Anda di halaman 1dari 14

LANSKAP LINGUISTIK KOTA MEDAN: KAJIAN

ONOMASTIKA, SEMIOTIKA, DAN SPASIAL


MEDAN'S LINGUISTIC LANDSCAPE: ONOMASTICAL, SEMIOTIC,
AND SPATIAL STUDIES

Sahril, Syahifuddin Zuhri Harahap, Agus Bambang Hermanto


Balai Bahasa Sumatera Utara, Kemendikbud
Pos-el: sahril1965@gmail.com

Naskah diterima tanggal 22 Agustus 2019


Naskah direvisi terakhir tanggal 6 Desember 2019

Abstract
Language is a marker of social change that occurs in society. Prescriptivism, which
is more glorifying language that is considered more modern. Linguistic landscape
views urban as text. The meaning is, because language is widely used in public
spaces in urban areas. Linguistic landscape is the presence of language between
space and place. An interdisciplinary study of the presence of various language
issues that interact with other languages in the public sphere. This study describes
the phenomenon of linguistic landscape in Medan in the categories of onomastics,
semiotics and spatial. The method used, namely qualitative research methods. The
research threat uses the linguistic landscape theory of the Landry & Bourhis (1997)
model. The research findings are the use of foreign languages that dominate the
landscape in Medan City. Indonesian is no longer the sole authority in a region.
Found onomastical, semiotic, and spatial aspects in the linguistic landscape in the
city of Medan.
Keywors: Linguistic landscape, prescriptivism, onomastical-semiotic-spatial

Abstrak
Bahasa merupakan suatu penanda adanya perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat. Sikap preskriptivisme, yaitu lebih mengagungkan bahasa yang
dianggap lebih modern. Lanskap linguistik memandang perkotaan sebagai teks.
Maknanya, karena bahasa banyak dipakai di ruang publik wilayah urban. Lanskap
linguistik merupakan kehadiran bahasa di antara ruang dan tempat. Bersifat kajian
interdisipliner atas kehadiran berbagai isu bahasa yang berinteraksi dengan bahasa
lain di dalam ruang publik. Penelitian ini mendeskripsikan fenomena lanskap
linguistik di Kota Medan dalam kategori onomastika, semiotika, dan spasial.
Metode yang digunakan, yaitu metode penelitian kualitatif. Ancangan penelitian
menggunakan teori lanskap linguistik model Landry & Bourhis (1997). Temuan
penelitian adanya penggunaan bahasa asing yang mendominasi lanskap di Kota
Medan. Bahasa Indonesia sudah tidak bisa menjadi penguasa tunggal dalam suatu
wilayah. Ditemukan adanya aspek onomastika, semiotika, dan spasial pada lanskap
linguistik di Kota Medan.
Kata-kata kunci: Lanskap linguistik, preskriptivisme, onomastika-semiotik-
spasial

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
PENDAHULUAN meskipun kadang terlihat kesalahan grammar
Di mana pun kita berada saat ini, baik dan ejaan.
di wilayah pribadi maupun publik, senantiasa Bahasa asing, khususnya bahasa
terpampang pemakaian suatu bahasa. Bahasa Inggris, muncul terutama dalam penamaan
itu dipakai dalam penamaan kedai atau produk-produk yang dianggap modern.
warung, produk-produk di pasar swalayan, Nama-nama kafe dan tempat-tempat gaul pun
gedung, menu, grafiti, bandara, transportasi cenderung muncul dalam bahasa Inggris.
umum, pusat perbelanjaan, pengumuman, Toko-toko yang menjual barang-barang untuk
poster iklan, dan papan reklame. konsumsi kalangan menengah ke atas lebih
Pemakaian bahasa dalam wilayah dominan menggunakan bahasa Inggris
publik ini menjadi fokus kajian lanskap misalnya untuk produk bayi Little Box:
linguistik (LL), sebuah disiplin yang relatif Homemade Baby and Kid Meals. Begitu juga
masih baru dan merupakan gabungan dari untuk produk makanan hewan seperti
disiplin akademis linguistik terapan, makanan kucing dan anjing Complete Pet
sosiolinguistik, antropologi, sosiologi, Supplies.
psikologi, dan geografi kultural. Istilah Setiap poster iklan berbagai jenis
lanskap linguistik kali pertama digunakan produk juga mengandung paling tidak satu
oleh (Landry & Bourhis, 1997), yang atau dua frasa dalam bahasa Inggris. Yang
membatasinya sebagai bahasa untuk tanda menarik, ada semacam tren untuk memberi
jalan umum, papan reklame, nama jalan dan nama kompleks perumahan baru dengan
tempat, nama kedai, nama bangunan menggunakan bahasa Inggris.
pemerintah dalam sebuah kelompok daerah, Fenomena ini seakan ingin
wilayah, atau kota. menunjukkan bahwa masyarakat Kota Medan
Selanjutnya (Shohamy & Gorter, “sangat melek akan globalisasi dan
2009) memperluas cakupan tentang LL ini ke modernisasi”. Akan tetapi, sebenarnya bahasa
bahasa dalam lingkungan, kata, dan citra yang Inggris digunakan untuk menaikkan gengsi
dipajang di ruang publik dan menjadi pusat dari produk yang ditawarkan atau pesan yang
perhatian di suatu wilayah yang pesat disampaikan.
pertumbuhannya. Dalam kajian lain, Penggunaan bahasa yang berbeda
(Dagenais, Moore, Sabatier, Lamarre, & untuk sebuah tanda juga merefleksikan
Armand, 2008) memperkenalkan gagasan LL kekuasaan, status, dan kepentingan ekonomi
dengan kata environmental print, yakni dari bahasa yang ada di Kota Medan. Dari
perkotaan sebagai teks. Maknanya, bahasa beberapa penelitian ditemukan bahwa tanda
banyak dipakai di ruang publik wilayah urban yang berbasis multibahasa cenderung
karena wilayah ini dianggap sebagai teks menyematkan bahasa Inggris sebagai salah
yang layaknya penuh dengan ingar-bingar satu bahasa yang digunakan, tidak hanya
pemakaian bahasa. terjadi di kota-kota besar dan ibukota provinsi
Fenomena urban di Kota Medan setiap bahkan hingga ke desa-desa (Kusumaningsih,
tahunnya terus meningkat. Beberapa faktor Sudiatmi, & Muryati, 2013), (Riani, 2014),
terjadinya urban di Kota Medan, di antaranya dan (Wijana, 2014). Penggunaan bahasa
adalah melanjutkan pendidikan, mencari Inggris pada ranah bisnis bertujuan untuk
pekerjaan, membuka usaha baru. Faktor meningkatkan penjualan dan memunculkan
terakhir itulah kiranya yang memarakkan motivasi ekonomi di kalangan konsumen.
penggunaan bahasa di ruang publik Kota Salah astu penyebab menyebarnya bahasa
Medan. Ketika membuka usaha, mereka Inggris ialah faktor globalisasi.
menunjukkan kemampuan bilingual mereka. Kasus yang sama juga terjadi di
Hal itu bisa dilihat dari teks yang terpampang Timor-Leste, yakni maraknya penggunaan
di muka ruang usaha mereka yang lebih bahasa Inggris, Portugis, dan Indonesia
banyak menampilkan teks berbahasa asing (Taylor-Leech, 2012). Bahkan, sebuah
universitas di Jepang mulai memunculkan

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
bahasa Inggris di lingkungan kampus dalam kebijakan bahasa yang digunakan dalam
rangka stimulasi internasionalisasi kampus ranah publik. Demikian juga dengan
(Wang, 2015). Sumatera Utara yang telah memiliki
Beberapa penelitian yang telah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun
dilakukan mengarahkan bahwa alasan 2017, tentang Pengutamaan Bahasa
ekonomi menjadi faktor kuat penggunaan Indonesia, Pelindungan Bahasa Daerah dan
bahasa asing (terutama bahasa Inggris) Sastra Daerah.
daripada bahasa Indonesia atau bahasa daerah Regulasi terkait LL secara simultan
(Kusumaningsih et al., 2013), (Riani, 2014), juga mengatur kebijakan bahasa pada ranah
dan (Wijana, 2014). pendidikan, media, kehidupan sosial
Hasil penelitian lainnya menunjukkan ekonomi, dan sebagainya. Menurut (Spolsky,
adanya pengaruh yang kuat antara kebijakan 2004) memilah antara kebijakan dan praktik
bahasa dan penggunaan bahasa di ranah yang disebutnya sebagai ideologi, praktik,
publik (Cenoz, J., & Gorter, 2006), (Manan, dan manajemen. Menurut pengamatannya
David, Dumanig, & Naqeebullah, 2015), secara aktual, praktik-praktik penggunaan
(Spolsky, 2004), dan (Taylor-Leech, 2012). bahasa dapat mengungkap ideologi bahasa
Kajian bahasa pada ranah publik, masyarakat lokal dalam kaitannya dengan
dengan LL merupakan kajian kebijakan bahasa nasional.
(sosio)linguistik modern yang melibatkan
studi onomastika, semiotik, dan spasial LANDASAN TEORI
(Akindele, 2011), (Aribowo, 2017), (Nash, Lanskap linguistik mengklaim bahwa
2016), (Wolf, Hans-Georg, Bernhard & tanda yang ada pada lanskap berupa teks
Magdalena, 2012). Kajian ini melibatkan ilustratif yang dapat dibaca dan difoto yang
bahasa yang tertuang dalam petunjuk jalan, dapat dibedah secara linguistis dan kultural
papan iklan, nama jalan, nama daerah, nama (Gorter, 2006), (Shohamy, E., Ben-Rafael, L.,
toko, dan petunjuk-petunjuk umum pada & Barni, 2010), dan (Shohamy, E., & Gorter,
bangunan pemerintah (Landry & Bourhis, 2009). Tanda yang dimaksud merupakan
1997). tanda yang digunakan dalam rangka
Meskipun dapat dikatakan sebagai diseminasi pesan umum kepada publik dalam
cabang ilmu baru, pengkajian LL secara bentuk informasi, petunjuk, peringatan, dan
serempak telah dilakukan di beberapa negara semacamnya.
seperti: Malaysia (Manan, David, Dumanig, Tanda ini juga sering kali muncul
& Naqeebullah, 2015), Singapura (Tang, pada konteks komersial seperti pemasaran
2016), Brunei Darussalam (Coluzzi, 2012), dan iklan yang fungsi utamanya untuk
Timor-Leste (Taylor-Leech, 2012), Kamboja menarik perhatian terhadap sebuah produk
(Kasanga, 2012), Hongkong (Wolf, Hans- atau bisnis (Backhaus, 2007), (Kasanga,
Georg, Bernhard & Magdalena, 2012), 2012), Dumanig, & Naqeebullah, 2015), dan
Jepang (Backhaus, 2006), (Backhaus, 2007), (Wolf, H.-G., Hans-Georg Wolf
Bostwana (Akindele, 2011), negara-negara Zweitgutachter, H., Bernhard Bielick, H., &
Baltik (Kreslins, 2003), Australia Selatan Magdalena, 2012).
(Koschade, 2016), Taipei (Curtin, 2015), dan Fokus utama LL mengungkap
Bosnia (Lay, 2015), (Dany Ardhian, 2018), kejelasan (visibility) dan arti penting bahasa-
(Erikha, 2018), dan (Lestari, 2013). bahasa tulis yang digunakan pada ranah
Fenomena meningkatnya penggunaan publik. Secara singkat dikatakan bahwa LL
bahasa pada nama jalan, poster, iklan, papan merupakan potret situasi kebahasaan di ranah
informasi dan imbauan resmi pemerintah publik (biasanya melibatkan negara atau kota)
telah menjadi topik hangat para akademisi tentang pola-pola umum penggunaan bahasa,
(Koschade, 2016), (Madson, 2016), dan kebijakan bahasa, sikap bahasa, dan
(Tang, 2016). Beberapa negara atau kota juga konsekuensi kontak bahasa yang terjalin
telah menerbitkan peraturan-peraturan terkait dalam waktu jangka panjang.

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
Lanskap linguistik merupakan toponomastik (nama tempat), menjadi bidang
kehadiran bahasa di antara ruang dan tempat. yang tak terlepaskan dari LL. Nama atau
Menurut (Puzey, 2016) LL menggambarkan papan nama yang ada di jalanan, yang
sebagai kajian interdisipliner atas kehadiran notabene bagian dari lanskap, dianggap
berbagai isu bahasa yang berinteraksi dengan bentuk interaksi antara bahasa, ruang, dan
bahasa lain di dalam ruang publik. Meskipun tempat.
LL merupakan istilah yang relatif baru dalam Kerangka konsep LL dan fokusnya
kajian linguistik terapan, konsep ini telah pada nama tempat, juga berkaitan erat dengan
bersinggungan dengan konsep lain, seperti keadaan vis a vis antara bahasa minoritas dan
sosiolinguistik, multilingualisme, kebijakan mayoritas serta pemberlakukan upaya politik
bahasa, geografi budaya, semiotik, sastra, terhadap bahasa lokal dalam rangka
pendidikan, dan psikologi sosial. pengubahan nama tempat serta bagaimana
Melalui interaksi bahasa di ruang sikap masyarakat terhadap isu itu (Kostanski,
publik, kita dapat menelusuri konstruksi 2009).
simbolis sebuah ruang dan penggunaan Singkat kata, terdapat hubungan
bahasa dalam memediasi relasi sosial dan antara LL, nama-nama dan kebijakan bahasa
politik. Ini diperkuat dengan pernyataan yang tertuang dalam sejumlah isu seperti
(Ben-Rafael, Eliezer, Shohamy, Amara, dinamika pemajangan papan nama dengan
2006) bahwa LL mengacu pada objek bahasa ganda (atau lebih), konflik yang
linguistik yang menandai ruang publik. dipicu, penamaan ulang, hingga bahasa
Sementara itu, menurut (Landry & sebagai identitas sebuah kelompok (Puzey,
Bourhis, 1997) mengemukakan bahwa LL 2016).
memiliki dua fungsi: fungsi informasional Berbagai tanda di ruang publik
dan fungsi simbolis. Pada fungsi merefleksikan dan mengatur tatanan ruang
informasional, makna penanda membedakan tempat ia beroperasi. Fitur sosiologis,
wilayah geografis penduduk yang kultural, sosiolinguistis, dan politis dari ruang
memberikan bahasa pada nama tempat itu. akan menentukan bagaimana tanda terlihat
Dengan kata lain, bahasa berfungsi sebagai dan bekerja, dan tanda juga akan berperan
penanda wilayah masyarakat penuturnya dan dalam organisasi dan regulasi keruangan
pembeda dari wilayah penduduk lain yang dengan menetapkan siapa saja penerima tanda
berbeda bahasanya. itu.
Pada fungsi simbolis, kehadiran atau Tanda di ruang publik juga dapat
ketidakhadiran bahasa sebuah kelompok pada memaksa audiensi agar mengikuti aturan
papan jalan—misalnya berdampak pada mainnya, dengan sejumlah batasan dan
perasaan sebagai bagian kelompok itu. Fungsi pedoman norma yang dianut bersama
simbolis juga erat kaitannya dengan (Blommaert, 2013). Tanda dalam ruang
keterwakilan identitas sebuah etnis. Menurut publik tentunya dibuat bukan tanpa alasan.
(Lou, 2016) dan (Blommaert, 2013) ruang Tanda memiliki pesan dan tidak pernah netral,
sebagai arena interaksi sosial manusia dan memiliki keterhubungan dengan struktur
melakukan serangkaian kegiatan budaya. sosial, hierarki, dan kekuasaan (Stroud &
Ruang interaksi itu dapat dinilai Mpendukana, 2009). Alasannya, ruang publik
sebagai bentuk aksi/tindak tanduk bahwa merupakan area sekaligus juga instrumen
ruang sebagai sesuatu yang kompleks dan pengaturan dan pengendalian kekuasaan.
berisi berlapis-lapis aktivitas di dalamnya. Menurut (Blommaert, 2013:40)
Dengan demikian, bukti yang ditampilkan bagaimana ruang mengatur rezim semiotik
dalam kajian LL ini menjadi pola komunikasi bahasa? (“how does space organize semiotic
manusia yang diwakilkan melalui bahasa regimes of language?”) Tentu saja semua
tulis. tanda yang diungkapkan melalui papan jalan
Kajian onomastika (ihwal nama dan menjalankan praktik wacana dengan atribusi
penamaan) (Kusik, 2018), khususnya kepada sebuah ideologi (Blackwood & Tufi.,

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
2015). Menurut (Blommaert, 2013) (top-down) dan pemakaian bahasa secara
menyebutkan komunikasi di ruang publik bawah-atas (bottom-up).
tidak lepas dari komunikasi pada ranah kuasa Kategori atas-bawah mencakupi
dan bersifat sosiolinguistis. pemakaian bahasa di ruang publik yang
Berbicara tentang tanda tentu tak lepas dibuat oleh badan atau lembaga pemerintah,
dari isu semiotis. Bahasa di ruang publik yang lembaga publik yang mengurusi persoalan
berada di jalanan (lanskap) merupakan agama, pemerintahan, kesehatan, pendidikan
penanda sebuah ruang. Sebuah teori klasik dan kebudayaan, misalnya: papan tanda nama
milik (Richards, 1923) telah menyinggung jalan, dan maklumat umum; sedangkan
bagaimana sebuah konsep (referensi) yang kategori bawah-atas meliputi pemakaian
mewakili objek (referen) diwakilkan oleh bahasa oleh pemilik kedai/toko (pakaian,
lambang (simbol bahasa). lanskap berkaitan makanan, perhiasan), kantor/pabrik/agen
dengan peran bahasa di ruang publik, swasta, maklumat pribadi (sewa/jual
misalnya Jalan Jenderal Sudirman (di Jakarta) mobil/rumah) termasuk iklan lowongan kerja.
sebagai toponimi merupakan lambang bahasa Rentang diagonal dari kategori
atas objek jalan yang membentang dari pertama hingga kategori kedua itu
Bundaran Hotel Indonesia hingga penanda menunjukkan derajat seberapa resmi dan tak
Patung Pemuda Membangun (dikenal juga resmi dipakaianya sebuah bahasa,
dengan Patung Bundaran Senayan). Bagi sebagaimana dinyatakan oleh (Ben-Rafael,
masyarakat Jakarta, jalan itu memiliki konsep Eliezer, Shohamy, and Amara, 2006).
yang sangat bervariasi di dalam benak Sesuai namanya, LL sungguh sosio-
mereka. Baik itu sebagai konsep jalan ibu simbolis dan merupakan panorama bahasa
kota, jalanan yang padat, maupun sebagai yang dibentangkan untuk dilihat, baik di
jalan dengan banyak gedung pencakar langit. jalan, sudut jalan, taman, maupun gedung.
Konsep tersebut memperlihatkan Semua itu merupakan tempat berlangsungnya
bagaimana semiotik berperan dalam LL serta kehidupan publik masyarakat. Sifat yang
mencoba menangkap bahasa sebagai demikian itu, menjadi simbol masyarakat,
perantara antara ruang dan tempat. Eksistensi komunitas, dan wilayah. Bagi (Ben-Rafael,
bahasa di ruang publik dapat ditelaah Eliezer, Shohamy, and Amara, 2006), LL
menggunakan perspektif analisis wacana dianggap penting karena ia tidak
yang kemudian disebut konsep geosemiotik. menggambarkan latar belakang dan potret
Geosemiotik merupakan kajian pemaknaan kehidupan sehari-hari kita semata, juga
sosial atas penempatan material tanda-tanda, merupakan sumber pembelajaran bahasa yang
muatan wacananya, serta sikap kita terhadap bernilai. LL juga membentuk cara kita
dunia material itu. Konsep itu berawal dari berinteraksi sebagai anggota masyarakat dan
pewacanaan terdahulu atas kehadiran ruang memberi kita identitas. Dan yang utama, ia
fisik sebagai latar semata, tetapi saat ini telah berada di manapun dan terbuka serta bebas
dievaluasi kembali sehingga menjadi bagian biaya bagi siapa pun.
dari teks itu sendiri (Scollon, &
Scollon, 2003).
Kajian LL pada dasarnya
bersifat sosio-ekonomis, dalam arti
bahwa ia mencari korelasi antara
pemakaian bahasa tertentu di
sebagian wilayah perkotaan dan
standar hidup di wilayah itu pada
umumnya. Sudah umum disepakati
bahwa pemakaian bahasa dalam LL
terangkum ke dalam dua kategori,
yakni pemakaian bahasa secara atas-bawah Denah 1: Fungsi Lanskap Linguistik

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
METODE PENELITIAN ini bertujuan untuk memberikan gambaran
Kajian LL menggunakan metode bagaimana seorang individu membagikan
penelitian kualitatif yang ditempuh dengan pemahaman dan pengalamannya kepada
jalan melakukan dokumentasi objek LL. masyarakat dan dapat membentuk konstruksi
Secara metodologis, analisis LL sosial. Secara jelasnya, analisis ini
mengandalkan fotografi dan analisis visual. mengomunikasikan persepsinya kepada
Pengumpulan data berfokus pada keterlibatan orang lain atas pengalaman dan
fotografi yang tervisualisasi dari teks yang pemahamannya berinteraksi dengan teks.
berada pada tanda-tanda di ruang publik. Tahap berikutnya adalah analisis
Ruang lingkupnya termasuk tempat-tempat sosiologikal. Komponen analisisnya
yang secara geografis merupakan lokasi bertumpu pada vitalitas etnolinguistik.
strategis. Vitalitas etnolinguistik melihat bagaimana
Analisis LL mengikuti ancangan masyarakat dibekali oleh kekuatan politik,
(Landry & Bourhis, 1997). Ancangan ini kekuatan ekonomi, dan kekuatan demografi.
terbagi menjadi enam tataran: (1) analisis Analisis ini menuju pada analisis kekuatan
mikrolinguistik, (2) analisis tipe kode bahasa, sosial. Jika suatu teks ini diproduksi oleh
(3) analisis perilaku bahasa, (4) analisis kekuatan ekonomi, politik, dan jumlah
psikologikal, (5) analisis sosio-psikologikal, penduduk, apakah nanti akan berpengaruh
(6) Analisis sosiologikal. Dengan analisis terhadap simbol-simbol yang ditampakkan
yang bertahap itu, aspek-aspek yang ada di pada masyarakat. Jadi, keseluruhan tataran
dalam LL akan terungkap sesuai dengan tersebut melibatkan banyak aspek, yaitu
fungsi LL pada fungsi informasi dan fungsi aspek bahasa, aspek psikologi, aspek
simbolik. sosiopsikologi, dan aspek sosiologi. Hal itu
Analisis mikrolinguistik bertumpu yang menyebabkan bahwa kajian LL
pada penggunaan satuan lingual frasa-klausa merupakan kajian antardisipliner.
pada teks-teks LL, bagaimana teks tertulis Semua foto yang diambil pada ruang
dalam bentuk frasa, klausa, frasa+klausa, publik di Kota Medan ini akan dianalisis
Klausa+frasa, Klausa+klausa. Di dalamnya menggunakan dua fungsi sebagai objek LL,
juga dibahas penggunaan kode bahasa, seperti yang dijelaskan oleh (Landry &
monolingual, bilingual, dan bahasa apa yang Bourhis, 1997): fungsi informasional dengan
digunakan. Analisis pada tataran ini melihat mengkaji dari aspek kebahasaannya;
bagaimana perilaku bahasa yang digunakan. sedangkan fungsi simbolis yang melihat
Analisis selanjutnya adalah analisis bahasa dan interaksinya. Fungsi simbolis data
psikologikal. Pada analisis ini tertuang dua menggali pesan dasar dari fakta LL dan
hal: pemahaman atas makna teks (baik makna hierarki suatu bahasa atas bahasa lain dan
leksikal maupun makna kultural) dan sikap menjelaskan juga bagaimana sebuah lanskap
terhadap teks (bagaimana kondisi psikologi dibangun.
ketika teks dibuat dan dibaca, apakah senang, Kajian terhadap lanskap linguistik ini
bahagia, sedih, kecewa, dan marah). Analisis juga akan dilihat dari fenomena
ini melibatkan relasi sosial dalam komponen preskriptivisme. Dalam
analisisnya, seperti etnis, status sosial, agama, sosiolinguistik, preskriptivisme (bahasa
dan gender. Latin: praescribere –mempreskripsikan;
Selesai pada tataran analisis memerintahkan; normativisme adalah istilah
psikologikal, tataran berikutnya adalah yang merujuk kepada praktik menyusun
tataran sosio-psikologikal. Tataran ini norma dan pedoman penggunaan bahasa
menganalisis frekuensi individu atas alami dengan maksud memengaruhi
interaksinya dengan teks, seperti pengalaman penuturnya agar berpegang pada pola yang
pribadi, interaksi dengan media, interaksi diusulkan. Kaidah tersebut bisa mengatur
yang dibangun dalam pendidikan, dan berbagai-bagai aspek bahasa seperti
interaksi secara langsung dengan LL. Analisis pelafalan, infleksi, semantik, sintaksis, dan

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
fraseologi, serta unsur ekstralinguistik seperti Mekanisme kekuatan linguistik yang
sistem ejaan. Kecenderungan preskriptivis berbeda semakin dibingkai sebagai kekuatan
bisa menimbulkan penggolongan bentuk dari bawah ke atas. Pengawasan bahasa tidak
bahasa yang tidak diakui sebagai "inferior", lagi terbatas pada kekuatan institusional.
"keliru" ataupun "tidak logis"; tendensi Kehadiran regulasi pun tidak lagi berfungsi
tersebut juga berkaitan dengan konsep salah- sebagai pengawas penggunaan bahasa di
benarnya bahasa (Heyd, 2014). ruang publik. Apalagi regulasi itu tidak ada
Beberapa peneliti mengartikan berupa sanksi yang tegas. Merujuk di
"preskriptivisme" sebagai konsep Sumatera Utara, sebenarnya ada Peraturan
mempromosikan suatu ragam bahasa sebagai Daerah tentang penggunaan bahasa Indonesia
varietas yang lebih utama kedudukannya, di ruang publik. Di perda ini pun ada sanksi,
sehingga menganggap ideologi bahasa akan tetapi eksekusi di lapangan yang belum
standar sebagai elemen konstitutif berjalan.
preskriptivisme atau bahkan menyamakan Kota Medan sebagai salah satu kota
preskriptivisme dengan sistem pandangan itu metropolitan di tanah air, mengalami serbuan
(Mooney, 2018). penggunaan bahasa yang begitu dahsyat,
Istilah "preskriptivisme" merujuk khususnya bahasa Inggris. Nyaris di semua
kepada segala bentuk kegiatan yang bertujuan lini ditemui penggunaan bahasa Inggris.
mengusulkan atau mendorong suatu cara Bahkan, institusi pemerintah sendiri pun,
penggunaan bahasa, tanpa menyiratkan ikut-ikutan menggunakan bahasa Inggris.
bahwa praktik-praktik tersebut selalu terkait Lihat gambar 1.
dengan penyebaran ideologi bahasa standar. Lanskap linguistik Kota Medan
Selain dua hal tersebut ada juga pengertian mengindikasikan bagaimana sikap bahasa
bahwa sikap preskriptif adalah masyarakat terhadap bahasa-bahasa yang
pendekatan kodifikasi bahasa yang dikuasainya. Meskipun pada faktanya bahasa-
mementingkan pendapat si penyelidik, bahasa asing banyak digunakan di ranah
berbeda dengan bentuk-bentuk kodifikasi publik, tetapi bahasa tersebut bukan menjadi
yang mendasarkan kegiatannya pada bahasa yang dikuasai atau dituturkan pada
fenomena penggunaan bahasa yang percakapan setiap hari. Bahasa-bahasa asing
sebenarnya, walaupun begitu, pendekatan yang mendominasi lanskap di Kota Medan
kedua tersebut pun bisa dikatakan merupakan bahasa-bahasa yang dipandang
mengandung sifat preskriptif. memiliki nilai dan kekuatan ekonomi yang
lebih apabila dibandingkan dengan bahasa
PEMBAHASAN Indonesia dan bahasa daerah.
Analisis data fenomena inovasi dan Pada kasus ini bahkan pemerintah
perubahan linguistik, pada ruang publik Kota sendiri, justru terjebak juga mengikuti arus
Medan dalam konteks lanskap linguistik penggunaan bahasa asing, seperti pada foto
secara kritis memeriksa bagaimana berikut ini. Salah satu institusi pemerintah
onomastika, semiotik, dan spasial untuk lebih memilih “call center” daripada
preskripivisme masyarakat. “narahubung”, begitu juga pada salah satu
Fenomena masyarakat pascaindustri, lembaga pendidikan tinggi, memilih nama
gagasan ideologi bahasa, khususnya yang institusinya “Digital Library” daripada
berkaitan dengan normativisme dan “perpustakaan digital”. Ironis sekali,
preskriptivisme populer, telah dibanjiri seharusnya dua lembaga ini sebagai panutan
dengan bahasa Inggris. Preskripivisme dalam hal penggunaan bahasa Indonesia,
dipengaruhi oleh faktor sosioteknik di tetapi justru bahasa asing.
internet, seperti kebangkitan komersialisme
dan iklan publik ke dalam teks ruang publik
yang diproduksi oleh semua tingkat kelas
sosial.

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
Pentingnya kedudukan bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia merupakan identitas bangsa
yang harus dijaga dan dilestarikan.
Pentingnya menjaga integritas bahasa
Indonesia bertujuan untuk mereduksi
pengaruh budaya asing terutama pengaruh
bahasa asing yang telah masuk menguasai
ruang atau domain penggunaan bahasa
Indonesia dalam masyarakat (Warung, 2009).
Diketahui bahwa teks-teks tersebut
hadir dan didistribusikan dalam populasi dan
komunitas masyarakat yang ikut serta di
ruang tersebut sehingga ada investigasi terkait
relasi kuasa dalam suatu wilayah,
sebagaimana yang disampaikan oleh
Blommaert dan Maly dalam (Lou, 2016).
Gambar 1 Imbauan di ruang publik merupakan suatu
Penggunaan LL pada instansi resmi ajakan, imbauan, dan peringatan pada
Perhatikan, bagaimana bahasa-bahasa masyarakat untuk melaksanakan apa yang
yang dipilih untuk mengisi teks-teks tersebut. dikehendaki oleh pembuat imbauan
Ada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. (penguasa). Dengan demikian, bahasa
Informasi terkait perilaku sosiolinguistik dan merupakan unsur penting dalam penerapan
perbandingan penggunaan bahasa pada kekuasaan (Wahyuni, 2016).
tataran ruang resmi. Seharusnya pada tataran
resmi, teks-teks diproduksi oleh pemerintah
haruslah mengutamakan penggunaan bahasa
Indonesia. Seperti pada foto berikut yang
tertib menggunakan bahasa Indonesia.

Gambar 2
Penggunaan LL pada instansi pemerintah
Gambar 3

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
Penggunaan LL oleh instansi swasta wilayah. Bahasa selalu mengalami kompetisi.
Mayoritas menggunakan teks bahasa Bahasa selalu berjuang memperebutkan
Inggris. Teks tersebut juga digunakan dalam penutur. Ada bahasa yang kuat karena faktor
aktivitas-aktivitas tertentu, seperti aktivitas kekuatan demografi, ekonomi, kebijakan
ekonomi, pendidikan, politik, budaya, dan bahasa, dan ada bahasa yang lemah. Di sini
agama. Dengan pilihan kode bahasa tertentu, dapat diketahui perilaku masyarakat, apa
teks-teks tersebut ada yang mendominasi. ideologi bahasa yang dimainkan, bahasa apa
Secara spasial, sebaran LL Kota Medan ini yang memiliki power dan prestise, dan bahasa
berada pada lokasi strategis. Nyaris semua apa yang termarjinalkan, seperti yang
sebaran LL Kota Medan mencari posisi yang dipaparkan oleh (Cenoz, J., & Gorter, 2006),
berada pada inti kota sehingga terkadang (Dagenais et al., 2008). Jadi, bahasa memiliki
membuat kesemberautan tata keindahan kota. peran dalam merepresentasikan suatu
Karena itu, unsur semiotikanya pun hilang. ideologi tentang bagaimana suatu bahasa
Bahasa yang digunakan merupakan memiliki kuasa dan prestise atas bahasa lain.
bahasa yang singkat dan pendek. Umumnya Di samping itu, dominasi media sosial
tidak mengindahkan unsur sintaksis dan melalui internet juga seakan sebagai pusat
morfologi. Hal itu mungkin bertujuan untuk gravitasi yang sangat mempengaruhi kondisi
memudahkan masyarakat dalam mengingat. langskap linguistik. Dapat disimpulkan
Ragam bahasa yang digunakan dalam bahwa budaya partisipatif dari media
penulisan adalah ragam bahasa usaha. Ragam digital/sosial, telah memberikan kontribusi
bahasa ini berada di antara ragam formal dan besar terhadap perkembangan langskap
ragam informal. Kita sadari bahwa, aspek linguistik.
terpenting dari sebuah usaha/bisnis adalah
membuat penjualan, baik produk ataupun
jasa. Jika tidak ada penjualan, tidak ada bisnis
yang akan bertahan lama. Dan setiap
penjualan selalu diawali oleh promosi atau
iklan. Sehingga aspek yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa selalu dinomorduakan.
Bahasa memainkan peranan penting
dalam teks-teks di ruang-ruang publik
tersebut. Penggunaan bahasa tidak terlepas
dari gejala sosial masyarakat. Masyarakat
yang terlibat dalam relasi-relasi dan aktivitas-
aktivitas sosial menggunakan bahasa sebagai
alat untuk mengidentifikasi keberadaan
anggota masyarakat.
Bahasa merupakan suatu penanda
adanya perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat. Sikap menonjolkan perilaku
bahasa tertentu merupakan penanda hadirnya
sikap preskriptivisme, yaitu lebih
mengagungkan bahasa yang dianggap lebih
modern. Hal ini ditengarai karena adanya
dominasi kelompok sosial tertentu dalam Gambar 4
aktivitasnya, baik aktivitas sosial, politik, Penggunaan LL bersifat pengumuman
ekonomi, pendidikan, dan agama. Ada dua aktor yang perlu
Melihat kondisi seperti pada foto di dipertimbangkan dalam kajian LL, yaitu
atas, bahasa Indonesia sudah tidak bisa produsen teks dan konsumen teks tersebut.
menjadi penguasa tunggal dalam suatu Kedua aktor ini saling memengaruhi hasil

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
teks di ruang publik. Produsen teks tidak demografi), dan status bahasa (bahasa resmi
hanya mempertimbangkan produksi teksnya, dan tidak resmi), sejalan dengan enam konsep
tetapi siapa yang menikmati produk teks itu. yang disampaikan oleh (Landry & Bourhis,
Di sinilah munculnya konsep onomastika, 1997).
semiotika, dan spasial itu.

Gambar 6
Penggunaan LL pada Plang Jalan
Nama pada papan jalan sebagai
proposisi budaya dapat dianalisis berdasarkan
konteks semantik dan konteks pragmatik.
Menurut (Rahyono, 2015): analisis lingual
dan analisis nonlingual. Pada aspek semantis,
Jalan diartikan sebagai ‘tempat seseorang
atau sebuah objek untuk melintas dari satu
tujuan ke tujuan tertentu’ (Pusat Bahasa
Gambar 5 Kemdikbud, 2016). Papan jalan juga memiliki
Penggunaan LL pada onomastika fungsi simbolis (Landry & Bourhis, 1997).
Teks-teks di atas berfungsi untuk Berdasarkan penggunaan ejaan
menandai kuasa bahasa atas suatu wilayah. ditemukan kesalahan, yaitu ‘jl.’, seharusnya
Teks yang diproduksi oleh swasta/individu ‘jln.’, dan sebaiknya ditulis lengkap jadi
bersifat lebih beragam daripada teks yang ‘jalan’. Berkaitan dengan onomastika, kedua
diproduksi oleh pemerintah. Hal itu foto di atas menunjukan suatu tempat yang
disebabkan kurangnya aturan yang mengatur memiliki nilai sejarah. Sementara, dari segi
pola teks-teks tersebut. Fungsi informasi ini semiotikanya memperlihatkan pesan simbolik
merujuk pada informasi yang diberikan akan lokasi yang dituju, sehingga secara
kepada pembaca atas nama tempat, informasi spasial menginformasikan kepada
umum, nama barang dan jasa. masyarakat. Plang nama jalan ini merupakan
Fungsi berikutnya, fungsi simbolik. fakta linguistik, tidak semata-mata sebuah
Fungsi ini menandai simbol-simbol apa yang tanda identifikasi tempat. Lebih daripada itu,
dihasilkan dari kemunculan perilaku teks-teks plang jalan memuat wacana yang diciptakan
tersebut. Di sinilah terjadinya ada relasi oleh Pemerintah Kota Medan pada ruang
budaya, identitas kelompok (etnik, gender, sosialnya.
status sosial), relasi kuasa (ekonomi, politik, Perlu diketahui bahwa hakikat kajian
LL, memosikan bahasa sebagai perantara
MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
antara tempat dan ruang. Tidak hanya itu, dengan maraknya penggunaan bahasa asing.
plang jalan juga sebagai bagian dari Era globalisasi yang menawarkan isu
kebudayaan dan historisitas yang digunakan perdagangan bebas telah memberikan
sebagai komoditas ekonomi yang dapat dampak yang kurang menguntungkan
menarik wisatawan untuk mengunjungi terhadap perjalanan bahasa Indonesia. Bahasa
tempat itu. Indonesia seakan-akan menjadi subordinasi
bahasa asing (terutama bahasa Inggris) yang
peranannya begitu penting dalam komunikasi
di bidang iptek dan ekonomi.

PENUTUP
Berdasarkan tampilan foto yang
dianalisis, bahasa Indonesia sudah tidak bisa
menjadi penguasa tunggal pada lanskap
linguistik di Kota Medan. Terjadi kompetisi
antara bahasa Indonesia dengan bahasa
Inggris. Dampak kekuatan ekonomi,
membuat posisi bahasa Indonesia
termarjinalkan. Teks yang diproduksi oleh
swasta/individu bersifat lebih beragam
daripada teks yang diproduksi oleh
pemerintah.
Pengawasan penggunaan bahasa tidak
lagi terbatas pada kekuatan institusional,
tetapi justru peran arus bawah (bottom up)
Gambar 7 yang memegang kendali pada kasus lanskap
Penggunaan LL Pada Promisi Produk linguistik di Kota Medan. Ada dua aktor yang
Bangsa Indonesia sudah memiliki berperan dalam kajian LL, yaitu produsen
bahasa sendiri yaitu bahasa Indonesia, tetapi teks dan konsumen teks tersebut. Kedua aktor
faktanya peran bahasa Indonesia yang ini saling memengaruhi hasil teks di ruang
seharusnya menjadi tuan rumah di negaranya publik.
sendiri, kini mulai tergeser, bahkan tergusur

DAFTAR PUSTAKA 1390


Backhaus, P. (2006). Multilingualism in
Akindele, D. O. (2011). Linguistic Tokyo: A Look into the Linguistic
Landscapes as Public Landscape. International Journal of
Communication: A Study of Public Multilingualism, 3(1), 52–66.
Signage in Gaborone Botswana. https://doi.org/10.1080/14790710608
International Journal of Linguistics, 668385
3(1), 1–11. Backhaus, P. (Ed.) (2007). Linguistic
https://doi.org/International Journal of Landscapes: A Comparative Study of
Linguistics Urban Multilingualism in Tokyo (Vol.
Aribowo, E. K. (2017). Linking Arabic, 136). Clevedon: Multilingual Matters.
Islam, and Economy: Onomastics on Ben-Rafael, Eliezer, Elana Shohamy,
Bussiness Name of People of Arab Muhammad Hasan Amara, dan N. T.-
Descent in Indonesia. KARSA: H. (2006). Linguistic Landscape as
Journal of Social and Islamic Culture, Symbolic Construction of the Public
25(2), 284–306. Space: The Case of Israel.
https://doi.org/10.19105/karsa.v25i2. International Journal of

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
Multilingualism, 3(1), 7–30. Kajian Budaya.
Blackwood, R. J. and, & Tufi., S. (2015). https://doi.org/10.17510/paradigma.v
The Linguistic Landscape of the 8i1.231
Mediterranean: French and Italian Gorter, D. (2006). Minorities and
Coastal Cities. London: Palgrave Language. In Encyclopedia of
Macmillan. Language & Linguistics.
Blommaert, J. (2013). Complexity, Accent, https://doi.org/10.1016/B0-08-
and Conviviality: Concluding 044854-2/01295-5
Comments. Applied Linguistics, 34(5), Heyd, T. (2014). Folk-linguistic
613-622. landscapes: The visual semiotics of
https://doi.org/10.1093/applin/amt028 digital enregisterment. Language in
Blommaert, Jan. (2013). Ethnography, Society, 43(5), 489-514.
Superdiversity and Linguistic https://doi.org/10.1017/S0047404514
Landscapes: Chronicles of 000530
Complexity. Ontario: Multilingual Kasanga, L. A. (2012). Mapping the
Matters. linguistic landscape of a commercial
Cenoz, J., & Gorter, D. (2006). Linguistic neighbourhood in Central Phnom
Landscape and Minority Languages. Penh. Journal of Multilingual and
International Journal of Multicultural Development, 33(6),
Multilingualism, 3(1), 67–80. 553–567.
https://doi.org/10.1080/14790710608 https://doi.org/10.1080/01434632.201
668386 2.683529
Coluzzi, P. (2012). The Linguistic Koschade, A. (2016). Willkommen in
Landscape of Brunei Darussalam: Hahndorf: A Linguistic Landscape of
Minority Languages and the Hahndorf, South Australia.
Threshold of Literacy. Southeast Asia: International Journal of Humanities
A Multidisciplinary Journal, 12(1), 1– and Cultural Studies, 3(1), 692–716.
12. Kostanski, L. (2009). What’s in a Name?’:
Curtin, M. L. (2015). Creativity in Place and Toponymic Attachment,
polyscriptal typographies in the Identity and Dependence : A Case
linguistic landscape of Taipei. Social Study of The Grampians (Gariwerd)
Semiotics, 25(2), 236–243. National Park name restoration
https://doi.org/10.1080/10350330.201 process. University of Ballarat.
5.1010315 Kreslins, J. (2003). Linguistic Landscape in
Dagenais, D., Moore, D., Sabatier, C., the Baltic, Scandinavian Journal of
Lamarre, P., & Armand, F. (2008). History, 28(3-4), 165-174.
Linguistic landscape and language https://doi.org/10.1080/03468750310
awareness. In Linguistic Landscape: 003659
Expanding the Scenery, (pp. 293-309). Kusik, V. (2018). Onomastical analysis of
https://doi.org/10.4324/97802039309 inscriptions from Koper and its
60 vicinty. Studia Universitatis
Dany Ardhian, S. (2018). Mengenal Kajian Hereditati, Znanstvena Revija Za
Lanskap Linguistik dan Upaya Raziskave in Teorijo Kulturne
Penataannya dalam Ruang-ruang Dediščine.
Publik di Indonesia. Akrab Juara, https://doi.org/10.26493/2350-
3(3), 170–181. 5443.3(2)69-98
Erikha, F. (2018). Konsep Lanskap Kusumaningsih, D., Sudiatmi, T., &
Linguistik Pada Papan Nama Jalan Muryati, S. (2013). Pengidonesiaan
Kerajaan (Râjamârga): Studi Kasus di Kata dan Ungkapan Asing pada Nama
Kota Yogyakarta. Paradigma, Jurnal Badan Usaha, Kawasan, dan Gedung

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
[The Reservation of Foreign Words 41(3), 380–384.
and Expressions on The Names of https://doi.org/0.1080/01426397.2016
Business, Locations, and Buildings]. .1152356
Jurnal Pendidikan. Pusat Bahasa Kemdikbud. (2016). Kamus
Landry, R., & Bourhis, R. Y. (1997). Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ).
Linguistic landscape and Kementerian Pendidikan Dan Budaya.
ethnolinguistic vitality: An empirical Puzey, G. (2016). Linguistic Landscapes. In
study. Journal of Language and Social C. Hough (Ed.), The Oxford of
Psychology. 16(1), 23-49. Handbook of Names and Naming (pp.
https://doi.org/10.1177/0261927X970 476–496). Oxford: Oxford University
161002 Press.
Lay, R. E. (2015). Linguistic Landscape of Rahyono, F. . (2015). Kearifan Budaya
Main Streets in Bosnia and dalam Kata. Edisi ke-2. Jakarta:
Herzegovina. Undergraduate Honors Wedatama Widya Sastra.
Theses. Paper 302. Riani. (2014). Dominasi Bahasa Inggris
https://dc.etsu.edu/honors/302 pada Nama Badan Usaha di
http://dc.etsu.edu/honors. Yogyakarta [English Domination on
Lestari, S. (2013). Kajian Ragam Bahasa Business Names in Yogyakarta].
Slogan Pada Papan Reklame Di Kota Widyaparwa, 42(2), 141-152.
Medan (Kajian Sosiolinguistik). Richards., C. K. O. and I. A. (1923). The
Basastra, 2(2). Meaning of Meaning. 8th. New York:
Lou, J. J. (2016). Jan Blommaert, Harcourt, Brace & World.
Ethnography, superdiversity and Scollon, Ron, & Scollon, W. S. (2003).
linguistic landscapes: Chronicles of Discourse in Place. Language in the
complexity. Bristol: Multilingual Matherial World. Abingdon:
Matters, 2013. Pp. xiv, 127. Pb. Routledge.
£17.95. Language in Society. Shohamy, E., & Gorter, D. (2009).
https://doi.org/10.1017/s0047404516 Linguistic Landscape: Expanding the
00035x Scenery. New York dan Loncon:
Madson, M. (2016). Rani Rubdy & Selim Routledge.
Ben Said , Conflict, exclusion and https://doi.org/10.4324/97802039309
dissent in the linguistic landscape. 60
New York: Palgrave Macmillan, 2015. Shohamy, E., Ben-Rafael, L., & Barni, M.
Pp. xvi, 306. Hb $95.00. Language in (2010). Linguistic Landscape in the
Society. City. Bristol: Multilingual Matters.
https://doi.org/10.1017/s0047404516 Spolsky, B. (2004). The Nature of
000774 Language Policy and it’s Domains.
Manan, S. A., David, M. K., Dumanig, F. Language Policy. Cambridge
P., & Naqeebullah, K. (2015). Politics, University Press.
economics and identity: mapping the Stroud, C., A., & Mpendukana., S. (2009).
linguistic landscape of Kuala Lumpur, Towards a Material ethnography of
Malaysia. International Journal of Linguistic Landscape:
Multilingualism, 12(1), 31–50. Multilingualism, Mobility and Space
https://doi.org/10.1080/14790718.201 in a South-African Township. Journal
4.905581 of Sociolinguistics, 13(3), 363–383.
Mooney, A. and B. E. (2018). Language, Tang, H. K. (2016). Linguistic Landscaping
Society and Power: An Introduction. in Singapore: The Local Linguistic
New York: Routledge. Ecology and the Roles of English.
Nash, J. (2016). Is linguistic landscape Lund University Libraries.
necessary? Landscape Researchch, http://lup.lub.lu.se/student-

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237
papers/record/8878970.. Warung, Y. E. (2009). Menjaga integritas
Taylor-Leech, K. J. (2012). Language bahasa Indonesia di ruang publik.
choice as an index of identity: Menjaga Integritas Bahasa Indonesia
Linguistic landscape in Dili, Timor- di Ruang Publik.
Leste. International Journal of Wijana, I. D. P. (2014). Bahasa, Kekuasaan,
Multilingualism, 9(1), 15–35. dan Resistansinya: Studi Tentang
https://doi.org/10.1080/14790718.201 Nama-Nama Badan Usaha di Daerah
1.583654 Istimewa Yogyakarta. Humaniora,
Wahyuni, S. (2016). Representasi 26(1), 56–64.
Kekuasaan dalam Imbauan di Ruang Wolf, H.-G., Hans-Georg Wolf
Publik. Widyaparwa, 44(1), 41-50. Zweitgutachter, H., Bernhard Bielick,
Wang, J.-J. (2015). Linguistic Landscape H., & Magdalena, A. (2012). English
on Campus in Japan— A Case Study in the Linguistic Landscape of Hong
of Signs in Kyushu University. Kong: A Case Study of Shop Signs and
Intercultural Communication Studies Linguistic Competence. Universität
XXIV, 24(1), 123–144. Potsdam.

MEDAN MAKNA Vol. XVII No. 2 Hlm. 195 - 208 Desember 2019 ISSN 1829-9237

Anda mungkin juga menyukai