Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I ( PENDAHULUAN ) ............................................................... 1

1.1. Latar Belakang................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................. 1

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan.....................................................21

BAB II (PEMBAHASAN) ................................................................. 2

2.1. Ganguan perkembangan Motorik serta Ganguan Motorik.........................2

2.2. Ciri-ciri Anak Berganguan Fisik & Motorik. ............................... 9

2.3. Faktor Penyebab terjadinya anak berganguan fisik dan motorik..... 10


2.4. Cara Mengatasi Ganguan Perkembangan Motorik.....................12

BAB III ( PENUTUP ) ........................................................................ 16

3.1. Kesimpulan ........................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 17

BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh siswa untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Sehingga melibatkan banyak factor-faktor yang
memprngaruhi baik internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan factor yang
menpengaruhi dari dalam diri siswa, meliputi : motivasi, pemenuhan gizi, serta kondisi
fisik serta kondisi mental. Peran kognitif sangatlah penting dalam melancarkan proses
belajar serta menghasilkan hasil belajar yang efektif. Siswa membutuhkan proses berpikir
yang sangat kompleks seperti menginterpretasi, persepsi serta evaluasi dalam proses
pembelajaran. Selain itu, kesehatan fisik juga penting dalam proses pembelajaran.
Adanya disfungsi fisik akan menghambat proses belajar dan kefektifan hasil belajar.

Faktanya, dalam proses perkembangan anak dijumpai beberapa bentuk kesulitan


belajar yang terjadi kepada siswa. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang
menyebabakan siswa mengalami hambatan dalam proses belajarnya.Gangguan motorik
adalah gangguan pada integrasi auditori-motor (clumsy) yang ditandai dengan gangguan
motorik kasar maupun motorik halus. Contoh lain dari kesulitan belajar yang bisa
dijumpai adalah gangguan persepsi. Gangguan persepsi merupakan gangguan dalam
menginterpretasi dan mengasumsikan informasi yang diterima dalam proses
pembelajaran. Sehingga, peran aktivis pendidikan serta orang tua seharusnya bisa
mendeteksi sejak dini tentang adanya kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang
dialami para siswa. Sehingga, guru serta orang tua dapat bersinergi dalam berperan
mengatasi permasalahan kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Metode dan
strategi yang diambil seharusnya tepat dengan tujuan dan permasalahan yang dihadapi.
Sehingga, hambatan proses belajar bisa teratasi dan hasil belajar bisa diraih secara
optimal.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apa yang dimaksud dengan gangguan Perkembangan Motorik,Serta Ganguan Motorik?

2.Ciri-ciri & Faktor Penyebab Terjadinya Anak Berganguan Fisik dan Motorik?

3.Bagaimana cara mengatasi gangguan Perkembangan Motorik ?

C.TUJUAN

1.Mengetahui tentang gangguan Perkembangan Motorik.

2.Mengetahu Ciri,Faktor Penyebab dan cara mengatasi gangguan Perkembangan


Motorik .
BAB II

PEMBAHASAN

A.Gangguan Perkembangan Motorik.

Gangguan perkembangan motoric sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan


melimpah (over movement) (ketika anak ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut
bergerak secara sengaja), kurang koordinasi dalam akyivitas motorik, kesulitan dalam
koordinasi motoric halus(fine-motor), kekurangan dalam penghayatan tubuh (body-image),
kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah, dan bingung lateralitas
(confused literary) (Lemer, 1981 : 189). Berbagai gejala gangguan perkembangan motoric
tersebut sering dengan mudah dapat dikenali pada saat anak berolahraga, jatuh dari kursi,
pensil atau bukunga jatuh, dan memperlihatkan kecanggungan (clumsy).

Gangguan perkembangan motoric dapat juga menyebabkan kesulitan belajar. Meskipun


demikian, tidak semua anak berkesulitan belajar nemperlihatkan adanya gangguan
perkembangan motoric. Jika seorang gurur mengetahui secara pasti adanya anak berkesulitan
belajar memperlihatkan belajar akademik yang disertai dengan adanya gangguan
perkembangan motoric, hendaknya tidak hanya memberikan latihan motoric tetapi juga
latihan dalam bidang akademik secara bersamaan.

Menurut Piaget seperti oleh Lerner (1981;189) belajar sensori motor pada masa dini
merupakan bangunan dasar bagi perkembangan perseptuan dan kognitif yang lebih
kompleks. Sensorimotor adalah gabungan antara masukan sensasi (input of sensation) dengan
keluaran aktivitis motoric (outpu of motor activity). Menurut Myers (1986:1400), sensasi
(sensation) adalah proses yang dirasakan dan dialaminya energy rangsangan tertentu oleh
indra kita. Adanya sensasi tersebut menunjukkan adanya suatu proses yang terjadi di dalam
sistem syaraf pusat. Manusia memiliki enam indra sebagai saluran penerima data kasar dari
lingkungannya, yaitu penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perubahan (tactile),
kinestetik (khesthetic), penciuman (alfactory), dan pengecap (gustatory).

Menurrut Lerner (1981;189), beberapa penulis menyebutkan sensori motor dengan


perseptual-motor, Perseptual-motor merupakan interaksi dari berbagai macam saluran
persepsi dengan aktivitas motoric. Menurut Myers (1986;140), persepsi adalah organisasi dan
interpretasi informasi sensori, yang memungkinkan kita menyadari berbagai obyek dan
peristiwa proses pengorganisasian data kasar yang dicapai melalui berbagai indra dan
interpretasi makna mereka, sedangkan informasi perseptual adalah perbaikan dari informasi
sensoris.
Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensai atau presepsi terintregasi satu
sama lain dan terkait dengan aktiivta motoric, yang pada gilirannya menyediakan informai
balikan untuk mengoreksi persepsi. Dengan demikian, anak misalnya, dapat merasakan lantai
yang miring, memiliki kesadaran tubuh untuk mengubah posisi dan keseimbangan, dan
melihat lantai dan kaitannya dengan obyek-obyek yang lain berubah posisi.

Ada tiga teori tentang perkembangan motoric yang diadakan dibahas pada bab ini yaitu

1.Teori pendidikan jasmani adaptif dan belajar motoric Cratty

2.Teori perseptual-motor Kephart

3.Teori sensori mengamsusikan bahwa

a.Manusia belajar mulai dengan belajar motoric

b.Ada urutan tahapan-tahapan perkembangan motoric yang


dialami,

c.Banyak bidang akademik dan kinerja kognitif yang berakar pada


keberhasilan pengalaman motoric.

a.Teori Pendidikan Jasmani Adaptif : Cratty

Cratty adalah seorang ahli pendidikan jasmani. Ia menekankan


pentingnya permainan gerak dalam membantun anak yang memiliki masalah
belajar. Ia pecaya bahwa aktivitas gerakan dapat memberikan suatu pengalaman
sensoris yang dapat meningkatkan prestasi belajar anak secara umum di kelas.

Cratty memberikan beberapa contoh tentang pendidikan jasmani dapat


dikaitkan dengan belajar di kelas. Sebagai contoh, perhatian anak dapat
diperpanjang melalui berbagai permainan dan aktivitas jasmani dengan harapan
meningkatkan perhatian anak terhadap pelajaran akademik. Belajar huruf-huruf
dapat disajikan dalam bentuk aktifitas fisik dengan cara membuat hurut-hurut
besar dari kayu yang diletakkan di lantai. Dengan mengajak anak-anak berjalan
melewati huruf-huruf besar, tersebut, mereka akan mengenal bentuk berbagai
huruf, menurut Cratty, berbagai aktivitas yang melibatkan seluruh tubuh, dapat
menjadi sarana bagi anak hiperaktif untuk berlatih memusatkan perhatian.
Menuru Cratty, kemampuan memainkan suatu jenis permainan dapat
meningkatkan konsep diri, seperti bersepeda, memainkan suatu jenis permainan,
dan menari, menandai aktivitas-aktivitas semacam itu mungkin akan
menimbulkan serangkaian kegagalan dalam belajar akademik.
Progam pendidikan jasmani adaptifadalah progam pendidikan jasmani
yang telah dimodifikasi untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan anak yang
menyandang ketunaa. Tujuannya adalah untuk membantu yang menyandang
ketunaan mengambil manfaat kenikmatan aktivitas rekreasi seperti yang
diperoleh anak-anak lain yang sangat bermanfaat bagi perkembangan jasmani,
emosi, dan sosial yang sehat. Dalam beberapa kasus anak-anak berkesulitan
belajar jasmani adaptif memungkinkan anak-anak berkesulitan belajar ikut
berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan jasmani seperti yang dilakukan oleh
anak-anak lain pada umumnya.

b.Teori perseptual-motor Kephart

Teori perseptual motor yang berkaitan dengan kesulitan belajar


disetuskan oleh N. Kephart pada tahun 1967 dalam makalahnya yang
berjudul perceptual-motor aspects of learning disabilities (Lerner, 1988:276).
Teori yang didasarkan atas konsep-konsep psikologi perkembangan ini
mengemukakan bahwa perkembangan perseptual-motor yang normal
menentukan suatu konsepdunia yang kukuh dan dapat diandalkan, suatudunia
perseptual-motor yang stabil. Dalam teori perseptual-motor Kephart, urutan
perkembangan motoric yang nirmal diperbadingkan dengan perkembangan
motoric anak berkesulitan belajar. Anak pada umumnya telah mampu
mengembangkan suatu dunia perseptual-motor yang cukup mantap pada saat
mereka mulai berhadapan dengan tugas-tugas akademik, yaitu pada usia sekita
enam tahun. Bagi banyak anak berkesulitan belajar, mereka belum memiliki
dunia perseptual-motor yang mantap dan dapat diandalkan. Anak kesulitan
belajar sering menemui masalah ketika dihadapkan pada tugas-tugas simbolik
karena mereka memiliki suatu orientasi yang tidak memadai, yaitu oleh Kephart
disebut realitas dasar tentang kemestaan yang mengelilingi mereka (the basic
realities of the universe thet surround them), terutana tentang dimensi-dimensi
keruangan dan waktu. Untuk menghadapi tugas-tugas simbolik , seorang anak
harus memiliki kemampuan untuk melakukan observasi yang tepat tentang
ruang dan waktu, dan kaitan mereka dengan berbagai objek atau peristiwa.

Teori perseptual motor menyebutkan bahwa anak yang belum memiki


pengalaman yang diperlukan untuk menginternalisasikan suatu skema dunia
yang komprehensif dan konsisten. Mereka belum dapat menorganisasikan
sistem pemrosesan informasi, dan secara motorikm perseptual maupun kognitif,
mereka mengalami disentegrasi. Ada tiga konsep yang perlu dipahami dalam
teori perseptual-motor khepart, yaitu
1.Perkembangan pola motoric (development of motor patterns)

2.Generalisasi motor (motor generalization)

3.Penyesuaian perseptual-motor (perceptual-motor match)

Ketiga konsep tersebut secara berturut-turut dapat dijelaskan seperti berikut ini.

Perkembangan Pola Motorik. Yang pertama kali dipelakari oleh seorang indiviu
adalah belajar motoric yaitu respons otot dan gerak. Melalui perilaku motoric anak
berhubungan dengan dan belajar tentang dunia. Menurut Kephart, kesulitan belajar mungkin
berawal dari tahap ini karena respons motoric anak tidak berkembang ke dalam pola-pola
motoric. Perbedaan antara keterampikan motor (motor skill) dengan pola motoric (motor
pattern) merupakan suatu elemen penting dari kerangka pemikiran Kephart.

Keterampilan Motorik adalah kegiatan motoric yang mungkin memiliki derajat


ketingian yang tinggi, tetapi tujuannya adalah untuk menampilkan suatu perbuatan khas atau
menyelesaikan suatu tujuan tertentu. Pola motoric mungkin memiliki derajat ketelitian yang
lebih rendah tetapi memiliki variabilitas yang tinggi. Kegunaan pola motoric lebih luas, tidak
hanya untuk penampilan, tetapi juga menyediakan umpan balik dan informasi yang lebih
banyak kepada individu. Sebagai contoh, melemparkan bola ke sasaran tertentu adalah suatu
keterampilan motoric, tetapi kemampuan menggunakan keterampikan tersebut sebagai bagian
dari permainan boal basket adalah suatu pola motoric.

Jika anak dipaksa untuk menampilakn suatu kegiatan motoric yang belum saatnya
berkembang, anak tersebut mmungkin dapat melakukan, tetapi akan terjadi oleh Kephart
disebut keterampilan terpecah (splinter skill). Keterampilan terpecah bukan merupakan suatu
bagian integral dari perkembangan yang berurutan secara teratur. Kephart memberikan
contoh keterampilan terpecah tersebit dengan seorang anak yang dipaksa belajar menulis
meskipun ia belum memiliki kesiapan fisiologis untuk melakukan pekerjaan tersebut. Anak
dapat memeroleh suatu keterampilan terpecah yang memungkinkan ia dapat menulis
namanya sendiri dengan menghafalkan urutan gerakan-gerakan jari halus(fine finger
movement) yang tidak terkait dengan pergelangan tangan atau bagian tubuh yang lain. Contoh
lain adalah tentang anak yang menari dengan keteramplan terpecah, yang gerakan kaki atau
tangannya tampak tidak terkait dengan bagian-bagian tubunnya yang lain.
Generalisasi Motorik. Ada empat generalisasi motoric yang menurut Kephart sangat
penting bagi keberhasilan anak di sekolah, yaitu

1.Keseimbangan danmenjaga sikap tubuh (balance and


manintenance of posture)

2.Hubungan dan pelepasan (contact release)

3.Lokomosi (locomotion)

4.Menerima dan melepaskan (receipt and propulsion)

Menurut Kephart, anak belajar tentang struktur ruang melalui empat generalisasi
tersebut.

Keseimbangan dan menjaga sikap tubuh.Generalisasi motoric jenis ini melibatkan


aktivitas-aktivitas yang menyebabkan anak menyadari dan menjaga suatu hubungan dengan
kekuatan dan gaya berat. Gaya Berat (gravity) merupakan suatu kekuatan dasar dan titik awal
anak melakukan eksplorasi ruang. Gaya berat tersebut sangat penting bagi anak karena
memungkinkan ia menjadi sadar terhadap dorongan sehingga dapat memanipulasi tubuhnya
sesuai dengan gaya berat tersebut. Anak-anak akan selalu beraksi terhadap kekuatan-
kekuatan gravitasional dalam hampir semua situasi. Pada saat bayi pertama kali mengangkat
kepalanya, ia akan melawan tarikan gravitasional : begitu pula pada saat anak berdiri pada
posisi tegak, pada saat meliwati balok keseimbangan, atau pada saat berjalan tandem.

Hubungan dan pelepasan. Melalui generalisasi motoric jenis ini, anak memperoleh


informasi tentang segala sesuatu dengan memanipulasi segala sesuatu tersebut. Aktivitas-
aktivitas seperti menjangkau, menggenggam dan melepaskan benda-benda, memungkinkan
anak-anak menemukanberbagai objek melalui saluran sensori penglihatan, pengecap,
pendengaran perabaan dan penciuman. Melalui aktivitas senseris motor yang luas smacam itu
abak akabmengamati sifat dan ciri berbagai objek, dan akhirnya mengembangkan
keterampilan persepsi bentuk, hubungan bentuk dengan latar belakang, dan sebagainya.
Sebagai contoh melalui memegang sebuah kubus memasukkan ke dalam mulut, dan akhirnya
menjatuhkan kubus tersebut, anak akan memakai konsep-konseo seperti kertas, sudut, merah
(warna kubus )dan lain sebagainya.

Lokomoasi. Generalisasi jenis ini memungkinkan anak mengamati hubungan


antarberbagai objek dalam ruang. Pola motoric seperti merangkak, berjalan, berlari dan
melompat memungkinkan anak bergerak melalui berbagai ruang untuk menemukan sifat
ruang sekitar dan hubungannya dengan berbagai objekk. Dengan demikian anak bergerak
untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya sekitar.
Menerima dan melepaskan. Tiga jenis generalisasi yang pertama adala tetap berbagai
objek tetap berasa dalam suatu tempat dalam ruang. Generalisasi motoric menerima dan
melepaskan adalah dinamis. Anakbelajar tentang gerakan berbagai objek dalam ruang
melalui aktivitas motoric seperti menangkap, mendorong, menarik dan melempar. Menurut
Kephart, anak pada mulana egosentrik melihat diri mereka sebagai pusat dari segala sesuatu.
Semua arah diinterpretasikan menuju dan berasal dari diri mereka. Bola yang menggelinding
mendekati dan kemudian menjauhi mereka, menimbulkan pemahaman tentang konsep garis
tengah atau pusat. Konsep tentang garis tengah memainkan suatu peranan penting dalam
rangka pemikiran Kephart tentang lateralitas dan arah. Ia membantah bahwa anak harus
belajar menghadapi tiga bidang garis tengah dalam tubuh mereka yaitu.

1.Lateral, kiri-kanan garis tengah

2.Depan dan belakang garis tengah

3.Vertical, atas-bawah garis tengah

Menerima (receipt) menunjuk pada aktivitas tentang anak melakukan observasi


terhadap berbagai objek yang menuju diri mereka, dan melepaskan(propolsion) menunjuk
pada aktivitas tentang anak melakukan observasi terhadap berbagai objek yang meninggalkan
diri mereka. Dengan menggabungkan berbagai gerakan dan observasi tersebut, anak akan
menemukan gerakan lateral pada diri mereka, atas-bawah, belakang-depan, dan kanan-kiri.

Penyesuaian Perseptual-Motorik. Sambil memperoleh informasi melalui generalisasi


motoric, anak juga mulai menerima informasi perseptual. Pada saat anak tidak dapat
menemukan seluruh objek dengan cara motoric, mereka mulai belajar menemukan objek
tersebu secara perseptual. Data perseptual hanya menjadi bermakna jika data tersebut
dikaitkan dengan informasi motoric yang telah ada dalam diri anak. Proses membandingkan
dan mengumpulkan dua macam data masukan tersebut Kephart dinamai penyesuaian
perseptual-motor.

Dunia perseptual sering memperlihatkan seolah-olah menyimpang dari wujud yang


sesungguhnya. Sebagai contoh, suatu benda berbentuk lingkaran jika dilihat dari sudut
tertentu dapat tampak seperti elips atau seperti garis lurus. Suatu bentuk empat segi panjang
jika dilihat dari penyesuaian perseptual-motor, persepsi menyimpang disesuaikan dengan
informasi yang telah disimpan melalui generalisasi motoric sehingga dengan demikian dapat
diperoleh persepsi yang sesuai.

Jika penyesuaian perseptual-motor tidak dapat dilaksanakan denga baik, maka anak
akan hidup dalam dunia yang bertentangan, yaitu dunia perseptual dan dunia motoric. Anak
demikian tidak dapat mempercayai informasi yang diterima karena kedua jenis informasi
tersebut tidak memasang atau tidak sesuai dan tidak dapat disatukan. Dunia bagia anak
semacam itu tentu saja tidak menyenangkan,tidak konsisten, sehingga mereka tidak percaya
tempat dan tidak mempercayai yang ada dalam realitas. Kondisi semacam ini dapat
menyebabkan perilaku anak menjadi aneh atau ganjil. Anak yang terus-menerus merba
berbagai objek, mungkin karena mereka tidak percaya terhadap apa yang dilihat.

c.Teori sensori-Integrasi : Ayres

Ayres menyajikan teori belajar motoric berdasarkan perspektif terapi akupasional


yang disebut teori-integrasinpada tahun 1978. Teori ini menggunakan prinsip-prinsip
komples fisiologis otak dan rsep-resep tetapi fisil khusus serta berbagai latihan yang
dirancang untuk memodifikasi fungsi otak para pasien yang menderita kelumpuhan. Ayres
telah mengaplikasikan teori dan prosedur perlakuan tersebut bagia anak berkesulitan belajar.

Belajar merupakan fungsi kompleks taraf tinggi dari sistem saraf pusat. Otak manusia
yang telah tersusun miliaran tahun, dapat beradaptasi dan telah berkembangn untuk merespon
terhadap kebutuhan kognitif kompleks manusia. Kemmapuan otak untuk berfungsi secara
efektif tergantung pada struktur saraf yang lebih rendah. Jika otak anak dipandang sebagai
memiliki kualitas lentur atau adaptabilitas, maka hipotesis adanya keterkaitan antara aktivitas
gerak dengan kesulitan belajar seperti yang dikemukakan oleh Ayres adalah masuk akal.

Ayres mengemukakan bahwa fungsi otak anak berkesulitan belajar dapat dimodifikasi
melalui terapi yang memberikan stimulasi integrasi sensori di dalam otak sehingga anak
dapat belajar secara normal. Ada tiga sistem penting dalam integrasi sensori yaitu sistem
vestibular, sistem taktil, dan sistem proprioseptif. Sistem vestibular mencangkup stimulasi
dari dalam tubuh itu sendiri. Ada berbagai metode terapi mencangkup aktivitas-aktivitas yang
memberikan stimulasi terhadap tiga sistem yang telah dikemukakan. Sebagai contoh,
stimulasi taktil melalui meraba dan menggosokkan permukaan kulit,stimulai vestibular
melalui aktivitas seperti berayun, berputasr dan bergulung pada bola besar dan stimulasi
proprioseptif melalui aktivitas papa skuter.

Ayres memperingatkan dengan sungguh-sungguh bahwa teknik ini memerlukan terapis


yang terlatih dan bahwa luka dapat terjadi oleh penggunaak berbagai teknik tanpa
pengetahuan yang cukup tentang hubungan antara berbagai jenis latihan tersebut dengan
struktur otak
 Ganguan Motorik

Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh,
otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak
(luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap
fungsifungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun
sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita). Pada dasarnya kelainan
pada peserta didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian besar, yaitu kelainan pada
system

serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka (musculoskeletal
system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan
pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan syaraf tertentu.
Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika pada
system saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsi, spina
bifida dan kerusakan otak lainnya.
Anak dengan cerebral palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi
gerakan-gerakan untuk menggapai, menjakau dan menggenggam benda, serta hambatan
dalam memperikan jarak dan arah. Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi pada
control otot disebabkan oleh luka (mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah
dilahirkan atau pada awal masa anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak
spina bifida adalah kelumpuhan dan kurangnya
control gerak. Pada anak hydrocephalus masalah yang dihapi ialah mobilitas
gerak.Derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan
lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah
laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan
itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan
atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu,
rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.

B. ciri –ciri anak bergangguan fisik dan motorik


Ciri- ciri umum anak jenis ini bisa di lihat sebagai berikut:
Anggota ,gerak tubuh kaku,lemah,lumpuh
Kesulitan dalam gerakan tidak sempurna, tidak lentur
Terdapat bagian anggota gerak yang tridak lengkap, tidak sempurna lebih kecil dari biasanya
Terdapat cacat pada alat gerak
Jari tangan kaku dan dan tidak dapat menggenggam
Kesulitan pada saat berdiri
Hiperatif/tidak dapat tenang
C.faktor penyebab terjadinya anak bergangguan fisik dan motorik
Secara umum penyebab dibagi dua:
Faktor penyebab datangnya dari dalam (endogen) seperti keturunan, penyaki dan lain-
lain
Faktor yang penyebabnya dari luar (eksogen) senyakit lain seperti kecelakaan atau
penyakit lain yang menular dari telinga.
macam-macam gangguan
Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan
gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan
anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120%
kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik
berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit
kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang
penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar
kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala
yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali,
tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala
kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun
hanya merupakan variasi normal.

Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan
untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang
dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan
refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik,
glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat
dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural.

Menurut Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal
dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi
selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah
infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

Gangguan perkembangan motorik


Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan
motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang
belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik.
Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam
kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu
didasari adanya penyakit tersebut.

Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan


dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam
mencapai kemampuan motorik.

Gangguan perkembangan bahasa


Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku
(Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai
faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya
interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu,
gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing
dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang
dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih,
2003).

Gangguan Emosi dan Perilaku


Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait
dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan
memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan
perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah,
kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan
perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi
sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan
gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya
perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-
lompat, atau mengamuk tanpa sebab.
.

D.Cara Mengatasi Gangguan Perkembangan Motorik.

a.Strategi Pengembangan Motorik Kasar

Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh


perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.Motorik kasar
adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan
duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Karakteristik bagi anak usia
dini adalah bermain, merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak.

Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan motorik kasar,
agar motorik kasar pada anak usia dini dapat berkembang secara optimal maka dirancanglah
berbagai bentuk permainan-permainan yang menarik bagi anak. Tugas perkembangan
jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung,
melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam
meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.

Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung
bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung
ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya
bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan
lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

1.Berlari.

Orang tua bisa melakukan kegiatan ini di halaman, atau di ruangan yang luas untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam rumah. Lakukan improvisasi dengan
menggunakan bendera, kartu unik, atau benda yang dioper.

2. Memanjat.

Jika di dekat rumah Orang tua ada taman bermain yang terbuka untuk umum, Orang
tua bisa mengajak anak-anak Orang tua untuk bermain di area memanjat. Atau, buatlah area
memanjat sendiri di rumah dengan menggunakan meja dan kursi. Untuk menghindari ada
yang terluka, usahakan agar Orang tua menyediakan matras untuk mendarat jika mereka
melompat.

3. Permainan jingkat.

Dalam bahasa Jawa disebut engklek. Permainan ini baik untuk melatih keseimbangan
dan koordinasi tubuh si kecil.

4. Main bola.

Apapun  jenis permainan bolanya, ini sangat bagus untuk melatih kekuatan otot anak-
anak

Menurut Catron menyatakan: "Permainan merupakan wahana yang memungkinkan


anak berkembang secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah
dan aspek perkembangan anak ketika anak bernain, memumgkinkan anakbelajar tentang diri
mereka sendiri, orang dan linkungannya dalam bereksplorasi dan menciptakan sesuatu".

Ericson menambahkan bahwa bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk
penyesuaian diri, membantu anak menguasai kecemasan–kecemasan dan konfllik-konfliknya.
Permainan mampu meredakan ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri
dengan permasalahan-permasalahan hidupnya dan bermain memungkinkan anak
menyalurkan energi fisiknya dan meredakan ketegangannya. Strategi pengembangan
penghayatan dan kesadaran tubuh menunjuk bagian-bagian tubuh, permainan puzzle, mencari
yang hilang, menggambar seukuran tubuh, meraba berbagai bagian tubuh, permainan
pantomim, mengikuti perintah, membuat estimasi, ekspresi wajah, dan aktivitas air.

b.Strategi Pengembangan Motorik Halus

Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu
adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat si
anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan adalah:

1.Senam Tangan

Kegiatan membuka dan menutup tangan secara berulang-ulang disertai dengan


nyanyian adalah sesuatu yang

2.Menggunting Kertas

Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan, usahakan posisi dalam
memegang gunting tepat karena kegiatan memegang dan menggerakkan gunting sama halnya
dengan menulis, maka jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara anak menulis.

3.Menempel

Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan motorik halus anak.
Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana seperti gambar sebuah mobil kemudian anak
disuruh menempel pada bidang kertas yang kosong.Setelah anak mulai terbiasa dengan hal
ini maka naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat gambar kemudian si anak
menempel pada kertas yang sebelumnyasudah diberikan pola yang sama dengan gambar yang
akan ditempel.

4.Menyambung titik-titik

Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak untuk melatih


kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran, untuk anak yang masih belajar maka
jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan hasil yang baik tapi teruslah berikan dia
latihan dan semangat agar dia bisa menyelesaikan denganbaik.
5.Melipat kertas

Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat apa saja, mulailah dengan kegiatan melipat yang
sederhana seperti melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang agak sulit.
Yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak menekan lipatan-lipatan itu
karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak.

6.Plastisin

Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah keterampilan motorik dan


kreatifitas karena bahannya yang Stimulus yang ditujukan pada pancaindra anak akan
direspons secara motorik sehingga orang lain dapat memahami maksud melalui bahasa tubuh
anak. Dengan dasar pemahaman ini, metode sensomotorik dapat membantu anak yang
mengalami gangguan perkembangan.

c.Strategi Pengembangan Persepsi Auditoris Dan Visual

Metode sensomotorik merupakan pelatihan yang mengajak anak untuk mau mencoba
sendiri. Dari mencoba sendiri, anak bisa lebih memahami apa yang sedang dicobanya, bisa
memperbaiki sesuatu jika ia anggap salah, juga bisa berkreasi dengan lebih baik lagi. Metode
ini termasuk dengan bagaimana para terapis dan guru ikut mengasah persepsi visual dan
auditori anak, sehingga anak mampu mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya.
Metode sensomotorik meliputi.:

1.Persepsi visual untuk meningkatkan pemahaman visual

2.Mengembangkan motorik anak untuk mengontrol gerakan tubuh

3.Pengekspresian secara verbal pikiran dan perasaan

4.Kemandirian sehingga anak bisa bersosialisasi dengan tepat dan dapat mengatasi
permasalahan

Metode sensomotorik bertujuan agar anak selalu mau mencoba bertahan hidup dalam
kondisi apa pun, sanggup mengembangkan pikirannya untuk sesuatu yang baru, sanggup
bersaing dengan siapa pun, sanggup mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya,
sanggup bekerja dalam tim, serta menjadi kreatif, imajinatif, fleksibel, dan bertanggung
jawab.
Pada saat metode ini dilakukan, anak-anak mengikutinya tanpa merasa tertekan. Setiap
hari kita akan melihat ketertarikan dari anak sebagai torang tua adanya perbaikan
perkembangan, baik secara fisik maupun kejiwaan. Selain itu, anak-anak berkembang secara
individual sesuai karakter masing-masing, dan mau bermain dengan teman-teman di
sekitarnya.

d.Strategi pengembangan persepsi heptik (taktil dan kinestetik)

Persepsi heptik dapat dikembangkan dengan berbagai cara seperti marasakan macam-
macam tekstur, papan raba (touch board), merasakan bentuk, merasakan temperature,
merasakan bobot, mencium, atau menjiplak pola.

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan perkembangan motoric sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan


melimpah kurang koordinasi dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik
halus, kekurangan dalam penghayatan tubuh, kekurangan pemahaman dalam hubungan
keruangan atau arah, dan bingung. Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensasi
atau presepsi terintregasi satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik. Dan dalam
gangguan motorik juga dijelaskan dengan 3 teori nya yaitu : Teori pendidikan jasmani adaptif
dan belajar motoric Cratty, Teori perseptual-motor Kephart, Teori sensori-Integrasi Ayres.

Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan


menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna
dari data yang diterima oleh berbagai indra. Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan
yang dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap
kecakapan perseptual. Dalam gangguang perkembangan persepsi juga dibahas dalam konsep
modalitas-perseptual, sistem perseptual bermuatan lebih, dan juga beberapa jenis perseptuan
yang menggambarkan tentang gangguan perkembangan perseptual.

Strategi-strategi yang dilakukan. Dalam strategi pengembangan motorik ada strategi


pengembangan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, permainan jingkat, main bola.
Dalam strategi pengembangan motorik halus misalnya dengan senam tangan, menggunting
kertas, menempel, menyambung titik-titik,melipat kertas,plastisin. strategi pengembangan
persepsi auditoris dan visual misalnya menyuruh anak untuk mendengarkan bunyi lalu
mengikuti pola dari bunyi tersebut. Dalam strategi pengembangan persepsi heptik (taktil dan
kinestetik) misalnya

seperti marasakan macam-macam tekstur, papan raba, merasakan bentuk, Strategi


untuk mengembangkan integrasi sisitem perseptual misal dengan mendengarkan irama ritmis
dan mengalihkan irama tersebut ke suatu bentuk visual dengan menuliskan pasangan titik dan
garis.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Kamtini dan Tanjung, H.W. 2005. Bermain Melalui Gerak Dan Lagu di TK. Jakarta:
Depdiknas Dirjen Dikti.

Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta : Nuha Litera.

Tadkiratun.M. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:


Depdiknas Dirjen Dikti DPPTKDKPT.

Anda mungkin juga menyukai