Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGARUH BAHASA PERTAMA TERHADAP BAHASA KEDUA

DOSEN PEMBIMBING :
ARIFUDDIN, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : AISYAH EKA ALFINA


NIM : 105331101820
KELAS : BI3B
MATA KULIAH : TEORI BELAJAR BAHASA DAN
MODEL PEMBELAJARAN BSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua” ini dengan
tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa
dan Model Pembelajaran BSI. Selain itu, makalah ini juga disusun dengan tujuan
untuk menambah wawasan tentang pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa
kedua.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak


Arifuddin, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Belajar Bahasa
dan Model Pembelajaran BSI. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Tanjung Selor, 12 Februari 2022

Aisyah Eka Alfina

DAFTAR ISI

1
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
RINGKASAN....................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1    Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3    Tujuan Makalah......................................................................................... 2
BAB II  PEMBAHASAN....................................................................................... 3
2.1    Hakikat dan Fungsi Bahasa....................................................................... 3
2.2    Pengertian Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua...................................... 4
2.3    Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua.................................. 5
2.4    Keterkaitan Bahasa Pertama dalam Pembelajaran Bahasa Kedua.......... 6
2.5    Transfer dan Interferensi Antara Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua.... 8
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 11
3.1    Kesimpulan ............................................................................................... 11
3.2 Saran......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13

RINGKASAN

2
Aisyah Eka Alfina, 2022. Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa
Kedua. Telah lama para ahli pengajaran bahasa kedua percaya bahwa bahasa
pertama atau bahasa yang diperoleh sebelumnya, berpengaruh terhadap proses
penguasaan bahasa kedua peserta didik (Ellis, 2004). Bahkan, bahasa pertama
telah lama dianggap sebagai pengganggu peserta didik dalam menguasai bahasa
kedua.
Pendapat ini sangat kuat diikuti ketika masih ramainya para ahli mendukung
teori stimulus respons yang melahirkan metode audiolingual. Pandangan ini karena
secara disadari atau tidak, peserta didik melakukan transfer atau memindahkan
unsur-unsur bahasa pertama ke dalam struktur bahasa kedua. Akibatnya, terjadilah
apa yang disebut pergantian struktur dan kode-kode bahasa dari bahasa pertama
terhadap bahasa kedua yang digunakannya. Bentuk pemidahan ini dapat berupa
kesalahan atau errors, kesilapan atau erreurs dalam bahasa Prancis, atau bisa
dipandang sebagai adanya bentuk bahasa baru yang diciptakan sendiri oleh peserta
didik yaitu bahasa antara. Bahasa atara ini dikenal dalam literature pemerolehan
bahasa sebagai interlanguage.
Jika struktur bahasa pertama sama atauu mirip dengan bahasa kedua,
peserta didik akan lebih mudah mentransfernya. Jika perbedaan antar keduanya
tidak disadari oleh peserta didik, kemungkinan terjadi transfer negative, yag pada
akhirnya memunculkan peristiwa interferensi (sengaja menggunakan kaidah bahasa
pertama untuk bahasa kedua), kesilapan (kesalahan yang diibuat secara incidental
karena tidak sengaja), dan kesalahan (yaitu kesalahan yang muncul secara
konsisten karena ketidaktahuan). Itulah sebabnya, semakin besar perbedaan
struktur antara yang ada dalam bahasa pertama dengan yang ada dalam bahasa
kedua, usaha yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam memperoleh dan
menguasai bahasa kedua cenderung lebih berat dan sukar bila dibandingkan
dengan apabila kedua bahasa itu memiliki banyak kesamaan. 

Kata Kunci : Bahasa Pertama, Bahasa Kedua, Penguasaan Bahasa

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.2 Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia, sehingga dapat pula dikatakan bahwa bahasa adalah milik manusia
yang telah menyatu dengan pemiliknya (Chaer, 2009:5). Bahasa juga
merupakan alat untuk berkomunikasi, menyampaikan pikiran, gagasan,
ekspresi, dan menjalin interaksi (hubungan timbal balik) satu sama lain dalam
kehidupan manusia.
Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa
pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga. Pengenalan atau
penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau
proses belajar. Pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui
interaksi tak formal dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.
Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada
bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama
atau dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa
Kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan
Bahasa Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa
Kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika didapat di lingkungan
Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui
keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.
Ada ahli bahasa yang mengungkapkan bahwa belajar bahasa kedua
adalah sistem belajar secara tidak wajar. Ketidakwajaran yang dimaksud
mungkin merujuk pada proses ketidaksengajaan yang terjadi selama proses
pemerolehan bahasa saat berinteraksi deengan berbagai kalangan. Sebaliknya,
jika seseorang memperoleh secara wajar sejak kecil, maka orang tersebut telah
memperoleh bahasa pertama.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa hakikat dan fungsi bahasa?

4
2. Apa pengertian bahasa pertama dan bahasa kedua?
3. Bagaimana pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua?
4. Apa keterkaitan bahasa pertama dalam pembelajaran bahasa kedua?
5. Bagaimana transfer dan interferensi antara bahasa pertama dan bahasa
kedua?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar pembaca dapat mengetahui :
1. Untuk mengetahui hakikat dan fungsi bahasa.
2. Untuk mengetahui pengertian dari bahasa pertama dan bahasa kedua.
3. Untuk mengetahui proses pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua.
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara bahasa pertama dan bahasa kedua.
5. Untuk mengetahui transfer dan interferensi antara bahasa pertama dan
bahasa kedua.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat dan Fungsi Bahasa


1. Pengertian Bahasa

5
Secara umum bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi.
“Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi yang memiliki daya
ekspresi dan informasi yang benar” (Indah & Abdurrahman, 2008:46).
manusia sangat membutuhkan bahasa untuk membangun interaksi antara
satu dengan yang lain. Sebagai manusia yang aktif, dalam  kehidupan
bermasyarakat, orang sangat bergantung pada penggunaan bahasa. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dimana ada masyarakat, disitu ada penggunaan
bahasa. Dengan kata lain, dimana ada aktifitas terjadi, disitu aktifitas
bahasa tercipta(Indah & Abdurrahman, 2008:46).
Chaer (2009:30) menyatakan “para pakar linguistik deskriptif biasanya
mendefinisikan bahwa bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang
bersifat arbitrer, yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri”. Chaer juga menambahkan
bahwa bahasa merupakan sistem yang bersifat sistematis, bukan hanya
terbentuk dari sistem tunggal saja, tetapi terbentuk oleh sejumlah subsistem
yang meliputi sintaksis, fonologi, dan leksikon.
Asal usul bahasa sangat bermacam-macam dan berhubungan erat
dengan kebudayaan manusia. Von Schlegel (Chaer, 2009:31-32)
berpendapat “bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin
bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan
tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa itu”.
Menurut Von Schlegel, dari manapun asal bahasa, akal manusialah yang
membuat bahasa itu sempurna.Dengan kata lain, bahasa berasal dari setiap
kebudayaan manusia di dunia.
2. Fungsi Bahasa
Wardhaugh (Chaer, 2009:33), seorang pakar sosiolinguistik
mengatakan bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, baik
berupa lisan maupun tulisan.  Sejalan dengan pendapat tersebut, Indah dan
Abdurraman (2008:50) mengemukakan pendapat berikut ini:
Pertama, fungsi bahasa sebagai intrapersonal (mathetik) yaitu,
penggunaan bahasa untuk memecahkan persoalan (problem solving),
mengambil keputusan (decision making), berfikir, mengingat dan
sebagainya. Kedua, fungsi bahasa yang bersifat interpersonal (prakmatik),
yaitu yang menunjukkan suatu pesan atau keinginan penutur (message).

6
Biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah, kalimat tanya, dan kalimat
berita.
Sejalan dengan pendapat diatas, Kinneavy (chaer, 2009:33) juga
mengemukakan lima fungsi dasar dari bahasa secara lebih khusus, yakni
bahasa sebagai fungsi ekspresi (berupa ungkapan batin/perasaan),
informasi, eksplorisasi (berhubungan dengan penggunaan bahasa untuk
menjelaskan suatu hal, keadaan dan perkara), persuasi (bersifat
mengajak/membujuk), dan hiburan.

2.2 Pengertian Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua


Bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali anak peroleh
ketika  masih kecil. Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, dan Dewi (2011:2) menjelaskan
bahwa “the important features that all shades of L1s share are that they are
assumed to be languages which are acquired during early childhood, normally
beginning before the age about three years”. Sofa (2008) menyatakan bahasa
pertama (selanjutnya disingkat B1) adalah bahasa pada anak ketika mulai
berkomunikasi dengan lingkungannya secara verbal, dan semua itu terjadi
secara alami.
Bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari setelah seseorang
memperoleh bahasa pertamanya. Dalam kamus besar, bahasa kedua
adalah bahasa yg dikuasai oleh bahasawan bersama bahasa ibu pada masa
awal hidupnya dan secara sosiokultural dianggap sebagai bahasa sendiri.
Sering pula Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, dan Dewi (2011:2-3) menyebut bahasa
kedua (selanjutnya disingkat B2) sebagai target language (TL), meskipun
bahasa yang dipelajari tersebut menjadi bahasa yang ketiga, keempat, dan
seterusnya.
Pemerolehan bahasa pertama berbeda dengan pembelajaran bahasa
kedua. Syafriandi (2009) menyatakan “pemerolehan (akuisisi) bahasa adalah
proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh
bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pembelajaran bahasa berkaitan
dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak
mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya”. Jadi,
pemerolehan bahasa berhubungan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berhubungan dengan bahasa kedua.

7
2.3 Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara
verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa
pertama (B1) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah
memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih
mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya.
Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri
kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan
satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Ada dua
pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa
mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa
memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi
motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang
dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai
pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan
bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak.
Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan
bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu
sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat
dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan
orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis
pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga
memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah hilang
pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana
pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak.
Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.

2.4 Keterkaitan Bahasa Pertama dalam Pembelajaran Bahasa Kedua


Terdapat beberapa hubungan antara B1 dengan B2 yang tengah
seseorang pelajari, baik meliputi persamaan dan perbedaan unsur kebahasaan,
maupun struktur bahasa. Chaer (2009:246-247) mengemukakan “kesamaan itu

8
terletak pada urutan pemerolehan struktuk bahasa, seperti modus interogasi,
negasi, dan morfem-morfem gramatikal. Unsur kebahasaan tertentu akan
diperoleh terlebih dahulu, sementara unsur kebahasaan lain baru diperoleh
kemudian”.  Sofa (2008) menyebutkan salah satu perbedaan antara
pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah bahwa pemerolehan
bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif
dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi setelah
perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai. Dalam hal
penguasaan lafal, anak-anak lebih dapat menguasai pelafalan B1, sedangkan
untuk pelafalan B2 mereka cenderung lebih kesulitan dan kurang sempurna.
Charles Fries dan Robert Lado (Chaer, 2009:247) mengembangkan
hipotesis yang disebut Hipotesis Kontraktif yang membahas perbedaan antara
B1 dan B2. Perbedaan itu dapat memberikan kemudahan maupun kesulitan
dalam pemerolehan B2. Adanya kemudahan dalam belajar B2 karena terdapat
beberapa kesamaan antara B1 dan B2. Sebaliknya, timbulnya kesulitan dalam
pembelajaran B2 karena adanya perbedaan antara kedua bahasa, yang bahkan
dapat menimbulkan kesalahan.
Dalam hipotesis konstaktif menyatakan bahwa seorang pembelajar B2
seringkali melakukan transfer B1 kedalam B2-nya dalam menyampaikan suatu
gagasan. chaer (2009:247) mengemukakan “transfer ini dapat terjadi pada
semua tingkat kebahasaan : tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat”.
Ketika pembelajaran B2 berlangsung, terjadi tansfer positif dan negatif antara
B1 dan B2. Chaer (2009:247) mengartikan transfer positif adalah adanya
kesamaan struktur yang menimbulkan kemudahan, sedangkan transfer negatif
berkaitan dengan ketidaksamaan struktur kedua bahasa yang menimbulkan
kesulitan dalam proses pembelajaran bahasa tersebut.
Selama pembelajaran B2 berlangsung, seseorang khususnya pada anak
akan cenderung masih menggunakan B1 untuk mengawali beberapa ucapan
dalam B2 sebelum bahasa keduanya benar-benar didapat. Dalam hipotesis
bahasa pertama yang dikembangkan oleh Stephen Krashen (Chaer, 2009:249)
menyatakan pendapat berikut ini:
Bahasa pertama anak akan digunakan untuk mengawali ucapan dalam
bahasa kedua, selagi penguasaan bahasa kedua belum tampak. Jika seorang
anak pada tahap permulaan belajar bahasa kedua dipaksa menggunakan atau

9
berbicara dalam bahasa kedua, maka dia akan menggunakan kosa kata dan
aturan tata bahasa pertamanya. Berilah kesempatan pada anak untuk
mendapatkan imput yang bermakna dan untuk mengurangi filter afektifnya.
Dengan demikian, penguasaan bahasa kedua dengan sendirinya akan
berkembang pada waktunya.
Ellis (Chaer, 2009:256) mengemukakan “para pakar pembelajar bahasa
kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau
bahasa yang pertama diperoleh) mempunyai pengaruh terhadap proses
penguasaan bahasa kedua pembelajar”. Sejalan dengan itu, Dulay (Chaer,
2009:256) menyatakan bahwa bahasa pertama menjadi penggangu dalam
proses pembelajaran bahasa kedua. Ini terjadi karena secara umum seorang
pembelajar B2 secara sadar maupun tidak mentransfer unsur B1 kedalam B2
ketika dia sedang menggunakannya.
Kemudian Indah dan Abdurrahman (2008:84) mengungkapkan “pengajar
bahasa asing beranggapan bahwa diperlukan lebih banyak waktu untuk
mempelajari bahasa yang jauh daripada yang dekat perbedaannya dengan B1”.
Seperti contoh, penutur bahasa inggris membutuhkan lebih banyak waktu
mempelajari bahasa Cina  daripada bahasa Spanyol. Dari pendapat-pendapat
tersebut kemudian timbul pertanyaan di benak kita, terus apa yang harus kita
lakukan, dan dapatkah gangguan B1 dalam proses pembelajaran B2 bisa
dihilangkan, atau paling tidak dapt berkurang? Ada dua teori yang bisa menjadi
kajian atau jawaban atas pertanyaan diatas, yaitu:
a. Chaer (2009:256) menjelaskan sebuah teori stimulus-respon yang
dikemukakan oleh kaum behaviorisme yang berbunyi “bahasa adalah hasil
perilaku stimulus-respons. Maka apabila seorang pembelajar ingin
memperbanyak penggunaan ujaran, dia harus memperbanyak penerimaan
stimulus”. Oleh karena itu, peran lingkungan sebagai sumber datangnya
stimulus sangat penting dalam membantu proses pembelajaran bahasa
kedua. Hamid (Chaer, 2009:256-257) menjelaskan bahwa kaum
behaviorisme juga berpendapat proses pemerolehan bahasa adalah sebuah
proses pembiasaan, yang berarti semakin seseorang terbiasa untuk
merespon stimulus yang datang padanya, semakin memperbesar
kemungkinan aktifitas pemerolehan bahasanya. Sebaliknya, jika pembelajar

10
belum bisa secara penuh menerima stimulus dari luar, maka dia belum
dapat melakukan aktivitas respon.
b. Dalam teori lain, yakni teori kontrastif, Klein (Chaer, 2009:257) memaparkan
“keberhasilan belajar bahasa kedua sedikit banyaknya ditentukan oleh
keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai sebelumnya oleh
pembelajar”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Izzo (Ghazali, 2010:126)
menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran B2 adalah
aspek linguistik, yakni berkaitan dengan perbedaan antara B1 dan B2 dalam
hal pengucapan, tata bahasa, pola wacana. Bananthy (Chaer, 2009:257)
menyimpulakan bahwa menurut teori ini “semakin besar perbedaan antara
keadaan linguistik  bahasa yang telah dikuasai dengan linguistik bahasa
yang hendak dipelajari, semakin besar kesulitan yang dihadapi pembelajar
dalam usaha menguasai bahasa kedua”. Bananthy mempertegas
pendapatnya dengan menyatakan sebuah solusi bahwa dalam
pembelajaran B2, mengetahui unsur linguistik B1 sangat penting untuk
menentukan strategi pembelajaran B2, karena belajar B2 tidak berbeda
halnya mentransfer bahasa baru diatas bahasa yang sudah ada (dimiliki
sebelumnya).

2.5 Transfer dan Interferensi Antara Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas beberapa aspek B1 yang
berpengaruh dalam proses pembelajaran B2, bahwa B1 dapat mengganggu
penggunaan B2 pembelajar. Pembelajar akan cenderung mentransfer unsur
bahasa pertama kedalam bahasa keduanya.
Chaer (2009:261) menyebutkan dalam kajian sosiolinguistik disebut
interferensi, campur kode, dan kekhilafan (error). Memang, sejalan dengan taraf
kemampuan terhadap B2, penggunaan dan proses transfer unsur-unsur B1 ini
lama-kelamaan akan berkurang. Interferensi ialah masuknya unsur suatu
bahasa ke dalam bahasa lain yang mengakibatkan pelanggaran kaidah bahasa
yg dimasukinya baik pelanggaran kaidah fonologis, gramatikal, leksikal, maupun
semantis. Dalam peristiwa interferensi terjadi transfer, yaitu penggunaan kaidah
bahasa tertentu pada bahasa lainnya (modifikasi, sumber: study cycle.net).
Namun, Nabatan (Chaer, 2009:261) mengemukakan “secara teoritis tidak ada
orang yang mempunyai kemampuan berbahasa kedua sebaik dengan bahasa

11
pertama”. Yang mungkin terjadi adalah orang mampu berbahasa kedua dalam
beberapa bidang kegiatan atau keilmuan saja.
Dalam proses pemerolehan B1 terjadi penuranian. Chaer (2009:261)
menyebutkan dalam hipotesis nurani disebutkan bahwa “pemerolehan bahasa
pertama yang berlangsung sejak bayi sampai berakhirnya masa atau periode
kritis untuk memperoleh bahasa pertama, sedikit demi  sedikit, bahasa pertama
itu dinarunikan”. Proses penuranian hampir sama dengan proses akuisisi, yakni
berlangsung secara tidak sadar, dan proses tersebut sudah mencakup semua
kemampuan bahasa, seperti sintaksis, fonologi, morfologi, dan leksikon.
Interferensi yang terjadi antara B1 dan B2 dapat mencakup segala aspek
bahasa. Chaer (2009:261-263) memberikan tiga contoh mengenai interferensi
berikut ini :
a. Interferensi Dalam Tataran Fonologi. Contoh seorang penutur bahasa
Indonesia yang berasal dari pulau Nias sering melafalkan voiceless
phoneme bilabial stop [p] menjadi voiceless phoneme labiodental
fricative [f].
b. Interferensi Dalam Tataran Morfologi. Contoh tentang pembentukan kata
dengan afiks. Dalam bahasa Belanda dan Inggris terdapat kata sufiksisasi,
maka banyak pula penutur Indonesia yang kemudian menggunakannya
dalam pembentukan kata dalam bahasa Indonesia seperti tendanisasi,
turinisasi. Bentuk seperti itu merupakan penyimpangan dari sistem morfologi
bahasa Indonesia, karena dalam bahasa Indonesia ada konfisk pe-an untuk
membentuk nominal. Jadi, bentuk yang benar adalah penendaan, penurian.
Contoh lain, tentang penggunaan bentuk ketabrak, kejebak, dan kekecilan,
dalam bahasa Indonesia tergolong kasus interferensi. Bentuk tersebut
datang dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta, sementara bentuk yang benar
adalah tertabrak, terjebak, terlalu kecil.
c. Interferensi Dalam Tataran Sintaktik. Contoh dari bilingual Jawa-Indonesia
dan Sunda-Indonesia. Contoh bunyi kalimat-kalimatnya adalah:
 Disini toko laris yang mahal sendiri.
Kalimat ini jelas berstruktur bahasa Jawa yang sebenarnya berbunyi
“ning kene toko laris sing larang dewe”.
 Surat itu telah dibaca oleh saya.

12
Kalimat diatas merupakan bentuk  bahasa Indonesia yang
terinterferensi bahasa Sunda yang sebenarnya berbunyi “eta surat geus
dibaca ku kuring”.
Dewasa ini banyak orang Indonesia dalam menggunakan bahasa sering
kali menyelipkan sejumlah leksikal bahasa asing (Inggris, Arab, dan
sebagainya). Menurut Chaer (2009:263), hal ini juga merupakan proses transfer
sadar dan sengaja dengan dua alasan (a) karena dia tidak tahu padanannya
dalam bahasa Indonesia, (b) sebagai sarana gengsi untuk memberi kesan
bahwa dia orang pandai”. Beliau juga mempertegas pendapatnya bahwa
“penggunaan leksikal asing ini bukanlah suatu transfer karena bahasa asing itu
bukan bahasa pertama si pembicara itu”. Jadi, penggunaan leksikal bahasa
asing dalam kebahasaan bukan merupakan proses transfer dari bahasa kedua,
karena bahasa asing itu bukan bahasa pertama pembelajar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, baik
berupa pengungkapan gagasan, ide, ekspresi, maupun penyampaian informasi
terhadap orang lain. Secara umum, bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan

13
manusia. Ketika suatu  interaksi dibangun, disitulah bahasa berkembang dan
digunakan.
Bahasa pertama adalah bahasa yang diperoleh pertama kali oleh anak
ketika dia masih kecil. Proses pemerolehan ini disebut acquisition, yang berarti
pemerolehan bahasa tersebut terjadi secara tidak sadar dan alami. Ketika anak
belajar mengekpresikan kemauannya dalam bentuk bahasa kepada ibunya atau
lingkungannnya, disitulah secara alami bahasa pertama anak diperoleh.
Bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari ketika seseorang telah
memiliki bahasa pertamanya. Proses pembelajaran B2 lebih bersifat learning.
Hal ini karena seseorang tidak lagi mempelajarinya dengan alami, melainkan
harus ada upaya dalam pembelajaran bahasa itu. Dalam pembelajaran bahasa
kedua seseorang tidak akan terlepas dari pengaruh bahasa pertama. Karena
pembelajaran bahasa kedua sama halnya dengan proses penerimaan bahasa
baru terhadap bahasa yang telah pembelajar miliki terlebih dahulu. Ini
memungkinkan adanya pengaruh unsur B1, baik dalam segi fonologi, sintaksis,
morfologi, maupun leksikon terhadap unsur B2. Pengaruh ini dapat berupa
transfer dan interferensi antara kedua bahasa tersebut.
Terdapat beberapa hubungan antara B1 dengan B2 yang tengah
seseorang pelajari, baik meliputi persamaan dan perbedaan unsur kebahasaan,
maupun struktur bahasa. Adanya kemudahan dalam belajar B2 karena terdapat
beberapa kesamaan antara B1 dan B2. Sebaliknya, timbulnya kesulitan dalam
pembelajaran B2 karena adanya perbedaan antara kedua bahasa, yang bahkan
dapat menimbulkan kesalahan.
Transfer dan interferensi adalah proses dimana penutur asli bahasa
pertama akan menggunakan unsur B1 ketika dia mempelajari bahasa
keduanya. Jadi, unsur bahasa yang berupa persamaan maupun perbedaan
antara B1 dan B2, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran B2.
Semakin banyak persamaan unsur B1 (mencakup segi fonologi, sintaktik,
morfologi, dan leksikon), semakin mudah proses pembelajaran B2 sebaiknya,
semakin besar perbedaan unsur B1 dengan B2 semakin pembelajar mendapat
kesulitan.

3.2 Saran

14
Dari pembahasan diatas, perlu kita ketahui bahwa adanya pengaruh B1
terhadap B2 akan selalu ada. Dalam proses pemerolehan B1, seseorang telah
mengalami penalurian (pemerolehan bahasa secara alami), sehingga secara
otomatis segala unsur bahasa dalam B1 akan melekat dan mudah dia kuasai.
Lain halnya dengan B2, seseorang masih harus berusaha (secara sadar) untuk
menguasai segala unsur  bahasa tentang B2. Dari itu, ada empat saran untuk
mendapatkan kemampuan lebih baik dalam belajar B2, yaitu :
a. Proses pemerolehan bahasa adalah sebuah proses pembiasaan, yang
berarti semakin terbiasa seseorang untuk merespon stimulus yang datang
padanya, semakin besar kemampuandalam penguasaan bahasanya.
b. Meningkatkan motivasi dalam belajar B2.
c. Mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan B2 yang tengah
dipelajari, yakni aspek budaya dari bahasa kedua tersebut. Ini sangat
membantu dalam pengembangan pembelajaran bahasa. Karena
kebanyakan pembelajar bahasa kedua hanya mempelajari dari unsur
kebahasaannya saja.
d. Meningkatkan intensitas penggunaan B2 dalam praktik keseharian. Ini
sejalan dengan ungkapan practice makes perfect, yang berarti semakin
sering seseorang berlatih menggunakan B2 tersebut, semakin cepat B2
dikuasai.

DAFTAR PUSTAKA

Blogspot.com, ghozaliaffan. Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa


http://ghozaliaffan.blogspot.com/2014/02/pengaruh-bahasa-pertama-terhadap-
bahasa.html

15
Chaer, A. 2009. Psikolinguistik: kajian teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghazali, A.S. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa.


dengan pendekatan komonikatif-interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.

Indah, R.N., &Abdurrahman. 2008.  Psikolinguistik.


konsep & isu umum. Malang: UIN Malang Press.

Isnaini, Iswahyuni, Hapsari, Y.&Dewi. Modul Bahasa Inggris


Foreign Language Acquisition. Universitas Brawijaya.

Kamus Besar.com. bahasa kedua.


(http://www.kamusbesar.com/47875/bahasa-kedua), diakses 8 Juni 2013.

Safriandi. 2009. Bahasa Pertama Vs Bahasa Kedua.


(http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/11/09/bahasa-pertama-vs-bahasa-
kedua/), diakses 8 Juni 2013.

Sofa. 2008. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua


(http:// massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-pertama-
dan-bahasa-kedua_CARI ILMU ONLINE BORNEO.htm), diakses pada 7 Juni
2013.

Study Cycle.net. 2010. Interferensi Bahasa.


(http:// www.interferensi-bahasa.html), diakses 7 Juni 2013.

Linguistik.com. Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Proses.


https://www.linguistikid.com/2017/02/pengaruh-bahasa-pertama-terhadap-
proses.html

Wordpreess.com, massofa. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua.


https://massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-pertama-
dan-bahasa-kedua/

16
17

Anda mungkin juga menyukai