Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM CERPEN SESAAT SEBELUM PULANG

KARYA PTTHUT E.A

Aulia Ulva, Mildawati, Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar
e-mail: auliaulva01@gmail.com. mildawati25@gmail.com.

ABSTRAK: Linguistik secara keseluruhan membantu kita lebih memahami fenomen


kebahasaan daripada fenomena sosial, apalagi proses berpikir. Linguistik secara keseluruhan
juga lebih membantu mahasiswa sadar akan perilaku berbahasa lisan daripada bahasa tulis,
baik pada dirinya maupun bagi orang lain. Kenyataan ini mungkin bisa dijelaskan dengan
pendekatan Saussure yang sejak awal menekankan bahasa lisan sebagai objek kajian utama
kajian linguistik modern. Ada empat teori tentang kemungkinan hubungan antara bahasa
dengan masyarakat. Pertama, struktur masyarakat mungkin tidak berpengaruh dan tidak
menentukan struktur bahasa dan/atau perilaku. Kedua, struktur linguistik dan/atau perilaku
mungkin tidak berpengaruh atau menentukan struktur masyarakat. Ketiga, struktur bahasa
dan struktur masyarakat saling berpengaruh. Keempat, masyarakat dan bahasa masing-
masing bebas (Wardhaught, 1993: 10-11). Penggunaan tuturan dan percakapan yang
demikian relevan dengan profesi tokoh cerita sebagai anggota masyarakat, yakni sebagai
orang tua (suami istri) dan saudara. Sebagai orang tua, mereka dituntut terampil mengemas
maksud dengan kode yang menimbulkan kesan arif dan bijaksana di hadapan tokoh lain.
Dengan keterampilan itu mereka dipatuhi nasihatnya. Sebagai seorang saudara, mereka lebih
banyak bertutur dengan cara langsung dan sebagai evaluasi.

Kata kunci: tindak tutur, cerpen Sesaat Sebelum Pulang.

PENDAHULUAN Tampaknya, klaim bahwa manusia sebagai


hewan berpikir tidak otomatis berarti
Bahasa sering disebut sebagai alat
bahwa setiap manusia mampu berpikir
berpikir, walaupun kita sering
kritis, seperti halnya potensi atau bekal
menyadarinya sebagai alat interaksi sosial.
kodrati untuk menguasai bahasa yang
Ini mungkin menunjukkan: (1)
dominan di lingkungannya.
berkomunikasi atau berbahasa (lisan) tidak
Dari pengamatan Kleden
identik dengan berpikir, (2) ada bermacam
menyebutkan bahwa perkembangan
tingkatan berpikir, dari yang tidak disadari
semantik (kosa kata) Indonesia sangat
sampai ke yang sangat disadari, (3)
kaya, namun secara sintaksis sangat kacau.
berpikir tidak selalu difasilitasi bahasa.
Untuk itu, yang harus ditempuh adalah
membangun keseimbangan semantik Persoalannya ada apa dengan
dengan sintaksis yang memadai. Juga linguistik? Linguistik secara keseluruhan
pentingnya penguasaan bahasa asing, membantu kita lebih memahami fenomen
karena seorang bilingual mampu kebahasaan daripada fenomena sosial,
menggunakan bahasa Indonesia dengan apalagi proses berpikir. Linguistik secara
baik dibandingkan dengan seorang keseluruhan juga lebih membantu
monolingual (Kleden 2003). mahasiswa sadar akan perilaku berbahasa
Dardjowidjojo (2004 : 346) melihat bahwa lisan daripada bahasa tulis baik pada
“amburadulnya” bahasa sebagai cerminan dirinya maupun pada orang lain.
amburadulnya pola pikir. Lebih lanjut ia Kenyataan ini mungkin bisa dijelaskan
mengingatkan bahwa “logika atau nalar dengan pendekatan Saussure yang sejak
tidak ada dalam bahasa, logika terletak awal menekankan bahasa lisan sebagai
pada pemakai bahasa. objek kajian utama kajian linguistik
Berdasarkan kajian di atas muncul modern. Dalam perkembangan terakhir,
dua hipotesis yang mengganggu. Pertama, telah muncul cabang-cabang linguistik
bila bahasa diyakini sebagai alat berpikir, seperti Critical Discours Analysis dan
maka studi linguistik membekali Cognitive Linguistics yang kedengarangan
mahasiswa berpikir kritis, sehingga lebih lebih menjajikan untuk membantu
kritis daripada mahasiswa bidang studi mahasiswa memiliki kemampuan berpikir
lain. Kedua, bila bahasa diyakini sebagai kritis. Sayangnya, kedua cabang ini belum
alat komunikasi, maka studi linguistik diminati linguis Indonesia. Tampaknya 2
membekali mahasiswa kemampuan perlu ada reorientasi studi linguistik dalam
berpikir lisan dan tertulis sehingga lebih konteks pembentukan manusia yang secara
produkif dan komunikatif daripada kolektif mampu berpikir kritis.
mahasiswa bidang studi lain. Namun, Ada empat teori tentang
dalam kenyataannya kedua hipotesis itu kemungkinan hubungan antara bahasa
tidak benar. Kita mengenal sejumlah orang dengan masyarakat. Pertama, struktur
yang kritis dan banyak berkarya tulis masyarakat mungkin tidak berpengaruh
walaupun mereka tidak berlatar belakang dan tidak menentukan struktur bahasa
linguistik atau sastra. Artinya, penguasaan dan/atau perilaku. Kedua, struktur
pengetahuan kebahasaan, baik linguistik dan/atau perilaku mungkin tidak
pengetahuan deklaratif maupun prosedural, berpengaruh atau menentukan struktur
tidak menjamin kegiatan berpikir kritis masyarakat. Ketiga, struktur bahasa dan
maupun berkarya tulis. struktur masyarakat saling berpengaruh.
Keempat, masyarakat dan bahasa masing- Rasionalitas ditampilkannya istilah
masing bebas (Wardhaught, 1993: 10-11). tindak tutur adalah bahwa di dalam
Keempat teori itu telah mengucapkan suatu ekspresi, pembicara
memantapkan pendapat para linguis di tidak semata-mata mengatakan sesuatu
dalam fenomena linguistik. Mereka dengan mengucapkan ekspresi itu. Dalam
semakin mantap berpendapat bahwa pengucapan ekspresi ituia juga
analisis terhadap fenomena linguistik tidak „menindakkan‟ sesuatu (Purwo, 1990:19).
cukup hanya dengan teori linguistik. Dengan mengacu kepada pendapat Austin
Fenomena linguistik sangat rumit, bahkan (1962), Gunarwan (1994:43) menyatakan
sering unik. Hal ini berkaitan dengan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat
kenyataan yang menunjukkan bahwa dinilai sebagai melakukan tindakan (act),
munculnya satuan linguistik tidak dapat disamping memang mengucapkan
diterangkan hanya dengan kaidah (mengujarkan) tuturan itu. Demikianlah,
linguistik. Ada fenomena yang aktivitas mengujarkan atau menuturkan
menunjukkan satu tuturan dapat digunakan tuturan dengan maksud tertentu itu
untuk menyatakan bermacammacam merupakan tindak tutur atau tindak ujar.
tindak tutur. Sebaliknya, ada bermacam- (speech act).
macam tuturan yang digunakan untuk Suatu tindak tutur tidaklah semata-
menyatakan satu modus (Periksa mata merupakan representasi langsung
Gunarwan, 1994: 81-121 dan Brener, elemen makna unsurunsurnya (Sperber &
1981: 19). Wilson 1989). Berkenaan dengan
Dengan memperhatikan latar bermacam-macam maksud yang mungkin
belakang analisis yang dipaparkan di atas, berkomunikasi, Leech (1983) berpendapat
analisis ini bertujuan (1) mendeskripsikan bahwa sebuah tindak tutur hendaknya
realisasi fungsi tindak tutur melalui mempertimbangkan lima aspek situasi
percakapan tokoh cerita (2) tutur yang mencakupi : (1) penutur dan
mengidentifikasi realisasi faktor sosial, mitra tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan
terutama yang berkaitan dengan tindakan, tuturan, (4) tindak tutur sebagai bentuk
konteks, historis, kekuasaan dan idiologi tindakan atau aktivitas, dan (5) tuturan
dalam penggunaan percakapan yang sebagai produk tindak verbal.
merealisasikan kedua fungsi itu.
METODE PENELITIAN
KAJIAN TEORETIS Data dalam analisis ini berupa
tuturan dan percakapan tokoh cerita Sesaat
sebelum pulsng. Penyediaan data cerpen akan dicapai melalui percakapan. Untuk
tersebut dilakukan dengan baca-catat. menghemat dan memudahkan analisis,
Teknik baca-catat digunakan dengan setiap data tuturan diberi bernomor urut.
membaca dan mencatat tuturan dan Penulisn nomor dilakukan sebagai berikut.
percakapan tokoh cerita dalam cerpen Nomor yang diletakkan diantara tanda
Burng Luri. kurung merupakan nomor urut satuan data,
Percakapan yang dijadikan data sedangkan nomor yang mendahului
adalah percakapan yang berbahasa penutur/petutur merupakan nomor urut
Indonesia tanpa memperhatikan gramatikal tuturan. Jumlah nomor tuturan bergantung
atau tidak, tetapi lebih memperhatikan banyaknya tuturan yang relevan dengan
berfungsi tidaknya tuturan itu dalam data yang diperlukan. Misalnya, untuk
komunikasi. Dalam hal ini percakapan keperluan analisis, data tersebut ditulis
yang terinterferensi bahasa daerah pun menjadi (1.01).
dicatat. 3 Teknik itu digunakan karena
dipandang paling praktis. Dikatakan HASIL PENELITIAN DAN
demikian sebab pembacaan dan pencatatan PEMBAHASAN
dapat dilakukan secara selektif sesuai Tindak Tutur dalam Cerpen Kemarau
dengan keperluan. Hanya data yang A. Konstatif dan Performatif
relevan dengan analisis ini yang dibaca Di dalam bukunya How to Do
dan dicatat. Things with Words Austin (1962)
Analisis data dilakukan dengan membedakan aturan bermodus
cara (1) menafsirkan secara pragmatis, deklaratif menjadi dua, yaitu kontatif
yakni menafsirkan maksud secara dan perfomatif. Tturan konstatif adalah
kontekstual percakapan antartokoh cerita tuturan yang menyatakan sesuatu yang
dan (2) menghubungkan secara apa adanya kebenarannya dapat diuji benar atau
faktor sosial dengan memperhatikan salah dengan menggunakan
karakter analisis wacana kritis yang pengetahuan tentang dunia (Gunarwan
berpengaruh terhadap penggunaan 1994:43)
percakapan tersebut sebagai realisasi Tuturan yang penguturannya
representatif. Berdasarkan kedua acuan itu, digunakan untuk melakukan sesuatu
ditafsirkan percakapan tokoh dengan dinamakan tuturan perfomatif (Wijana
memperhatikan jatidiri mereka (yang 1996:23). Lebih tegas lagi Gunawan
mencakupi, antara lain, profesi, kebiasaan, (1994:43) mengemukakan bahwa
dan hubungan mereka), dan tujuan yang tuturan perfomatif itu adalah tuturan
yang merupakan tindakan melakukan Jendra merupakan anak dari seorang
sesuatu dengan membuat tuturan itu. ibu (Risa) dan memang benar adanya
Tuturan “Saya mohon maaf atas bahwa kamu (Paman Jendra) belum
keterlambatan saya!,” merupakan tahu bagaimana rasanya khawatir
contoh tuturan perfomatif. Berhadapan kepada seorang anak karena dia
dengan tuturan perfomatif, tidak dapat merasakan mempunyai seorang anak.
dikatakan bahwa tuturan itu salah atau Sementara tuturan (c) merupakan
benar. Terhadap tuturan perfomatif contoh tuturan konstutatif karena
dapat dinyatakan sahih atau tidak. tuturan itu tidak dapat dibuktikan
Tuturan dalam cerpen “Sesaat kebenarannya apakah memang Ia
Sebelum Berangkat” berikut ini (Jendra) minggat dari rumah
merupakan contoh-contoh tuturan dikarenakan risa atau bukan, dan
konstutatif perfomatif; apakah itu merupakan kesalahan
a. “Dia masih kelas satu SMA,” fatal atau bukan masih dalam rana
b. “Aku, ibunya. Aku yang tataran fiktif atau hanya sebatas opini
mengandung dan melahirkannya. saja.
Kelak kalau kamu punya anak, B. Lokusi, Ilokosi, dan Perlokosi
kamu akan tahu bagaimana 1. Lokusi
rasanya khawatir yang Lokusi atau lengkapnya tindakan
sesungguhnya,” sosial adalah tindak tutur yanag
c. “Mungkin dia ada masalah… itu dimaksudkan untuk menyatakan
biasa saja. Kesalahannya yang sesuatu. Lokusi semata-mata
paling fatal adalah… Ia minggat merupakan tindak tutur atau tindak
ke tempatmu!,” bertutur, yaitu tindak yang
Tuturan (a) menunjukkan sesutau mengucapkan sesuatu dengan kata
yang kebenaranya dapat diuji. Dia dan makna kalimat sesuai dengan
(Jendra) masih duduk dibangku kelas makna kata itu dala kamus dan
satu SMA benar adanya, dan dia makna kalimat itu menurut kaidah
minggat dari rumah saat masih sintaksisnya (Gunarwan 1994:45).
duduk di kelas satu SMA dapat Didalam tindaklokusi tidak
dibuktikan kebenarannya. mempermasalahkan maksud atau
Tuturan (b) merupakan contoh fungsi tuturan. Tuturan dalam
tuturan performatif. Hal itu terjadi cerpen “Sesaat Sebelum
karena kebenaran tuturan itu yaitu Berangkat” salah satu tuturan
lokusinya adalah “Ia kacau sekali” Tuturan yang diucapkan
tuturan itu memberitahukan kepada seorang penutur sering memiliki
Rif bahwa ia terlihat kacau efek atau daya pengaruh
walaupun sebenarnya yang terlihat (perlocutionary force). Efek yang
kacau bukanlah Rif melainkan dia dihasilkan dengan mengujarkan
(Risa). sesuatu istilah yang oleh Austin
2. Ilokusi (1962:101) dinamakan tindak
Ilokusi atau tindak ilokusi perlokusi. Efek atau daya tuturan
adalah tindak melakukan sesuatu itu dapat ditimbulkan oleh penutur
(Austin 1962:99-100, Gunarwan secara sengaja, dapat pula secara
1994:46). Berbeda dari lokusi, tidak sengaja. Tindak tutur yang
tindak ilokusi merupakan tindak pengujarannya dimaksudkan untuk
tutur yang mengandung maksud mempengaruhi mitra tutur inilah
dan fungsi atau daya tuturan. yang merupakan tindak perlokusi.
Dengan maksud masing-masing Perhatikan beberapa tuturan
memohon dan nasihat supaya tidak berikut ini.
menangis; tuturan secara berturut- a. “Hey, kamu hanyalah
turut berikut ini merupakan pamannya. Aku ibunya!”
tindakan ilokusi. b. “Jadi kamu menuduhku
a. “Itu kamu. Setiap kelurga sebagai biangnya!”
punya tata tertib yang tidak c. “Dia terlalu capek dengan
boleh dilanggar,” itu semua…”
b. “Aku khawatir kelak kamu Dengan daya pengaruh yang
akan menyesal,” masing-masing berupa menakut-
Tuturan (a) menjelaskan bahwa nakuti, melegakan, dan mendorong
setiap keluarga pastinya punya tiga tuturan di atas merupakan
tata tertib yang berbeda-beda dan tindak perlokusi.
hal itu tidak untuk dilanggar. C. Representatif, Direktif,
Sedangkan tuturan (b) Ekspresif, Komisif, dan
bermaksud mengingatkan kepada Deklaratif atau Isbati
kamu (Risa) jangan sampai suatu 1. Tindak Tutur Representatif
saat dia kan menyesal dengan Tindak tutur representatif
apa yang dia lakukan saat ini. adalah tindak tutur yang
3. Perlokusi mengikat penuturnya akan
kebenaran atas apa yang Jika pun ia punya anak ia tidak
diujarkan. Jenis tindak tutur ini akan pernah memiliki
kadang-kadang disebut juga pengalaman melahirkan karena
tindak tutur asertif. Termasuk dia laki-laki. Tuturan pada
ke dalam jenis tindak tutur ini kutipan dua berspekulasi
adalah tuturan-tuturan tentang pikiran toko Aku
menyatakan, menuntut, terhadap toko Risa bahwa ia
mengakui, melaporkan, datang kesini untuk
menunjukkan menyebutkan, mencertiakan mengenai Jendra
memberikan, kesaksian, yang pergi dari rumah.
berspekulasi dsb. Sedangkan tuturan pada
“Kamu belum pernah punya kutipan tiga, tokoh Aku
anak. Menikah pun belum. menunjukkan hasil penelitian
Kalaupun toh punya anak, mengenai tingkat stress para
kamu tidak akan pernah punya pelajar di Kota
pengalaman melahirkan. 2. Tindak Tutur Direktif
Kamu, laki-laki.” Tindak tutur direktif,
”Kupikir kamu datang jauh- kadang-kadang disebut juga
jauh untuk menceritakan soal tindak tutur impositif, adalah
Jendra yang minggat dari tindak tutur yang dimaksudkan
rumah dan tinggal di penuturnya agar mitra tutur
tempatmu! Bukan untuk melakukan tindakan yang
menceritakan sesuatu tentang disebutkan di dalam tuturan itu.
dirimu yang jelas aku tahu…” Tuturan-tuturan memaksa,
”Ris, aku bawakan hasil mengajak, meminta, menyuruh,
penelitian seorang psikolog menagih, mendesak, memohon,
tentang tingkat stres para menyarankan, memerintah,
pelajar di kota ini… memberikan aba-aba,
Tuturan-tututan diatas menantang termasuk ke dalam
merupakan tindak tutur jenis tindak tutur direktif ini.
repesentatif. Tokoh dalam ”Kamu urus saja kehidupanmu.
cerpen tersebut pada kutipan 1 Jendra adalah urusan
menyebutkan bahwa lawan keluargaku.”
tokohnya belum punya anak.
“Kamu tidak boleh begitu. Apa menyanjung termasuk ke dalam
yang harus kukatakan kepada jenis tindak tutur ekspresif ini.
keluargamu?” “Tahukah kamu, kalau
”Jangan terlalu memaksanya sejak kecil kamu selalu
untuk melakukan hal-hal yang menyusahkan orangtua kita?”
tidak disukainya.” Aku menarik napas
Dalam rangka memerintsh panjang. Aku memandang
tindakan direktif dilakukan cangkir kopi di depanku, dan
dalam tuturan kutipan satu, ingin sekali melemparkan
yaitu tokoh Aku memerintah benda itu di mulut pedasnya.
Rif agar berhenti untuk ”Dan tahukah kamu kalau
mengurusi kehidupannya. sifat itu bisa menular?”
Sedangkan tuturan pada Kali ini, kupikir Risa sudah
kutipan dua bersifat menyuruh. keterlaluan. ”Kamu pikir aku
Untuk kutipan tuturan tiga menularkan sifat burukku
bersifat menyaran tokoh Aku kepada Jendra?”
agar berhenti memaksa Aku tidak bilang seperti itu.
melakukan hal-hal yang tidak Kamu yang mengatakannya
disukai. sendiri. Yang aku tahu,
3. Tindak tutur Ekspresif semenjak ia minggat dan
Tindak tutur ekspresif tinggal di tempatmu, ia
adalah tindal tutur yang semakin berani kepadaku,
dimaksudkan penuturnya agar semakin sering bolos sekolah
ujarannya diartikan sebagai dan tidak mau lagi mengikuti
evaluasi tentang hal yang berbagai kursus!”
disebutkan di dalam tuturan itu. ”Jadi kamu menuduhku
Fraser (1978) menyebutkan sebagai biangnya!”
tindak tutur ekspresif dengan Tindak tutur ekspresif
istilah evaluatif. Tuturan- berbentuk menyalahkan
tuturan memuji, menucapkan terdapat pada tuturan kutipan
terima kasih, mengkritik, diatas. Di mana tokoh dalam
mengeluh, menyalahkan, cerpen menyalahkan tokoh
mengucapkan selamat, lainnya sebagai masalah
terjadinya peristiwa tersebut..
4. Tindak Tutur Komisif Pada tuturan tersebut, dialog
Tindak tutur komisif adalah tokoh bersifat mengancam
tindak tutur yang mengikat untuk berhenti mengurusi
penuturnya untuk kehidupannya.
melaksanakan apa yang 5. Tindak tutur deklarasi
disebutkan dalam tuturannya. Tindak tutur deklarasi
Berjanji, bersumpah, adalah tindak tutur yang
mengancam, menyatakan dimaksudkan penuturnya untuk
kesanggupan, berkaul menciptakan hal (status,
merupakan tuturan yang keadaan, dan sebagainya) yang
termasuk ke dalam jenis tindak baru. Untuk memperoleh istilah
komisif ini. Di bawah ini yang parallel, Fraser (1978)
beberapa contoh tindak tutur menyebut jenis tindak tutur ini
komisif dalam cerpen Sesaat dengan istilah establishif atau
Sebelum Pulang isbati. Tuturan-tuturan dengan
Kali ini, darahku benar-benar maksud mengesahkan,
mendidih. memutuskan, membatalkan,
”Aku khawatir kelak kamu melarang, mengizinkan,
akan menyesal…” ucapku mengabulkan, mengangkat,
dengan nada mengancam. menggolongkan, mengampuni,
”Kamu urus saja kehidupanmu. memaafkan termasuk ke dalam
Jendra adalah urusan tindak tutur deklarasi.
keluargaku.” ia bangkit, lalu melangkah
Pembicaraan terkunci. Dadaku pergi.
bergolak. Kemarahanku sudah ”Risa…”
sampai pada pangkal leher. Ia menoleh. ”Sudahlah, Rif.
Aku hanya menekan-nekan Aku bisa mengurusnya.”
dahi dengan tanganku. Aku Kutipan lain
ingin mengatakan apa yang ”Apa?”
sempat dikatakan Jendra ”Jangan terlalu
kepadaku. Tetapi jika mulutku memaksanya untuk melakukan
terbuka, aku khawatir gelegak hal-hal yang tidak disukainya.
itu akan membeludak.
Contoh pada tuturan pembagian retorika menurut
kutipan 1 bersifat memutuskan Halliday itu tampak seperti berikut.
karena tokoh dalam cerpen 1. Prisnip kerja sama
memilih untuk beranjak pergi Prinsip Kerja Sama
dan mengakhiri percakapan. Kuantitas di dalam
Sedangkan pada kutipan pembicaraan ini menyangkut
tuturan dua bersifat melarang jumlah kontribusi terhadap
toko untuk mengurusi koherensi percakapan. Bidal ini
kehidupannya. mengarahkan kontribusi yang
D. Prinsip Percapakan dalam Cerpen cukup memadai dari seorang
Kemarau penutur dan petutur di dalam
Prinsip percakapan suatu percakapan.
(conversational principle) adalah ”Dia ingin pindah sekolah.”
prinsip yang mengatur mekanisme ”Itu sekolah paling favorit.”
percakapan antar pesertanya agar ”Favorit menurutmu, tetapi
dapat bercakap-cakap secara tidak menurutnya.”
kooperatif dan santun. Dari batasan ”Dia masih anak-anak… Dia
itu dapat dikemukakan bahwa belum tahu apa pentingnya
primsip percakapan itu mencakup ilmu.”
dua, yaitu prinsip kerja sama ”Itu kesalahanmu…”
(cooperative principle) dan rinsip ”Dia butuh jaringan untuk
kesantunan (politeness principle). masa depannya, dan itu ada di
Menurut Halliday (1973) prinsip sekolahnya!”
kerjasama dan prinsip kesantunan ”Itu menurutmu…”
itu merupakan bagian dari retorika ”Ya jelas menurutku, karena
interpersonal. Jenis retorika ini aku lebih banyak makan asam
juga mencakupi prinsip ironi. garam hidup ini. Dan punya
Selain retorika jenis ini, terdapat tugas untuk memastikan dan
pula retorika tekstual. Prinsip- menjamin masa depannya!”
prinsip yang termasuk ke dalam ”Ia ingin kursus bahasa
retorika tekstual adalah prinsip Perancis.”
prosesiliti, prinsip kejelasan, ”Boleh. Tetapi dia tidak boleh
prinsip ekonomi, dan prinsip meninggalkan kursus bahasa
keekspresifan. Secara lengkap, Mandarin.”
”Dia ingin kursus main tidaklah untuk menyampaikan
drum.” informasi saja, tetapi lebih dari
”Boleh! Tapi dia tidak boleh itu. Di samping untuk
meninggalkan kursus belajar menyampaikan amanat,
piano.” kebutuhan (dan tugas) penutur
Percakapan kelompok diatas adalah menjaga dan
meiliki prinsip kerja sama memelihara hubungan social
terutama ditinjau dari bidal penutur pendengar (walaupun
kuantitas Keterlibatan penutur ada peristiwa-peristiwa tutur
dan mitra tutur sangat tertentu yang tidak menuntut
berimbang. pemeliharaan hubungan
2. Prinsip Kesantunan itu).Prinsip kesantunan Lakoff
Prinsip kesantunan (1972) berisi tiga kaidah yang
(politeness principle) itu harus ditaati agar tuturan itu
berkenaan dengan aturan santun. Ketiga kaidah itu
tentang hal-hal yang bersifat adalah formalitas,
social, estetis, dan moral di ketidaktegasan, dan persamaan
dalam bertindak tutur (Grice atau kesekawanan (Gunarwan
1991:308). Alas an 1992:14). Kaidah formalitas
decetuskannya prinsip berarti “jangan memaksa atau
kesantunan adalah bahwa di jangan angkuh”. Konsekuensi
dalam tuturan penutur tidak kaidah ini adalah bahwa tuturan
cukup hanya dengan mematuhi yang memaksa dan angkuh.
prinsip kerjasama. Prinsip PENUTUP
kesantunan diperlukan untuk Tuturan dan percakapan
melengkapi prinsip kerjasama dimanfaatkan secara optimal oleh tokoh
dan mengatasi kesulitan yang cerita dalam cerpen Sesaat sebelum pulang
timbul akibat penerapan prinsip untuk merealisasikan fungsi tindak tutur.
kerjasama. Gunarwan (1995:6) Dalam hal meralisiasikan fungsi itu, tokoh
menegaskan bahwa cerita menggunakan berbagai jenis tuturan
pelanggaran prinsip kerjasama dan percakapan yang memiliki maksud
adalah bukti bahwa di dalam tertentu.Penggunaan tuturan dan
berkomunikasi lebutuhan percakapan yang demikian relevan dengan
penutur (dan tugas penutur) profesi tokoh cerita sebagai anggota
masyarakat, yakni sebagai orang tua dalam bahasa
(suami istri), anak, sahabat, dan hewan Indonesia. Adabiyyāt: Jurnal
(sebagai Burung Luri). Sebagai orang tua, Bahasa dan Sastra, 1(1), 1-22.
mereka dituntut terampil mengemas Grice, H. Paul. 1991. “Logic and
maksud dengan kode yang menimbulkan Conversation” dalam Davis S. (ed.)
kesan arif dan bijaksana dihadapan tokoh Pragmatics: A Reader. New York :
lain. Dengan keterampilan itu mereka Oxford University Press.
dipatuhi nasihatnya. Sebagai seorang Gunarwan, Asim. 1992. “Kesantunan
saudara, mereka lebih banyak bertutur Negatif di Kalangan
dengan cara langsung dan sebagai evaluasi Dwibahasawan Indonesia-Jawa di
Jakarta: Kajian Sosiolopragmatik”.
DAFTAR PUSTAKA Makalah pada Pelba VII, Jakarta
Austin, J.L. 1962. How to Do Things with 26-27 Oktober.
Words. New York. Oxford Gunarwan, Asim. 1994. “Pragmatik:
University Press. Dardjowidjojo, Pandangan Mata Burung” dalam
Soenjono. 1986. “Benang Pengikat Soenjono Dardjowijojo (ed.)
Wacana” dalam Pertemuan Ilmiah Mengiring Rekan Sejati: Festschrift
Regional Masyarakat Linguistik buat Pak Ton. Jakarta: Unika Atma
Indonesia Jakarta. Jaya. Hlm. 37-60.
Ariyanti, L. D., & Zulaeha, I. (2017). Gunarwan, Asim. 1995. “Direktif dan
Tindak tutur ekspresif humanis Sopan Santun Bahasa dalam
dalam interaksi pembelajaran di Bahasa Indonesia: Kajian
sma negeri 1 batang: Analisis Pendahuluan”. Makalah.
wacana kelas. Seloka: Jurnal Universitas Indonesia Depok.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Halliday, M.A.K. 1973. Explorations in
Indonesia, 6(2), 111-122. the Functions of Language.
Arifiany, N., Ratna, M., & Trahutami, S. London: Edward Arnold.
(2016). Pemaknaan Tindak Tutur Juanda, J., & Azis, A. (2018). Wacana
Direktif dalam Komik percakapan mappitu etnis Bugis
“Yowamushi Pedal Chapter 87- Wajo Sulawesi Selatan, Indonesia
93”. Japanese Literature, 2(1), 1- pendekatan etnografi
12. komunikasi. JP-BSI (Jurnal
Ekawati, M. (2017). Kesantunan semu Pendidikan Bahasa dan Sastra
pada tindak tutur ekspresif marah Indonesia), 3(2), 71-76.
Manaf, N. (2011). Kesopanan tindak tutur Bahasa Indonesia Pada Siswa
menyuruh dalam bahasa Sekolah Menengah
Indonesia. LITERA, 10(2). Pertama. BASASTRA, 1(2), 280-
Oktavia, W. (2019). Tindak Tutur 293.
Perlokusi dalam Album Lirik Lagu
Iwan Fals: Relevansinya terhadap
Pembentukan
Karakter. Lingua, 15(1), 1-10.
Purwo, Bambang Kaswati. 1990.
Pragmatik dan Pengajaran Bahasa:
Menyibak Kurikulum 1984.
Yogyakarta: Kanisius.
Sulistyo, E. T. (2013). Pragmatik suatu
kajian awal. Sperber, dan Deidre
Wilson. 1989. Relevance:
Communication and Cognition.
Oxford: Basil Blackwell.
Umaroh, L., & Kurniawati, N. (2017).
Dominasi ilokusi dan perlokusi
dalam transaksi jual
beli. Lensa, 7(1), 21-34.
Rahma, A. N. (2018). Analisis tindak tutur
ilokusi dalam dialog film animasi
meraih mimpi. Jurnal Surabaya:
Skriptorium, 2(2), 13-24.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar
Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Wardhaugh, Ronald. 1993. An
Introduction to Linguistics (Second
Edition). Cambridge USA:
Blackwell.
Yuliana, R., Rohmadi, M., & Suhita, R.
(2013). Daya Pragmatik Tindak
Tutur Guru Dalam Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai