarakat pinggiran yang tidak mempunyai tempat tinggal dan selalu digusur oleh
kebijakan presiden.

8. Rasa

Rasa ialah sikap penyair terhadap subject metter yang terdapat dalam puisinya. Pada puisi
tersebut sikap Wiji Thukul pada puisi “Nyanyian Akar Rumput” ketakberdayaan terhadap
nasib, sekaligus pemberontakan terhadap kebijakan yang tidak adil terhadap kelompok aku
lirik.

9. Nada dan Suasana


Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada untuk meminta persetujuan
kepada pembaca sekaligus mengikuti ajakan penyair untuk dapat bersatu menegakkan
keadilan dapat diliohat pada bait terakhir puisi tersebut

Suasana yang dapat dirasakan pada puisi tersebut adalah kepedihan sekaligus mengobarkan
semangat untuk memperjuangkan ketidakadilan ytang dirasakan penyair untuk para pembaca.

10. Amanat

Amanat yang dapat diambil pada puisi tersebut, ditujukan khusus kepada pemegang
kekuasaan yang semena-mena terhadap rakyatnya. Yang seharusnya diperhatikan persoalan
tempat tinggal dan kesejahteraan hidup namun tidak dihiraukan pemerintah saat itu. Amanat
yang dapat dengan jelas dapat dipetik berkuasalah untuk kemaslahatan bersama bukan untuk
melanggengkan KKN sekaligus menggunkan kekuasaan untuk menjajah rakyatnya sendiri.

Simpulan

Struktur fisik yang terdapat dalam puisi Wiji Thukul tersebut saling terkait satu sama
lain. Cara penulisan dengan pencitraan sederhana mendukung pemahaman untuk khalayak
luas. Baik akademisi maupun non-akademisi. Larik-lariknya menggambarkan keutuhan
protes atas kezaliman pemimpin terhadap rakyatnya. Puisi tersebut merupakan refresentase
kehidupan penyair yang sejak remaja lantang menyuarakan keadilan. Dan penyair sendiri
mengalaminya hingga saat ini keberadaan Wiji Thukul masih menjadi misteri yang tidak
lantas diperhatikan siapa pun yang berkuasa.

Saran

Analisis struktural ini merupakan analisis untuk memenuhi praktik analisis tugas mata
kuliah Pengkajian Puisi sehingga analisis ini jauh dari kata sempurna, bahkan bisa dikatakan
amat sederhana dan seadaanya. Sehingga kemanfaatanya hanya bisa dipahami oleh yang
bersangkutan untuk memberikan predikat kelulusan pada mata kuliah ini. Besar harapan
peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang cara meneliti yang baik, dan cara
melanggengkan pengkajian puisi demi menghidupkan budaya kritik pada kesusastraan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai