Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap bahasa memiliki perbedaan dengan bahasa lainnya. Para ahli
beranggapan bahwa bahasa itu memiki banyak variasi, tetapi untuk dapat
memahami bahasa yang bermacam-macam tersebut, maka dibutuhkan teknik
tertentu. Para ahli yang berpangkal pada pendekatan klasifikasi atau tipologis
beranggapan bahwa walaupun variasi bahasa itu banyak, tetapi variasi tersebut
memiliki komponen dasar yang hampir sama. Sehingga dominasi komponen-
komponen dasar tersebut dilakukan untuk menggolongkan bahasa kedalam tipe-
tipe tertentu.

Bahasa itu bersifat universal dan unik. Jadi, bahasa-bahasa yang ada didunia
ini ada kesamaannya dan juga perbedaannya, atau ciri khasnya masing-masing.
Sebelum abad XX hal ini belum banyak disadari orang. Namun, di Eropa dengan
berkembangnya studi linguistik historis komparatif, studi yang mengkhusus pada
telaah perbandingan bahasa, maka orang mulai membuat klasifikasi terhadap
bahasa-bahasa yang ada didunia ini. Klasifikasi dilakukan dengan melihat
kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa.bahasa yang mempunyai kesamaan
ciri dimasukkan kedalam satu kelompok.

Maka dari itu pembuatan makalah ini akan membahas tentang klasifikasi
bahasa secara terperinci.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana klasifikasi Geneologis dalam bahasa ?
2. Bagaimana Klasifikasi Geografis dalam bahasa?
3. Bagaimana klasifikasi Struktural dalam bahasa?
4. Bagaimana klasifikasi Sosiolinguistik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang klasifikasi Geneologis
2. Mengetahui tentang klasifikasi Geografis
3. Mengetahui tentang klasifikasi Struktural
4. Mengetahui tentang klasifikasi Sosiolinguistik

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tipologi Genealogis


Tipologi ini sering juga disebut tipologi genetis. Dalam hal ini bahasa
diperlakukan sama dengan manusia yang memiliki garis keturunan. Secara teori
dibayangkan bahwa bahasa berasal dari satu induk yang kemudian menurunkan
beberapa bahasa dan dialek-dialek. Kemungkinan besar pada saat dilakukan
rekontruksi Bahasa-bahasa tersebut belum terdaftar di dalam perbendaharaan peneliti.
Kemungkinan lain dapat terjadi karena kenyataan Bahasa-bahasa tersebut tidak
sesuai dengan teori yang mereka reka-reka.1

Contoh pengelompokan secara geneologis:

NORTRIS: a. Indo-German : 1) Germania : a). Jerman

b). Belanda
c). Inggris
d). Frisia
e). Swedia
f). Denmark
2). Roman : a). Portugis
b). Spanyol
c). Italia
d). Rumania
e). Prancis
3). Indo-Irania : a). Kashmir
b). Bengali
c). Punjabi
d). Kurdi
e). Afghan
f). Baluchi
4). Slavia : a). Rusia
b). Polandia
b. Semit-Hamit : 1). Semit : a). Arab
1
Soeparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, PT Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 2002, Hlm. 29.

2
b). Ibrani
c). Phoenesia
d). Kanaan
2). Hamit : a). Mesir Kuna
b). Kopt
c). Berber
d). Somalia
c. Ural-Alta : 1). Fin-Urgis : a). Finisia
b). Hongaria
c). Laponia
d). Permia
e). Ugria
2). Altai : a). Tartar
b). Turki
c). Uzbek
d). Yakutz
3). Mongolia-Manchuria

AUSTRIS : a. Austro-Asia : 1). Timur : a). Monk

b). Kmer

c). Champ

2). Barat : a). Khasi

b). Nikobar

b. Austronosia : 1). Timur : a). Polinesia

b). Mikronesia

c). Melanesia

2). Barat : a). Malagasi

b). Formosa

c). Melayu

d). Jawa

3
e). Sunda

f). Batak

g). Bugis, dll.

2.2 Tipologi Geografis


Tipologi ini disebut juga tipologi areal. Kriteria yang digunakan adalah lokasi
geografis atau areal. Setiap daerah atau lokasi geografis mewarnai corak pamakaian
bahasanya.2 Hal ini didasari asumsi bahwa bahasa yang sama, tetapi dipergunakan di
daerah yang berbeda dapat melahirkan corak bahasa yang berbeda-beda.3
Contoh pengelompokan bahasa Indonesia secara geografis yang dilakukan
oleh Esser pada tahun 1938:
1) Kelompok Sumatera
2) Kelompok Jawa
3) Kelompok Dayak Kalimantan
4) Kelompok Bali-Sasak
5) Kelompok Sulawesi Utara
6) Kelompok Gorontalo
7) Kelompok Tomini
8) Kelompok Toraja
9) Kelompok Lainang-Banggai
10) Kelompok Bungku-Laki
11) Kelompok Sulawesi Selatan
12) Kelompok Muna Butung
13) Kelompok Bima-Sumba
14) Kelompok Ambon-Timor
15) Kelompok Sula-Bacan
16) Kelompok Halmahera Selatan dan Irian
17) Kelompok Melanesia

2.3 Tipologi Struktural

2
Ibid., Hlm. 31
3
http://wahyugunamega.blogspot.com/2011/10/tipologi-bahasa.html, di akses pada tanggal
18 september 2019, pukul 16.06 WIB
4
Tipologi struktural ini merupakan salah satu bagian dari kajian linguistik yang
membicarakan tipe – tipe bahasa berdasarkan struktur bahasanya. Seperti yang
dikatakan Soeparno(2013 : 33) bahwa “Yang dimaksud dengan tipologi bahasa ialah
pembicaraan dan pembahasan perihal tipe bahasa”.Keraf (1990 : 12) mengatakan
bahwa “struktural berasal dari kata struktur yang berarti suatu kesatuan yang terdiri
dari bagian-bagian yang secara fungsional bertalian satu sama lain”. Struktur yang
dimaksud di dalam ini yaitu seperti yang dikatakan Chaer (2015 : 20) bahwa “Struktur
adalah susunan bagian-bagian kalimat atau konstituen kalimat secara linear”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa tipologi


struktural merupakan tipe-tipe bahasa atau corak khusus suatu bahasa berdasarkan
struktural bahasanya.. Struktur bahasa yang dimaksud dalam hal ini yaitu suatu
kesatuan atau susunan bagian-bagian kalimat yang saling bertalian satu sama lain
dalam suatu bahasa.

Tipologi ini menggunakan kriteria struktur bahasa yang meliputi struktur


morfologis, struktur morfosintaksis, struktur fraseologis, maupun struktur klausal.4

2.3.1 Tipologi Struktur Morfologis


Morfologis atau morfologi merupakan bagian dari bidang ilmu
linguistik yang mengkaji tentang bentuk kata atau morfem dalam suatu bahasa.
Berdasarkan perbedaan struktur morfologis terdapat empat macam tipe bahasa,
yaitu : (a) aglutinatif, (b) fleksi, (c) flekso – aglutinatif, (d) isolatif.
1) Tipe Bahasa Aglutinatif
Bahasa yang bertipe aglutinatif struktur katanya terbentuk oleh
penggabungan unsur pokok dan unsur tambahan, unsur pokok dan
unsur pokok, atau pengulangan unsur pokok. Jadi prosede morfologis
pada bahasa yang bertipe ini ada tiga macam, yakni: afiksasi
(pengimbuhan), komposisi (pemajemukan), dan reduplikasi
(pengulangan).
Bahasa-bahasa yang tergolong tipe ini antara lain: bahasa Jawa,
bahasa Melayu, bahasa Gorontalo, bahasa Sunda, bahasa Dayak,
bahasa Makasar, dan bahasa-bahasa Austro-nesia pada umumnya.
a) Afiksasi (pengimbuhan)

4
Ibid., Hlm. 33

5
Afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah kata
dasar berupa morfem terkait. Beberapa imbuhan bahasa Indonesia
yang dapat menjadi afiks dalam proses afiksasi antara lain yaitu:
prefiks / imbuhan awalan yang terdiri dari me-, di-, be-, pe-, per-,
ter-, se-, dan ke-; Infiks/imbuhan sisipan yang terdiri dari -el, -em,
dan -er; Konfiks/imbuhan akhiran yang terdiri dari ke-an, pe-an,
per-an, ber-an, dan se-nya; dan sufiks/imbuhan akhiran yang
terdiri -an, -i, -kan, dan -nya.5
Contohnya:
Pefiks pe + malas = pemalas (Keraf, 1990: 57)
Getar + Infiks -el = geletar (Rohmadi, dkk, 2012: 76)
Konfiks per-an + gerak = pergerakan (Keraf, 1990: 57)
Prefiks di + prefiks per + sembah + sufiks kan =
dipersembahka(Keraf, 1990: 57)
1) Komposisi (Pemajemukan)
Komposisi atau kata majemuk merupakan kata yag
terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya. Rohmadi,
dkk (2012: 103) menyatakan bahwa “Kata majemuk ialah dua
kata atau lebih yang menjadi satu dengan lainnya erat sekali
dan menunjuk atau menimbulkan satu pengertian baru”.
Contohnya:
Mata sapi arti baru: telur ceplok (bahasa jawa)
Sapu tangan arti baru: selembar kain untuk lap muka
Runah tangga arti baru: berkenaan dengan keluarga
(Rohmadi, dkk, 2012: 103-113)
2) Reduplikasi (Pengulangan)
Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan
kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak
bahasa di dunia ini. Rohmadi, dkk (2012: 83) mengatakan
bahwa “Reduplikasi adalah perulangan bentuk atas suatu
bentuk dasar”. Berikut ini adalah beberapa contoh reduplikasi.
Anak-anak Banyak-banyak Pagi-pagi
Lelaki Sayur-mayur Kekacauan-kekacauan
5
Tipologi Struktural pada Naskah Ir. Soekarno, 2012, Vol.1 Hlm. 6-9

6
(Rohmadi, dkk, 2012: 83-85)
b) Tipe Bahasa Fleksi
Bahasa yang bertipe fleksi struktur katanya terbentuk oleh
perubahan bentuk kata. Ada dua macam perubahan bentuk kata
dalam bahasa yang bertipe ini, yakni: deklinasi dan konjungsi.
Deklinasi adalah perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh
perbedaan jenis, jumlah, dan kasus. Konjungsi adalah perubahan
bentuk kata yang disebabkan oleh perubahan persona,jumlah, dan
kala. Bahasa-bahasa yang secara murni bertipe fleksi adalah bahasa
Arab, Sansekerta, dan bahasa Latin. Bahasa-bahasa tersebut dapat
dikatakan bahasa yang bertipe fleksi secara murni karena bahasa-
bahasa tersebut memiliki perangkat paradigma deklinasi dan
konjungsi secara lengkap.Contoh deklinasi kata benda maskulin
bahasa Sansekerta:
(kata benda deva ‘dewa’)

Jumlah
Tunggal Dual Plural
Kasus
1) Nominatif Devah devau Devah
2) Vokatif Deva devau Devah
3) Akusatif Devam devau Devan
4) Instrumentali Devena devabyam Devaih
s
5) Datif Devaya devabyam devabyah
6) Ablatif Devat devabyam devabyah
7) Genetif devasya devayoh Devanam
8) Lokatif Deve devayoh Devesu
Contoh konjungsi kata kerja parasmaipadam bahasa Sansekerta:
(akar kata kerja vad ‘berkata’)

Persona Jumlah

Tunggal Dual Plural

Person Vadami vadavah Vadamah


a1

Person Vadasi vadathah Vadatha

7
a2

Person Vadati vadatas Vadanti


a3

Contoh deklinasi kata benda maksulin / feminim bahasa Arab:

(maskulin ‘raja’)

Kasus Jumlah

Tunggal Dual Plural

1) Normatif Malikun Malikani Mulukan


(M)
Malikatun Malikatani Mulukatun
(raf’un) (F)

2) Genetif (M) Malikin Malikaini Mulukan


(jarrun) (F)
Malikatin Malikataini Mulukatin

3) Akusatif Malikan Malikaini Mulukan


(M)
Malikatan Malikataini Mulukatan
(nashbun)
(F)

c) Tipe Bahasa Flekso-aglutinatif


Tipe ini merupakan rangkuman dua tipe, yakni: tipe fleksi dan
tipe aglutinatif. Bahasa yang bertipe ini sebagian prosede
morfologisnya mengikuti corak bahasa fleksi dan sebagian lagi
mengikuti corak bahasa yang bertipe aglutinatif. Salah satu bahasa
yang sangat tampak nyata bertipe flekso-aglutinatif adalah bahasa
Inggris.6

6
Ibid., Hlm. 35

8
1) Pada pembentukan jamak dan kala lampau di bawah ini
mengikuti corak bahasa aglutinatif.
Pembentukan jamak:
Book + -s = books
Horse + -s = horses
House + -s = houses
Pembentukan kala lampau:
Walk + -ed = walked
Work + -ed = worked
Talk + -ed = talked
2) Pada pembentukan kata lampau dan kata benda di bawah ini
mengikuti corak bahasa yang bertipe fleksi.
Pembuatan kata lampau:
Sleep = slept
Write = wrote
Drink = drank
Pembentukan kata benda:
Young = youth
Deep = depth
Long = length
d) Tipe Bahasa Isolasi
Bahasa yang bertipe isolasi tidak mengalami prosede
morfologis atau dengan kata lain tidak ada pembentukan kata. Unsur
distingtif yang banyak dijumpai disini adalah perubahan atau
perbedaan nada. Oleh sebab itu, tipe bahasa ini sering juga disebut
bahasa tonis.
Bahasa-bahasa yang tergolong dalam kelompok tipe ini antara
lain Bahasa Thai, Vietnam, dan kelompok bahasa-bahasa China
seperti Mandarin, Kiangsi, Shanghai, Ningpo, dan sebagainya.
2. Tipologi Struktur Morfosintaksis
Morfosintaksis adalah gabungan dari morfologi dan sintaksis,
yang memiliki arti sebuah bidang kajian dalam linguistik, yang
keberadaannya sama dengan kajian morfologi dan sintaksis.
Basyaruddin (2014) mengatakan bahwa “morfosintaksis adalah kajian
9
mengenai perubahan-perubahan fungsi, peran, dan kategori di dalam
kalimat yang diakibatkan perubahan morfem, dan sebaliknya
perbedaan-perbedaan morfem/kata yang digunakan itu adalah akibat
dari proses sintaksis”.
Berdasarkan struktur morfosintaksisnya ,tipe ini dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu: a) tipe bahasa analitik, b) tipe bahasa sintetik, dan c)
tipe bahasa polisintetik.7
a) Tipe Bahasa Analitik
Pada bahasa yang bertipe analik ini setiap kata memiliki satu
konsep, dan tidak terdiri dari gabungan konsep.
Siswanto, dkk (2016:33) mengatakan bahwa “pembentukan
frasa, klausa, maupun kalimat dilakukan dengan cara
menggabungkan kata-kata monokonsep itu ke dalam struktur yang
lebih besar dengan polikonsep”. Atau dikatakan dengan cara lain
bahasa yang bertipe analik adalah bahasa yang strukturnya terdiri
atas unsur-unsur lepas.
b) Tipe Bahasa Sintetik
Bahasa yang bertipe sintetik memiliki ciri bahwa satu bentuk
bahasa (katakan satu bentuk kata) telah mengandung konsep
makna sintaksis dan sekaligus juga sudah merupakan hubungan
sintaksis. Bahsa-bahasa yang tergolong dalam tipe ini adalah
bahasa Arab, bahasa Sansekerta, dan bahasa Biak.
1) Contoh bahasa Arab
Katabta = ‘engkau (M) menulis’
Katabti = ‘engkau (F) menulis’
2) Contoh bahasa Sansekerta
Vadami = ‘saya berkata’
Vadasi = ‘engkau berkata’
3) Contoh bahasa Biak
Yawos = ‘saya berkata’
Wawos = ‘engkau berkata’
c) Tipe Bahasa Polisintetik

7
Ibid., Hlm. 37

10
Bahasa yang bertipe Polisintetik ini citranya hampir sama
dengan bahasa yang bertipe sintetik hanya lebih kompleks. Parera
(1991: 151) mengatakan bahwa “bahasa poliintetik adalah bahasa
yang kalimat-kalimatnya tidak terbentuk dari kata-kata”. Ini berarti
kalimat bahasa-bahasa tersebut tidak dapat dianalisis atas unsur-
unsur kata atau kelompok kata. Soeparno (2013: 44) mengatakan
bahwa polisintetik adalah “suatu bentuk kata tertentu tidak hanya
rangkaian klausa sederhana atau akar klausa, tetapi merupakan
suatu kalimat”.
Bahasa-bahasa yang tergolong dalam tipe ini antara lain bahasa
Eksimo dan kelompok-kelompok bahasa Indian di Amerika Utara.
Contoh bahasa Indian Hupa (Parera, 1987: 134) :
Xonta = ‘ini yang rumah sekarang ada’
Xontate = ‘ini rumah yang akan dibangun’
Xontaneen = ‘ini rumah yang dulu pernah ada’
3. Tipologi Struktur Fraseologis
Tipologi Struktur Fraseologis merupakan tipe bahasa yang
dianalisis dari struktur frasanya. Berdasarkan perbedaan struktur
frasanya, kita mengenal dua macam tipe bahaa, yaitu bahasa yang
bertipe senter - atribut (S-A) dan atribut - senter (A-S), atau secara
tradisional dapat juga disebut bahasa yang bertipe diterangkan –
menerangkan (D-M) dan menerangkan – diterangkan (M-D). Bahasa
yang bertipe senter-atribut (S-A) struktur frasenya senter (head, axis)
terletak atau berada didepan atribut. Bahasa yang bertipe atribut-senter
(A-S) struktur frasenya atribut terletak di depan senter. Yang tergolong
bahasa bertipe senter atribut antara lain bahasa Arab, bahasa Melayu,
bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa
Budis, dan sebagainya. Bahasa yang tergolong bertipe atribut-senter
antara lain bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Belanda, bahasa
Prancis, bahasa Portugis, bahasa Spanyol, dan sebagainya.8

Contoh bahasa A-S (Bahasa Inggris) :

Beautifulgirl =‘gadis cantik’


8
Ibid., Hlm 39

11
Crazyboys= ‘anak nakal’

Socialsciences =’ ilmu sosial’

Contoh bahasaS-A (bahasa Arab) :

Bustanumkabirun‘kebun luas’

Baitunshaghirun. ‘rumah kecil’

Bldatunthayibun. ‘negeri makmur’

4. Tipologi Struktur Klausal


Berdasarkan struktur klausalnya, kita mengenal dua macam
bahasa, yakni bahasa yang bertipeV-O (verb-object), dan bahasa yang
bertipe O-V (Object-verb). Oleh karena ituverbbiasanyaberfungsi
sebagai predikat, maka setiap bahasa O-V sering disebut O-P (objek-
predikat), dan bahasa yang bertipeV-O sering disebut P-O (predikat-
objek). Struktur klausa bahasa yang bertipe O-V predikatnya berada di
belakang objek, sedangkan bahasa yang bertipe V-O objeknya berada
dibelakang verb.9
Yang tergolong bahasa V-O ini antara lain bahasa Jawa, bahasa
Melayu, bahasa Sunda, bahasa Bugis, bahasa Inggris, bahasa Jerman,
dan sebagainya. Adapun yang tergolong bahasa O-V antara lain bahasa
Sansekerta, bahasa Nepal, dan bahasa Magar.
Contoh bahasa V-O (bahasa Biak) :
Rebekaisunkruben = ‘Rebeka memakai kain’
Simon iwasarefo = ‘Simon membaca buku’
Rebeka idunrefo = ‘Rebeka membawa buku’
Contoh bahasa O-V (bahasa Sansekerta) :
Putrahjalampibati = ‘Anak lelaki minum air’
Narahphalamdisyati = ‘ Orang menunjuk buah’
Balah kuntamlimpati = ‘Anak laki-laki melemparkan tombak’

2.4 Tipologi Sosiolinguistik

9
Ibid., Hlm 40

12
Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri
menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang sosiologi dan linguistik. Klasifikasi
sosiolinguistik dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor -
faktor yang berlaku dalam masyarakat. Tepatnya berdasarkan status, fungsi,
penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi
sosiolinguistik ini pernah dilakukan oleh William A. Stuart tahun 1962 dalam
artikel “An Outline of Linguistic Typology for Describing Multilingualism”.
Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan empat cirri atau criteria yaitu :historisitas,
standardisasi, vitalitas, dan homogenesitas.10

Historisitas berkenaan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah


pemakaian bahasa itu. Kriteria historisitas ini akan menjadi positif jika bahasa itu
mempunyai sejarah perkembangan atau sejarah pemakaiannya. Kriteria
standardisasi berkenaan dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku,
atau statusnya dalam pemakaian formal atau tidak formal. Vitalitas berkenaan
dengan apakah bahasa itu mempunyai penutur yang menggunakannya dalam
kegiatan sehari-hari secara aktif, atau tidak. Sedangkan homogenesitas berkenaan
dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu diturunkan.

Dengan menggunakan keempat ciri di atas, hasil klasifikasi bias menjadi


ekshaustik sebab semua bahasa yang ada di dunia dapat dimasukkan kedalam
kelompok – kelompok tertentu. Namun hasil ini tidak unik, sebab sebuah bahasa
bias mempunyai status yang berbeda. Misalnya, bahasa Jerman di Jerman bestatus
standar, tetapi di Swiss bersifat kedaerahan atau substandar. Contoh lain, bahasa
Ibrani merupakan bahasa Klasik dalam ibadah agama Yahudi, tetapi sejak
berdirinya Negara Israel, bahasa tersebut ditetapkan sebagai bahasa resmi atau
bahasa standar Negara tersebut. Karena tidak ada ketentuan dalam klasifikasi
sosiolinguistik hanya harus menggunakan keempat kriteria itu, maka ada
kemungkinan pakar lain akan menggunakan kriteria lain lagi. Maka dari itu
sifatnya menjadi arbitrer.

Klasifikasi sosiolinguistik ini bukan satu-satunya klasifikasi sosiolingustik. Di


Indonesia selain ada bahasa Indonesia yang menjadi bahasa resmi, bahasa standar,
bahasa negara, bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa kesatuan, masih
terdapat bahasa daerah, yang juga bias menjadi bersifat resmi pada situasi yang
10
Abdul Chaer, Linguistik Umum, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2012, Hlm. 80.

13
bersifat kedaerahan. Di Singapura terdapat empat buah bahasa yang diakui sebagai
bahasa nasional, yaitu bahasa Melayu, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan
bahasa Hindi. Tetapi tampaknya peranan bahasa Inggris lebih besar dari ketiga
bahasa lainnya. Di Filipina ada sebuah bahasa nasional, yaitu bahasa Tagalog,
tetapi bahasa resmi yang digunakan untuk menjalankan administrasi kenegaraan
adalah bahasa Inggris.11

BAB III

PENUTUP

a. Simpulan
Tipologi Genealogis sering disebut juga tipologi genetis. Kriteria tipologi ini
adalah garis keturunan. Secara teori dibayangkan bahwa bahasa berasal dari satu
induk yang kemudian menurunkan beberapa rumpun-rumpun ini menurunkan
beberapa bahasa dan dialek-dialek.
Tipologi Geografis adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta
persamaan,dan perbedaan (variasi)keruangan atas fenomena fisik ,dan manusia diatas
permukaan bumi.

11
Ibid., Hlm 80-82.

14
Tipologi struktural menggunakan kriteria struktur bahasa yang meliputi
struktur morfologis (mengkaji tentang bentuk kata atau morfem dalam suatu
bahasa),struktur morfosintaksis (gabungan dari morfologi dan sintaksis, yang
memiliki arti sebuah bidang kajian dalam linguistik, yang keberadaannya sama
dengan kajian morfologi dan sintaksis), struktur fraseologis(tipe bahasa yang
dianalisis dari struktur frasanya), maupun struktur klausal.
Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri
menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang sosiologi dan linguistik.Klasifikasi
sosiolinguistik dilakukan berdasarkan empat cirri atau criteria yaitu :historisitas,
standardisasi, vitalitas, dan homogenesitas. Dengan menggunakan keempat ciri di
atas, hasil klasifikasi bisa menjadi ekshaustik sebab semua bahasa yang ada di dunia
dapat dimasukkan kedalam kelompok-kelompok tertentu. Karena tidak ada ketentuan
dalam klasifikasi sosiolinguistik hanya harus menggunakan keempat kriteria itu, maka
ada kemungkinan pakar lain akan menggunakan kriteria lain lagi. Maka dari itu
sifatnya menjadi arbitrer.
b. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca yang sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

15

Anda mungkin juga menyukai