OLEH KELOMPOK 4:
Fitrahwati
Syayidatul Zuhrah Al-Munawarah
Ruliana Novita Sapan
Fitri Nur Aulia
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………….…………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4
B. Tujuan .........................................................................................................8
BAB IV PENUTUP……....……........……………..…………………………....14
A. Kesimpulan………………………………...………….......……………..14
B. Saran…………………………………………………………….....…….14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bahasa termasuk bahasa Indonesia pada dasarnya terdiri atas
rangkaian unsur atau konstituen yang dapat membentuk kata, frasa, klausa dan
kalimat yang selanjutnya membentuk satuan bahasa yang lebih luas lagi yang
kita gunakan dalam kehidupan sehari- hari, baik secara lisan ataupun tulisan.
Hal tersebut menandakan bahwa bahasa terbangun dari satuan–satuan bahasa
yakni fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. (Alwi, Soenjono
Dardjowidodo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moelino. 2003, 311)
Kata itu sendiri memiliki susunan fonologis yang stabil dan tidak
berubah, serta mempunyai kemungkinan mobilitas (Chaer, 2003:163).
Pernyataan tersebut menyiratkan dua hal, yaitu pertama, setiap kata memunyai
susunan yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi
oleh fonem yang lain. Contohnya kata buku, yang tersusun atas fonem
/b/,/u/,/k/,/u/. Urutan tersebut tidak dapat diubah lagi, misalnya menjadi
/k/,/u/,/b/,/u/. Selain itu, susunan tersebut juga tidak dapat diselipi oleh fonem
lain, seperti /b/, / u/, /k/, /a/, /u/. Kedua, setiap kata dapat berpindah tempat
dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisikan atau digantikan oleh kata lain,
atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya, di dalam kalimat (Chaer,
2003:163)
Kata terdiri atas berbagai macam jenis atau kelas. Dan di golongkan
kata atas tiga belas kelas berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur
atau konstruksi yaitu verba, adjektiva, nomina, pronominal, numeralia,
adverbial, interogativa, demonstratifa, artikula, Preposisi, konjungsi, interjeksi,
kategori fatis (Kridalaksana: 2007). Kata dibagi atas enam yaitu verba, nomina,
adjektiva, pronomina, adverbia, numeralia, dan kata tugas. Alisyahbana
membagi kata atas sepuluh kelas yaitu kata benda (nomina), kata kerja (verba),
kata sifat (adjektiva), kata ganti (pronomina), kata keterangan (adverbia), kata
bilangan (numeralia), kata penghubung (konjungsi), kata depan (preposisi),
4
kata sandang, kata seru (Alwi, Soenjono Dardjowidodo, Hans Lapoliwa, Anton
M. Moelino. 2003, 87-309).
Setiap kelas kata tersebut dapat berpindah atau berubah kelas menjadi
kelas kata lain yang dapat disebabkan oleh proses morfologis yang terjadi pada
kelas kata tertentu, dalam (Muslich, 2008: 110-111). Hal tersebut dapat dilihat
pada contoh berikut ini.
a. Andi mengambil cangkul di gudang.
b. Andi sedang mencangkul tanah di sawah.
Contoh tersebut memperlihatkan bahwa kata cangkul yang pada
awalnya berkelas nomina berubah kelasnya menjadi kelas verba melalui proses
morfologis yang disebut afiksasi. Dalam hal ini kata cangkul tersebut
mengalami derivasional atau perubahan/perpindahan yaitu cangkul yang
berkelas nomina menjadi mencangkul yang berkelas verba.
Secara morfologis, kita dapat mencatat bahwa sebuah kata dapat
dialihkan ke dalam kelas kata yang lain. Jadi ada morfem-morfem, yang
bertugas mentransposisikan sebuah kata ke dalam kelas kata yang lain, dalam
(Parera, 1989:12). Morfem-mofem ini, dinamakan morfem-morfem derivasi.
Selanjutnya disimpulkan bahwa suatu kata yang asalnya dari suatu jenis kata,
dapat dipindahkan jenisnya kepada jenis kata yang lain. Pemindahan tersebut
dapat terjadi karena menambahkan imbuhan-imbuhan atau partikel, atau
kadang terjadi dengan tidak menambahkan suatu imbuhan, dalam (Putrayasa,
2008:86). Kata lari sebenarnya kata kerja, tetapi dengan menambahkan prefiks
pe-, kita dapat memindahkan jenis katanya menjadi kata benda, yaitu pelari.
Sebaliknya, terdapat kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja
misalnya kopi menjadi mengopi, lubang menjadi melubangkan dan sebagainya.
Lain halnya dengan Tarigan yang menyebut perpindahan kelas dengan
istilah konversi. Konversi adalah semua perubahan kata dasar atau dasar kata
suatu jenis kata, menjadi jenis kata lain akibat penambahan afiks, menurut
(Tarigan, 2009:192). Sebagai contoh kita ambil kata dasar kata kerja yang dapat
berkonversi menjadi kata benda dengan penggabungannya dengan afiks –an
menjadi X-an: makan: makanan minum: minuman baca: bacaan
5
Terdapat tujuh jenis afiks yaitu (a) Prefiks yaitu afiks yang diletakkan
di depan atau di muka kata dasar, contoh: meng-, di-, ber-, ke-, ter-, peng-, per-
, se-; (b) sufiks yaitu afiks yang diletakkan di belakang dasar contoh: -an, kan,-
i,-nya; (c) infiks yaitu afiks yang diletakkan di tengah kata dasar, contoh: -in-,
-el-, -er-, -em-; (d) simulfiks yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
segmental yang dileburkan pada dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks
dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar dan
fungsinya ialah membentuk verba atau memverbalkan nomina, ajektiva atau
kelas kata lainnya. Contoh ngopi, nyoto; (e) konfiks yaitu afiks yang terdiri atas
dua unsur, satu dimuka dan satu dibelakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai
satu morfem terbagi, contoh ke-an, peng-an, per-an, ber-an.; (f) Superfiks atau
suprafiks yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau
afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks tersebut tidak
terdapat dalam bahasa Indonesia; (g) Kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua
buah afiks atau lebih, yang bergabung dengan dasar, contoh meng-kan, meng-
i, memper-kan, memper-i, diper-kan, diper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, peng-
an, dan se-nya. Kata yang mengalami afiksasi akan mengalami perubahan. Hal
ini dapat kita lihat pada contoh berikut: makan → -an → makanan. Menurut
(Kridalaksana, 2007:28-30).
Dari contoh di atas terbukti bahwa kata yang mengalami afiksasi akan
mengalami 3 perubahan yakni (a) perubahan bentuk yaitu dari bentuk minum
dengan penambahan atau pembubuhan -an, berubah bentuknya menjadi
minuman; (b) perubahan kelas kata yaitu dari kata minum yang merupakan kata
berkelas verba menjadi minuman yang berkelas nomina dengan penambahan -
an; (c) perubahan makna, yaitu kata minum bermakna melakukan pekerjaan
setelah menjadi minuman berubah makna menjadi sesuatu yang diminum.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
Dalam proses ini terlibat unsurunsur (1) dasar atau bentuk dasar (2) afiks (3)
makna gramatikal yang dihasilkan, dalam (Abdul Chaer, 2007:177).
Berdasarkan pemaparan tersebut, diketahui bahwa sebuah kata dapat
berderivasi/ berkonversi/bertransposisi atau berpindah kelas ke kelas kata yang
6
lain. Nomina dapat menjadi verba yang disebut verba denominal; nomina dapat
menjadi adjektiva yang disebut adjektiva denominal; adjektiva dapat menjadi
nomina yang disebut nomina deadjektival, dan sebagainya.
Penelitian ini mengkaji tentang perpindahan kelas kata nomina menjadi
ajektival sehingga terbentuk adjektiva denominal. Adjektival denominal dalam
penelitian ini terbentuk melalui afiksasi. Sehingga secara sederhana penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan pembentukan adjektival denominal dengan
afiksasi, termasuk perubahan maknanya.
7
BAB II
PERMASALAHAN
A. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan afiks pembentuk adjektiva?
b. Jelaskan jenis-jenis afiks pembentuk adjektiva!
B. Tujuan
Adapun tujuan kami melakukan penulisan makalah ini adalah untuk:
a. Menjelaskan pengertian afiks pembentuk adjektiva.
b. Menguraikan jenis-jenis afiks pembentuk adjektiva.
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
Adapun jenis-jenis afiks pembentuk adjektiva dibagi menjadi beberapa
bagian diantaranya:
a. Dasar Adjektiva Berprefiks se-
Menurut (Chaer, 2015: 170), dasar adjektiva dengan prefiks se-
bukanlah berkategori adjektifa sebab tidak dapat diawali adverbial agak
atau sangat. Kata-kata yang dibentuk dari dasar adjektiva dengan prefiks
se- sesungguhnya berkategori verba. Prefiks se- pada dasar adjektiva
bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu
sistem penderajatan.
Perhatikan:
Setinggi → sama tinggi → tingkat sama
(tinggian) → lebih tinggi → tingkat lebih
(tertinggi) → paling tinggi → tingkat paling (superlatif)
Menurut (Kridalaksana, 1989: 61):
Se- A → A ‘sama’
Rumah sebesar itu mahal pemeliharaanya.
Seberat beton itulah kayu jati ini.
Rumahmu jelas tidak sekecil rumahku.
b. Dasar Adjektiva Berprefiks ter-
Sama halnya dengan afiks di-; afiks ter- juga mempunyai fungsi
membentuk kata kerja pasif (Kridalaksana, 1989: 48). Misalnya pada kata-
kata terbawa, terdengar, sedangkan kata berafiks ter- termasuk golonga
kata kerja pasif, misalnya tertidur dan terbangun (Chaer, 2015: 171).
c. Dasar Adjektiva Berinfiks -em
Menurut (Kridalaksana, 1989: 62). Infiks –em N → A ‘berulang-
ulang (frekuentatif)’. Kata sisipan dengan imbuhan -em mempunyai makna
frekuentatif atau berulang-ulang. Berikut adalah contoh kalimat sisipan -
em.
Gemerlap kota sangat indah jika dilihat dari atas bukit pada malam hari.
Gemerlap ↔ gerlap + (-em)
Prestasinya yang gemilang ternyata tak membuatnya lupa diri.
10
Gemilang ↔ gilang + (-em)
d. Dasar Adjektiva Berinfiks -in
Sisipan adalah imbuhan yang terletak di dalam kata.
in- N → A ‘berlangsung beberapa lama (duratif)’
kita harus menjaga kesinambungan antara kedua
pernyataan itu. (Kridalaksana, 1989: 62).
Berikut adalah contoh kata sisipan -in:
Kinerja ↔ kerja + (-in)
Sinambung ↔ sambung + (-in)
Tinambah ↔ tambah + (in)
e. Dasar Adjektiva Berkonfiks ke-an
Konfiks biasa juga disebut simolfiks, atau afiks terpisah, afiks ini
sebagiannya lagi terletak di belakang bentuk dasar penulisannya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya sebagai satu kesatuan.
11
I sangat mencintai kedua orang tuanya.
Manusia harus saling mengasihi satu sama lain.
Dasar ajektiva Berikut contoh kombinasi afiks me-i:
Dima menyampuli bukunya dengan sampul plastik warna biru.
Menyampuli ↔ sampul + (me-i)
Bu Widya memarahi siswanya karena tidak disiplin.
Memarahi ↔ marah + (me-i)
Polisi sedang menyelidiki kasus pencurian anak.
Menyelidiki ↔ selidik + (me-i)
g. Dasar Adjektiva Kombinasi Afiks me-kan
Menurut (Kridalaksana, 1989: 62) fungsi imbuhan me-kan adalah
membentuk kata kerja aktif transitif. Contoh kombinasi afiks me-kan:
Tini melemparkan buah jeruk ke dalam ember.
Melemparkan ↔ lempar + (me-kan)
Ayu menarikan tarian Bugis.
Menarikan ↔tari + (me-kan)
Ibu membelikan baju untuk Wati.
Membelikan ↔ beli + (me-kan)
h. Dasar Adjektiva Prefiks ber-
Prefiks ber- berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda,
kata sifat, dan kata kerja sendiri), (Kridalaksana, 1989: 63). Contoh prefiks
ber-:
Rina memakai baju berwarna biru.
Berwarna ↔ warna + (ber-)
Ana dan Ani saling bersalaman di taman.
Bersalaman ↔ salam + (ber-)
Anak itu bernama Ranti.
Bernama ↔ nama + (ber-)
i. Dasar Adjektiva Prefiks me-
Prefiks me- berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini
mengandung arti struktural (Kridalaksana, 1989: 63).
12
Me1- Num → V ‘menjadi’
Dia tidak mempunyai pendirian yang tegas. Hatinya selalu
mendua bila mendengar perkataan orang lain.
Pemerintah mengadakan perbaikan yang menyeluruh di setiap
departemen. (Kridalaksana, 1989: 63)
Berikut contoh prefiks me-:
Kami sedang menanam singkong di belakang rumah.
Menanam ↔ tanam + (me-)
Anji sedang mengunci pintu rumahnya.
Mengunci ↔ kunci + (me-)
Desi latihan menari di sanggar.
Menari ↔ tari + (me-)
j. Dasar Adjektiva Prefiks pe-
Prefiks pe- berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat,
dan kata benda itu sendiri (Kridalaksana, 1989: 69). Contoh prefiks pe-:
Rina adalah seorang penerjemah bahasa.
Penerjemah ↔ terjemah + (pe-)
Aku meminjam penggaris temanku.
Penggaris ↔ garis + (pe-)
Yudi adalah seorang penggali kubur.
Penggali ↔ gali + (pe-)
k. Dasar Adjektiva Sufiks -an
Sufiks -an berfungsi membentuk kata benda. Karena pegaruh beberapa
bahasa daerah atau dialek maka terdapat pula sufiks -an yang berfungsi
membentuk kata sifat, namun bentuk ini belum terlalu produktif
(Kridalaksana, 1989: 66)
Contoh sufiks -an:
Hani mendapat hukuman karena terlambat datang ke sekolah.
Hukuman ↔ hukum + (-an)
Rati membeli makanan di warung.
Makanan ↔ makan + (-an)
13
Jaka membawa pakaian ganti.
Pakaian ↔ pakai + (-an)
l. Dasar adjektiva Sufiks -al
Sufiks -al merupakan kata dasar serapan dari bahasa asing (Kridalaksana,
1989: 77). Berikut contoh sufiks -al:
Pak Dono bukan lagi bagian dari struktural dewan Pembina.
Struktural ↔ struktur + (-al)
Dina sedang mempelajari tentang gramatikal bahasa.
Gramatikal ↔ gramatik + (-al)
m. Dasar Adjektiva Sufiks -il
Sufiks -il merupakan kata serapan dari bahasa Belanda. Menurut
pedoman EYD harus digantikan dengan akhiran -al dari bahasa Inggris.
Namun ada akhiran -il dan -al tidak bias dipertukarkan karena memiliki
makna yang berbeda seperti kata idiil dan ideal (Kridalaksana, 1989: 78).
Contoh sufiks -il:
Menjadi egois tak selamanya buruk demi hal yang prinsipil.
Prinsipil ↔ prinsip + (-il)
n. Dasar Adjektiva Sufiks -iah
Sufiks -iah merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori
adjektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (Kridalaksana, 1989: 78). Berikut
contoh sufiks -iah:
Santi mendengarkan lagu islamiah.
Islamiah ↔ islam + (-iah)
Tina sedang mengerjakan tugas karya ilmiah.
Ilmiah ↔ ilmi + (-iah)
o. Dasar Adjektiva Sufiks -if
Sufiks -if merupakan kata serapan dari bahsa Inggris dan Belanda yang
berkategori adjektif dapat kita kenali dari “akhiran” (Kridalaksana, 1989:
79). Contoh sufiks -if.
Anggota kelompok satu terlihat aktif dalam diskusi. Aktif ↔ akt + (-if)
14
Peserta lomba yang tidak sportif dalam bermain akan didiskualifikasi
oleh juri. Sportif ↔ sport + (-if).
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata-kata berafiks Bahasa Indonesia sebagai kata berkelas adjektiva
yang bertumpang tindih antara lain dasar adjektiva berprefiks pe-, dasar
adjektiva berprefiks se-, dasar adjektiva berprefiks ter-, dasar adjektiva
berkonfiks ke-an, dasar adjekiva berklofiks me-kan, dasar adjektiva berklofiks
me-i, dasar lain berkomponen makna (+ keadaan), dan pembentukan adjektiva
dengan “afiks” serapan (serapan dari bahasa Inggris, Belanda, dan Arab).
B. Saran
Mempelajari lebih banyak tentang bahasa kita sendiri yaitu Bahasa
Indonesia. Kita harus bisa menciptakan suasana kelas yang pas dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Mampu berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Mohc Sony. 2011. “Perbandingan Aspek Ontologi Dan Epistemologi Ilmu
Al-Ma’aniy Dan Pragmatik”. Jurnal Lingua. 6 (1), 27-29.
Nurman, Moh. 2015. “Analisis Afiks Dalam Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Dan
Bahasa Inggris”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 1-5.
Putra, Wahyu Dwi, dkk. 2016. “Proses Morfologis Pembentukan Kata Ragam
Bahasa Walika”. Jurnal Arkhais. 7 (1), 29-33.
Rahman, Milna, dkk. 2018. “Jenis Dan Proses Pembentukan Adjektiva Dalam
Bahasa Minangkabau Di Kenagarian Sungai Abang Kecamatan Lubuk
Alung Kabupaten Padang Pariaman”. Ejournal UNP.
17
Rusdiana, Ida. 2017. “Prefiksasi Bahasa Banjar (Materi Pembelajaran Bahasa
Banjar sebagai Ancangan Kearifan Lokal)”. Jurnal Ilmiah Kependidikan.
12 (2), 13-30.
18