Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DASAR- DASAR ILMU PENDIDIKAN

“ Permasalahan Pokok Pendidikan di Indonesia “

Disusun Oleh :

1. Alda Deria (20031046)

2. Atiqah Nabila Febril (20031056)

3. Fajriah Okta Vera (20031068)

4. Ghaby Sal Sabila (20033129)

5. Khairunnisa ( 20033133)

6. Leni Erpita ( 20031077)

7. Martin Albertus Silitonga (20033071)

8. Muhammad Ayasi Ardha (20033141)

9. Putri Ayu Lestari ( 20031094)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam
menyelesaikanmakalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulis mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah ini bisa selesai
tepat waktu.

Adapun penulisan makalah berjudul Hakikat Ilmu Pendidikan ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….....……..ii

DAFTAR ISI …...………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……… …………..………………………………………………….. ............4

1.2. Rumusan Masalah……........……………..…………………………………………...............5

1.3. Tujuan……… ………………….………………..…………………………………...............5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hakikat Manusia………………………………………………………………….6

2.2. Permasalahan Pendidikan di Indonesia bidang pemerataan …...……………….…..............8

2.3 Permasalahan Pendidikan di Indonesia bidang kuantitas…………………………………….9

2.4 Permasalahan Pendidikan di Indonesia bidang kualitas………………………………….….10

2.5 Permasalahan Pendidikan di Indonesia bidanng efisiensi…………………………………...10

2.6 Permasalahan Pendidikan di Indonesia bidang efektivitas…………………………………..11

2.7 Permasalahan Pendidikan di Indonesia bidang relevansi tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan…………………………………………………………………………………….12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan…...……………...……………………………………………………...............14

3.2. Saran………………………...……………………………………………….….…..............14

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..…………………………………....15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Karena
pendidikan sangat penting. Pemerintah juga sudah mengeluarkan peraturan agar anak-anak
menempuh jenjang pendidikan selama 12 tahun. Pendidikan merupakan media atau alat
yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dan adanya interaksi antara
guru dan murid. Guru memberikan pelajaran kepada para siswa, kemudian dipelajari dan
dipahami oleh siswa. Dalam dunia pendidikan tidak hanya materi saja yang diajarkan, akan
tetapi juga termasuk pembentukan karakter dan sikap para siswa. Proses ini membutuhkan
guru profesional dan mampu melaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan.
Pendidikan membutuhkan metode yang tepat untuk mengarahkan ketujuan yang
dicita-citakan. Diperlukan adanya pemahaman tentang dasar dan tujuan pendidikan secara
mendalam. Apabila kita telah memahami dasar dan tujuan maka kita dapat memajukan
pendidikan secara nasional. Dasar dan tujuan pendidikan merupakan suatu masalah
fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan menerapkan asas-asas pendidikan
yang tepat maka akan memberi peluang yang besar dalam mewujudkan pendidikan yang
berwawasan tepat.
Pendidikan merupakan suatu media untuk mengembangkan keterampilan dan
sikap yang bisa membuat seseorang menjadi lebih baik. Pendidikan dibutuhkan media
seperti buku yang berdaya guna. Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar
manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dan pengajar. Proses
interaksi ini bertujuan mengubah tingkah laku diri pribadi. Peubahan tingkah laku ini
menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan sumber daya berkualitas. Proses
pembelajaran merupakan indikator utama keberhasilan pendidikan.Berdasarkan uraian
diatas,maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hakikat pendidikan dalam
pembelajaran Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana permasalahan pendidikan di bidang pemerataan?


2. Bagaimana permasalahan pendidikan di bidang kuantitas?
3. Bagaimana permasalahan pendidikan di bidang kualitas?
4. Bagaimana permasalahan pendidikan di bidang efisiensi?
5. Bagaimana permasalahan pendidikan di bidang efektivitas?
6. Bagaimana permasalahan pendidikan di bidang relevansi tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pendidikan di Indonesia pada bidang


pemerataan
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pendidikan di Indonesia pada bidang
kuantitas
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pendidikan di Indonesia pada bidang
kualitas
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pendidikan di Indonesia pada bidang
efisiensi
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pendidikan di Indonesia pada bidang
efektivitas
6. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pendidikan di Indonesia pada bidang
relevansi tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan

5
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Hakekat Manusia

Menurut bahasa, hakekat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Hakikat juga berarti inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah swt. Kesempurnaan yang
dimiliki manusia merupakan sesuatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah
dimuka bumi. Al-Quran menjelaskan bahwa manusia berasal dari tanah.

Jadi, hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk
yang diciptakan oleh Allah swt.

2. Manusia sebagai Makhluk Individu, Sosial, Etika, dan Agama

a. Manusia sebagai Makhluh Individu

Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda walaupun manusia tersebut


dilahirkan secara kembar. Karenanya setiap manusia yang dilahirkan didunia ini memiliki sifat
atau karakter, keinginan, kebutuhan dan cita-cita yang berbeda dengan manusia lainnya,
sehingga dapat dibedakan dengan manusia lainnya. Manusia sebagai makhluk individu artinya
manusia sebagai perseorangan atau pribadi yang terpisah dari pribadi lain. Manusia secara
individu adalah bebas, ia bisa menentukan sendiri apa yang dilakukan berdasarkan kehendaknya.

Paham yang berkaitan dengan pemikiran bahwa manusia adalah individu yang bebas dan
merdeka adalah paham individualisme. Paham individualisme menekankan pada kekhususan,
martabat, hak, dan kebebasan perorang.

b. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk social, dimana setiap manusia membutuhkan bantuan orang
lain. Manusia sebagai makhluk social hidup bersama dengan manusia lainnya. Tanpa bantuan
manusia lainnya, manusia tidak bisa berjalan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan potensi
kemanusiaannya. Terdapat beberapa alas an manusia sebagai makhluk social:

 Manusia tunduk pada aturan


 Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
 Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

c. Manusia sebagai Makhluk yang ber-Etika

6
Manusia memiliki potensi dan kemampuan untuk berfikir, berkehendak bebas,
bertanggung jawab, dan punya potensi berbuat baik. Adapun kebebasan selalu berhubungan
dengan norma-norma dan nilai-nilai moral yang harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai
kebebasan memilih dan menentukan pilihan maka selalu ada tuntunan pertanggungjwaban.

d. Manusia sebagai Makhluk Beragama

Manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Tuhan telah menurunkan wahyu melalui utusannya. Manusia hidup beragama karena
agama menyangkut masalah-masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagaman akan
tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing. Dalam keberagaman
manusia akan merasakan hidupnya lebih bermakna.

7
1. PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN

Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan
masyarakat sebagai suprasistem sehingga menciptakan kondisi yang sedemikian rupa dan
permasalahan interen system pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, permasalahan
interen dalam system pendidikan kaitannya dengan masalah-masalah diluar system pendidikan
itu sendiri.

Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi
social budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya, dan masih banyak lagi factor-faktor lainnya
di luar system persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut. Namun pada
dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa
ini yaitu :

1. Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.

2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang
mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.

JENIS PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN

1. Masalah Pemerataan Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar
rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama
memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan
melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu
proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga
seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat
memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan
keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal
ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh
pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis
kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.

Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara


pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini
menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu
masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga
pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan
yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal

8
ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat
mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas


dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan.
Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan
setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang
dijalankan ini..

Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan di dalam
Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dengan pengajaran di
sekolah. Pada Bab XI, pasl 17 berbunyi :

“Tiap-tiap warga negara RI mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu
sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu
dipenuhi”

Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI, pasal 10 Ayat 1, menyatakan
:“Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang berumur 8 tahun diwajibkan belajar
di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya”. Ayat 2 menyatakan : “Belajar di sekolah agama yang
telah mendapat pengakuan dari materi agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar”.

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan ditempuh melalui dua cara, yaitu :

a. Cara Konvensional: Membangun gedung sekolah seperti SD Inpers dan atau ruangan
belajar dan menggunakan gedung sekolah untuk double shift (system bergantian padi dan sore).

b. Cara Inovatif

- Sistem Pamong atau Inpact System (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru). Sistem
tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.

- SD kecil pada daerah terpencil

- Sistem Guru Kunjung

- SMP terbuka

- Kejar paket A dan B

- Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka

2. Masalah kuantitas Pendidikan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu :

9
a.Faktor internal:meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan
Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal
ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa
selalu terjaga dengan baik.

b.Faktor eksternal: adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan


ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek
dari pendidikan.

3. Masalah Kualitas Pendidikan

Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Hasil yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang
bermutu. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. Ada 2 faktor yang
dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat
diusahakan pada saat demikian :

a. gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan dan kesempatan pendidikan


bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dana dan daya.

b. kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu
karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang
kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.

Umumnya mutu pendidikan di pedesaan lebih rendah dari mutu pendidikan di perkotaan.
Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar system pendidikan khususnya system
persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota dan desa)
mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan

Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang masing-masing memiliki kekhususan, namun
pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan kualitas
komponen pendidikan (utamanya komponen masukkan mentah untuk jenjang pendidikan
menengah dan tinggi dan komponen masukan instrumental) serta mobilitas komponen-
komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas
proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, yang akhirnya dapat meningkatkan
hasil pendidikan.

4. Masalah Efisiensi Pendidikan

Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara
efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik dengan
tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
Masalah efisiansi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan

10
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya
hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensi tinggi. Jika terjadi sebaliknya, efisiensi berarti
rendah. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :

a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan ?

Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pembangunan tenaga. Masalah


pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah
pengangkatan yang sangat terbatas. Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang
penempatan atudy, sering mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan. Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat,
khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru dan setiap pembaruan kurikulum
menurut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan.

b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan ?

Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain
sebagai akibat kurang matangnya perencanaan. Banyak gedung SD Inpres karena beberapa sebab
dibangun pada lokasi yang tidak tepat, akibatnya banyak SD yang kekurangan murid atau yang
ruang belajarnya kosong.

c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan ?

Dalam penyelenggaraan pendidikan di masa transisi yang relative lama ini proses
pendidikan berlangsung kurang efisien dan efektif. Hal ini dapat dilihat dengan seringnya
kebijakan pemerintah merubah kurikulum pendidikan nasional, padahal perubahan kurikulum
sering membawa akibat tidak dipakainya lagi buku-buku dan perangkat lainnya. Namun
perubahan kurikulum tidak selamanya buruk, karena perubahan kurikulum itu sendiri
diselaraskan dengan perkembangan zaman di masa globalisasi ini.

d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga ?

Pada pasal 28 UU RI no. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS menyatakan bahwa


penyelenggaraan kegiatan pendidikan pada suatu jenis dan jenjang pendidikan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar. Namun pada
kenyataanya di Indonesia ini sangat kurang efisien dalam memfungsikan tenaga pendidik,
mengapa demikian ? karena di Indonesia ini masih banyak tenaga pendidik yang diizinkan untuk
mengajar padahal tidak memiliki akta mengajr, dan juga masih banyak penempatan tenaga
pengajar yang kurang sesuai, misalnya D3 masih diperkenankan mengajar SMP atau SMA
sehingga tenaga pendidik yang demikian dapat dianggap kurang kompeten dibidangnya.

5. Masalah Efektifitas Pendidikan

11
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai
dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah
dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan
tersebut tidak efektif.

Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini
mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut,
pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki
kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.

Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas


tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan
lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan
penggunaan dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien.

6. Masalah Relevansi Pendidikan

Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat


menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah
seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. Misalnya lembaga
pendidikan tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai. Tidak adanya kesesuaian antara output
(lulusan) pendidikan dengan tuntutan perkembangan ekonomi. Solusinya adalah membuat
kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan mengganti kurikulum yang sudah
tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua
fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perspektif yang luas dan
integratif. Ilmu pendidikan bentuknya yang lebih sistematis termasuk ilmu yang sangat
muda atau masih membentuk dirinya, untuk lebih memperkokoh persyaratan yang
dimilikinya sebagai ilmu yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain Ilmu pendidikan
adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan
mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan
tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya dalam
rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna.
B. Saran

Pendidikan hendaknya terus ditingkatkan untuk menuju kepada kesempurnaan,


agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT yaitu Tuhan kita
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://nasaerta.blogspot.com/2019/09/kualitas-dan-kuantitas-pendidikan-di.html

Efendi, defindo.2015.dasar-dasar ilmu pendidikan.padang:unp

14

Anda mungkin juga menyukai