MORFOLOGI
Dosen Pengampu :
OLEH : KELOMPOK 2
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa selesaikan makalah mengenai Morfologi.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini
menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang Morfologi ini bisa
memberikan manfaat utaupun inspirasi pada pembaca.
. Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Morfologi
3
1. Satuan Morfologi
Satuan morfologi berupa morfem (bebas dan afiks) dan kata. Morfem adalah
satuan gramatikal terkecil yang bermakna, dapat berupa akar (dasar) dan dapat
berupa afiks. Bedanya, akar dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata,
sedangkan afiks tidak dapat; akar memiliki makna leksikal sedangkan afiks hanya
menjadi penyebab terjadinya makna gramatikal. Morf adalah bentuk terkecil dari
morfem yang belum diketahui statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap
suatu morfem. Sedangkan alomorf adalah bentuk dari morfem yang sudah
diketahui statusnya. Misalnya bentuk {meng-} dalam menggali. Bentuk {meng-}
saat belum diketahui status morfemnya disebut morf, tetapi setelah diketahui
statusnya yakni sebagai pendistribusi terhadap fonem berkonsonan /g/ maka morf
ini disebut alomorf.
Contoh satuan morfologi yang berupa morfem dasar yaitu pasah, undhuk,
emal, dll. Adapun contoh morfem yang berupa afiks yaitu N-, di-, na-, dll. Kata
adalah satuan gramatikal yang terjadi sebagai hasil dari proses morfologis.
Apabila dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar, akan tetapi
dalam tataran sintaksis merupakan satuan terkecil. Contoh kata pada istilah
pertukangan kayu antara lain: dirancap, ambal, tondhan, dll.
4
Charles F. Hockett (dalam Mulyana, 2007: 11), menyatakan bahwa
morfem adalah satuan gramatik, terdiri atas unsur-unsur bermakna dalam suatu
bahasa. Sejalan dengan pernyataan di atas, morfem dapat disebut sebagai satuan
kebahasaan terkecil, tidak dapat lagi menjadi bagian yang lebih kecil, yang terdiri
atas deretan fonem, membentuk sebuah struktur dan makna gramatik tertentu.
Berdasarkan pada jenisnya, morfem terbagi dalam dua jenis yaitu morfem bebas
dan morfem terikat.
a. Morfem Bebas
b. Morfem Terikat
5
makna leksikal. Berbeda dengan morfem ikat, morfem ini tidak dapat berdiri
sendiri dan hanya dapat meleburkan diri pada morfem lain.
Adanya morfem bebas dan morfem ikat seperti yang terdapat pada
penjelasan sebelumnya, maka jenis morfem dapat dibagankan sebagai berikut.
Afiks
Morfem ikat
Dasar
Morfem
Morfem
Dasar
Bebas
1) Monomorfemis
Dilihat dari struktur katanya, kata monomorfemis berasal dari bahasa
Yunani yaitu monos ‘sendirian’ atau ‘satu’, sedangkan morfemis merupakan kata
sifat (Verhaar, 1981: 52). Mengacu pada pengertian tersebut, bentuk
monomorfemis adalah kata yang tersusun hanya satu morfem saja. Misalnya kata
gandhen [gandhèn], undhuk [undhU?], wilah [wilaɧ]. Gandhen, undhuk, dan
wilah terdiri dari satu morfem bebas, sehingga dikategorikan sebagai kata
monomorfemis.
2) Polimorfemis
6
polimorfemis disebut juga dengan tembung andhahan, yaitu kata yang sudah
berubah dari bentuk asalnya, yaitu terbentuk oleh morfem bebas dan morfem ikat
(ater-ater, seselan, lan panambang). Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut,
maka kata polimorfemis adalah kata yang disusun lebih dari satu morfem atau
kata bermorfem jamak, yang merupakan hasil dari proses morfologi.
7
d. Morfem beralomorf zero
Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi melainkan kekosongan.
Misal :
Bentuk tunggal:
I have a book
I have a sheep
Bentuk jamak:
I have two books
I have two sheep
Kita lihat, bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya
adalah books; bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya
adalah sheep juga. Karena bentuk jamak books terdiri dari dua buah morfem,
yaitu morfem {book} dan {-s}, maka dapat dipastikan bentuk jamak unutk sheep
adalah morfem {sheep} dan morfem {0}.
8
2. Proses Morfologi
a. Proses afiksasi
9
pada kata kodhoki [kͻḍͻ?i], pukna [pU?nͻ], ceblokake [cêblͻ?aké]. Konfiksasi
merupakan proses penggabungan dua afiks di awal dan di belakang kata yang
dilekatinya secara bersamaan.
Kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman’ adalah kata majemuk, tetapi
kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk.
Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian
mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.
10
Ciri – Ciri Majemuk
Jika kursi malas merupakan kalusa, tentu kata kursi dapat di ikuti kata
“itu” menjadi *kursi itu malas, kata malas dapat didahului kata tidak, sangat, atau
agak, menjadi *kursi itu tidak malas; *kursi itu sangat malas; *kursi itu agak
malas. Jelas bahwa semua itu tidak mungkin, berbeda dengan adik malas yang
dapat diperluas menjadi adik itu malas; adik itu sangat malas, adik itu agak
malas.Jika kursi malas itu merupakan frase, tentu dapat disela dengan kata
menjadi *kursi yang malas seperti halnya adik malas yang di antara unsurnya
dapat ditambahkan kata yang menjadi adik yang malas. Bedasarkan ciri – ciri
yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa kursi malas tidak merupakan
klausa, dan juga tidak merupakan frase, melainkan merupakan kata majemuk.
Dengan melihat ciri – ciri kata majemuk diatas, dapat ditentukan satuan
mana yang merupakan kata mejemuk dan satuan mana yang tidak merupakan
kata mejemuk, ciri – ciri itu sebagai berikut : Melihat apakah salah satu unsurnya
berupa pokok kata Contoh : Pasukan tempur, Pasukan +Tempur karena kata
tempur merupakan pokok kata, jadi pasukan tempur merupakan kata majemuk.
Lomba lari, Lomba + lari karena kata lomba merupakan pokok kata, jadilomba
lari merupakan kata majemuk. Kalau dipisahkan dengan kata (itu,yang, dll.) tidak
membentuk kata yang benar. Contoh : Dipisahkan dengan kata “itu”. “Kursi itu
malas” Kata majemuk “Adik itu malas” frase jadi, dapat disimpulkan bahwa
“Kursi itu malas” merupakan kata mejemuk karena merupakan kata yang tidak
benar (salah). sedangkan “Adik itu malas” merupakan kata yang benar dan jelas
artinya.
11
pada silabe awal dengan pergantian bunyi (dwipurwa salin swara), perulangan
pada akhir kata (dwiwasana), serta trilingga yaitu perulangan bentuk lingga
sejumlah tiga morfem asal (Subalidinata, 1994: 88-94).
Contoh : Berkata – kata dari bentuk dasar berkata. Pada cara ini ada pengecualian
yaitu pada imbuhan se- nya. misalnya stinggi – tingginya ini tidak merupakan
pengulangan karena kata setinggi – tingginya merupakan kata keterangan.
12
2) Bentuk dasar berupa satuan dalam kehidupan bahasa Indonesia.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15