Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN NILAI DAN MORAL ANAK USIA DINI

MELALUI SENI TARI

Disusun oleh :
Audina Ratri Cahyaningtyas (17111241012)
Risa Agustina (17111241034)
Ndaru Subekti (17111241039)
Fina Setya Ramadanti (17111244003)
Meiliana Dwi Kurniati (17111244007)
Siti Sholichah (17111244028)

Menurut Wulandari (2017) menari adalah suatu kegiatan yang membuat


anak akan memperoleh pengalaman bersosialisasi saat anak sedang berlatih atau
belajar menari dan saat anak menunjukkan tarian tersebut.

Wulandari (2017) menyatakan bahwa pembelajaran seni tari memiliki


tujuan untuk dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga
bukan saja hasilnya yang ditekankan dalam pembelajarannya. Anak memiliki sifat
suka bergerak maka dari itu menari pada anak usia dini adalah suatu kegiatan
yang menyenangkan karena dengan menari anak dapat mengekspresikan dengan
bebas dan bereksplorasi sesuai dengan kehendak anak masing-masing. Menari
juga memberikan kesan menyenangkan, dapat menumbuhkan rasa percaya diri
dan pastinya menumbuhkan kreativitas anak yang muncul secara spontan sesuai
keinginan anak tanpa ada paksaan dari siapapun. Belajar tarian bisa dikenalkan
kepada anak usia dini saat berumur4-6 tahun karena pada usia itu adalah waktu
yang tepat anak diberikan rangsangan tari. Tari adalah salah satu media yang bisa
memberikan informasi pembelajaran dan dapat menumbuhkan pegalaman baru
untuk anak. Maka dari itu sangat tepat apabila memperkenalkan tari sebagai
pembelajaran yang bermanfaat dan berguna bagi anak usia dini. Selain itu dengan
mempelajari tari anak mampu untuk terampil dalam berhubungan sosial.

Bentuk tari yang diajarkan pada anak berbeda dengan tari yang diajarkan
untuk orang dewasa. Hal itu disebabkan karena kemampuan pada anak khususnya
anak usia dini masih terbatas. Maka dari itu diperlukan suatu proses dalam
pembelajaran yang baik dan tepat.

Komalasari (2010), dalam Setiawan menyatakan bahwa pembelajaran


memiliki prinsip yaitu proses transfer pengetahuan yang direncana oleh guru atau
pendidik ke peserta didik, pembelajaran diartikan sebagai sebuah sistem atau
proses membelajarkan subyek ajar yang di desain atau direncanakan, dilakukan,
dan di evaluasi secara sistematis agar anak didik bisa mendapatkan tujuan belajar
secara efektif dan efisien.

Untuk memberikan pembelajaran tari kepada anak usia dini dibutuhkan


suatu usaha untuk memahami dan mengerti tentang kemampuan anak. Hal ini
sebagai suatu pertimbangan ketika akan memberi materi pada anak. Maka dengan
begitu nantinya akan pembelajaran yang tepat akan berpengaruh pada hasil yang
dicapai. Maka dari itu kemampuan yang diberikan harus sesui dengan
kemampuan yang dimiliki anak.

Setyowati (2012) dalam Setiawan (2014) berpendapat bahwa ada tiga


syarat materi tari pada anak usia dini yaitu, praktis, dinamis, dan sederhana.
Praktis yang dimaksud adalah materi yang dipilih harus gera-gerakan yang
mudah. Sedangkan dinamis yang dimaksud adalah gerak yang disusun harus
bervariasi agar nantinya tidak menimbulkan kebebasan. Kemudian sederhana
yaitu dimaksudkan bahwa gerak-gerak yang ditarikan adalah hal-hal yang
biasanya dilakukan anak.

Pada prinsipnya tari pada anak usia dini adalah suatu bentuk dimana
bentuk itu mudah untuk dimengerti dan dapat ditarikan. Mudah dimengerti
maksudnya adalah apa yang ditarikan itu bisa dimengerti secara logika. Jadi
ketika anak menari, anak harus paham dengan apa yang ditaikannya. Dengan
begitu nantinya anak dapat dapat merasakan tarianiyu.

Sedangkan maksud dari dapat ditarikan adalah bentuk yang ditarikan


harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak dan sesuai dengan
tingkat kemampuannya. Artinya bahwa bentukyang dijadikan sebagai materi tari
benar-benar bisa dilakukan anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dan
nantinya anak akan merasa mampu dari materi yang diberikan tersebut.

Jazuli, 2008 dalam Isnawati (2013) mengemukakan pembelajaran seni


adalah sebuah usaha atau proses yang dilaksanakan seorang individu guna
mendapatkan perubahan tingkah laku dan sikap sebagai buah dari pengalaman
dalam berseni dan bersosialisasi dengan budaya sekitar guna mencapai suatu
tujuan.

Ada beberapa unsur tari yang harus diketahui:

1. Tenaga

Dalam sebuah tari tendangan adalah salah satu unsur yang sangat penting
dimana tendangan berpengaruh dalam gerak yang menggambarkan suatu usaha
untuk mengawali dan mengendalikan. Komposisi tenaga yang digunakan dapat
menimbulkan gerak yang berbeda pula. Misalnya gerak dengan tenaga yang
banyak maka akan memperlihatkan gerak yang kuat atau keras, sedangkan yang
menggunakan tenaga sedikit gerak akan terlihat lemah atau lembut.

Menurut Rachmi ((2008:6.7) dalam Sopyan) secara umum karakteristik


gerak bagi anak usia dini, yaitu :

a) Menirukan dalam Bermain


Anak senang menirukan hal-hal yang diamatinya baik secara
audio, visual maupun audio visual. Ia mulai menirukan berbagai
aktion/gerakan sampai pada otot-ototnya demi menurut kata hatinya.
b) Manipulasi (perlakuan)
Anak-anak melakukan gerakan-gerakan secara spontan dari objek
yang diamatinya sesuai dengan keinginannya ataupun terhadap gerakan-
gerakan yang disukainya.
c) Bersahaja
Anak-anak dalam melakukan gerak dengan sangat sederhana dan
tidak dibuat- buat atau apa adanya. Kesahajaan itulah yang dimiliki anak.
Contohnya ketika anak usia dini mendengarkan musik, ia akan
menggerak-gerakan bagian tubuhnya sesuai dengan keinginan hatinya.

Tenaga harus disesuaikan dengan kebutuhan geraknya dalam menari.


Penggunaan tenaga dalam tari meliputi tiga aspek yaitu :

a) Intensitas yaitu banyak atau sedikit penggunaan tenaga yang dilakukan


oleh penari
b) Aksen yaitu perubahan gerak dalam penggunaa secara kontras
c) Kualitas yaitu efek gerak yang diakibatkan oleh penggunaan atau
penyaluran tenaga.

2. Ruang

Ruang dalam tari sangat bermakna karena aktivitas tari identik dengan
bergerak, dan gerak tersebut hadir di dalam ruang dimana bagi sang penari adalah
suatu posisi dan dimensi yang potensi. Posisi berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya penari terhadap lantai pentas dan terhadap arah kemana penari harus
bergerak. Sedangkan dimensi adalah ukuran atau besar kecilnya gerakan sang
penari. Ruang merupakan suatu tempat yang dibutuhkan dalam melakukan
gerakan. Secara umum ruang diartikan sebagai:

a) Ruang sebagai tempat pentas yaitu tempat dimana penari untuk melakukan
gerakan sebagai wujud ruang secara visual.
b) Ruang gerak, yakni ruang yang diciptakan oleh penari untuk melakukan
gerakan. Contohnya gerak yang kecil tidak memerlukan tempat yang luas,
sedangkan gerak yang luas memerlukan tempat yang luas.

3. Waktu

Waktu adalah unsur yang sangat diperlukan, karena berhubungan dengan


penggunaan unsur lainnya seperti gerak, tenaga dan ruang. Penggunaan waktu
dalam gerak tari berkaitan dengan penyelesaian sebuah gerakan. Waktu
mempunyai dua faktor penting yang harus diperhatikan oleh penari.
a) Tempo

Tempo meliputi cepat dan lambat. Tempo atau kecepatan dalam menari
ditentukan oleh waktu dimana penari harus menyesuaikan rangkaian gerak dalam
waktu tertentu. Gerakan yang cepat akan memperlihatkan kesan yang aktif,
sedangkan gerak yang lambat terkesan mengurangi rangkaian gerak. Dalam
menari tempo dapat dilatih dengan bertemuk dan sebagainya.

b) Ritme

Ritme dalam tari adalah sebuah hubungan timbal balik atau perbedaan. Dapat
dikatakan ritme adalah serangkaian permulaan dan akhir dalam pengaturan pola
pola gerak dalam tari. Rangkaian tersebut timbul melalui tegangan otot. Dalam
setiap gerak ada momen rileks (pengendoran) dan ketegangan (penuh energi).
Hubungan timbal balik itu disebut siklus. Ulangan dari siklus akan membentuk
ritme. Menurut Kamtini dkk, 2005(dalam Jaelah:2007) ritme dibagi menjadi dua
yaitu ritme ajeg (even rhythm) dan ritme tidak ajeg (uneven rhythm). Ritme ajeg
adalah pengulangan yang sederhana dalam interval-interval beranjak sama
sehingga mempunyai kesan yang teratur. Ritme tidak ajeg adalah pengulangan
tersusun bervariasi dalam interval-interval yang berjarak tidak sama.

Pendidikan seni tari diajarkan kepada anak usia dini karena fungsi dari
pendidikan seni tari antara lain :

1. Fungsi seni tari berkaitan dengan pertumbuhan fisik.


Menari dapat membantu anak di dalam masa pertumbuhan,
pembentukan tubuh dan menjaga kebugaran dan daya tahan tubuh anak.
Anak yang aktif, lincah, dan ekspresif memiliki pertumbuhan lebih bagus
daripada anak yang pendiam dan kurang aktif. Di kegiatan menari, bagian-
bagian tubuh anak mulai dari kaki, lengan, bahu, leher, tangan dan kepala
semua akan bergerak. Maka dari itu, peredaran darah akan lancar,
pertumbuhan anak lebih bagus dan tubuh menjadi lebih sehat.
2. Fungsi seni tari berkaitan dengan pengenalan keindahan.
Setiap gerakan akan memberikan nilai keindahan yang berbeda-
beda. Ketika anak melakukan gerakan kupu-kupu akan berbeda dengan
gerakan harimau. Keindahan itu tidak hanya dirasakan oleh indrawi atau
mata, namun juga pada kinestetik atau gerak. Maka dari itu, anak akan
dapat memperoleh banyak gerakan yang dikenalkan melalui gerakan-
gerakan binatang.
3. Fungsi seni tari berkaitan dengan kreativitas anak.
Melakukan gerakan pada tarian itu pada dasarnya adalah
mengekspresikan ide dan gagasan,serta imajinasi baik itu dari faktor
eksternal maupun dari faktor internal. Rangsangan didapat melalui
audiovisual dan kinestetik memerlukan kreativitas agar kita bisa
melakukannya. Anak yang terbiasa melakukan gerakan-gerakan tarian
maka akan memiliki kreativitas yang tinggi.
4. Fungsi seni tari berkaitan dengan kepribadian.
Anak yang berani tampil di depan umum, hal itu akan membentuk
seorang anak menjadi pribadi yang lebih siap atau matang, percaya diri
dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya karena secara
otomatis pertumbuhan psikologis anak dapat terbentuk sesuai dengan
potensi yang dimiliki masing-masing.
5. Fungsi seni tari berkaitan dengan pembentukan sikap.
Menari adalah kegiatan yang melibatkan fisik yang merupakan
penggabungan antara gerak dan musik. Menari merupakan salah satu
bagian dari seni. Seni sendiri bertujuan atau berfungsi guna mengarahkan
kepada sikap dan tingkah laku yang berubah sebagai buah memperlajari
seni, sedangkan materi pembelajaran seni dipelajari yang berfungsi
sebagai pengalaman belajar. Dalam kegiatan menari, pembentukan sikap
akan terbentuk dengan baik apabila dalam kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan perkembangan sikap anak pada tahapan usianya.

Fungsi tari bagi anak usia dini adalah sebagai media ekspresi dan kreativitas,
tema tari anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan psikologis anak
tersebut. Belajar menari pada anak akan terjadi perkembangan dari berbagai aspek
termasuk aspek Nilai Agama dan Moral.

Fungsi dan manfaat belajar seni tari bagi anak usia dini antara lain:
 Fisik dan Koordinasi mantap
 Melatih Disiplin
 Meningkatkan Kreatifitas dan Kepercayaan Diri
 Belajar Bekerjasama, Tidak Melulu Berkompetisi
 Membentuk Saluran untuk Mekanisme Pertahanan Ego
 Meningkatkan perkembangan emosional anak terutama dalam
memperhalus budi pekerti anak.
 Mengembangkan kepekaan serta daya cipta (kreasi) anak untuk
mengekspresikan.
 Mengembangkan kognisi anak.
 Merangsang daya imajinasi yang sehat.

Memberikan pendidikan seni tari kepada anak usia dini dapat


mengembangkan kepribadian dan potensi anak secara maksimal. Pendidikan sejak
dini dapat membentuk kepribadian anak. Dalam hal tersebut, untuk dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal maka
diperlukannya program yang terarah, sistematis, dan menyeluruh. Menari adalah
aktivitas menggerakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan, merespon musik,
dan mencurahkan perasaan. Tujuan pembelajaran seni tari adalah untuk
mendemonstrasikan suatu ketrampilan motorik (misalnya berlari, melompat,
meloncat dan lain-lain), melatih keseimbangan saat bergerak, menempatkan diri
dalam peran dan situasi tertentu serta memahami dan mengikuti instruksi.

Setelah beberapa kajian tentang seputar tari, berikut adalah beberapa


pemaparan terkait pengertian nilai moral serta korelasi antara seni tari dan
perkembangan nilai moral pada anak usia dini.

Menurut Sjarkawi, (2006: 28), dipaparkan bahwa moral adalah merupakan


pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak
dapat dilakukan. Selain itu moral juga merupakan seperangkat keyakinan dalam
suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia. Jamie (2003; 15) menyatakan bahwa moral
adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan.
Jamie, 2003: 24 merumuskan pengertian moral kedalam tiga poin,
diantaranya:

 Moral sebagai seperangkat ide-ide tentang tingkah laku dengan


warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia
dalam lingkungan hidup tertentu.
 Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang berdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu.
 Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan pada
kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang
baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
lingkungannya.

Sedangkan, berkaitan dengan nilai moral, Henry Hazlitt ( 2003: 32)


memaparkan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu,
yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Menurut Sjarkawi,
2005: 29 Nilai moral diartikan sebagai isi mengenai keseluruhan tatanan yang
mengatur perbuatan, tingkah laku, sikap dan kebiasaan manusia dalam masyarakat
berdasarkan pada ajaran nilai, prinsip dan norma.

Jean Piaget (1932) dalam Upton (2012), memaparkan bahwa pada anak
usia dibawah lima tahun tidak memiliki pemahaman tentang moralitas. Anak-
anak antara usia lima dan tujuh tahun, meyakini bahwa aturan – aturan dan
keadilan atau nilai nilai dalam moralitas tidak dapat diubah dan berada diluar
kendali kita. Dalam Upton 2012, Piaget membagi tahap perkembangan kognitif
dan moral anak ke dalam tabel, berikut pemaparannya :

Tingkat Penalaran Usia Tahap perkembangan


Moral
Penilaian pra moral 0-5 Tahap sensori motor dan pra operasional
tahun
Moralitas heteronomus 5-7 Tahap berfikir intuitif dan operasional konkret
tahun
Moralitas otonomus 10-12 Tahap operasional formal
tahun
Selain Piaget, dalam Upton 2012,Lawrence Kohlberg 1958, membagi
ingkat perkembangan moral menjadi tiga tingkat penalaran ke dalam tabel,
diantaranya :

Tingkatan Tahap Deskripsi


Tingkat I. Moralitas Perilaku moral berkaitan dengan hukuman. Apa yang
Penalaran Pra heteronomus disepakati dan dihargai adalah baik, dan apapun yang
Konvensional dihukum adalah buruk. Kemudian, anak mematui
peaturan sederhana yang berlaku sebab takut dihukum.
Individualisme, Perilaku dinilai baik, jika dapat memenuhi kebutuhan
tujuan dan atau kepentingan pribadi. Bahkan untuk konsep
pertukaran keadilan, diartikan bahwa sesuatu adil jika
instrumental memberikan imbal balik yang sama dari segi nilai
Tingkat II Ekspektasi, Rasa kasih sayang, kesetiaan dan percaya, antar
Penalaran timbalbalik, dan sesama dihargai sebagai dasar penilaian moral. Anak
konvensional keselarasan dan remaja bisa jadi mengadopsi nilai moral
masyarakat melalui orangtua agar dianggap sebagai
anak yang baik
Sistem sistem Baik ditentukan oleh hukum masyarakat, tanpa
sosial meninggalkan ketentuan ketentuan dari orangtua yang
sudah dipahami sebelumnya
Tingkat III Kontrak sosial Nilai yang dikatakan baik, dipahami sebagai
penalaran dan hak individu kesepakatan masyarakat, dankewenangan untuk
pasca merubah atau menyepakati adalah kewenangan
konvensional bersama
Prinsip etika Pada tahap ini, anak memahami bahwa ketika
dihadapkan suatu konflik, antara hukum dan nurani,
yang diikuti adalah nurani demi kemaslahatan
bersama, meskipun mengakibatkan resiko pribadi

Selanjutnya, berkaitan dengan korelasi antara seni tari dengan


perkembangan, Mulyani (2017) memaparkkan bahwa pada saat guru menjelaskan
kepada anak tentang gerakan tari, dapat menstimulasi perkembangan anak pada
beberapa nilai, diantaranya :

 Mengkomuikasikan nilai nilai budaya


 Mengkomuikasikan nilai nilai sosial
 Mengkomuikasikan nilai nilai keagamaan
 Mengkomuikasikan nilai nilai etos kerja
 Membantu pengembangan imajinasi / fantasi
dengan seringnya metode bercerita untuk memaparkan gerakan tari kepada anak,
anak akan terbiasa untuk menyimak, menghargai orang berbicara dan tingkat
kepedulian yang lebih tinggi.

Contoh tari yang ada nilai dan moral yang bisa dicontoh oleh anak usia
dini yaitu tari Rampak. Berdasarkan penelitian skripsi Nawatri (2015), Tari
Rampak diciptakan sekitar tahun 1994-1995 oleh Untung Muljono dan merupakan
karya tari yang terinspirasi dari gerak prajurit kraton Yogyakarta. Tari ini
menggambarkan anak-anak yang sedang bermain menirukan para prajurit yang
sedang berlatih perang dan baris-berbaris. Tari Rampakdiciptakan untuk anak usia
5-8 tahun. Tari ini merupakan materi tari putra, namun juga dapat ditarikan oleh
anak perempuan, karena pada usia tersebut merupakan masa anak menirukan
lingkungan sekitar yang pembatasan gender belum menjadi perhatian khusus.

Tari Rampak merupakan jenis tari kreasi baru dan termasuk tari non-
dramatik karena tidak menyampaikan cerita atau drama. Tari Rampak bisa
disajikan secara berkelompok maupun tunggal. Gerakan pada tari Rampak
sederhana, dinamis, tegas, lincah, dan gagah. Untuk musik atau iringan, memakai
seperangkat gamelan Jawa berlaraskan slendro berbentuk pola lagu, kendangan
ritmis, drum digunakan sebagai penegas dan penambah harmoni, serta dilengkapi
dengan tembang. Kostum terinspirasi dari busana prajurit kraton dengan ornamen
yang disesuaikan dengan tema dan karakter anak usia dini. Kostum dapat
dikreasikan sesuai dengan wilayah, kebutuhan, dan ketersediaan kostum. Rias
pada tari Rampak merupakan rias untuk mempertegas garis wajah. Tari Rampak
dapat dipentaskan di berbagai tempat pertunjukan dan berbagai acara.

Nilai-nilai pendidikan krakter yang terdapat dalam tari Rampak dapat


dikelompokan sebagai :

 nilai pendidikan karakter hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri,


sesama, dan kebangsaan.
 Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan Tuhan bersifat religius.
Pada tari Rampak nilai yang diajarkan yaitu selalu percaya, ingat,
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara berdoa dan
menaati perintah dan menjauhi laranganNya.
 Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan diri sendiri, mengajarkan
agar setiap individu memiliki pikiran, sikap, perilaku, dan tindakan yang
positif. Dalam hal ini nilai yang ditanamkan adalah keberanian, percaya
diri, teguh pada pendirian, dapat membedakan baik dan buruk, disiplin,
bekerja keras, bertindak hati-hati, serius, tegas, telaten, peka, sopan, rajin,
giat belajar, bertanggungjawab, sungguh-sungguh, pemikir yang kuat,
dan berwibawa.
 Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan sesama pada tari Rampak
mengajarkan kebersaman, kerukunan, solidaritas, toleransi, saling
menghormati dan berbakti kepada orang tua. Manusia merupakan
makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain, sehingga
dalam kehidupan harus menjaga hubungan yang baik satu sama lain.
 Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan kebangsaan pada tari
Rampak mengajarkan agar setiap individu memiliki rasa patriotisme dan
berbakti kepada negara. Keberhasilan penanaman nilai-nilai yang
terkandung dalam tari Rampak kepada anak didik tergantung jiwa
pendidiknya.

Dalam hal ini guru merupakan kunci keberhasilan dalam penanaman nilai-
nilai yang terkandung dalam tari Rampak. Dengan adanya satu contoh tari saja,
sudah dapat diambil beberapa contoh nilai moral yang dapat dipakai atau
dibiasakan pada diri anak dalam kehidupan sehari hari, untuk itu hal ini semakin
menguatkan kesimpulan bahwa belajar seni untuk anak usia dini, tidak hanya
belajar tentang estetika dan hal hal yang berkaitan dengan seni, namun lebih ke
pengalaman anak yang nantinya akan berkesan dan diterapkan dalam kehidupan
sehari hari yang sifatnya jangka panjang.
Daftar Pustaka :

Henry Hazlitt. (2003). Dasar-dasar Moralitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Isnawati, Rery Mei.2013."Pembelajaran Seni Tari Di Tk ‘Aisyiyah 1 Ajibarang".


https://www.google.co.id/url?q=http://lib.unnes.ac.id/19539/1/2502407012.p
df&sa=U&ved=0ahUKEwiB69LWstXdAhWHGDQIHZnMD2UQFggcMAY
&usg=AOvVaw33gKocYWwaKrSay9sVif07 diakses pada tanggal 25
September 2018 pukul 12.24

Jaelah. (2017). Pengaruh Latihan Tari Kreasi Terhadap Perkembangan Motorik


Anak Usia Dini. Jambi. http://reposiory.unja.ac.id/2378/1/Artikel%20Zela.pdf
diakses pada tanggal 25 September 2018

Jamie C. Miller. (2003). Mengasah Kecerdasan Moral Anak. Bandung: KAFIA

Mulyani,Novi . (2017). Pengembangan Seni Anak Usia Dini. Bandung : Remaja


Rosydakarya

Mulyani,Novi . (2016). Pengembangan Seni Tari Anak Usia Dini. Yogyakarta :


Gava Media

Nawatri, Yuni. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Tari Rampak Karya Untung


Muljono. Yogyakarta. http://PDFeprints.uny.ac.id diakses pada tanggal 25
September 2018

Setiawan, Aris.2014." Strategi Pembelajaran Tari Anak Usis Dini".


http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/Pedagogi/article/downloadSuppFile/17/16 diakses
pada tanggal 25 September 2018 pada pukul 14.44

Sjarkawi. (2005). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara

Upton, Penney . (2012). Psikologi Perkembangan. Erlangga

Wulandari, Retno Tri."Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui


Pembelajaran Seni Tari Berbasis Budaya Lokal" http://lib.um.ac.id/wp-
content/uploads/2017/08/PENGEMBANGAN-KREATIVITAS-MLALUI-
SENITARI.pdf diakses pada tanggal 25 September 2018 pukul 13.58

Anda mungkin juga menyukai