Anda di halaman 1dari 171

Konsep Dasar

PAUD
Konsep Dasar

PAUD

Nurdin Salama & Wahyuni Ulpi

LEMBAGA PENERBITAN DAN PUBLIKASI ILMIAH


(LPPI) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
Jl. Jend. Sudirman Km. 03 Binturu
Kec. Wara Selatan Kota Palopo
Telp. (0471)-327429 Fax. (0471)-327429
E-mail: lppi@umpalopo.ac.id
Konsep Dasar PAUD
Penulis :
Nurdin Salama dan Wahyuni Ulpi
Editor:
Ummu Kalsum
Tata letak:
Rahmawati Nur Annisa
Desain Sampul:
Rahmawati Nur Annisa
ISBN:
978-623-6814-07-9
Penerbit:
LPPI UM Palopo

Anggota APPTI:
006.097.1.06.2019

Kantor:
Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Universitas Muhammadiyah
Palopo
Lt.2 Gedung MCC Universitas Muhammadiyah Palopo Jl. Jenderal
Sudirman Km. 3 Binturu, Palopo, Telp. 0471-327429, e-mail:
lppi@umpalopo.ac.id

Cetakan pertama, September 2021


Hak Cipta©2021 pada Penulis

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi


buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis,
termasuk memfotocopy, merekam atau dengan system penyimpanan
lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis.
Prakata

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah bini’matihi tatimmush sholihaat
“Segala puji milik Allah yang dengan segala nikmat-Nya segala
kebaikan menjadi sempurna” sehingga penulis bisa
menyelesaikan penyusunan buku ajar “Konsep Dasar PAUD”
ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diutus sebagai rahmat bagi
seluruh alam, kepada keluarga dan para sahabatnya serta
orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik hingga
hari kiamat.
Buku ini mengkaji tentang konsep dasar Pendidikan Anak Usia
Dini dan merupakan bahan ajar yang dapat digunakan oleh
mahasiswa PGPAUD dalam proses pembelajaran. Buku ini
terdiri dari enam BAB dimana setiap BAB dilengkapi dengan
Tujuan Pembelajaran dan soal-soal yang menjadi bahan
refleksi diri mahasiswa dari materi-materi yang disajikan pada
buku ini.
Penulis sangat berharap semoga buku sederhana ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca dan menjadi salah
satu sumber inspirasi pagi para calon pendidik dan pendidik
PAUD dalam menyukseskan dunia Pendidikan Anak Usia Dini
di Indonesia.
Penulis juga sangat berharap agar para pembaca buku ini
berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan karya-karya penulis selanjutnya.
Akhirnya, Hanya kepada Allah penulis memohon pertolongan,
kebenaran dan keselamatan pada hari kiamat. Doa ini pun,
penulis peruntukkan untuk orang tua dan saudara-saudara
muslimin dan muslimat.

Palopo, September 2021

Penulis

vi Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Daftar Isi

PRAKATA .................................................................................... V

DAFTAR ISI ................................................................................. VII

BAB I Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini ......................... 1


A. Pengertian PAUD ................................................................. 2
B. Tujuan dan Ruang Lingkup PAUD ................................. 3
C. Landasan PAUD .................................................................... 10
D. Komponen Lembaga PAUD.............................................. 24
E. Sejarah PAUD ........................................................................ 29
Latihan ............................................................................................ 39

BAB II Teori Perkembangan anak ......................................... 41


A. Pengertian Teori Perkembangan Anak ...................... 42
B. Teori Konstruktivis ............................................................. 42
C. Teori Psikoanalisis .............................................................. 45
D. Teori Psikososial .................................................................. 47
E. Teori Behavior ...................................................................... 50
F. Teori Etologi .......................................................................... 51
G. Teori Ekologi ........................................................................ 52
Latihan ............................................................................................ 54

Daftar Isi vii


BAB III Pertumbuhan dan Perkembangan AUD ............ 55
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak ........................................................................................ 56
B. Prinsip-Prinsip Perkembangan ..................................... 58
C. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak ........................................................................................ 60
D. Fase-Fase Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak ........................................................................................ 62
E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak .................... 69
Latihan .......................................................................................... 73

BAB IV Konsep Pembelajaran AUD ...................................... 75


A. Prinsip-Prinsip Pembelajaran AUD .......................... 76
B. Lingkungan Belajar AUD .................................................. 81
C. Belajar Sambil Bermain .................................................... 85
D. Model-Model Pembelajaran AUD ................................. 92
Latihan .......................................................................................... 109
BAB V Aspek-Aspek Perkembangan AUD........................ 111
A. Aspek Nilai Agama Moral ................................................. 112
B. Aspek Fisik-Motorik........................................................... 117
C. Aspek Kognitif ...................................................................... 119
D. Aspek Bahasa ........................................................................ 121
E. Aspek Sosial Emosional .................................................... 126
Latihan ........................................................................................... 131

BAB VI Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini ......... 133


A. Hakikat Penilaian ................................................................ 134

viii Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


B. Tujuan dan Prinsip Penilaian .......................................... 135
C. Pelaksanaan penilaian Perkembangan AUD ............. 138
Latihan ............................................................................................ 147

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 149


GLOSARIUM .......................................................................................... 155
BIOGRAFI PENULIS............................................................................. 159

Daftar Isi ix
x Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi
BAB I
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu memahami tentang hakikat Pendidikan
Anak Usia Dini

Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu mendefenisikan pengertian Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD)
2. Mampu mendeskripsikan tujuan dan ruang lingkup PAUD
3. Mampu mendeskripsikan pemahaman dari beberapa
tokoh PAUD
4. Mampu menjelaskan landasan PAUD
5. Mampu menjelaskan komponen lembaga PAUD
6. Mampu menjelaskan sejarah PAUD

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 1


A. Pengertian PAUD

Istilah PAUD di kalangan masyarakat semakin populer. Ini


menjadi indikasi bahwa masyarakat telah paham akan
pentingnya PAUD. Pemahaman akan PAUD dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat yang memasukkan anak mereka ke
dalam lembaga PAUD. Sebenarnya apa itu PAUD? PAUD
merupakan singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini.

Untuk lebih memahami tentang pendidikan anak usia


dini, maka perlu diartikan apa itu pendidikan dan apa itu anak
usia dini. Secara bahasa, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai


usaha dari orang tua terhadap anak-anak dengan tujuan untuk
kemajuan hidup anak, dalam arti memperbaiki
pertumbuhannya segala kekuatan rohani dan jasmani yang
ada pada anak-anak karena kadrat-iradatnya atau
pembawaannya sendiri. UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia,

2 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Adapun pengertian anak usia dini adalah
individu penduduk yang berusia antara 0-6 tahun. Hal ini
sejalan dengan apa yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 28 Ayat 1, bahwa rentang usia anak usia
dini adalah berusia 0-6 tahun.

Setelah kita memahami dari beberapa pendapat


tentang pengertian pendidikan dan anak usia dini, maka bisa
kita simpulkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani
anak usia 0-6 tahun dengan cara memberikan rangsangan
pendidikan sehingga memiliki kesiapan dalam menghadapi
kehidupan lebih lanjut.

B. Tujuan dan Ruang Lingkup PAUD

1. Tujuan PAUD

Pada umunya tujuan PAUD adalah untuk


mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Depdiknas, 2007). Adapun tujuan PAUD
secara khusus adalah mengembangkan potensi kecerdasan
nilai agama, moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial,

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 3


emosional, melalui proses pembelajaran yang menarik, aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.

Tujuan PAUD, antara lain sebagai berikut:

a. Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut,


b. Mengurangi angka mengulang kelas,
c. Mengurangi angka putus sekolah (DO),
d. Mempercepat pencapaian wajib belajar pendidikan dasar
9 tahun,
e. Meningkatkan mutu pendidikan,
f. Mengurangi angka buta huruf muda,
g. Memperbaiki derajat kesehatan & gizi anak usia dini, serta
h. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Sujiono 2009 mengemukakan secara rinci bahwa


tujuan PAUD secara khusus, adalah sebagai berikut:

a. Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu


beribadah serta mencintai sesamanya.
b. Agar anak mampu mengelolah keterampilan tubuhnya
termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta
mampu menerima rangsangan sensorik.
c. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman
bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif
sehingga dapat bermanfaat untuk berfikir dan belajar.
d. Anak mampu berfikir logis, kritis, memberikan alasan,
menyelesaikan masalah dan menemukan hubungan

4 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


sebab-sebab akibat, keragaman sosial dan budaya, serta
mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan
kontrol diri.
e. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan
sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman
sosial budaya, serta mengembangkan konsep diri yang
positif dan kontrol diri.
f. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai
bunyi, dan menghargai karya kreatif.

2. Ruang lingkup

Ruang lingkup PAUD membahas rentang usia anak


sejak lahir hingga usia 6 tahun. Berbicara tentang rentang usia
PAUD, pada umumnya dibagi menjadi beberapa kelompok, di
antaranya: Infant (usia 0-1 tahun), Toddler (usia 2-3 tahun),
Preschool (usia 3-6 tahun) dan Early Primary School (usia 6-8
tahun).

Setiap kelompok memiliki karakteristik masing-


masing, namun secara umum anak usia dini memiliki
karakteristik yang relatif serupa antara satu dengan yang lain.
Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 5


a. Anak usia dini bersifat unik

Setiap anak berbeda antara satu dengan yang lainnya


walaupun mereka saudara kembar. Mereka memiliki bawaan,
ciri, minat, kesukaan dan latar belakang yang berbeda.

b. Anak usia dini berada dalam masa potensial

Masa usia dini adalah masa keemasan (Golden Age)


dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan
penting untuk tugas perkembangan selanjutnya.

c. Anak usia dini bersifat lebih spontan

Perilaku yang dilakukan oleh anak pada umumnya relatif


asli dan tidak dibuat-buat. Artinya ketika ada sesuatu yang
menghalangi dirinya, anak akan marah. Begitupun sebaliknya,
ketika ada yang membuat dia senang, maka spontan dia akan
senyum atau gembira.

d. Anak usia dini cenderung ceroboh dan kurang perhatian

Anak usia dini belum sepenuhnya memerhatikan bahaya


atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Oleh sebab itu, banyak
anak melakukan sesuatu yang sebenarnya akan
membahayakan dirinya.

6 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


e. Anak usia dini bersifat aktif dan energik

Pada umumnya anak senang melakukan berbagai


aktivitas. Anak kadang tidak kenal lelah, apalagi yang dia
lakukan hal yang menantang atau hal yang baru didapatkan.

f. Anak usia dini bersifat egosentris

Anak cenderung melihat dan memahami sesuatu dari


sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Misalnya, anak
masih sering berebutan mainan, menangis jika sesuatu yang
diinginkan tidak terpenuhi, dan lain-lain.

g. Anak usia dini memiliki curiosity (rasa ingin tahu yang


kuat)

Menurut anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang


menarik dan menakjubkan. Sehingga menimbulkan rasa ingin
tahu anak cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat ketika anak melihat
sesuatu yang baru, pasti akan ia pertanyakan kepada orang
dewasa.

h. Anak usai dini berjiwa petualang

Dengan rasa keingin-tahuan yang cukup besar, maka anak


pada umumnya senang mencoba, menjelajah dan
mempelajarai hal-hal yang baru.

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 7


i. Anak usia dini memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi

Daya imajinasi dan fantasi anak sangat tinggi, sehingga


kadang banyak orang dewasa tidak memerhatikan anaknya
ketika berbicara disebabkan pembicaraan atau pertanyaan
anak di luar logika. Hal ini menunjukkan bahwa anak kaya
akan fantasi.

j. Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang pendek

Umumnya, anak sulit berkonsentrasi dalam kegiatan yang


membutuhkan jangka waktu relatif lama. Anak cepat
mengalihkan perhatiannya kepada kegiatan lain.

Adapun layanan di lembaga PAUD, terbagi menjadi dua,


yakni formal dan non formal. Untuk lebih memahamkan kita
tentang layanan PAUD, perhatikan penjelasan berikut ini:

1. PAUD Jalur non Formal

PAUD jalur non-formal merupakan proses pendidikan


bagi anak usia dini yang diselenggarakan secara terstruktur
dan berjenjang di luar jalur formal. Adapun bentuk PAUD jalur
non-formal, sebagai berikut:

a. Kelompok Bermain (KB) merupakan salah satu layanan


PAUD pada jalur pendidikan non-formal yang
menyelenggarakan program pendidikan anak usia 2
sampai dengan 2 tahun untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak.

8 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


b. Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu
bentuk layanan PAUD pada jalur pendidikan non-
formal yang menyelenggarakan program kesejahteraan
sosial, perawatan, pengasuhan dan pendidikan sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun.
c. Satuan PAUD Sederajat merupakan layanan PAUD yang
penyelenggaraan dapat diintegrasikan dengan layanan
Bina Keluarga Balita (BKB) dan pos layanan terpadu
(Posyandu) yang pengelolaannya di bawah pembinaan
pemerintah desa atau kelurahan.

2. PAUD Jalur Formal

Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA)


merupakan bentuk lembaga PAUD jalur formal, yang dimana
TK di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayan (Kemendikbud) dan RA di bawah naungan
Kementerian Agama (Kemenag).

Penting untuk mengetahui tentang jalur layanan PAUD,


karena sebagian orang menganggap bahwa PAUD seluruhnya
formal. Adapun lama belajar anak usia dini dalam setiap satuan
PAUD sebagaimana yang dikemukakan dalam permendikbud
NO. 146 tahun 2014 pasal 7 ayat 2, bahwa lama belajar untuk
setiap kelompok ditetapkan atas dasar kelompok usia sebagai
berikut:

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 9


a. Kelompok usia lahir sampai 2 tahun dengan lama
belajar paling sedikit 120 menit per minggu.
b. Kelompok usia 2 tahun sampai 4 tahun dengan lama
belajar paling sedikit 360 menit per minggu.
c. Kelompok usia 4 tahun sampai 6 tahun dengan lama
belajar paling sedikit 900 menit per minggu.

C. Landasan PAUD

Pemahaman landasan ini penting diketahui oleh


mahasiswa, guru, dan kepala sekolah karena dengan
memahami landasan maka akan memberi dasar atau pijakan
untuk menyelenggarakan pendidikan anak usia dini. Dalam
memahami landasan, juga akan memberikan acuan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.

a. Landasan yuridis

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945,


dinyatakan bahwa: “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, menciptakan kehidupan bangsa”.
Selanjutnya amandemen undang-undang dasar tahun 1945
pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa: “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

10 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak pasal 9 ayat 1, dinyatakan bahwa: “Setiap
anak berhak memeroleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai minat dan bakatnya”.

Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional pada pasal 1 ayat 14, menyatakan bahwa:
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia


dini, dinyatakan bahwa: “ (1) Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2)
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, non-formal, dan informal, (3) Pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal: Taman Kanak-Kanak
(TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat,
(4) Pendidikan anak usia dini jalur non-formal: Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat, (5) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
informal: pendidikan keluarga yang diselenggarakan oleh
lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 11
dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”

Pada dokumen permendiknas nomor 58 tahun 2009


tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, dinyatakan bahwa
“Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun. Tingkat perkembangan yang
diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap
perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat
pencapaian kecakapan akademik.”

b. Landasan filosofis

Manusia merupakan makhluk yang sempurna, paling


unik, penuh dinamika dalam perkembangannya dan memiliki
potensi untuk mengembangkan dirinya apabila mendapatkan
stimulasi dari lingkungannya. Pada dasarnya, landasan filosifis
secara garis besar terdiri dari tiga pandangan. Yang pertama,
humanistik, memandang bahwa anak sebagai makhluk
individu yang telah dibekali potensi untuk mengembangkan
dirinya. Jadi, pada dasarnya anak memilki potensi untuk
berbuat baik, mempertahankan, dan mengembangkan dirinya.

Pandangan kedua, behavioristik, memandang bahwa


anak sebagai individu yang tergantung dan tidak membawa
apa-apa. Artinya anak adalah hasil dari pengaruh lingkungan
dan berkembang tergantung pada lingkungannya. Apabila

12 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


lingkungannya baik, maka perkembangannya pun baik.
Namun sebaliknya, apabila lingkungannya tidak baik maka
perkembangannya pun kurang baik.

Pandangan ketiga, konstruktif, memandang bahwa


anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan
akan lebih baik perkembangannya melalui proses interaksi
dengan lingkungan sosial.

Berbagai pemikiran para tokoh pendidikan anak usia


dini yang melahirkan filosofi pendidikan anak usia dini.
Berikut ini akan dibahas beberapa tokoh pendidikan anak dan
pemikiran filosofisnya terhadap anak usia dini.

1. Pandangan Pestalozzi

Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827) seorang ahli


pendidikan Swiss yang cukup berpengaruh besar dalam dunia
pendidikan. Pestalozzi berpandangan bahwa anak pada
dasarnya memiliki pembawaan yang baik. Pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara
berkesinambungan dan setiap masing-masing tahapan
pertumbuhan dan perkembangan seorang individu haruslah
tercapai dengan maksimal, sebelum berlanjut pada tahap
berikutnya. Menurut Pestalozzi, apabila permasalahan muncul
dalam suatu tahap perkembangan, maka akan memengaruhi
tahap perkembangan berikutnya.

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 13


Pestalozzi yakin bahwa segala bentuk pendidikan
berdasar pada panca indera, sehingga potensi yang dimiliki
oleh individu dapat dikembangkan. Pengalaman seperti
menghitung, mengukur, merasakan, dan menyentuh adalah
cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai macam
konsep.

Adapun tujuan pendidikan menurut Pestalozzi adalah


memimpin anak menjadi orang yang baik dengan cara
mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak. Oleh
sebab itu, semua yang dilakukan oleh orang dewasa harus
disesuaikan dengan perkembangan anak menurut kodratnya.
Sebab, pendidikan pada hakikatnya adalah suatu upaya
pemberian rangsangan agar anak dapat menolong dirinya
sendiri di kemudian hari.

Pestalozzi juga mengatakan bahwa keluarga


merupakan pendidikan pertama yang didapatkan oleh anak.
Oleh sebab itu, baginya seorang ibu memilki tanggung jawab
yang besar dalam memberikan dasar-dasar pendidikan bagi
sang anak. Dari pandangan Pestalozzi tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa keluarga sangat memiliki andil dalam
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anak. Sebab
keluargalah yang pertama kali membentuk kepribadian
seorang anak pada awal kehidupannya, rasa kasih sayang, dan
rasa aman yang diberikan oleh keluarga akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

14 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


2. Pandangan Maria Montesori

Maria Montesori (1870-1952) adalah seorang dokter,


pendidik sekaligus filsuf yang berasal dari Italia. Pemikiran-
pemikiran serta metode yang dikembangkannya popular di
seluruh dunia.

Pandangan Montesori tentang pendidikan anak tidak


terlepas dari pengaruh para pemikiran ahli (salah satu di
antaranya yaitu Pestalozzi), yang menekankan pada kondisi
lingkungan bebas dan penuh kasih agar potensi yang dimiliki
anak dapat berkembang secara optimal.

Menurut Montesori, ia memandang perkembangan


anak usia prasekolah sebagai suatu proses yang
berkesinambungan. Ia pun memahami bahwa pendidikan
merupakan aktivitas yang mengarah pada pembentukan
disiplin pribadi, kemandirian, dan pengarahan diri.

Montesori memahami bahwa proses anak dalam


mencerna dan mendapatkan pengetahuan adalah dari
lingkungannya. Oleh sebab itu, Montesori mengembangkan
alat-alat belajar yang memungkinkan anak untuk
mengeksplorasi lingkungan.

Montesori menyatakan bahwa dalam perkembangan


anak terdapat masa peka, dimana masa tersebut ditandai
dengan begitu tertariknya anak terhadap suatu objek atau

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 15


karakteristik tertentu, serta mengabaikan objek lain. Masa
peka ini tidak bisa dipastikan kapan timbulnya pada diri
seseorang anak, karena bersifat spontan dan tanpa ada
paksaan. Masing-masing anak memiliki masa peka yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu, perlu kita memberi perhatian
secara khusus. Karena jika masa peka tersebut tidak
dipergunakan secara optimal, maka tidak ada lagi kesempatan
anak untuk mendapatkan masa pekanya kembali. Tetapi
meskipun demikian, guru dapat memprediksi atau
memperkirakan timbulnya masa peka pada seorang anak
dengan melihat minat anak pada saat itu.

Berkaitan dengan itu, maka tugas seorang guru adalah


mengamati dengan teliti perkembangan setiap muridnya yang
berhubungan dengan masa pekanya. Kemudian guru dapat
memberi rangsangan yang dapat membantu berkembangnya
masa peka anak sesuai dengan fungsinya. Karena pada masa
ini, anak membutuhkan sebanyak mungkin informasi melalui
interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan
seluruh inderanya, kemudian menjadi tabungan pengalaman
yang akan menjadi modal utama menuju tahap selanjutnya.

3. Pandangan Frobel

Frobel yang bernama lengkap Friedrich Wilhelm


August Frobel, lahir di Jerman pada tahun 1782 dan wafat pada
tahun 1852.

16 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Frobel memandang anak sebagai individu yang pada
kodratnya bersifat baik. Adapun sifat yang buruk itu timbul
karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki
oleh anak tersebut. Oleh sebab itu, setiap perkembangan yang
dialami oleh anak harus dipandang sebagai suatu kesatuan
yang utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang
jika tidak dibina atau dikembangkan.

Tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak amatlah


berharga, serta akan menentukan kehidupannya di masa yang
akan datang. Masa anak merupakan masa emas atau the golden
age bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan
fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu,
karena pada fase inilah terjadi peluang yang cukup besar
dalam pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.
Atas dasar inilah, pendidikan keluarga sebagai pendidik
pertama bagi anak sangatlah penting. Karena kehidupan yang
dialami oleh anak pada masa kecilnya akan menentukan
kehidupan di masa akan datang.

Frobel memandang bahwa pendidikan dapat


membantu perkembangan anak secara wajar. Ia menggunakan
taman sebagai simbol dari pendidikan anak. Apabila anak
mendaptkan pengasuhan yang tepat, maka seperti halnya
tanaman muda akan berkembang secara wajar mengikuti
hukumnya sendiri. Pendidikan taman kanak-kanak harus
mengikuti sifat dan karakteristik anak. Oleh sebab itu, bermain
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 17
dipandang sebagai metode yang tepat untuk membelajarkan
anak, serta merupakan cara anak dalam meniru kehidupan
orang dewasa di sekelilingnya secara wajar.

4. Pandangan J. J. Rousseau

Jean Jacques Rousseau yang hidup di antara 1712


sampai dengan 1778, dilahirkan di Geneva, Swiss. Namun,
sebagian besar waktunya dihabiskan di Prancis.

Pandangannya tentang dunia anak pertama kali lahir


atas respon terhadap pemikiran Commenius yang menggagas
pendidikan anak, tetapi tidak ada bedanya dengan pendidikan
untuk orang dewasa. Rousseau mendesak agar pendidikan
anak diselenggarakan secara alamiah dan cocok dengan dunia
anak (Aswardi Sudjud, 1997)

Rousseau menyarankan konsep “kembali ke alam” dan


pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak.
Bagi Rousseau, pendekatan alamiah berarti anak akan
berkembang secara optimal atau tanpa hambatan. Dia juga
berpendapat bahwa pendidikan yang bersifat alamiah
menghasilkan dan memacu berkembangnya kualitas semacam
kebahagiaan, spontanitas dan rasa ingin tahu. Rousseau
memiliki keyakinan bahwa seorang ibu dapat menjamin
pendidikan anaknya secara alamiah. Ia berprinsip bahwa
dalam mendidik anak, orang tua perlu memberi kebebasan
pada anak agar mereka dapat berkembang secara alamiah.

18 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Oleh kerena itu, untuk mengetahui kebutuhan alami
anak, orang tua atau guru harus mempelajari ilmu yang
berkaitan dengan tumbuh kembang anak secara alamiah
supaya orang tua atau guru dapat memberi pelajaran dan
kegiatan yang sesuai dengan minat sang anak.

5. Jhon Amos Comenius

Comenius berpandangan bahwa pendidikan harus


dimulai sejak dini. Pendidikan yang berlangsung harus
mengikuti perkembangan anak dan memberi kesempatan
kepada anak untuk menggunakan seluruh inderanya. Menurut
Comenius, pembelajaran yang seperti itu adalah pembelajaran
yang baik karena pengalaman-pengalaman sensorial yang
dialami anak usia dini merupakan dasar semua pembelajaran.
Oleh sebab itu, Coumenius yakin bahwa penggunaan buku
yang memiliki ilustrasi akan sangat membantu
mengembangkan kemampuan anak.

6. Pandangan KI Hajar Dewantara

Nama aslinya adalah Suwardi Suryaningrat, lahir pada


tanggal 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara adalah pionir
pendidikan nasional yang berasal dari keluarga bangsawan
Yogyakarta.

Ki Hajar memandang anak sebagai kodrat alam yang


memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 19


untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Kekuatan
kodrat yang ada pada anak ini tidak lain adalah segala
kekuatan dalam kehidupan batin dan lahir anak yang ada
karena kekuasan kodrat (karena faktor pembawaan atau
keturunan yang ditakdirkan oleh Allah). Kodrat anak bisa baik
dan bisa tidak baik. Kodrat itulah yang akan memberikan dasar
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Akan tetapi kemerdekaan itu juga sangat relatif karena


dibatasi oleh hak-hak yang patut dimiliki oleh orang lain. Anak
memiliki hak untuk untuk menentukan apa yang baik bagi
dirinya, sehingga selayaknya anak diberi kesempatan untuk
berjalan sendiri dan tidak selalu dicampuri atau dipaksa oleh
orang dewasa. Guru hanya boleh memberi bantuan apabila
sang anak betul-betul tidak mampu melakukannya. Hal
tersebut merupakan cerminan dari semboyan “tut wuri
handayani”.

Ki Hajar juga berpandangan bahwa pengajaran harus


memberi pengetahuan yang berfaedah lahir maupun batin,
serta dapat memerdekakan diri. Kemerdekaan itu hendaknya
diterapkan pada acara berfikir anak, yakni agar anak tidak
selalu diperintah atau disuguhkan dengan buah pikiran orang
lain saja. Namun, mereka harus dibiasakan untuk mencari
serta menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan
keterampilan dengan menggunakan pikiran atau
kemampuannya sendiri.

20 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Atas dasar ini, Ki Hajar berpendapat bahwa setiap anak
memiliki potensi untuk berkembang, sehingga pemberian
kesempatan yang luas bagi anak untuk mencari dan
menemukan pengetahuan. Karena yang demikian itu secara
tidak langsung akan memberi peluang bagi potensi anak dapat
berkembang secara optimal.

Dengan demikian, Ki Hajar Dewantara memandang


bahwa pendidikan anak itu bersifat hanya sebatas menuntun
pertumbuhan dan perkembangan. Kekuatan-kekuatan
kodratilah, yang dimiliki anak yang akan menentukan.
Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar pembawaan
anak, kecuali memberi tuntutan agar kodrat-kodrat bawaan
anak itu bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik.

c. Landasan Keilmuan

Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya


kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu
yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Antara
lain: psikologi, fisiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi,
humaniora, kesehatan dan gizi, serta neurosains.

Masa usia dini merupakan pondasi awal bagi


pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan tinjauan
ilmu psikologi dan ilmu pendidikan. Sehingga apapun yang
didapatkan anak usia dini dari hasil interaksi dengan
lingkungan, akan memberi konstribusi yang besar pada

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 21


pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan di
masa yang akan datang.

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat


dipisahkan dengan perkembangan struktural otak. Otak
merupakan organ pada manusia yang paling kompleks karena
terdiri atas miliaran sel dan triliunan jaringan saraf. Otak
sebagai mesin pengendali utama dari fungsi-fungsi yang ada
pada tubuh, termasuk fungsi sensasi, pikiran, gerakan,
kesadaran, dan memori atau ingatan.

Hasil kajian ilmiah pada bidang Neorologi oleh Osbon,


White, Bloom menyatakan bahwa perkembangan
intelektual/kecerdasan anak pada usia:

a. 0–4 tahun mencapai 50 %


b. 0–8 tahun mencapai 80 %
c. 0–18 tahun mencapai 100 %

Sedangkan pertumbuhan fisik otak anak pada usia:

a. 0 tahun mencapai 25 %
b. 6 tahun mencapai 85 %
c. 12 tahun mencapai 100 %

22 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Gambar 1 Pertumbuhan Fisik Otak dan Perkembangan intelektual
anak Bloom
(Sumber : Paud.id)

Perkembangan otak pada anak usia dini


memperlihatkan bahwa otak anak akan terus berkembang
dengan sangat pesat, sehingga arah perkembangannya akan
sangat ditentukan oleh adanya rangsangan atau stimulus dari
lingkungan. Perkembangan otak anak yang begitu pesat ini
berdampak pada aspek perkembangan lainnya seperti
kognitif, Bahasa, sosial emosional dan fisik motorik. Oleh sebab
itu masa anak usia dini harus betul-betul mendapatkan
perhatian agar proses pertumbuhan dan perkembangannya
dapat berjalan secara maksimal. Cepatnya perkembangan otak
anak dan memberikan dampak pada aspek perkembangan
lainnya menjadi dasar pelaksanaan pendidikan anak usia dini.
Melalui kegiatan bermain yang dilakukan di satuan pendidikan
anak usia dini diharapakan akan menjadi stimulus yang baik
untuk perkembangan anak usia dini

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 23


D. Komponen Lembaga PAUD

Lembaga PAUD memiliki empat komponen pendukung


yang saling berkaitan antara satu sama lain. Adapun keempat
komponen tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Pendidik

Pendidik dalam KBBI diartikan sebagai orang yang


mendidik, ini sejalan dengan Undang-Undang RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor, instrukrut, fasilitator dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dari pengertian di atas, dapat
dipahami bahwa guru adalah bagaian dari pendidik.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang RI
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan
bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.

Pendidik anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru


pendamping, dan guru pendamping mudah dengan kualifikasi
dan kompetensi sebagai berikut:

24 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


a. Kualifikasi akademik pendidik PAUD

Kualifikasi akademik pendidik PAUD dapat dilihat dengan


memiliki ijazah Diplomat (D-IV) atau sarjana (SI) dalam bidang
pendidikan anak usia dini yang diperoleh dari program studi
terakreditasi atau memiliki ijazah diplomat (D-IV) atau sarjana
(SI) kependidikan lain yang relevan atau psikologi yang
diperoleh dari program studi terakreditasi. Sementara itu,
kompetensi guru PAUD mencakup kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi
pedagogik.

b. Kualifikasi akademik guru pendamping

Kualifikasi guru pendamping adalah memiliki ijazah D-II


PGTK dari program studi terakreditasi atau memiliki ijazah
minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan
memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/kursus PAUD
jenjang guru pendamping dari lembaga yang kompeten dan
diakui pemerintah. Adapun kompetensi guru pendamping
meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. Guru
pendamping pada dasarnya bertugas untuk membantu guru
PAUD.

c. Guru pendamping muda

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 25


Kualifikasi akademik guru pendamping muda yaitu
memiliki ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat
dan memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/kursus PAUD
jenjang guru pendamping dari lembaga yang kompeten dan
diakui pemerintah. Adapun kompetensi guru pendamping
mencakup pemahaman dasar-dasar pengasuhan,
keterampilan melaksanakan pengasuhan, bersikap dan
berperilaku sesuai dengan kebutuhan tingkat usia anak.

Guru pendamping muda bukan hanya ada untuk


membantu guru, tetapi juga membantu dalam memberi
stimulasi bagi anak.

2. Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan individu yang mengalami


proses tumbuh kembang yang pesat. Usia dini merupakan
masa awal kehidupan anak dan merupakan masa terpenting
dalam rentang kehidupan seorang individu (Halima 2016).
Depdiknas 2007 mengemukakan bahwa usia dini merupakan
periode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan
kehidupan manusia. Adapun rentang usia anak usia dini yaitu
0 sampai 6 tahun sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pada Pasal 28 Ayat 1. Dari penjelasan di
atas dapat kita simpulkan bahwa anak usia dini adalah usia

26 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


rentang 0 sampai 6 tahun yang mengalami proses tumbuh
kembang yang sangat pesat.

3. Kurikulum

Kurikulum anak usia dini merupakan seperangkat


kerangka kerja yang menggambarkan konten apa yang harus
dipelajari anak, proses belajar bagaimana yang harus dilalui
anak untuk mencapai tujuan kurikuler, apa yang pendidik
lakukan untuk membantu anak mencapai tujuan, dan konteks
dimana mengajar dan belajar terjadi (Gordon & Browne,
2011). Berdasarkan definisi kurikulum di atas, maka konsep
kurikulum yang dimaksud dapat diidentifikasi kata kuncinya
sebagai berikut:

a. Konten, yaitu berkenaan dengan apa yang dapat dipelajari


anak. Misalnya, anak belajar tentang berbagai hal yang
sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalaman, atau
apa yang sebaiknya dipelajari oleh anak.
b. Proses, yaitu berkenaan dengan bagaimana dan kapan
belajar terjadi. Oleh sebab itu, perlu memilih berbagai
aktivitas yang disesuaikan dengan waktu dalam jadwal
harian atau kalender akademik.
c. Pendidik, adalah individu yang menciptakan kurikulum,
merancang dan memberikan aktivitas, serta materi
pelajaran dalam interaksinya dengan sekelompok anak

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 27


dalam rentang usia tertentu dan mengobservasi, juga
mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Konteks, yaitu berisi proyek dan aktivitas yang dipilih
berdasarkan pada program, filosofi dan tujuan, latar
belakang budaya anak, keluarga dan nilai-nilai masyarakat
yang sesuai (Halima leli, 2016).

Keempat hal tersebut menggambarkan kepada kita


bahwa kurikulum anak usia dini harus menekankan kepada
pendekatan yang berpusat pada anak. Sehingga, anaklah yang
akan menemukan sendiri pengetahuan melalui
pengalamannya. Sementara guru hanya sebatas pembimbing
dan fasilitator.

4. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan individu yang memiliki


latar belakang dan tujuan yang berbeda. Namun dengan latar
belakang dan tujuan berbeda tersebut, sadar bahwa untuk
mencapai tujuan itu memerlukan kerja sama. Salah satu
bentuk kerja sama ialah mendukung aktivitas yang bisa
membantu tumbuh kembang anak.

Mengikutsertakan masyarakat dalam mengembangkan


program pendidikan anak usia dini sangat menentukan.
Karena anak usia dini menghabiskan waktunya sebesar 20%
dalam lembaga PAUD. Sisa waktu 80% dihabiskan oleh anak di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu, harus ada

28 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


kolaborasi antara lembaga PAUD dan masyarakat dalam
optimalisasi tumbuh kembang anak usia dini.

E. Sejarah PAUD di Indonesia

Memahami sejarah PAUD di Indonesia sama halnya


dengan memahami perjalanan panjang dinamika dan pasang-
surut pendidikan di Indonesia. Kehadiran PAUD di Indonesia
telah dimulai sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada masa ini terdapat dua periode, yakni pada masa
pergerakan nasional era penjajahan Belanda (1908-1941),
penjajahan Jepang (1942-1945), dan periode setelah
kemerdekaan (1945-sekarang).

Perkembangan PAUD di Indonesia tidak terlepas dari


perkembangan PAUD di dunia internasional. Pada tahun 1840,
Friedrich Wilhelm August Frobel mendirikan Kindergarten di
kota Blankerburg, Jerman, dan menjadi pelopor pendidikan
anak usia dini di dunia. Kindergarten berasal dari dua kata,
yakni kinder yang berarti anak dan garten berarti taman. Hal
ini disebabkan Frobel mengumpamakan anak usia dini seperti
tunas tumbuh-tumbuhan, masih memerlukan pemeliharaan
dan perhatian sepenuhnya dari si “juru tanam”. Konsep
Kindergarten ini dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru
dunia dan membawa pengaruh dengan lahirnya PAUD versi
lain di berbagai dunia.

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 29


Pada tahun 1907, di pemukiman kumuh San Lorenzo,
Italia, Maria Montessori, seorang yang berlatar belakang
dokter, mendirikan Casa dei Bambini yang ditujukan bagi
perawatan anak-anak dari keluarga miskin dan kaum buruh.
Casa dei Bambini memiliki arti rumah untuk perawatan anak
sehingga dikenal dengan istilah Rumah Anak.

1. Periode Pertama: masa pergerakan nasional pada


penjajahan Belanda (1908-1941) dan masa penjajahan
Jepang (1942-1945)

PAUD di Indonesia diawali dengan berdirinya Frobel School


bagi anak-anak keturunan Hindia-Belanda oleh pemerintah
Hindia Belanda. Seiring dengan kebangkitan nasional yang
dipelopori terbentuknya pergerakan pemuda Budi Utomo,
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan bagi kaum bumi putera. Sehingga Frobel School
yang awalnya hanya diperuntukkan bagi anak-anak keturunan
Belanda, Eropa, dan Bangsawan, mulai diperkenalkan oleh
cendekiawan muda pribumi. Beragam respon atas popularitas
lembaga PAUD Eropa di Indonesia kemudian bermunculan.

Pada tahun 1919, Persatuan Wanita Aisyiyah mendirikan


Bustanul Athfal yang pertama di Yogyakarta. Kurikulum dan
materi pendidikannya menanamkan sikap nasionalisme dan
nilai-nilai ajaran agama. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara
mendirikan Taman Lare atau Taman Anak atau Kindertuin

30 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


yang akhirnya berkembang menjadi Taman Indria. Sepulang
diasingkan dari Belanda selama dua tahun (1913-1915). Pada
masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis PAUD
terus berlanjut namun semakin berkurang. Pemerintah Jepang
tidak mengawasi secara formal penyelenggaraan pendidikan
setingkat PAUD, namun melengkapi kegiatan kelasnya dengan
nyanyian-nyanyian Jepang.

2. Periode Kedua: periode setelah kemerdekaan. Periode ini


setidaknya terbagi menjadi 5 periode, yaitu periode 1945-
1965; 1965-1998; 1998-2003; 2003-2009; dan periode
2010-sekarang.
a. Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya
Yayasan Pendidikan Lanjutan Wanita. Yayasan tersebut
mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK Nasional di
Jakarta dan merupakan gerakan nasionalis dalam
melawan kembalinya Belanda. Di era ini, pemerintah
dan swasta mulai membangun banyak TK. Pada tahun
1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, keberadaan TK
resmi diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan
nasional. Pada tahun itu pula, tepatnya tanggal 22 Mei
1950 berdirilah IGTKI. Pada tahun 1951, berdiri
Yayasan Bersekolah Pada Ibu yang menyumbang untuk
pendirian TK hingga menyebar ke luar pulau Jawa.
Tahun 1951-1955, pemerintah berupaya

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 31


mengembangkan kurikulum, menyediakan fasilitas,
dan mengadakan supervisi ke TK-TK. Pada perode itu
pula didirikan SPG-TK Nasional di Jakarta dengan
pemberian subsidi dan pengembangannya terus
berlanjut hingga ke luar pulau Jawa. Pada tahun 1957,
berdiri Gabungan Organisasi Penyelenggara TK
Indonesia (GOPTKI) yang melaksanakan kongres
pertama pada tahun 1959. Pada awal tahun 1960-an,
mulai didirikan TK yang berstatus negeri. Tahun 1960-
1963, pemerintah mulai melakukan pengiriman SDM
untuk belajar ke luar negeri, di antaranya adalah
Australia, USA, dan New Zealand. Dampak dari
pengiriman SDM tersebut, terjadi modernisasi
pendidikan di tingkat PAUD berskala besar dan
merupakan jawaban atas ketidakpuasan sebelumnya.
Sebagai penghujung di periode tersebut, yaitu tahun
1963-1964 lahirlah Proyek (Kurikulum) Gaya Baru. Inti
kurikulum tersebut berorientasi pada fasilitas anak
mendekati kecakapan, kebutuhan dan minat individual.
Ciri khasnya tersedia pusat minat (sudut), seperti:
sudut rumah tangga, sudut seni, pusat musik, dan
sebagainya.
b. Periode 1965-1998, mulai diperkenalkannya silabus
kurikulum baru tahun 1968 yang menggantikan
kurikulum versi 1964 (Kurikulum Gaya Baru). Pada

32 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


bulan November 1968, pemerintah Indonesia bekerja
sama dengan UNICEF dalam bentuk penyediaan
konsultan dan pendanaan untuk penataran guru dan
administrator pendidikan di tingkat TK. Tahun 1970,
mulai dijalin kerja sama nyata antara pemerintah
dengan GOPTKI, IGTKI, dan PGRI. Kerja sama tersebut
melahirkan kegiatan workshop bersama, dengan tema
“Konsolidasi Gerakan Prasekolah”. Kegiatan yang sama
juga dilakukan pada tahun 1973, dengan tema
“Membakukan Organisasi dan Manajemen Program-
Program Prasekolah”.
Pada tahun 1974, diberlakukan kurikulum baru
yang merupakan pembaharuan dari kurikulum 1968.
Isi kurikulum meliputi: PMP, kegiatan bermain bebas,
pendidikan bahasa, PLH, ungkapan kreatif, pendidikan
olahraga, pendidikan dan pemeliharaan kesehatan,
serta pendidikan skolastik.
Pada tahun 1984, diberlakukan kurikulum baru
dengan isi kurikulum meliputi bidang pengembangan
agama, PMP, daya cipta, jasmani dan kesehatan, daya
fikir/pengetahuan, serta perasaan kemasyarakatan dan
lingkungan. Berlakunya UU Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti
terbitnya PP No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 33


Prasekolah, semakin mempertegas eksistensi dan
kedudukan pendidikan prasekolah di Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 1993, diberlakukan
kurikulum TK 1993. Dalam kurikulum 1993 tersebut,
terdapat dua kegiatan utama, yaitu: 1) Program
pembentukan perilaku, dan 2) Program pengembangan
kemampuan dasar: daya cipta, bahasa, daya pikir,
keterampilan, dan jasmani.
Terkait dengan penyiapan pendidik oleh
perguruan tinggi, mulai tahun 1979, IKIP Jakarta
mendirikan jurusan Pendidikan Prasekolah dan Dasar
jenjang S-1 yang terselenggara hingga tahun 1998
(yang setelah tahun 1998 berubah menjadi Program
S-1 Pendidikan anak usia dini hingga sekarang).
Upaya lebih luas dalam pengadaan pendidik
PAUD oleh perguruan tinggi ‘terjadi pada tahun
1993/1994-1996/1997 peningkatan kualifikasi guru
prasekolah dari SPG ke D-2 PGTK yang
penyelenggaraannya dimulai dari IKIP Jakarta, IKIP
Medan, IKIP Yogyakarta, dan kemudian IKIP Bandung.
Pada tahun 1998, dalam rangka menguatkan
berbagai upaya di bidang pendidikan anak usia dini,
maka diadakan Semiloka Tingkat Nasional tentang
Pendidikan Anak Usia Dini di IKIP Jakarta. Peserta

34 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


terdiri dari 10 LPTK dan unsur dinas pendidikan dari
seluruh Indonesia.
c. Periode 1998-2003, ditandai dengan otonomi
pendidikan yang berpengaruh terhadap tata kelola
penanganan PAUD di pusat maupun daerah-daerah.
Pada periode ini pemerintah mulai mendukung
berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal
dalam bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD sejenis dalam
bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan
Posyandu.
Melalui dukungan Bank Dunia pada 1998-2004,
pemerintah merintis program Pengembangan Anak
Dini Usia di empat provinsi, yaitu Jawa Barat, Banten,
Bali, dan Sulawesi Selatan. Program dilanjutkan pada
tahun 2008-2013 dengan nama program Pendidikan
dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) dengan
dukungan pembiayaan pinjaman dari Bank Dunia dan
hibah dari pemerintah Belanda.
Pada tahun 2001 dibentuk Direktorat
Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang mengemban
mandat melakukan pembinaan satuan PAUD
nonformal. Tahun 2002, terbentuk konsorsium PAUD
yang membantu pemerintah dalam merumuskan
kebijakan.

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 35


Pada bulan Februari 2002, terbentuk forum
PADU/PAUD tingkat Nasional yang turut berkontribusi
dalam pengembangan dan pembangunan PAUD di
Indonesia. Di periode ini pula terjadi pendirian
PGTK/PG-PAUD jenjang S-1 di beberapa perguruan
tinggi (PGTK S-I di UPI, PGTK S-1 IKIP Yogyakarta, dll).
d. Periode 2003-2009, ditandai dengan keluarnya
Undang - undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban atas
tuntutan reformasi dalam semua aspek kehidupan.
Melalui UU ini, untuk pertama kalinya PAUD diatur
secara khusus dalam sebuah undang-undang, yaitu
pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD; pasal
28 yang secara khusus mengatur tentang PAUD; dan
pasal-pasal terkait lainnya.
Tahun 2003, diselenggarakan Seminar dan
Lokakarya Nasional (Semiloknas) di IKIP Bandung yang
menghadirkan para akademisi dari perguruan tinggi,
forum PAUD, dan praktisi PAUD dari berbagai daerah.
Semiloknas ini menghasilkan blue print tentang
kerangka akademik dan rujukan pengembangan PAUD
di Indonesia yang mengawali konseptualisasi
pembangunan PAUD Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 2005, berdiri organisasi
profesi, Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

36 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


PAUD Indonesia (HIMPAUDI) yang menggerakkan
seluruh potensi pendidik dan tenaga kependidikan
PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pembentukan HIMPAUDI di tingkat pusat ini dengan
cepat diikuti dengan pembentukan HIMPAUDI tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
Tahun 2004-2009, program PAUD menjadi salah
satu dari 10 prioritas program Depdiknas sehingga
PAUD menjadi salah satu program pokok dalam
pembangunan pendidikan di Indonesia (tertuang
dalam RPJM Tahun 2004-2009 dan Renstra Depdiknas
Tahun 2004-2009). Pada penghujung tahun 2009,
diterbitkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang
Standar PAUD (formal dan nonformal).
e. Periode 2010-sekarang, ditandai dengan kebijakan
penggabungan pembinaan PAUD formal dan PAUD
nonformal di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI)
melalui Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kementrian
Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah
dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2010.

Pada perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia,


akhirnya terbentuk satuan-satuan PAUD dengan berbagai
karakteristiknya meliputi TK (termasuk Taman Kanak-kanak

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 37


Bustanul Athfal/TK-BA), RA, KB, TPA, Satuan PAUD Sejenis,
serta PAUD berbasis keluarga dan/atau lingkungan.

38 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Latihan

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi


di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan pengertian Pendidikan Anak Usia Dini!
2. Jelaskan tujuan Pendidikan Anak Usia Dini!
3. Jelaskan ruang lingkup Pendidikan Anak Usia Dini!
4. Jelaskan Karakteristik Anak Usia Dini!
5. Layanan lembaga PAUD terdiri dari dua, yakni layanan
jalur formal dan layanan jalur non formal. Kemukakan dari
dua jenis layanan tersebut!
6. Jelakan landasan Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia
Dini!
7. Jelaskan empat komponen di Lembaga PAUD!
8. Jelaskan sejarah AUD di Indonesia!

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini 39


40 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi
BAB II
Teori Perkembangan Anak

Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mendeskripsikan teori-teori
perkembangan anak

Tujuan Pembelajaran :

1. Mampu mendefenisikan pengertian teori perkembangan


Anak
2. Mampu mendeskripsikan teori Konstruktivis
3. Mampu mendeskripsikan teori Psikoanalisis
4. Mampu mendeskripsikan teori Psikososial
5. Mampu mendeskripsikan teori Behavior
6. Mampu mendeskripsikan teori Etologi
7. Mampu mendeskripsikan teori Ekologi

Teori Perkembangan anak 41


A. Pengertian Teori Perkembangan Anak

Teori perkembangan anak adalah sekumpulan ide


mengenai bagaimana anak berkembang. Teori ini biasanya
mendeskripsikan perilaku tertentu, kemudian memprediksi
terhadap perilaku selanjutnya. Teori akan membantu
seseorang dalam memprediksi bagaimana seseorang
berkembang. Dari pengertian teori perkembangan anak, maka
seorang guru perlu mengetahui tentang teori perkembangan
anak sehingga guru akan memiliki pandangan secara
kompleks tentang perkembangan anak dan membantu anak
untuk memberi stimulasi yang disesuaikan dengan
perkembangannya. Untuk memahamkan kita tentang
perkembangan maka, kita akan menjelaskan dari berbagai
macam teori perkembangan.

B. Teori-Teori Perkembangan
1. Teori Konstruktivis

Pandangan konstruktivis dimotori oleh dua orang ahli


psikologi, yaitu Jean Peaget dan Lev Vigotsky. Pada dasarnya
paham konstruktivis ini mempunyai asumsi bahwa anak
adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak
mengonstruksi atau membangun pengetahuannya
berdasarkan pengalaman.

Perkembangan kognitif dibentuk oleh individual anak


melalui pengetahuan berinteraksi dengan lingkungan yang

42 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


terdiri pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematika,
dan pengetahuan sosial. Pembentukan pengetahuan ini
tersusun atas tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan
konsep, dan fase aplikasi konsep.

Pengetahuan yang diperoleh anak dibentuk dengan


cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi
yang dilakukannya dengan lingkungan. Menurut paham ini,
anak bukanlah individu bersifat pasif yang hanya menerima
pengetahuannya dari orang lain. Anak adalah makhluk belajar
aktif yang dapat mengereasikan atau mencipta dan
membangun pengetahuannya sendiri.

Para ahli konstruktif meyakini bahwa pembelajaran


terjadi saat anak memahami dunia di sekelilingnya.
Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan
teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak
membangun pengetahuan mereka sendiri terhadap dunia.
Mereka memahami apa yang terjadi di sekitar mereka dengan
menyintesa pengalaman-pengalaman baru dengan apa yang
telah mereka pahami sebelumnya.

Meskipun anak harus membangun sendiri pemahaman,


pengetahuan dan pembelajaran mereka, peran orang dewasa
sebagai fasilitator dan mediator sangatlah penting dalam
mengembangkan perkembangan anak.

Teori Perkembangan anak 43


Berdasarkan pendapat di atas, telah jelas bahwa
pendekatan ini menekankan bahwa pentingnya keterlibatan
anak dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus
mampu menciptakan lingkungan belajar yang menarik, kreatif,
inovatif dan menyenangkan melalui kegiatan-kegiatan
bermain maupun berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga
dapat merangsang anak agar aktif dalam mengeksplorasi
lingkungannya.

Gambar 2. Konsep Kerja Teori Piaget

Piaget membagi empat tahap perkembangan kognitif,


di antaranya sebagai berikut:
a. Sensorik Motorik (usia 0-2 tahun)
Pada fase ini bayi belajar tentang dirinya dan
lingkungannya melalui indera mereka. Artinya pada fase ini
anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan

44 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


melalui alat indera dan pergerakannya. Hal ini merupakan
dasar bagi perkembangan selanjutnya.
b. Praoprasional (usia 2-7 tahun)
Pada fase ini anak sudah dapat memahami realitas di
lingkungannya dengan menggunakan tanda dan simbol-
simbol. Namun pada fase ini cara berfikir anak belum
sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
c. Oprasional Kongkrit (usia 7-12 tahun)
Pada fase ini anak sudah bisa menggunakan pemikiran
logika, tapi hanya sebatas objek fisik yang ada saat itu.
d. Operasional formal (usia 12 > tahun)

2. Teori Psikoanalisis

Teori psikoanalisis digagas oleh Sigmund Freud (1856-


1937). Teori ini menekankan pada pentingnya peristiwa dan
pengalaman-pengalaman yang dialami anak khususnya situasi
kekacauan mental. Freud mengatakan bahwa pada manusia
terdapat lima fase atau tahap perkembangan yang semuanya
menentukan bagi pembentukan kepribadian seseorang.
Adapun tahap yang dimaksud adalah fase oral, fase anal, fase
falis, fase laten dan fase genital.
a. Fase oral (0-1 tahun)
Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung
pada tahun pertama dari kehidupan individu. Pada fase ini
daerah yang paling sensitif adalah mulut, yakni berkaitan
dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air.

Teori Perkembangan anak 45


Stimulasi atau rangsangan atas mulut, seperti menghisap bagi
bayi merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan
atau kepuasan.
b. Fase Anal (usia 1-3 tahun)
Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari
kehidupan. Pada fase ini, fokus dari energi libidal dialihkan
dari mulut ke daerah dubur, serta kesenangan atau kepuasan
diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan
atau menahan kotoran. Pada fase ini pula anak mulai
diperkenalkan terhadap aturan-aturan kebersihan oleh orang
tuanya melalui toilet traning, yakni latihan mengenai
bagaimana dan dimana seharusnya seseorang anak
membuang kotorannya.
c. Fase Fails ( 3-6 tahun)
Fase fails ini berlangusng pada tahun keempat atau kelima,
yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari
daerah dubur ke daerah kelamin. Pada fase ini, masa
masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat
yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada
orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis
obyek yang penting. Dimana anak perempuan ingin memiliki
bapaknya (perhatian lebih) dan menyingkirkan ibunya.
Sebaliknya, anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan
menyingkirkan ayahnya.

46 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


d. Fase Laten (usia 5-13 tahun)
Fase ini berada pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja.
Anak mengalami periode peredaran implus seksual. Menurut
Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya
daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan
biologis. Dalam fase ini anak mengembangkan kemampuan
sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan
intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman.
e. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi
dalam diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-
hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual
sekunder (suara, rambut, buah dada, dll) dan pertumbuhan
tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis genital
mempunyai sifat narkistis, yaitu individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri,
dan orang lain diinginkan hanya karena memberi bentuk-
bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini,
implus seks mulai disalurkan ke objek luar, seperti
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir dll.

3. Teori Psikososial

Teori ini digagas oleh Erik Erikson (1902) yang


menyatakan bahwa perkembangan terjadi sepanjang
kehidupan manusia. Erikson meyakini bahwa tiap tahap

Teori Perkembangan anak 47


perkembangan berfokus pada upaya penanggulangan konflik.
Kesuksesan atau kegagalan menangani konflik dapat
berpengaruh pada setiap tahap perkembangan. Ericson
membagi 8 tahapan perkembangan psikososial, di antaranya
sebagai berikut:

a. Trust VS Mistrust (percaya vs tidak percaya) usia 0-1 tahun

Pada tahap ini bayi berusaha untuk mendapatkan rasa


aman dan kasih sayang. Jadi, jika orang tua berhasil memenuhi
kebutuhan anaknya, maka sang anak akan mengembangkan
kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan
harapannya. Namun sebaliknya, jika sang ibu tidak memberi
kebutuhan akan kehangatan rasa aman atau kasih sayang,
maka anak akan sulit membentuk rasa percaya dengan orang
lain sepanjang hidupnya.

b. Otonomi VS Keragu-raguan

Pada fase ini anak sudah memahami bahwa tindakannya


itu adalah miliknya sendiri, artinya anak tahu akan respon
orang lain ketika dia melakukan sesuatu. Sehingga pada tahap
ini, orang dewasa harus merespon anak dengan hangat atas
apa yang dilakukan, sehingga anak tidak akan mengalami
keraguan.

48 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


c. Inisiatif VS Rasa Bersalah

Pada fase ini rasa ingin melakukan sesuatu tumbuh pesat


berbanding dengan rasa takut akan kesalahan. Nah, pada tahap
ini diperlukan bantuan dari orang dewasa untuk percaya diri
dan belajar melakukan segala sesuatu dengan tujuan agar anak
bisa lebih tahu dibandingkan anak tidak mencoba karena takut
salah.

d. Kerja keras VS Inferior

Pada fase ini seorang anak antusias melakukan hal-hal


yang baru berbanding dengan perasaan tidak kompeten atau
tidak sanggup belajar.

e. Identitas VS Kebingungan Identitas

Pada fase ini seorang anak remaja akan mencoba banyak


hal untuk mengetahui jati diri mereka sebenarnya. Jika dalam
hal melakukan sesuatu untuk mengetahui jati dirinya,
kemudian lingkungan tidak mendukungnya, maka sang anak
akan mengalami kebingungan identitas dan tidak yakin
terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.

f. Keintiman VS Sosialisasi

Pada fase ini seseorang sudah siap untuk melakukan


hubungan dekat dan intim dengan orang lain. Apabila sukses
dalam membangun hubungan yang baik, maka akan
memperoleh cinta dan kasih sayang. Namun, ketika seseorang

Teori Perkembangan anak 49


itu gagal dalam membangun hubungan erat dengan teman
intimnya, maka bisa menjadikan seseorang itu terasing dari
orang lain.

g. Generativitas VS Stagnansi

Pada fase ini seorang dewasa biasanya sudah mapan


dalam kehidupannya. Namun, saat tidak mapan atau tidak
nyaman dalam perjalanan hidupnya, maka akan muncul
penyesalan dari apa yang telah dilakukan pada masa lalu dan
merasa hidupnya mengalami satagnasi.

h. Integritas VS Keputusasaan

Pada fase ini seseorang lebih banyak merefleksi dirinya


dari apa yang telah dilakukan dan juga berusaha untuk
mengatasi permasalahan yang sebelumnya tidak
terselesaikan. Jika seseorang dapat melewati tahap ini dengan
baik, maka seseorang akan mendapat kebijaksanaan. Tapi
apabila gagal, maka mereka akan putus asa.

4. Teori Behavior

Menurut Conny (2002), Teori behavior ini adalah aliran


psikologi yang memandang bahwa manusia belajar
dipengaruhi oleh lingkungannya. Oleh sebab itu, lingkungan
yang terencana, sistematis dan teratur, serta dapat
memberikan pengaruh yang baik sehingga manusia bereaksi
terhadap stimulus tersebut dan memberikan respon yang

50 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


sesuai. Teori behavior menegaskan bahwa dalam mempelajari
individu harus dilakukan dengan pengujian dan pengamatan
perilaku, bukan mengamati bagian dalam tubuhnya.

5. Teori Etologi

Teori ini dipelopori oleh Lorenz. Etologi adalah studi


tentang perkembangan perilaku evolusi spesies dalam
lingkungan alamiahnya. Teori ini memandang bahwa perilaku
sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi, dan
ditandai oleh periode-periode kritis atau sensitif. Melalui
penelitian yang sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-
abu, Lorenz mempelajari suatu pola perilaku yang dianggap
diprogramkan di dalam gen burung. Seekor anak Angsa yang
baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan naluri
mengikuti induknya. Menurut Lorenz, konsep etiologis untuk
belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode waktu
yang kritis yang melibatkan kedekatan dengan objek yang
dilihat bergerak pertama kali.

Teori ini menekankan bahwa kepekaan kita terhadap


jenis pengalaman yang beragam, berubah sepanjang rentang
kehidupan. Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif
bagi beberapa pengalaman. Jika individu gagal mendapatkan
pengalaman selama periode kritis tersebut, teori etiologi
menyatakan bahwa perkembangan individu tidak mungkin
dapat optimal.

Teori Perkembangan anak 51


6. Teori Ekologi

Teori ini dikembangkan oleh Brofenbrenner. Teori ini


berbeda dengan teori etologi yang menekankan pada landasan
perkembangan biologis. Teori ekologi justru lebih
menekankan pada sistem lingkungan, artinya manusia
berkembang sesuai dengan agen-agen sosial mulai dari yang
terdekat atau yang saling berhubungan hingga yang lebih luas.
Adapun gambaran agen sosial dibagi menjadi empat, yakni
sebagai berikut:

a. Sistem Mikro. Dimana individu hidup dan saling


berhubungan langsung dengan orang lain. Misalnya:
dengan orang tua, keluarga, teman sebaya, teman sekolah
dan lingkungan sosial lainnya.
b. Sistem Meso. Dimana menunjukkan hubungan antara dua
atau lebih mikrosistem seperti hubungan antara rumah
dan sekolah atau rumah dan masjid.
c. Sistem Axo. Dimana individu tidak berpartisipasi aktif,
tetapi keputusan diambil berdampak terhadap orang-
orang yang berhubungan langsung dengannya. Seperti
tempat kerja orang tua, teman orang tua, pemerintah lokal,
atau dewan sekolah.
d. Sistem Makro. Dimana individu dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya, media massa atau ideologi, termasuk peristiwa
besar terjadi yang bisa membedakan dari setiap generasi.
Studi lintas budaya-perbandingan antara satu

52 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


kebudayaaan dengan satu atau lebih kebudayan lain
memberi informasi tentang generalitas perkembangan.

Teori Perkembangan anak 53


Latihan

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai


materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

1. Jelaskan pengertian teori perkembangan anak!


2. Jelaskan teori-teori perkembangan berikut:
a. Teori Konstruktivis
b. Teori Psikoanalisis
c. Teori Psikososial
d. Teori Behavior
e. Teori Etologi
f. Teori Ekologi

54 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


BAB III
Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak Usia Dini

Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan Anak Usia Dini

Tujuan Pembelajaran:

1. Mampu mendefenisikan pengertian pertumbuhan dan


perkembangan
2. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan
3. Mampu mengklasifikasikan tahap-tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak
4. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 55


A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua istilah yang


sering digunakan dalam pendidikan. Secara umum kedua
istilah ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan
keduanya berkaitan tentang perubahan pada diri individu,
adapun perbedaannya adalah jenis perubahan yang terjadi.
Untuk memudahkan kita memahami kedua istilah tersebut,
maka perlu dilihat dari segi pengertiannya.

Pertumbuhan memiliki asal kata, “tumbuh”. Dalam


KBBI, tumbuh memiliki arti timbul dan bertambah besar atau
sempurna. Adapun pertumbuhan secara istilah, memiliki
pengertian perubahan secara kuantitatif pada fisik manusia
yang berarti mengacu kepada tinggi dan berat badan
seseorang. Sedangkan arti berkembang berdasarkan KBBI
adalah bertambah, mekar, terbuka atau membentang. Adapun
pengertian perkembangan dalam ilmu psikologi, adalah
perubahan secara kualitatif pada ranah jasmani dan rohani
manusia yang saling berkesinambungan menuju arah yang
lebih sempurna. Yang dimaksud perubahan fisik pada
perkembangan manusia ialah mengacu pada optimaliasasi
fungsi-fungsi organ jasmaniah manusia, bukan pada
pertumbuhan jasmaniah itu sendiri. Sehingga dari sini dapat
terlihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah

56 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


sesuatu yang berbeda tetapi saling berkesinambungan atau
berhubungan.

Meski saling berkaitan, namun pada dasarnya


pertumbuhan dan perkembangan memiliki perbedaan yang
dapat dilihat secara terperinci pada table berikut ini:

Tabel I.
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan Perkembangan
Pertumbuhan merujuk kepada Perkembangan berkaitan
perubahan khusus aspek fisik dengan organisme sebagai
keseluruhan
Pertumbuhan merujuk kepada Perkembangan merujuk pada
perubahan dalam ukuran yang kematangan struktur dan
menghasilkan pertumbuhan sel fungsi
atau peningkatan antara
hubungan sel
Pertumbuhan merujuk kepada Perkembangan merujuk
perubahan kuantitatif kepada kualitatif dan
kuantitatif
Pertumbuhan tidak Perkembangan merupakan
berlangsung seumur hidup proses yang berkelanjutan
Pertumbuhan mungkin Perkembangan mungkin terjadi
membawa atau tidak tanpa pertumbuhan
membawa perkembangan

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 57


Contoh : bertambahnya tinggi Contoh dalam berbicara:
badan, pergantian gigi susu bertambahnya kosakata
menjadi gigi dewasa, pengucapan (kuantitas),
bertambahnya diameter pengucapan kosa kata baru
lingkar kepala, dan sebagainya semakin jelas (kualitas).
Gerak : tengkurap, merangkak,
duduk, berdiri, berjalan, dan
berlari.

B. Prinsip-prinsip perkembangan

Ada beberapa prinsip perkembangan yang dapat


dijadikan sebagai pegangan bagi para orang tua dan guru
dalam memberi pelayanan dan pengasuhan terhadap anak.
Prinsip yang paling mendasar dalam perkembangan adalah
bahwa perkembangan pada dasarnya saling terkait secara erat
mengikuti pola atau arah tertentu. Adapun pola atau arah
perkembangan dapat digambarkan sebagaimana yang
dijelaskan oleh Yelon & Winsten (1997) yang dikutip oleh
Susanto (2011), yaitu:

1. Perkembangan dimulai dari kepala ke kaki, dari tengah


seperti paru-paru, jantung, dan sebagainya, hingga ke
pinggir seperti tangan. Arah ini dikenal dengan
cephalocaudal dan proximal-distal.
2. Struktur mendahului fungsi, artinya bahwa anggota tubuh
individu akan dapat berfungsi jika strukturnya sudah siap.

58 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


3. Perkembangan berdiferensiasi. Perkembangan
berlangsung dari umum ke khusus. Misalnya, bayi
menendang-nendang kakinya secara sembarangan
sebelum dapat mengoordinasikannya untuk merangkak
atau berjalan.
4. Perkembangan berlangsung dari konkrit ke abstrak,
artinya kemampuan berfikir dari yang konkrit ke abstrak.
Misalnya anak dapat menghitung dengan bantuan jari.
5. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke
prespektivisme, yaitu pada mulanya anak hanya melihat
atau memerhatikan dirinya sebagai pusat. Kemudian
seiring dengan pengetahuan dan pengalaman, dia melihat
bahwa lingkungan harus memenuhi kebutuhan dirinya.
6. Perkembangan berlangsung dari outer ke inner control.
Artinya, pada awalnya anak sangat tergantung kepada
orang dewasa sehingga dalam menjalani hidupnya masih
didominasi oeleh pengontrolan atau pengawasan dari
luar. Dengan bertambahnya pengalaman atau belajar dari
pergaulan sosial anak tentang norma dan nilai-nilai, dapat
mengembangkan keterampilan mengontrol dirinya
7. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya
pada waktu dan tempo yang berbeda. Misalnya, otak
mencapai bentuk ukuran yang sempurna pada usia 6-8
tahun.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 59


8. Setiap tahap perkembangan mempunyai ciri yang khas.
Misal, pada usia 2 tahun anak sangat aktif dalam
mengeksplorasi lingkungannya.
9. Setiap individu mengalami semua fase perkembangan.
Artinya setiap individu akan melewati semua fase mulai
dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua.

Berdasarkan pola atau arah perkembangan di atas,


maka bisa kita simpulkan bahwa perkembangan itu sifatnya
menaik atau berurutan dari hal yang sederhana sampai pada
hal yang kompleks, dari hal yang kecil ke yang besar, dan setiap
individu akan melalui setiap fase perkembangan.

C. Tugas-Tugas Perkembangan

Tugas-tugas perkembangan yang dimaksud dapat


berbentuk hal-hal sebagai berikut (Susanto, 2011):

1. Belajar berjalan. Hal ini terjadi ketika anak berada pada


usia antara 9-15 bulan. Karena pada usia ini, tulang kaki,
otot, dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar
berjalan.
2. Belajar makan-makanan padat. Hal ini terjadi pada tahun
kedua, karena pada umur tersebut sistem alat pencernaan
makanan dan alat pengunyah pada mulut telah matang.
3. Belajar berbicara, dengan mengeluarkan suara bermakna
dan menyampaikan kepada orang lain dengan
perantaraan suara tersebut.

60 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


4. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Sebelum usia
empat tahun, pada umumnya anak belum bisa menahan
ngompol karena perkembangan syaraf yang mengatur
pembuangan belum sempurna.
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui
observasi yang dilakukan oleh anak, ia dapat membedakan
dari fisik, tingkah laku, pakaian yang dipakai yang
mencerminkan adanya perbedaan jenis kelamin.
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan
jasmani anak sangat labil dibandingkan dengan orang
dewasa. Sehingga anak dengan cepat merasakan
perubahan suhu hingga temperatur tubuhnya berubah.
Untuk mencapai kestabilan jasmani bagi anak, diperlukan
waktu usia lima tahun.
7. Pembentukan konsep sederhana tentang realitas fisik dan
sosial. Pada mulanya dunia ini merupakan hal yang sangat
membingungkan bagi anak. Melalui pengamatan dan
pemahaman terhadap benda-benda dan orang sekitarnya,
anak mulai paham dan dapat menyimpulkan suatu
keadaan bahwa setiap benda dan orang yang berada di
sekitarnya mempunyai ciri-ciri khusus.
8. Belajar menciptakan hubungan dirinya scara emosional
dengan orang tua, saudara, dan orang lain. Anak
mengadakan hubungan kepada orang di sekitar dengan

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 61


menggunakan berbagai cara, seperti: isyarat, menirukan
dan menggunakan bahasa.
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang
berarti mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai
oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya
baik. Sedangkan penderitaan dianggapnya buruk. Apabila
anak bertambah besar, ia harus belajar baik dan buruk,
benar dan salah.
D. Fase-Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Fase pertumbuhan anak

Fase pertumbuhan seorang anak secara umum


digolongkan menjadi dua, yaitu pertumbuhan sebelum lahir
dan pertumbuhan setelah lahir (Fadillah, 2012).

a. Pertumbuhan sebelum lahir

Berdasarkan perspektif ilmu kedokteran, bahwa anak


mulai mengalami pertumbuhan semenjak bertemunya sel
telur dan sperma yang membentuk embrio. Pada usia satu
bulan, embiro berukuran sekitar ½ cm dan pada usia dua bulan
ukurannya membesar menjadi 21/2 cm (disebut janin atau
fetus). Selanjutnya pada usia tiga bulan, janin tersebut telah
berubah dan berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil.
Setelah berusia sembilan bulan sepuluh hari, anak telah siap
dilahirkan ke dunia. Berdasar pada perspektif ilmu kedokteran

62 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


ini, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan itu sudah
dimulai sejak dalam kandungan.

b. Pertumbuhan setelah lahir

Apabila anak telah dilahirkan ke dunia, maka akan terus


terjadi pertumbuhan sampai ia menginjak dewasa.
Pertumbuhan anak setelah lahir memiliki dua fase yang
berbeda. Yang pertama, kelahiran sampai 2 tahun: sepanjang
dua tahun pertama seorang anak biasanya akan bertumbuh
secara cepat (panjang sekitar 25-30 cm) dan biasanya
bertumbuh tiga kali lipat dari berat badannya ketika
lahir/tahun pertama. Kedua, fase 2 tahun sampai masa remaja:
pada periode ini pertumbuhan menjadi lebih lambat, namun
stabil. Setiap tahun seorang anak bertambah tinggi sebanyak
5-8 cm, serta bertambah berat sebanyak 3 kg.

2. Fase-fase perkembangan anak usia dini

Fase perkembangan adalah penahapan rentang


perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus
atau pola tingkah laku tertentu. Para ahli Psikologi berbeda
pendapat, tergantung pandangan tentang teori
perkembangan. Rousseau (Crain, 2007) membagi tahap
perkembangan menjadi empat tahapan, yaitu:

a. Masa bayi (usia lahir-2 tahun)

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 63


Bayi mendapatkan pengetahuan dari inderanya. Bayi
belajar tentang lingkungan sekitarnya dengan gerakan
fisik, dan melakukan eksplorasi dan berinteraksi sosial
melalui inderanya. Oleh sebab itu, keberadaan orang
dewasa sangat berarti dalam hidupnya (Jackman, 2012).
b. Masa kanak-kanak awal (usia 2-12 tahun)
Pada fase ini anak sudah memilki independensi baru.
Mereka sudah bisa berjalan, berbicara, makan sendiri, dan
berlari kesana kemari. Pemikiran mereka masih terbatas
pada hal-hal yang bersifat pra operasional dan operasional
kongkrit.
c. Masa kanak-kanak akhir (usia 12-15 tahun)
Fase ini adalah fase transisi masa anak-anak ke masa
dewasa. Anak berada pada tahap prasosial, dimana anak
hanya memerhatikan apa yang berguna bagi dirinya.
Sedikit saja dari mereka yang memilki kepedulian
terhadap menjaga hubungan dengan orang lain.
d. Masa dewasa (usai 15-akhir hidup)
Pada fase ini anak mulai merasa malu berhadapan dengan
lawan jenisnya, karena sadar terhadap perasaan seksual
yang mulai meningkat. Mereka lebih membutuhkan orang
lain. Selain itu, kognitif mereka juga berkembang. Anak
sudah mulai memahami konsep-konsep yang abstrak.

64 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian
seseorang berlangsung melalui lima tahapan (Kuntojo, 2005),
di antaranya sebagai berikut:

a. Fase Oral atau Oral Stage (0 sampai dengan 18 bulan).


Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah
mulut. Pada tahap ini kenikmatan bersumber pada mulut
anak dan sumber kenikmatan pokok berasal dari
makanan. Stimulasi atau perangsangan atas mulut, seperti
menghisap bagi bayi merupakan tingkah laku yang
menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
b. Fase Anal atau Anal Stage (usia 18 sampai 3 tahun). Pada
fase ini kepuasan atau kesenangan anak terpusat pada
anusnya. Misal, anak masih senang diam-diam membuang
air besar sembarangan.
c. Fase Fails atau Phallic Stage (sekitar usia 3 sampai 6
tahun). Pada fase ini kesenangan anak terpusat pada alat
kelamin, artinya anak sudah mulai mengasosiasikan jenis
kelaminnya dengan orang yang dilihatnya. Misal, seorang
anak laki-laki melihat ayahnya yang berbuat baik kepada
ibunya, maka dia akan mengasosiasikan bahwa seorang
laki-laki harus baik terhadap lawan jenisnya.
d. Fase Laten atau Latency Stage (sekitar usia 6 sampai
puberitas). Pada fase energy digunakan untuk aktivitas
fisik dan intelektua. Implus seksual yang muncul

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 65


cenderung ditekan. Membangun hubungan dengan teman
sebaya yang berjenis kelamin yang sama
e. Fase Genital atau Genital Stage (terjadi sejak individu
memasuki puberitas dan selanjutnya). Pada masa ini
kesenangan diperoleh dari luar lingkungan keluarga,
artinya ada dorongan dari luar lingkungan keluarga yang
berpusat kepada organ seksual.

Hurlock membagi fase-fase perkembangan anak usia


dini menjadi 10 tahapan, yaitu:

a. Periode prenatal

Periode prenatal dimulai sejak terjadi proses pembuahan


(konsepsi) sampai kelahiran anak ke dunia. Pada periode ini
terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang
sangat penting bagi seorang anak. Organ-organ yang akan
membantu fisik anak dan jenis kelamin anak telah ditentukan
sejak anak berada dalam kandungan.

b. Masa bayi baru lahir

Masa bayi dimulai saat anak lahir sampai dua pekan


setelah masa kelahiran. Masa ini ditandai dengan tali pusat
bayi telah lepas.

c. Masa bayi

Masa bayi ini dimulai sejak dua pekan setelah kelahiran


hingga dua tahun. Pada masa ini anak mulai belajar duduk,

66 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari. Bahkan anak juga
sudah mulai belajar berkomunikasi dengan orang-orang yang
ada di sekitar dengan caranya sendiri.

d. Masa kanak-kanak awal

Periode ini dimulai saat usia 2 tahun hingga usia 6 tahun.


Periode ini dipandang sebagai awal bagi kehidupan anak,
karena pada masa ini anak memperoleh pengetahuan melalui
sensorik-motoriknya.

e. Masa kanak-kanak akhir

Masa ini dimulai pada usia 6 tahun sampai 13 tahun. Masa


ini merupakan masa anak-anak Sekolah Dasar.

f. Masa puber

Masa puber dimulai ketika usia 14 tahun hingga 15 tahun.


Masa ini merupakan awal memasuki masa remaja.

g. Masa remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan usia kanak-kanak


menuju masa dewasa. Masa ini dimulai dari usia 15 sampai 18
tahun.

h. Masa dewasa dini

Masa dewasa dini dimulai dari usia 18 hingga 40 tahun.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 67


i. Masa dewasa madya

Masa dewasa madya dimulai dari usia 40 hingga 60 tahun.

j. Masa usia lanjut

Masa usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun hingga akhir


hayat.

Berdasarkan pemaparan di atas tentang periodesasi


perkembangan, para ahli berbeda pendapat meskipun secara
garis besar dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
berdasarkan analisis biologis, didaktis dan psikologis.

Tahap perkembangan dari analisis biologis didasarkan


pada keadaan atau proses pertumbuhan. Tahap
perkembangan dari analisis didaktis berdasarkan pada dua
ketegori: pertama, apa yang harus diberikan anak pada masa
tertentu. Kedua, bagaimana cara mengajar atau menyajikan
pengalaman belajar kepada anak didik pada masa-masa
tertentu. Adapun tahap perkembangan dari analisis psikologis,
menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam
menganalisis tahap perkembangan, mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman psikologis mana yang spesifik bagi
individu agar dapat diterapkan dalam menandai sebagai masa
perpindahan tertentu dari fase yang satu ke fase yang lain
dalam perkembangan psikologis.

68 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


3. Faktor-Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Usia Dini
a. Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan anak
usia dini

Pertumbuhan satu anak dengan anak lainnya tentu


tidak sama, meskipun dengan saudara kembarnya sendiri.
Beberapa anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
dan ada pula anak yang pertumbuhannya lambat. Perbedaan
itu disebabkan oleh empat faktor (Kartono, 1995), yaitu
sebagai berikut:

1. Faktor sebelum lahir. Misal, kurangnya nutrisi pada ibu


dan janin sehingga anak mengalami stunting (proses
terhambatnya pertumbuhan pada anak), terkena virus,
dan lain-lain.
2. Faktor saat proses kelahiran. Misalnya terjadi pendarahan
pada bagian kepala bayi yang disebabkan oleh tekanan
dari dinding rahim.
3. Faktor sesudah lahir. Misalnya, pengalaman traumatik
(luka-luka) pada bagian kepala, kepala bagian dalam
terluka karena jatuh, dll.
4. Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggalkan ibu,
ayah atau kedua orang tuanya, dan anak-anak yang
dititipkan pada rumah sakit, rumah yatim piatu, atau
yayasan perawatan bayi, sehingga mereka kekurangan
perawatan jasmani dan kasih sayang.
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 69
b. Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan anak

Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi


perkembangan anak usia dini terdiri atas dua, yakni faktor
hereditas dan lingkungan (Yuliantina, dkk, 2018).

Pertama, Hereditas. Hereditas adalah suatu pandangan


yang melihat bahwa perkembangan individu semata-mata
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari anak sendiri, sejak
anak berada dalam kandungan.

1. Faktor bawaan (gen)


Setiap anak dilahirkan dengan membawa faktor
keturunan yang diwariskan oleh orang tua yang bersifat
fisik dan non fisik. Adapun faktor yang bersifat fisik bisa
bersifat normal maupun patalogi. Faktor gen fisik yang
normal, seperti warna dan bentuk rambut, warna kulit,
dan sebagainya. Sedangkan faktor gen yang patalogik yang
mungkin mempengaruhi perkembangan anak, seperti
down syindrome, thalassemia, dan lain-lain. Temperamen
sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
2. Kondisi kehamilan dan persalinan
Kondisi janin semasa kehamilan juga akan memengaruhi
perkembangan anak. jika nutrisi anak dalam kandungan
tercukupi, maka janin akan berkembang dengan baik.
Sebaliknya jika gizi yang diterima selama dalam
kandungan tidak tercukupi, janin akan mengalami

70 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


hambatan saat proses perkembangan dalam kandungan.
Selain gizi yang diterima ibu selama hamil, konsumsi obat
yang tidak sesuai anjuran juga akan memengaruhi
perkembangan janin anak.

Kedua, lingkungan. Yaitu suatu pandangan yang


melihat bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh
lingkungan yang berasal dari luar diri anak atau berasal dari
lingkungan tempat tinggal.

1. Faktor ekologi
Mulai dari terjadinya pembuahan di kandungan, ekologi
pengaruh lingungan dari keluarga dan rumah, komunitas
dan masyarakat, memengaruhi semua aspek
perkembangan anak. Misalnya anak yang memiliki orang
tua berpenghasilan tinggi; tercukupinya makanan dan
tempat berlindung; kadar stres keluarga, orang tua
tunggal atau masih lengkap, kakek nenek yang berperan
sebagai orang tua, semua ini akan memengaruhi
perkembangan anak.
2. Peran gender
Pada awal kehidupan, anak memelajari peran gender yang
berlaku di dalam budaya mereka. Masing-masing anak
perempuan dan laki-laki mengembangkan perilaku serta
sikap dan komitmen yang didefinisikan, langsung atau
tidak langsung, sebagai atribut perempuan atau laki-laki.
Terlebih tiap anak memainkan peran gender mereka
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 71
sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Perasaan anak
mengenai maskulinitas dan feminitas akan dipengaruhi
oleh teman bermain mereka, serta kesempatan bermain,
mainan jenis tontonan telivisi, dan terutama orang dewasa
panutan (keluarga, tetangga dan guru).

Dua faktor ini sejalan dengan pemahaman dari bapak


pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara bahwa faktor
yang memengaruhi perkembangan individu, yakni hereditas
(faktor internal) dan lingkungan (faktor eksternal) (Ki Hajar
Dewantara, 1977).

72 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi
di atas, kerjakanlah latihan berikut ini!

1. Jelaskan pengertian pertumbuhan dan perkembangan!


2. Jelaskan prinsip dan tugas perkembangan!
3. Jelaskan fase-fase pertumbuhan dan perkembangan anak!
4. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak!

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 73


74 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi
BAB IV
Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini

Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menelaah konsep-konsep pertumbuhan
dan perkembangan anak

Tujuan Pembelajaran:

1. Mampu menganalisis prinsip-prinsip pembelajaran AUD


2. Mampu menjelaskan lingkungan belajar AUD
3. Mampu menelaah konsep belajar sambil bermain
4. Mampu menguraikan model-model pembelajaran AUD

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 75


A. Prinsip-Prinsip Pembelajaran AUD

Untuk mencapai tujuan pendidikan anak usia dini


sebagaimana yang telah kita jelaskan sebelumnya, maka dalam
melaksanakan proses pembelajaran mengharuskan untuk
menerapkan dari prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini.
Sehingga tujuan yang ingin dicapai betul-betul bisa tercapai.
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran sebagaimana
dikemukakan pusat kurikulum, depertemen pendidikan
nasional direktorat pendidikan anak usia dini, adalah sebagai
berikut:

1. Berorientasi pada kebutuhan

Kegiatan apapun yang dilakukan hendaknya


berorientasi pada kebutuhan anak, sehingga anak mendapat
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
tanpa ada hambatan yang diperoleh dari lingkungannya.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia terdiri dari tujuh
tingkatan yang tersusun secara hierarki, di antaranya:
kebutuhan fisik, keamanan, kasih sayang, harga diri, kognisi,
estetika dan aktualisasi diri. Secara khusus, untuk anak-anak
hanya sampai pada tingkat tiga. Untuk lebih memudahkan kita
dalam memahaminya, berikut skema kebutuhan anak
menurut Maslow.

76 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Gambar 3. Hirarki Maslow
(Sumber: Direktorat PAUD Kemendikbud)

Gambar 2 menggambarkan bahwa kebutuhan manusia


secara umum mencakup tujuh tingkatan, namun bagi anak-
anak kebutuhan yang paling mendasar hanya sampai di tahap
ketiga. Menurut Maslow, tingkatan pertama adalah kebutuhan
akan fisik (makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan
sebagainya). Tingatan kedua adalah kebutuhan keamanan
(seperti rasa aman, nyaman, terlindungi, dan bebas dari
bahaya). Sedangkan, tingkatan ketiga adalah kebutuhan akan
kasih sayang (cinta, rasa sayang, dan lain-lain).

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 77


Dengan memperoleh tiga kebutuhan ini, akan
menunjang anak supaya dapat melakukan aktivitas dan
membantu perkembangan serta pertumbuhan anak secara
holistik.

2. Sesuai dengan perkembangan anak

Pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan


perkembangan anak. Setiap anak memiliki kecepatan atau
irama yang berbeda, namun pada umumnya memiliki tahap
perkembangan yang sama. Pendidik perlu memberikan
kegiatan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan
dukungan sesuai dengan perkembangan masing-masing anak.
Untuk itulah pentingnya pendidik memahami tahap
perkembangan anak.

3. Belajar dari kongkrit ke abstrak

Pada umumnya rentang anak usia dini sebagai satu


kesatuan, sehingga pembelajaran yang dilakukan masih
bergantung kepada hal-hal yang kongkrit dengan
menyesuaikan dari pengalaman-pengalaman yang dialami.
Sehingga setiap kegiatan pembelajaran seharusnya
menggunakan media-media yang repsentatif untuk
memahamkan anak sesuatu yang abstrak melalui hal yang
kongkrit.

78 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


4. Anak sebagai pembelajar aktif

Guru harus memandang anak sebagai pembelajar yang


aktif, sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
guru hanya sebatas fasilitator atau mengawasi anak ketika
bermain. Guru memberi kebebasan bagi anak memilih media
yang akan dieksplorasi. Maka anak akan merasa senang dan
bahagia dalam melakukan aktivitasnya.

5. Menggunakan lingkungan yang kondusif

Lingkungan sangat menentukan keberhasilan proses


pembelajaran. Oleh sebab itu, lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa sehingga menarik, menyenangkan, dan aman
dari ancaman atau kekhawatiran atas resiko yang dapat
ditimbulkan dari kegiatan bermain.

6. Merangsang kreatifitas dan inovasi

Kegiatan pembelajaran PAUD harus merangsang daya


kreativitas dengan tingkat inovasi yang tinggi. Proses kreatif
dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang
menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi
anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

7. Mengembangkan kecakapan hidup

Mengembangan kecakapan hidup anak usia dini dapat


dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini
bertujuan agar anak senantiasa belajar untuk menolong diri

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 79


sendiri, mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan
memeroleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk
kelangsungan hidupnya.

8. Memanfaatkan potensi lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar anak.


Banyak media atau bahan-bahan pembelajaran tersedia di
alam sekitar yang dapat digunakan oleh pendidik/guru dalam
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran yang kreatif,
inovatif, dan menyenangkan. Beberapa keuntungan dari
memanfaatkan potensi lingkungan. Pertama, anak tidak
mudah bosan karena guru bisa merancang berbagai jenis
permainan yaang sesuai dengan selera anak melalui media
atau bahan yang tersedia di lingkungan. Kedua, dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai permainan dapat
menghemat biaya pendidikan anak usia dini.

9. Sesuai dengan kondisi sosial budaya

Pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan


kondisi sosial budaya. Apa yang dipelajari anak adalah
persoalan nyata sesuai dengan kondisi dimana anak berada.
Berbagai objek yang ada di sekitar anak, kejadian, dan isu-isu
yang menarik dapat diangkat sebagai tema persoalan belajar.

80 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


10. Stimulasi secara holistik

Pembelajaran anak usia dini harus bersifat terpadu atau


holistik, karena setiap potensi yang dimiliki anak berbeda-
beda. Setiap aspek perkembangan anak akan mendapatkan
stimulasi yang optimal. Dengan demikian, setiap permainan
yang disajikan oleh guru harus mampu mengembangkan
seluruh aspek kecerdasan anak.

B. Lingkungan Belajar Anak Usia Dini

Lingkungan merupakan hal yang sangat mendasar


dalam menstimulus seluruh potensi anak, karena lingkungan
merupakan wahana bagi anak untuk melakukan berbagai
aktivitas dalam rangka mengenal dunia sekitarnya.
Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
menunjang tumbuh kembang anak.

Menurut Gordon & Brown (2011), pendidik dalam


menciptakan lingkungan bagi anak untuk bermain,
menyangkut lingkungan fisik, lingkungan temporal, dan
lingkungan interpersonal. Lingkungan fisik berkaitan
dengan peralatan bahan, pengaturan ruangan, taman bermain
dan fasilitas yang tersedia. Lingkungan temporal berkaitan
dengan waktu, seperti waktu transisi dari aktivitas yang satu
ke aktivitas yang lain, waktu untuk aktivitas rutinitas dan
waktu saat melakukan aktivitas. Lingkungan interpersonal
berkaitan dengan hubungan antar pendidik dan anak, juga

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 81


antara anak dengan anak lainnya dalam mendukung tujuan
program. Dalam konteks pendidikan, lingkungan belajar
dibagi menjadi dua. Yang pertama, lingkungan dalam kelas
(indoor classroom). Kedua, lingkungan luar kelas (outdoor
classroom). Dimana kedua lingkungan saling melengkapi dan
memiliki dampak yang berbeda terhadap perkembangan anak.

1. Lingkungan dalam kelas

Ruang kelas yang kondusif mendukung tumbuhnya


rasa percaya diri anak yang ditandai dengan adanya
kehangatan emosional, saling menghormati, dan saling
memberikan kepercayaan antara pendidik dan anak-anak
(Koza, 2007). Lingkungan untuk anak usia dini harus membuat
dia merasa aman, hangat, dan nyaman sehingga merasa seperti
di rumahnya. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan agar
lingkungan anak merasa aman dan berhasil, di antaranya;
ruangan di cat dengan warna yang netral, mainan diletakkan
pada tempat yang mudah dijangkau anak, menampilkan hasil
karya anak sebagai apresiasi, dan sirkulasi udara yang cukup.
Dengan lingkungan seperti ini, diharapkan anak akan nyaman
dalam ruangan.

Adapun prinsip-prinsip lingkungan belajar di dalam


ruangan, adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian dengan usia dan tingkat perkembangan anak

82 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Alat main yang ditata dan yang akan dimainkan anak
seharusnya sesuai dengan kemampuannya, sehingga anak
tidak mengalami frustasi dan juga tidak telalu mudah
sehingga anak mengalami kebosanan karena tidak
tertantang.
b. Keselamatan dan kenyamanan
Alat yang digunakan tidak menbahayakan, tidak
menimbulkan rasa takut dan khawatir, sirkulasi
ruangannya baik, dan pecahayaannya cukup.
2. Lingkungan belajar di luar kelas

Anak usia dini membutuhkan akses luas yang


dengannya anak bisa melakukan berbagai aktivitas, sehingga
dapat membantu seluruh potensi anak sebagaimana yang
dikemukakan oleh Jackman (2012) aktivitas di luar ruangan
kelas menawarkan banyak kesempatan kepada anak untuk
melakukan berbagai aktivitas yang dapat menstimulasi
seluruh aspek perkembangan dan belajar. Adapun prinsip-
prinsip lingkungan belajar di luar ruangan, adalah sebagai
berikut:

a. Keamanan lokasi

Apabila merencanakan sebuah tempat bermain, perlu


untuk mempertimbangkan bahaya atau rintangan yang akan
dihadapi anak ketika berjalan, berlari, atau bermain. Misalnya,
pada tempat bermain yang dekat dengan jalan raya harus

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 83


dilengkapi dengan pagar yang tinggi, sehingga anak tidak bisa
berlari ke jalan.

b. Kemudahan mengakses

Sejauh mana alat main mudah dicapai oleh anak dengan


aman, sehingga anak tidak mudah lelah karena jarak
tempuhnya.

c. Pengelompokkan usia

Jika diperuntukkan bagi setiap kelompok, maka


seharusnya diberikan pemisah dari setiap tempat berdasarkan
usia. Sehingga dapat meminimalisir kecelakaan yang mungkin
disebabkan oleh anak yang lebih tua usianya.

d. Peletakkan mainan

Peletakkan mainan perlu diperhatikan dengan mengacu


kepada aktivitas anak agar tidak terjadi benturan antara anak.
Misalnya, mainan yang sering digunakan anak diberikan jarak,
sehingga mengurangi penumpukan proses bermain di satu
tempat.

e. Jarak pandang pengawasan

Penataan alat main harus dapat dijangkau oleh guru,


sehingga guru dapat mengamati seluruh rangkaian aktivitas
anak. Ketika ada sesuatu yang membahayakan anak, maka
guru akan lebih mudah untuk menyelamatkannya.

84 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


f. Tanda usia/pelabelan

Sebaiknya setiap tempat bermain diberi tulisan mengenai


peruntukan usia, peringatan, dan kemungkinan bahaya yang
ditimbulkan dari mainan tersebut dengan menggunakan
tulisan yang mudah terbaca.

g. Pengawasan

Pengawas lingkungan bermain di luar ruangan adalah


tenaga teknis yang paham dan terlatih terkait dengan
keamanan bermain dan penyelamatan jika ada anak yang
kecelakaan. Selain itu, pengawas juga paham pengecekan
terhadap alat permainan yang rusak dan memastikan anak
tidak memainkannya.

C. Belajar Sambil Bermain


1. Pengertian Bermain

Bermain adalah suatu aktivitas yang sangat


menyenangkan bagi anak usia dini. Diharapkan melalui
bermain dapat memberi kesempatan bagi anak untuk
bereksplorasi, mengamati, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar dengan menyenangkan
karena tidak ada unsur keterpaksaan dalam melakukan
permainan. Dengan demikian, anak akan memperoleh
pengetahuan melalui bermain.

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 85


Bermain adalah salah satu kebutuhan anak. Hal ini
dapat dibuktikan dengan anak menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk bermain. Nah, apa yang dimaksud dengan
bermain?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan


bahwa yang dimaksud bermain adalah berbuat sesuatu yang
menyenangkan hati dengan alat tertentu atau tidak. Bermain
juga dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan tanpa
mempertimbangan hasil akhirnya (Latif, 2014). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa bermain adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang atau sekelompok tanpa adanya unsur
paksaan dengan menggunakan berbagai media, baik media
yang dibuat sendiri maupun media yang ada di lingkungan
sekitar.

2. Karakteristik dan Jenis-Jenis Kegiatan Bermain

Adapun karakteristik kegiatan bermain adalah sebagai


berikut:

a. Dilakukan melalui aktivitas fisik dan imajinasi,


b. Dilakukan oleh seseorang maupun kelompok tanpa
adanya paksaan,
c. Dilakukan untuk mendapatkan kesenangan,
d. Dilakukan dengan berbagai media yang ada di sekitar.

86 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Berdasarkan karakteristik kegiatan bermain, maka
dapat kita golongkan beberapa jenis kegiatan bermain anak
usai dini, yaitu:

a. Bermain berdasarkan aktivitasnya


1. Bermain fisik

Bermain fisik merupakan suatu aktivitas yang


dilakukan dengan menggunakan motorik kasar, motorik
halus dengan mengoordinasikan inderanya. Bermain fisik
ini dibagi menjadi dua jenis kegiatan, yaitu:

a) Bermain fisik personal-kompetitif

Bermain fisik kompetitif adalah kegiatan bermain


yang dilakukan oleh seorang anak dengan berbagai
aktifitas dan mendapatkan hasil akhir dari permainan.
Misalnya, lomba makan kerupuk, balap lari, balap
karung, dll.

b) Bermain fisik kolaboratif-kompetitif

Bermain fisik kolaboratif-kompetitif adalah


kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok yang saling
bekerja sama dan mendapatkan hasil akhir. Misalnya
lari estafet, main bola, tarik tambang, dll.

2. Bermain imajinasi
Bermain imajinasi merupakan kegiatan yang dilakukan
anak atau sekelompok anak yang melibatkan aktivitas

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 87


mental dan media. Misalnya bermain peran, bermain jual-
jualan, dll.
b. Bermain berdasarkan jumlah pelakunya
1. Bermain personal

Bermain personal adalah kegiatan bermain yang


dilakukan oleh seorang anak dengan kesadaran sendiri
dalam melakukan kegiatan bermain, dengan menggunakan
berbagai macam media dan mendapatkan kesenangan.
Misalnya anak membuat mobil-mobilan dari barang bekas,
bermain boneka, dll.

2. Bermain kolektif

Bermain kolektif adalah kegiatan bermain yang


dilakukan oleh sekelompok anak dengan kesadaran
bersama dalam melakukan kegiatan bermain dengan
menggunakan berbagai macam media yang ada. Misalnya
bermain bakiak, bermain kereta api, dll.

c. Bermain berdasarkan alat permainan


1. Bermain permainan manual

Bermain permainan manual merupakan kegiatan yang


dilakukan oleh seorang atau sekelompok anak yang
menggunakan permainan, dimana dalam permainan
tersebut anak menjadi penggerak utama tanpa ada bantuan

88 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


kerja mesin. Contohnya bermain kelereng, bermain
congklak, dll.

2. Bermain permainan mekanik

Bermain permainan mekanik merupakan kegiatan yang


dilakukan oleh seseorang atau sekelompok anak yang
menggunakan permainan, dimana permainan tersebut
menggunakan kerja mesin. Misalnya video game, bermain
komputer, dll.

3. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini

Secara umum, bermain memberikan banyak sekali


manfaat kepada anak usia dini terutama pada proses
tumbuh kembang anak. Kegiatan bermain dapat memberi
manfaat secara fisik maupun psikis, karena bermain
secara tidak langsung akan banyak menggunakan aktivitas
fisik maupun psikis. Dalam Permendikbud RI No. 146
Tahun 2014, dikemukakan bahwa anak di bawah usia
enam tahun berada pada masa bermain. Oleh sebab itu,
maka penting bagi seorang pendidik memberi rangsangan
pendidikan dengan cara yang tepat.

Melalui bermain, anak akan berinteraksi langsung


dengan berbagai objek yang ada di sekitarnya. Menurut
Taylor (2011), melalui interaksi langsung dengan berbagai
objek, pada saat itu anak sedang belajar berfikir. Dengan

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 89


bermain, anak akan banyak memperoleh manfaat.
Menurut Moyles (2005) ada banyak manfaat yang
diperoleh anak ketika bermain, di antaranya:
keterampilan dalam bekerja sama, mengenal orang lain,
dan memiliki kemampuan untuk toleransi. Selain itu,
dengan bermain kemampuan kognitif ataupun fisik anak-
anak akan berkembang.

Selain manfaat-manfaat yang telah dijelaskan di


atas, dalam kajian psikologi disebutkan beberapa
pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu sebagai
berikut (Hurlock, 1994):

a. Perkembangan fisik. Dengan bermain akan


mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian
tubuhnya.
b. Dorongan berkomunikasi. Dengan bermain yang
dilakukan secara bersama-sama, secara tidak
langsung akan membantu anak untuk berkomunikasi
dengan baik.
c. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam.
Bermain menjadi sarana bagi anak untuk
menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh
pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka.
d. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan. Bermain
berfungsi sebagai penyalur kebutuhan dan keinginan
yang tidak terpenuhi dalam kesehariannya.

90 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


e. Sumber belajar. Bermain memberi kesempatan untuk
mengeksplorasi lingkungan yang biasanya tidak
didapatkan di sekolah maupun di rumah.
f. Rangsangan bagi kreativitas. Bermain dengan
aktivitas tertentu akan merangsang kreativitas anak.
g. Perkembangan wawasan diri. Dengan bermain, anak
akan mengetahui tingkat kemampuannya
dibandingkan dengan teman bermain.
h. Belajar bermasyarakat. Dengan bermain bersama
anak yang lain, anak akan belajar untuk membentuk
hubungan sosial dan mampu memecahkan masalah
yang timbul dalam hubungan tertentu.
i. Standar moral. Dalam bermain, anak akan belajar
untuk mengikuti aturan-aturan dalam permainan
tersebut yang telah ditentukan.
j. Belajar bermain sesuai dengan jenis kelamin. Dalam
bermain, biasanya permainan tertentu hanya dapat
dilakukan berdasarkan jenis kelamin.
k. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.
Dengan bermain bersama orang lain, anak akan
belajar bekerja sama, murah hati, jujur, sportif, dan
disukai orang lain.

Berdasarkan penjelasan tentang manfaat bermain, guru


atau orang dewasa dituntut agar memberi kesempatan kepada
anak untuk melakukan aktivitas bermain dengan cara yang

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 91


tepat sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya.
Sehingga, pertumbuhan dan perkembangan anak akan
optimal.

D. Model-Model Pembelajaran AUD


1. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum lebih jauh membahas tentang model-model


pembelajaran anak usia dini, alangkah baiknya kita memahami
terlebih dahulu tentang pengertian dari model pembelajaran.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?

Istilah model pembelajaran terdiri dari dua suku kata,


yaitu model dan pembelajaran. Dari dua suka kata ini masing-
masing memiliki arti tersendiri. Model adalah suatu objek atau
konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal
yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih
komprehensif. Sedangkan pembelajaran adalah usaha sadar
yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Fadillah,
2012).

Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran


adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sejalan

92 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


dengan apa yang dikatakan oleh Kemp (1995), bahwa model
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan
oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efisien.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis


menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
desain atau rancangan yang menggambarkan tentang kegiatan
dan penciptaan lingkungan yang kondusif sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2. Model-model Pembelajaran PAUD

Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan


dan semua model pembelajaran memiliki karakteristik yang
berbeda. Buku ini akan membahas model pembelajaran yang
pada umumnya digunakan oleh satuan PAUD. Ada empat
macam model pembelajaran yang pada umumnya digunakan
satuan PAUD, yakni model sudut, are, sentra, dan model
kelompok dengan pengaman. Untuk lebih jelasnya, kita akan
membahas keempat model pembelajaran tersebut.

a. Model Sudut

Model ini memberi kesempatan kepada anak didik


untuk belajar dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model
ini bersumber dari teori Montesori. Pada model ini
ruangan ditata secara fungsional, artinya anak akan

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 93


memungkinkan bekerja, bergerak, dan berkembang
secara bebas. Kondisi ruangan dan peralatan disesuaikan
dengan ukuran anak. Dalam ruang dibagi menjadi lima
sudut sebagai berikut.

a) Sudut latihan kehidupan sehari-hari

Pada sudut ini diberikan kesempatan anak untuk


meniru dari apa yang biasa dilakukan oleh orang
dewasa di sekitar mereka. Misalnya mencuci piring,
menyapu, membersihkan kaca, dll. Melalui aktivitas ini
anak akan diajarkan membantu dirinya sendiri,
berkonsentrasi dan mengembangkan kebiasaan
bekerja dengan baik.

Adapun bahan yang disediakan pada sudut ini dapat


berupa:

 Kursi
 Air
 Sendok
 Berbagai macam bentuk benda
 Penjepit
 Sapu
 Tempat telur
 Gunting kuku
 Manik-manik
 Balok-balok

94 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


 Karet rambut atau pita
 Sabun
 Gelas
 Lap kaca
 Meja
 Alat ukur
 Dan lain-lain.
b) Sudut sensorik

Pada sudut sensorik ini mengembangkan sensitivitas


penginderaan anak, yakni penglihatan, pendengaran,
penghirupan, peraba, dan pengecapan. Sudut ini
berfokus pada pengenalan berbagai benda, seperti
berbagai macam warna, merasakan berat ringan,
berbagai bentuk dan ukuran, merasakan tekstur halus
dan kasar, tinggi rendah suara, berbagai bebauan dari
macam benda dan mengecap berbagai rasa dari benda
yang dijumpai sehari-hari.

Bahan dan alat main yang disediakan pada sudut ini


dapat berupa: berbagai bumbu dapur di dalam botol
untuk dicium, berbagai sumber rasa (asin, manis, pahit,
asam), kain dan biji-bijian dengan berbagai tekstur,
lonceng tangan, dan lain-lain.

c) Sudut matematika

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 95


Pada sudut ini mulai diperkenalkan matematika
dengan konsep yang jelas dan menarik, dari hal yang
kongkrit hingga abstrak. Bahan dan alat main yang
disediakan pada sudut ini dapat berupa: berbagai jenis
batu, berbagai jenis botol, berbagai jenis kancing, kartu
bilangan balok-balok, jam dinding, tempat telur, dan
lain-lain.

d) Sudut bahasa

Pada sudut ini anak-anak belajar mendengar dan


menggunakan kosakata yang tepat. Adapun bahan yang
disediakan pada sudut ini dapat berupa: rak barang,
kartu huruf, macam-macam gambar, kartu kata, kertas,
alat tulis, dan lain-lain.

e) Sudut kebudayaan

Pada sudut ini anak-anak diperkenalkan


mempelajari geografi, sejarah, ilmu tentang tumbuh-
tumbuhan, dan ilmu pengetahuan yang sederhana.
Anak belajar individu maupun kelompok, dan bercerita
tentang dunia sekitar pada saat ini maupun masa lalu.
Anak diperkenalkan dengan masakan khas daerah
melalui kegiatan memasak. Bahan dan alat main yang
disediakan pada sudut ini dapat berupa: berbagai
macam buku cerita, ensiklopedia anak, meja, bantal

96 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


baca, alat gambar, alat pertukangan, tanah liat, berbagai
jenis botol, corong air, dan lain-lain.

Dari lima sudut yang telah kita paparkan saling


berkaitan dan dibuka secara bersamaan setiap harinya.
Anak diberi pilihan untuk memilih dari salah satu sudut
yang diminatinya.

b. Model Area

Pada model ini lebih memberikan kesempatan kepada


anak untuk memilih sesuai dengan minatnya. Model area
memfasilitasi kegiatan anak secara individu dan kelompok
untuk pengembangan semua aspek. Area ditata secara
menarik. Setiap area memiliki beberapa kegiatan yang
menggunakan alat dan bahan yang berbeda. Untuk semua
area difasilitasi oleh seorang guru. Guru mengawasi anak-
anak yang bermain di setiap area yang dibukanya. Area
yang biasa dibuka, terdiri atas area sebagai berikut:

a) Area balok

Area balok memfasilitasi anak untuk


mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
berfikir matematika, pola, bentuk geometris,
penambahan, pengurangan, dan pembagian melalui
kegiatan membangun dengan balok. Saat anak
menggunakan balok, maka secara tidak langsung anak

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 97


akan merasakan berat-ringan, panjang-pendek, dengan
tanpa dipaksa anak mengenal bentuk dan konsep
lainnya. Alat yang disediakan di area balok dapat
berupa:

 Balok dengan berbagai bentuk dan ukuran


 Asesoris balok sebagai pelengkap (misalnya,
balok berwarna)
 Alat tulis untuk membangun keaksaraan anak
 Dan lain-lain.
b) Area drama

Area drama memfasilitasi anak dalam


mengeksplorasi dan mendorong anak untuk
memperagakan apa yang mereka lihat di kehidupan
mereka, sehingga membantu memahami dunia mereka
dan memainkan berbagai macam peran.

Alat yang disediakan di area drama dapat berupa:


alat-alat dapur, alat-alat rumah tangga, baju-baju untuk
berbagai profesi, boneka berbagai bentuk, dan lain-lain.

c) Area seni

Area seni mendukung pengembangan kreativitas


dan pengalaman anak dalam menggunakan berbagai
bahan dan alat. Pada area ini anak-anak akan

98 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


mengekspresikan apa yang mereka amati, pikirkan,
bayangkan, dan rasakan melalui alat dan bahan yang
digunakan. Adapun alat dan bahan pada area ini dapat
berupa: kertas dalam berbagai ukuran, kuas, serta cat
air warna-warni, krayon, spidol dan alat menggambar
lainnya, tanah liat, playdough atau plastisin, kayu,
dedaunan, kain, kaleng, kertas warna-warni, gunting,
lem, dan berbagai pita, serta bahan-bahan daur ulang
lainnya.

d) Area keaksaraan

Area keaksaraan memfasilitasi anak untuk


mengembangkan keterampilan bahasa anak. Alat dan
bahan yang disediakan di area ini dapat berupa:
berbagai kartu gambar, berbagai kartu kata, berbagai
kartu huruf, berbagai alat tulis dan kertas, serta
berbagai buku bergambar.

e) Area pasir dan air

Area pasir dan air lebih kepada pengembangan


sensorik-motorik, namun area ini sangat kaya dengan
konsep sains. Alat dan bahan yang disediakan di are ini
adalah: botol-botol dengan gelas-gelas plastik dan
corong, baskom dengan alat kocokan, alat pompa air,
berbagai alat dapur mainan untuk belajar mencuci,
baju-baju atau kain-kain kecil dengan penggilas untuk

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 99


mencuci, berbagai bentuk cetakan kue untuk main
pasir, dan aksesoris lainnya.

f) Area sains

Area sains menyediakan banyak kesempatan bagi


anak-anak untuk menggunakan panca indera dan
menyalurkan langsung minat mereka terhadap
kejadian-kejadian alamiah dan benda-benda yang
ditemukan. Alat dan bahan di area ini adalah: gambar-
gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar
proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian, pencampur
warna, dan lain-lain.

g) Area matematika

Area matematika merupakan tempat yang


memfasilitasi permainan-permainan yang dapat
membantu anak belajar menyocokkan, berhitung,
mengelompokkan, ukuran, pola dan memasangkan.
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada area ini, dapat
berupa: lambang bilangan, kepingan geometri, kartu
angka, puzzle, pohon hitung, dan lain-lain.

h) Area imtaq

Area ini memberikan pengalaman pada anak untuk


mengenal agama dan memeraktekkan tata cara
beribadah sesuai agama yang dianutnya. Alat dan bahan

100 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


di area ini adalah: maket masjid, gambar tata cara
shalat, gambar tata cara wudhu, gambar huruf hijaiyah,
sajadah, mukena, peci, kain sarung, al-Qur’an, dan lain-
lain.

Area yang telah disebutkan di atas bukan berarti


hanya terdiri dari area itu saja, tetapi masih ada area
lain. Hanya saja, dalam buku ini penulis menyantumkan
sebanyak delapan area. Dari delapan area, biasanya
dalam sehari hanya dibuka 4 area dan setiap area yang
dibuka disesuaikan dengan tema yang dibahas pada
hari itu.

c. Model sentra

Model sentra ini tidak jauh beda dengan sistem area.


Adapun perbedaannya tampak dalam pengelolaan kelas.
Dalam model area, semua anak bebas bergerak di semua
area yang dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra,
anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu
sentra. Setiap sentra dikelola oleh seorang guru. Kelompok
anak berpindah dari satu sentra ke sentra yang lain setiap
hari. Adapun proses pembelajarannya menggunakan
empat pijakan, yaitu penataan alat (pijakan lingkungan),
pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan
setelah bermain. Sentra yang dibuka di antaranya, sebagai
berikut:

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 101


a) Sentra Balok

Sentra balok memfasilitasi anak bermain tentang


konsep bentuk, ukuran, keterkaitan bentuk, kerapian,
ketelitian, bahasa, dan kreativitas. Bermain balok selalu
dikaitkan dengan main peran mikro, dan bangunan
yang dibangun anak digunakan untuk bermain.

Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah:

 Balok-balok dengan berbagai bentuk dan


ukuran
 Balok aksesoris untuk bermain peran
 Lego berbagai bentuk
 Kertas
 Alat tulis.

Adapun kegiatan yang biasa dilakukan di sentra


balok, misalnya membangun masjid, rumah tinggal, dll.

b) Sentra main peran

Sentra main peran mengembangkan kemampuan


berfikir abstrak, kemampuan berbahasa, sosial
emosional, menyambungkan pengetahuan yang sudah
dimiliki dengan pengetahuan baru dengan
menggunakan alat main peran berukuran kecil.

Alat dan bahan yang dibutuhkan dapat berupa:


 Berbagai miniatur mainan

102 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


 Berbagai mainan alat rumah tangga
 Berbagai mainan mini alat kedokteran
 Berbagai mainan mini alat transportasi
 Berbagai mainan mini alat tukang.

Adapun kegiatan yang bisa dilakukan di sentra ini,


misalnya anak-anak berperan sebagai doker, sebagai
tukang, atau sebagai ibu rumah tangga.

c) Sentra imtaq

Sentra imtaq mengenalkan kehidupan beragama


dengan keterampilan yang berkaitan dengan agama
yang dianut anak.

Alat dan bahan yang diperlukan:

 Al-Qur’an
 Mukena
 Sajadah
 Peci
 Gambar Huruf Hijaiyah
 Gambar Tata Cara Shalat
 Gambar Tata Cara Wudhu.

Adapun yang bisa dilakukan di sentra imtaq adalah


anak bisa praktik wudhu, shalat, menyocokkan huruf
hijaiyah, dan menyebutkan huruf hijaiyah.

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 103


d) Sentra seni

Sentra seni memfasilitasi pengembangan kreativitas


dan pengalaman anak dalam menggunakan berbagai
bahan dan alat.

Alat dan bahan yang dibutuhkan dapat berupa:

 kertas berbagai ukuran dengan berbagai alat


 tanah liat
 kertas warna-warni
 krayon
 spidol dan alat menggambar lainnya
 serta playdough atau plastisin.

Adapun kegiatan yang bisa dilakukan pada sentra


ini, misalnya anak dapat menggambar dan mewarnai
gambar dengan berbagai macam alat, atau membuat
berbagai macam bentuk dari tanah liat.

e) Sentra persiapan

Sentra persiapan lebih menekankan pengenalan


keaksaraan awal pada anak. Penggunaan buku dan alat
tulis dapat dilakukan di semua sentra. Tetapi di sentra
persiapan lebih diperkaya jenis kegiatan bermainnya.
Pada kelompok anak paling besar yang segera masuk
sekolah dasar, frekuensi bermain di sentra persiapan
lebih banyak.

104 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Alat dan bahan yang dibutuhkan pada sentra ini
dapat berupa:

 Kartu angka
 Kartu huruf
 Buku bacaan bergambar
 Gunting
 Kertas dengan berbagai ukuran
 Pensil
 Spidol
 Manik-manik.
Adapun kegiatan yang bisa dilakukan pada sentra ini
adalah menyocokkan angka dan huruf, mencontoh
huruf/kata/kalimat dengan menggunakan pensil dan
spidol, serta menggunting huruf dan angka.

f) Sentra bahan alam

Sentra bahan alam diisi dengan berbagai bahan main


yang berasal dari alam. Sentra bahan alam lebih kental
dengan pengetahuan sains, matematika, dan seni. Anak
diberi kesempatan untuk menggunakan bahan main
dengan berbagai cara sesuai dengan pikiran dan
gagasan masing-masing dengan hasil yang berbeda.

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada sentra ini


adalah:

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 105


 Air
 Pasir
 Bebatuan
 Daun
 Tanah
 Dan lain-lain.
Adapun kegiatan yang bisa dilakukan anak pada
sentra ini yaitu memidahkan air dari satu wadah ke
wadah yang lain, mencocokkan ukuran bebatuan,
membuat karya dari tanah liat, mencuci sapu tangan,
dan bermain sains sederhana.

Dari enam sentra yang telah disebutkan di atas, masih


ada sentra yang lain sesuai dengan kesiapan masing-masing
lembaga. Dalam kesempatan ini, penulis hanya
menyantumkan enam sentra.

Adapun metode yang biasa digunakan oleh PAUD, yaitu


sebagai berikut:

a. Metode bercerita

Bercerita merupakan cara bertutur dan menyampaikan


cerita secara lisan. Cerita harus diberikan secara menarik
dengan intonasi dan mimik sesuai dengan alur yang
diceritakan. Anak diberikan kesempatan untuk bertanya dan
memberi tanggapan, dan pendidik juga dapat menggunakan
media sebagai alat bantu untuk bercerita.

106 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


b. Metode bercakap-cakap dan tanya jawab

Bercakap-cakap dapat dilakukan dalam bentuk tanya


jawab antara anak dengan pendidik atau antara anak dengan
anak yang lain.

c. Karya wisata

Karyawisata adalah kunjungan secara langsung ke objek-


objek tertentu di kehidupan anak yang biasanya disesuaikan
dengan tema yang sedang dibahas.

d. Metode demonstrasi

Demonstrasi digunakan untuk menunjukkan atau


memeragakan cara dalam membuat atau melakukan sesuatu.

e. Metode bermain peran

Bermain peran dilakukan untuk mengembangkan daya


imajinasi, kemampuan berekspresi dan kreativitas anak yang
diinspirasi dari tokoh-tokoh atau benda-benda yang ada dalam
cerita.

f. Metode eksperimen

Eksperimen merupakan pemberian pengalaman nyata


kepada anak dengan melakukan percobaan secara langsung
dan mengamati hasilnya.

g. Metode proyek

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 107


Proyek merupakan suatu tugas yang terdiri atas rangkaian
kegiatan yang diberikan oleh pendidik kepada anak, baik
secara individu maupun secara kelompok dengan
menggunakan objek alam sekitar maupun kegiatan sehari-
hari.

108 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah soal berikut ini!

1. Jelaskan prinsip-prinsip pembelajaran AUD!


2. Jelaskan tingkatan kebutuhan anak secara hirarki
menurut Maslow!
3. Jelaskan pengertian bermain dan karakteristik kegiatan
permain!
4. Jelaskan jenis-jenis bermain!
5. Jelaskan manfaat bermain bagi anak!
6. Jelaskan pengertian model pembelajaran!
7. Jelaskan model-model pembelajaran yang umumnya
digunakan di Indonesia!

Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini 109


110 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi
BAB V
Aspek-Aspek Perkembangan Anak
Usia Dini

Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu memerinci aspek-aspek perkembangan
AUD

Tujuan Pembelajaran:

1. Mampu menguraikan aspek Nilai Agama Moral


2. Mampu menguraikan aspek Fisik-Motorik
3. Mampu menguraikan aspek Kognitif
4. Mampu menguraikan aspek Bahasa
5. Mampu menguraikan aspek Sosial Emosional

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 111


M
estinya dalam melihat perkembangan anak, harus
secara holistik. Dimana seorang guru tidak
berfokus hanya pada satu aspek perkembangan
anak, tetapi juga melihat dari berbagai aspek perkembangan
karena setiap aspek saling memengaruhi satu dengan yang
lain. Nah, dalam menggunakan pendekatan holistik, kita perlu
melihat dari setiap aspek perkembangan serta memahami
bagaimana masing-masing aspek tersebut saling
memengaruhi.

Pada bab ini kita akan membahas tentang beberapa


aspek perkembangan anak usia sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar Pendidikan
Nasional Pasal 5 ayat 2 mengatakan bahwa Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini difokuskan pada
aspek-aspek perkembangan anak, mencakup aspek nilai
agama moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.
Untuk lebih jelasnya kita akan membahas satu persatu.

A. Aspek Nilai Agama dan Moral


1. Pengertian agama dan moral

Program pengembangan nilai agama dan moral


meliputi: kemampuan mengenal nilai agama yang dianut,
mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan,
hormat, sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan,
mengetahui hari besar agama, menghormati dan toleran

112 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


terhadap orang lain. Untuk memudahkan kita dalam
memahami aspek nilai agama dan moral, maka terlebih dahulu
kita memahami definisi dari agama dan moral itu sendiri. Apa
itu agama dan moral?

Agama dalam KBBI diartikan sebagai sistem yang


mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia serta lingkungannya. Adapun moral,
berasal dari kata bahasa latin mores, yang memiliki arti adat
istiadat, kebiasaan, atau cara hidup, Moral dapat diartikan
sebagai suatu peraturan yang telah disepakati oleh suatu
komunitas tentang bagaimana berperilaku agar menjadi
manusia yang baik. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa hubungan agama dan moral sangat erat. Apabila
seorang taat beragama, maka diharapkan moralnya baik.
Begitupun sebaliknya, orang yang moralnya tidak baik bisa
dipastikan dia tidak memahami agamanya dengan baik pula.
Oleh sebab itu, diharapkan dari kecil anak sudah
diperkenalkan pengalaman-pengalaman tentang keagamaan.
Misalnya, membiasakan anak berinfaq di masjid atau berbagi
dengan sesamanya, dll. Karena dengan pengalaman yang telah
diperoleh sewaktu kecil akan berpengaruh pada kehidupan di
masa akan datang. Dengan mengakarnya pengalaman
agamanya, akan mampu memperbaiki kepribadian dan moral
sang anak.

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 113


2. Tahap-tahap perkembangan agama dan moral
a. Tahap perkembangan agama

Menurut penelitian Ernest Harms (Jalaluddin, 1998)


dalam bukunya The Development of Religious on Children, ia
mengatakan bahwa perkembangan agama melalui 2 tahapan.

1) The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Pada usia 3-6 tahun, konsep ketuhanannya masih


sangat dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Dimana anak
hanya menggambarkan tuhan berdasarkan dongeng-
dongeng yang tidak jelas sumber dan kebenarannya.
Perhatian anak lebih fokus pada pemuka agama,
dibanding dengan isi ajarannya.

2) The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)

Pada tahap sebelumnya, pemahaman terhadap


tuhannya sebatas dipengaruhi oleh fantasi. Pada tahap ini,
pemahaman terhadap tuhannya berubah dengan cara
menggunakan pikiran atau logikanya.

b. Tahap perkembangan moral

Kohlberg membagi ke dalam tiga tingkatan, yakni sebagai


berikut:

1) Prakonvensional

114 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Pada umumnya tingkatan ini ada pada anak-anak,
akan tetapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa
pun dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Tahap
ini menilai moralitas dari konsekuensi yang akan
didapatkan ketika dia melakukan tindakan. Tingkat
Prakonvensional terdiri dari dua tahapan.

Pertama, pada tahap ini individu memfokuskan


terhadap konsekuensi yang akan didapatkan. Sesuatu
dianggap baik jika mendatangkan hadiah, atau sesuatu
dianggap tidak baik atau salah jika mendatangkan
hukuman. Jadi, individu melakukan kebaikan karena ingin
mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman.

Kedua, pada tahap sebelumnya mengukur salah atau


benarnya perilaku seseorang dilihat dari akibat dari
konsekuensi perbuatannya. Sedangkan di tahap ini,
individu melihat keuntungan ketika seseorang
melakukannya, artinya perilaku baik dilakukan dengan
tujuan mendapat kebaikan dari orang lain dan perilaku
buruk tidak dilakukan dengan pertimbangan tidak ingin
memperoleh perilaku buruk.

2) Konvesional

Tingkat konvensional individu menilai moralitas dari


suatu tindakan dengan membandingkannya terhadap
pandangan dan harapan masyarakat. Artinya, sejauh mana

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 115


suatu tindakan mampu mendatangkan penerimaan di
masyarakat/sosial. Tingkat konvensional terdapat dua
tahapan.

Tahap pertama, individu melakukan sesuatu yang baik


karena ingin mendapatkan penerimaan di masyarakat.
Artinya, pada tahap ini individu melakukan kebaikan
sebatas ingin memperoleh pengakuan dari masyarakat.
Begitu pun sebaliknya, individu tidak melakukan
keburukan karena tidak ingin mendapat penolakan dari
masyarakat.

Tahap kedua, individu melakukan sesuatu melihat


dari sejauh mana tindakan sesuai dengan hukum atau
aturan yang ada karena menjadi penentu baik buruknya
sebuah perilaku.

3) Pascakonvensional

Dalam tingkatan pascakonvensional, individu-


individu merupakan suatu keniscayaan bahwa tidak bisa
terlepas dari masyarakat, sehingga perspektif seseorang
harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Pada
tingkatan ini terdapat dua tahapan.

Tahap pertama, setiap individu dipandang memiliki


pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda dan juga
penting untuk dihargai tanpa memihak dalam ketentuan-

116 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


ketentuan tertentu, sehingga perilaku kebaikan dilakukan
sebagai bagian dari tanggung jawab sosial yang telah
disepakati.

Tahap kedua, pada tahap ini tidak menentukan baik


atau buruknya sesuatu hanya dilihat dari hukum. Akan
tetapi, adanya kesadaran sebagai upaya melaksanakan
prinsip etis yang mencerminkan martabat atau nilai
manusia.

B. Perkembangan Aspek Fisik Motorik

Program pengembangan fisik motorik meliputi:

1. Motorik kasar, mencakup kemampuan gerakan tubuh


secara terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah,
locomotor, non locomotor, dan mengikuti aturan.
2. Motorik halus, mencakup kemampuan dan kelenturan
menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan
mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk.
3. Kesehatan dan perilaku keselamatan, mencakup berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia, serta
kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat, dan
peduli terhadap kesehatan.

Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar


bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Perkembangan fisik
ini dapat ditandai dengan kemampuan motorik anak. Jadi,

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 117


perkembangan fisik sangat erat kaitannya dengan kemampuan
motorik anak. Motorik adalah perkembangan pengendalian
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkordinasi antara
susunan saraf, otot, otak dan spinal cord (Suryana 2019).

Untuk membangun kemampuan motorik anak, harus


mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang akan
memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan
menggunakan persepsi mereka agar bergerak. Misalnya, anak
melihat boneka atau mobil-mobilan, maka anak akan
mempersepsikan dalam otak bahwa dia akan memainkannya.
Dengan persepsi tersebut, dapat memotivasi anak supaya
melakukan sesuatu, yakni mengambil boneka atau mobil-
mobilan untuk dimainkan. Dengan demikian, anak berhasil
memperoleh apa yang diinginkan, yakni memainkan boneka
atau mobil-mobilan. Perkembangan motorik terbagi menjadi
dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Motorik kasar adalah suatu gerakan yang menggunakan


otot besar atau sebagian besar dalam melakukan aktivitas.
Misalnya berlari, melompat, memanjat, melempar,
menangkap, dan lain sebagainya.

Motorik halus adalah suatu gerakan yang menggunakan


otot kecil dengan kordinasi tangan dan mata. Misalnya
berhitung dengan jari, mencoret-coret, menggunting, menulis,
dan lain sebagainya.

118 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


C. Perkembangan Aspek Kognitif

Program pengembangan kognitif, meliputi sebagai


berikut:

4. Belajar dan menyelesaikan masalah. Mencakup


kemampuan menyelesaikan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan
diterima sosial, serta menerapkan pengetahuan atau
pengalaman dalam konteks yang baru.
5. Berfikir logis. Mencakup berbagai perbedaan,
klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal
sebab akibat.
6. Berfikir simbolik. Mencakup kemampuan mengenal,
menyebutkan dan menggunakan konsep bilangan,
mengenal huruf, serta mampu mempresentasikan
berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk
gambar.

Kata kognitif berasal dari kata cognition yang


sinonimnya adalah knowing yang artinya mengetahui. Jadi,
bisa dikatakan bahwa kognitif merupakan suatu proses
berfikir individu untuk memahami lingkungannya. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Desmita bahwa
perkembangan kognitif pada anak usia dini terkait dengan
pengetahuannya, yaitu semua proses psikologis yang

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 119


berhubungan dengan bagaimana anak mempelajari dan
memikirkan lingkungannya (Desmita, 2009).

Teori perkembangan kognitif didasarkan pada asumsi


bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang sangat
mendasar dalam membimbing tingkah laku anak. Karena anak
melakukan sesuatu didasari pada pengetahuannya. Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang perkembangan
kognitif pada anak. Salah satu di antaranya adalah Piaget.
Piaget merupakan seorang psikolog Swiss yang tertarik dalam
meneliti perkembangan kognitif manusia. Piaget
mengungkapkan bahwa setiap manusia pasti melalui empat
tahap perkembangan kognitif, yang mana setiap tahapan
terkait dengan usia dan cara memahami ligkungannya.
Adapun tahapan yang dimaksud oleh Piaget adalah tahap
sensorimotor, tahap pra oprasional, tahap oprasional konkrit,
dan tahap oprasional formal. Untuk anak usia dini, berada
pada tahap sensorimotor dan pra oprasional.

Tahap sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini bayi


membangun pengetahuan dan pengalamannya melalui fisik
(gerakan anggota tubuh) dan sensoris pengetahuan yang
didapat melibatkan penglihatan, pendengaran, peraba,
pengecapan. Misalnya, anak mendengar dari berbagai suara
ibunya. Maka anak akan membangun skema pada dirinya
bahwa ini adalah suara ibu. Jadi, pada tahap ini tidak ada
proses berfikir yang kompleks.

120 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Tahap pra oprasional (2-7 tahun), dalam tahap ini
pertumbuhan kognitif anak mulai muncul. Akan tetapi, masih
terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai atau dilihat yang
ada disekitarnya dan belum bisa memikirkan dua aspek atau
lebih secara bersamaan. Misalnya, dia melihat benda hanya
berfokus kepada warna tanpa memikirkan aspek yang lainnya.

D. Aspek Perkembangan Bahasa

Program pengembangan bahasa mencakup:

1. Memahami bahasa reseptif. Mencakup kemampuan


memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi dan
menghargai bacaan;
2. Mengekspresikan bahasa. Mencakup kemampuan
bertanya, menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara
lisan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar
bahasa pragmatis, mengekspresikan perasaan, ide, dan
keinginan dalam bentuk coretan; dan
3. Keaksaraan. Mencakup pemahaman terhadap
hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk
huruf, serta memahami kata dalam cerita.

Seperti program pengembangan bahasa yang telah


dipaparkan, bahwa perkembangan bahasa pada anak usia dini
terkait dengan kemampuan anak dalam keterampilan bahasa
reseptif dan bahasa ekspresif. Setiap anak memiliki
perkembangan bahasa yang berbeda-beda. Dipengaruhi oleh

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 121


pemberian stimulasi yang dilakukan oleh orang dewasa
terhadapnya (Aisyah, 2009).

Perkembangan bahasa sangat berkaitan dengan


kognitif, karena bahasa merupakan instrumen yang digunakan
oleh individu untuk mengekspresikan ide dalam berfikir.
Berfikir merupakan suatu proses dalam memahami sesuatu
dan proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa alat
bantu bahasa. Bahasa juga merupakan alat untuk
berkomunikasi dengan orang lain, kemudian berlangsung
dalam suatu interaksi sosoial. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan bahasa pada anak memiliki hubungan dengan
perkembangan kognitif dan sosial emosionalnya.

Pada usia 6-8 bulan, anak mulai membuat suara


prabicara yang disebut dengan celoteh. Antara usia 12-18
bulan, kata tanpa makna tersebut perlahan berkembang
menjadi kata-kata yang bisa dikenali. Anak sudah mulai bisa
mengulangi bunyi yang sama dan anak kemudian
menempatkan bunyi secara bersamaan. Misalnya, anak pa pa
pi pi.

Pada usia dua tahun, anak sudah mampu mengucapkan


dua sampai tiga kata dan anak bisa menghasilkan sekitar 50-
100 kosa kata. Pada usia tiga tahun, anak sudah mulai
menggunakan kata sebanyak 1.000 dan cukup kreatif dalam
menggunakan kosa kata (Novita, 2011). Kemudian pada usia

122 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


empat tahun, anak mampu menggunakan 1.000-2.500 kata
dan mulai bisa bercerita. Pada usia lima hingga enam tahun,
anak sudah mampu mengucapkan lebih dari 2.500 kata dan
sudah dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik
(Wiyani, 2014).

Wiyani (2016), secara umum membagi perkembangan


kemampuan berbahasa anak usia dini atas tiga bagian:

1. Memahami bahasa reseptif. Mencakup kemampuan


memahami cerita, perintah, dan aturan.
2. Mampu mengekspresikan bahasa. Mencakup
kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan,
berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali
yang diketahui, belajar bahasa pragmatik,
mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan dalam
bentuk coretan.
3. Keaksaraan. Mencakup pemahaman terhadap
hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk
huruf, serta memahami kata dalam cerita.

Secara terperinci, kemampuan bahasa anak ketika


diberikan stimulasi yang tepat, sebagai berikut (Wiyani,
2014):

Usia Kemampuan Bahasa


0-3 Bulan  Menangis
 Berteriak
 Bergumam

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 123


3-6 Bulan  Mendengarkan ucapan
orang lain
 Mengoceh
 Merespon orang lain
dengan tertawa atau
tersenyum
6-9 Bulan  Meniru ucapan
 Merespon permainan
ciluk ba
 Menunjukkan benda
dengan mengucapkan
satu kata
9-12 Bulan  Mengucapkan dua
kata untuk
menyatakan
keinginannya
 Menyatakan
penolakan
 Menyebut nama benda
atau binatang
12-18 Bulan  Mengucapkan kalimat
dengan dua kata
 Merespon pertanyaan
ya atau tidak
 Menunjukkan bagian
tubuh yang
ditanyakan
 Memahami cerita
pendek
18-24 Bulan  Menggunakan kata-
kata sederhana dalam
menyatakan
keinginannya
 Memperhatikan buku-
buku yang memiliki
gambar

124 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


 Menjawab pertanyaan
dengan kalimat
pendek
 Melafalkan ayat-ayat
al-Qur’an yang sering
didengarnya
2-3 Tahun  Menghafal beberapa
surah-surah pendek
 Memahami cerita-
cerita sederhana
 Menggunakan kata
tanya dengan tepat
3-4 Tahun  Menyatakan
keinginan dengan
mengucapkan kalimat
sederhana
 Menceritakan
pengalaman yang
dialami
 Memahami perintah
yang mengandung
dua makna
4-5 Tahun  Menyampaikan suatu
hal kepada orang lain
 Menyatakan alasan
dalam penolakan atau
penerimaan
 Mengenali
pembendaharaan
kata mengenai kata
sifat
5-6 Tahun  Menyusun kalimat
sederhana dalam
struktur yang lengkap
(S-P-O)

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 125


 Terlibat dalam
penentuan aktivitas
yang akan dilakukan
 Mampu
menggabungkan
kalimat sederhana
dan kalimat kompleks

E. Aspek Perkembangan Sosial Emosional


Program pengembangan sosial emosional mencakup
sebagai berikut:

1. Kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan


kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri,
mengendalikan diri, dan mampu menyesuaikan diri
dengan orang lain;
2. Rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain,
mencakup kemampuan mengetahui hak-haknya,
menaati aturan, mengatur diri sendiri, serta
bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan
bersama; dan
3. Perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain
dengan teman sebaya, memahami perasaan, merespon,
berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang lain;
bersikap kooperatif, toleran dan berperilaku sopan.

Untuk lebih memahami tentang perkembangan sosial


emosional, maka terlebih dahulu kita harus memahami apa itu
sosial dan emosional. Sosial adalah suatu sifat mendasar yang

126 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


dimiliki seseorang berkenaan dengan hubungan antara
seorang individu dengan individu yang lain. Sehingga
hubungan antara individu dengan individu yang lain tidak bisa
dihindarkan. Sedangkan emosi adalah suatu keadaan dan
reaksi psikologis serta fisiologis, seperti kegembiraan,
kesedihan, keharuan, kecintaan dan temasuk kemarahan
(Alwi, 2002).

Dari pengertian tersebut, maka bisa dikatakan bahwa


perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah terkait
dengan kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain
yang ada di luar dirinya dan lingkungan, serta
mengekspresikan perasaannya terhadap diri sendiri dan
orang lain. Aspek sosial emosional anak sangat penting untuk
dikembangkan dengan alasan anak tidak bisa terlepas dari
interaksi terhadap lingkungannya. Dengan mengoptimalkan
perkembangan sosial emosional anak, maka anak akan
memiliki kemampuan sosial emosional (Wiyani, 2016) berikut
ini:

Usia Kemampuan Sosial-Emosional


0-3 bulan  Menatap dan tersenyum.
 Menangis untuk mengekspresikan
ketidaknyamanan.

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 127


3-6 bulan  Merespon dengan gerakan tangan
dan kaki.
 Menangis jika tidak memperoleh
yang diinginkan.
6-9 bulan  Mengulurkan tangan atau menolak
untuk diangkat (digendong).
 Menunjukkan sesuatu yang
diinginkan.
9-12 bulan  Menempelkan kepala bila merasa
nyaman dalam pelukan atau
meronta jika merasa tidak nyaman.
 Menyatakan keinginan dengan
berbagai gerakan tubuh dan
ungkapan kata-kata sederhana.
 Meniru cara menyatakan perasaan
sayang dengan memeluk.
12-18 bulan  Menunjukkan reaksi marah jika
permainannya diambil.
 Menunjukkan reaksi yang berbeda.
terhadap orang yang baru dikenal.
 Belum berbaur dengan temannya
tapi masih sibuk dengan
mainannya sendiri.
 Memperhatikan teman-temannya
beraktivitas.

128 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


18-24 bulan Mengekspresikan berbagai reaksi
emosi (senang, marah, takut, kecewa).
2-3 tahun  Memahami hak orang lain (harus
antri menunggu giliran).
 Menunjukkan sikap berbagi,
membantu, dan bekerjasama.
 Menyatakan perasaan terhadap
anak lain (suka atau tidak suka
dengan temannya).
 Berbagi peran dalam suatu
permainan (menjadi petani,
dokter, guru, dll).
3-4 tahun  Bersabar menunggu giliran.
 Bereaksi terhadap hal-hal yang
tidak dianggap benar.
 Menunjukkan reaksi menyesal saat
melakukkan kesalahan.
 Menunjukkan sikap toleran
sehingga dapat bekerja dengan
kelompok.
4-5 tahun  Mampu berbagi, menolong, dan
membantu teman.
 Antusias dalam melakukan
perlombaan.

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 129


 Menahan perasaan dan
mengendalikan reaksi.
 Menaati aturan yang berlaku dalam
suatu permainan.
5-6 tahun  Bersikap kooperatif dengan teman.
 Menunjukkan toleran.
 Mengekspresikan emosi dalam
berbagai situasi (senang, gembira,
antusias, dll).
 Memahami peraturan dan disiplin
 Mengenal tata krama dan sopan
santun sesuai dengan nilai sosial
budaya setempat.

130 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Latihan

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan berikut!

Jelaskan aspek-aspek perkembangan AUD berikut ini:

1. Aspek Nilai Agama Moral


2. Aspek Fisik-Motorik
3. Aspek Kognitif
4. Aspek Bahasa
5. Aspek Sosial Emosional

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 131


132 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi
BAB VI
Penilaian Perkembangan Anak Usia
Dini

Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menguraikan penilaian perkembangan
Anak Usia Dini

Tujuan Pembelajaran:

1. Mampu menjelaskan hakikat penilaian


2. Mampu menjelaskan tujuan dan prinsip penilaian
3. Mampu menguraikan pelaksanaan penilaian
perkembangan Anak Usia Dini

Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 133


A. Hakikat Penilaian

Penilaian terhadap anak, baik penilaian proses maupun


penilaian terhadap hasil belajar anak-anak, idealnya harus
mencakup semua aspek perkembangan sikap, pengetahuan
dan keterampilan, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
permendikbud No. 146 tahun 2014. Mendapatkan gambaran
utuh tentang tingkat pencapaian perkembangan anak yang
terwujud dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan akan
diperoleh melalui penilaian. Apa itu penilaian?

Dalam KBBI, secara bahasa penilaian memiliki arti


proses, cara, perbuatan menilai atau pemberian nilai. Adapun
penilaian secara istilah dalam hal perkembangan anak adalah
proses mengukur tingkat pencapaian anak secara sistematis,
terukur, berkelanjutan dan menyeluruh berdasarkan fakta
yang sesungguhnya.

Dalam konteks proses pembelajaran bagi anak,


penilaian merupakan salah satu komponen yang harus
menjadi perhatian para pendidik anak usia dini karena melalui
penilaian ini pendidik akan mempunyai informasi yang
berharga berkenaan dengan kemajuan seluruh aspek
perkembangan anak. Oleh sebab itu, penilaian idealnya harus
dilakukan secara terencana dan cermat terhadap seluruh
aspek perkembangan anak, serta dilakukan secara
berkelanjutan dan sistematis. Sehingga guru memperoleh

134 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


informasi secara akurat tentang kondisi perkembangan anak,
baik dari segi kelebihan maupun dari segi keterbatasan anak.

B. Tujuan dan Prinsip Penilaian


1. Tujuan Penilaian

Dalam permendikbud No. 146 Tahun 2014,


dikemukakan bahwa penilaian, baik penilaian terhadap proses
dan hasil belajar pada PAUD bertujuan untuk:

a. Mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan


perkembangan yang telah dicapai oleh anak selama
mengikuti pendidikan di PAUD;
b. Menggunakan informasi yang didapat sebagai umpan
balik bagi pendidik untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran dan meningkatkan layanan pada anak
agar sikap, pengetahuan dan keterampilan berkembang
secara optimal;
c. Memberikan informasi bagi orang tua untuk
melaksanakan pengasuhan di lingkungan keluarga yang
sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di
PAUD; dan
d. Memberikan bahan masukan kepada berbagai pihak
yang relevan agar turut serta membantu pencapaian
perkembangan anak secara optimal.

Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 135


Gullon (2005) mengemukakan bahwa penilaian yang
dilakukan pendidik anak usia dini pada umumnya bertujuan
untuk:

a. Mengetahui tingkat pencapaian perkembangan anak;


b. Mengetahui tingkat pencapaian kurikulum;
c. Memperoleh data dan informasi tentang minat, bakat,
dan potensi setiap anak;
d. Merencanakan pembelajaran selanjutnya dan
merencanakan masa depan setiap anak;
e. Mengetahui tahap perkembangan anak, serta
membantu meningkatkan perkembangannya;
f. Membantu pendidik dalam menyusun rencana
pembelajaran berdasarkan tahap perkembangan anak;
dan
g. Membantu pendidik mengambil keputusan mengenai
tahap perkembangan anak.

Penjelasan tentang tujuan penilaian tersebut


memberikan pemahaman kepada kita bahwa penilaian tidak
bisa diabaikan karena penilaian ini menjadi salah satu kunci
utama dalam mengetahui setiap perkembangan yang terjadi
pada anak didiknya. Apakah anak berkembang secara wajar
ataukah mungkin anak mengalami kesulitan dalam satu
perkembangan tertentu?

136 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


2. Prinsip-Prinsip Penilaian

Dalam permendikbud No. 146 Tahun 2014, telah


dijelaskan bahwa dalam melakukan penilaian proses dan hasil
belajar anak di PAUD harus berdasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:

a. Mendidik

Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk


memotivasi, mengembangkan, dan membina anak supaya
tumbuh dan berkembang secara optimal.

b. Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus-


menerus untuk mendapatkan gambaran tentang pertumbuhan
dan perkembanagn anak.

c. Objektif

Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang


jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

d. Akuntabel

Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan


kriteria yang jelas serta dapat dipertanggung jawabkan.

Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 137


e. Transparan

Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur, lalu hasil


penilaian dapat diakses oleh orang tua dan semua pemangku
kepentingan yang relevan.

f. Sistematis

Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram sesuai


pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan
berbagai instrument.

g. Menyeluruh

Penilaian mencakup semua aspek pertumbuhan dan


perkembangan anak, baik sikap, pengetahuan dan
keterampilan.

h. Bermakna

Hasil penilaian memberikan informasi yang bermanfaat


bagi anak, orang tua, pendidik, dan pihak lain yang relevan.

C. Pelaksanaan Penilaian Perkembangan Anak

Penilaian yang baik adalah penilaian yang menyeluruh


dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya, tanpa mengurangi
dan melebihkan. Untuk mendapatkan informasi tentang
kemajuan perkembangan anak secara holistik, maka perlu
dipahami tentang jenis penilaian dan prosedur dalam
penilaian perkembangan anak.

138 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


1. Jenis penilaian

Berikut ini beberapa teknik dan instrumen yang dapat


digunakan pendidik dalam penilaian sebagaimana yang
ditetapkan dalam permendikbud No. 146 tahun 2014, di
antaranya sebagai berikut:

a. Pengamatan atau observasi merupakan teknik


penilaian yang dilakukan selama kegiatan
pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan lembar observasi,
catatan menyeluruh atau jurnal, dan rubrik.
b. Percakapan merupakan teknik penilaian yang dapat
digunakan, baik pada saat kegiatan terpimpin
maupun bebas.
c. Penugasan merupakan teknik penilaian berupa
pemberian tugas yang akan dikerjakan anak dalam
waktu tertentu, baik secara individu maupun
kelompok, serta secara mandiri ataupun didampingi.
d. Untuk kerja merupakan teknik penilaian yang
melibatkan anak dalam bentuk pelaksanaan sesuatu
aktivitas yang dapat diamati.
e. Penilaian hasil karya merupakan teknik penilaian
dengan melihat produk yang dihasilkan oleh anak
setelah melakukan suatu kegiatan.
f. Pencatatan anekdot merupakan teknik penilaian
yang dilakukan dengan mencatat sikap dan perilaku
Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 139
khusus pada anak ketika suatu peristiwa terjadi
secara tiba-tiba/insidential positif ataupun negatif.
g. Portofolio merupakan kumpulan atau rekaman jejak
sebagai hasil kegiatan anak secara
berkesinambungan, atau catatan pendidik tentang
berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan
anak sebagai salah satu bahan untuk menilai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Pada kurikulum 2013, teknik penilaian harian


menggunakan tiga teknik, yaitu teknik penilaian skala capaian
perkembangan anak, teknik penilaian catatan anekdot, dan
teknik penilaian catatan hasil karya anak.

a. Teknik Penilaian Skala

Teknik penilaian skala adalah cara menandai


ketercapaian indikator tertentu dengan tanda-tanda
khusus. Tandanya bisa berupa tanda centang, huruf,
simbol tertentu, dll. Di dalam ceklis telah memuat
indikator pencapaian perkembangan yang sudah
diterapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian atau RPPH. Adapun skala yang digunakan adalah
Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB),
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Berkembang Sangat
Baik (BSB).

Contoh instrumen pencatatan ceklis:

140 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Hari/ Tanggal :
Kelompok :
Usia :
Nama Anak & Skala
PP KD Indikator Penilaian
Ismail Ishak Imran Nisa
Nilai 1.1 Anak dapat BB MB BSH BSB
Agama mengetahui
Moral dan
menyebutkan
binatang
ciptaan tuhan
Fisik
Motorik

Kognitif

Bahasa

Sosial
Emosional
Rubrik penilaian:
 BB artinya Belum berkembang: bila anak melakukan
sesuatu harus dengan bimbingan guru
 MB artinya Mulai Berkembang: bila anak melakukannya
masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru
 BSH artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah
dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa
harus dingatkan atau dicontohkan guru
 BSB artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah dapat
melakukannya secara mandiri dan sudah bisa membantu
temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai
indikator yang diharapkan

b. Teknik Pencatatan Anekdot

Catatan anekdot dilakukan dengan cara mencatat seluruh


perkembangan anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran

Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 141


dari waktu ke waktu. Hal pokok yang harus dicatat, meliputi
nama anak, kegiatan main anak atau pengalaman belajar anak,
dan perilaku anak termasuk ucapan yang disampaikan anak.
Dengan catatan anekdot ini, memungkinkan untuk mengetahui
perkembangan anak sesuai dengan indikatornya, baik
tercantum maupun tidak tercantum pada RPPH.

Contoh instrumen catatan anekdot:


Hari/Tanggal :
Kelas :
Nama Tempat Waktu Peristiwa
Imran Ruang 8.15 Saat anak duduk di
kelas ruangan, Imran
mendatangi guru
dan berkata, “Bunda,
Imran tadi shalat
subuh, membawa
sajadah, dan
memakai masker
sendiri.”
Capaian perkembangan:
 KD 2.8 Mandiri dalam membawa sajadah: BSH
 KD 3.11, 4.11 Mengungkapkan perasaan dengan
menggunakan bahasa lisan: BSH

142 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


c. Teknik penilaian Hasil karya

Penilaian hasil karya adalah penilaian terhadap buah pikir


anak yang dituangkan dalam bentuk karya nyata. Adapun hasil
karya dapat berupa pekerjaan tangan, karya seni atau tampilan
anak, misalnya gambar, lukisan, lipatan, hasil kolase, hasil
gunting, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan
balok, dsb. Hal pokok yang harus dilakukan guru adalah
menuliskan nama dan tanggal hasil karya. Tanyakan tentang
hasil karya tersebut dengan tujuan untuk mengkonfirmasi
hasil karya anak supaya tidak salah saat guru membuat
interpretasi karya tersebut. Kemudian guru menghubungkan
karya anak dengan pencapaian kompetensi dasar yang sesuai.

Format instrumen penilaian yang telah disebutkan di


atas tidak menutup kemungkinan setiap lembaga berbeda.
Contoh instrumen di atas hanya sebatas gambaran secara
umum tentang format penilaian perkembangan anak.

Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 143


Contoh pencatatan hasil karya:
Nama :
Tanggal :
Kelas :
Hasil Karya Hasil Pengamatan
 Nabil menggambar
lingkungan
rumahnya.
 Menggambar
pohon, mobil, jalan,
rumah, dan
matahari.

Dokumentasi Pribadi

Capaian Perkembangan :
KD 3.6; 4.6 Mengenal benda kendaraan :BSH
KD 3.7; 4.7 Mengenal lingkungan sosial :BSH

144 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


2. Prosedur penilaian perkembangan anak

Gambar 4. Tahapan penilaian perkembangan anak

Adapun penjelasan bagan di atas adalah sebagai


berikut:

a. Kegiatan Harian mengacu pada kompetensi dan dilakukan


seiring dengan kegiatan pembelajaran yang diprogramkan
dalam RPPH.
b. Mencatat semua hasil perkembangan anak menggunakan
instrumen penilaian, seperti observasi, percakapan, unjuk
kerja, hasil karya pencatatan anekdot.
c. Merangkum semua hasil perkembangan anak dan
memindahkan ke dalam format yang telah disiapkan, baik
harian, mingguan, maupun semester.

Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 145


d. Mengelola hasil rangkuman selama satu semester menjadi
bentuk laporan deskripsi secara singkat, yang meliputi
tiga kompetensi: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Merumuskan deskripsi secara objektif, sehingga tidak
menimbulkan presepsi yang salah bagi orang tua atau wali
dalam bentuk Laporan Pencapaian Perkembangan Anak
(LPPA).

146 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!

1. Jelaskan pengertian penilaian dalam konteks


perkembangan anak!
2. Jelaskan tujuan dan prinsip penilaian!
3. Jelaskan secara teknis pencatatan penilaian dan berikan
contoh instrumen penilaian perkembangan anak !

Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini 147


148 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi
Daftar Pustaka

Aisyah, Siti, dkk. 2009. Perkembangan Dan Konsep Dasar


Pengembangan Anak Usia Dini. Jalarta: Universitas
Terbuka
Alwi, Hasan, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Anonim. 2015. Teori Kepribadian Sigmund Freud. (Online).
http://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05
/teiri-kepribadian-sigmund-freud/. Diakses pada
tanggal 9 September 2021
Conny R. Semiawan, 2002. Belajar dan Pembelajaran Dalam
Taraf Usia Dini. Jakarta: Ikrar Mandiri
Dahlia. 2018. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.
Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung: Rosda
Dewantoro, Hajar. 2016. Metode Pembelajaran PAUD. (online).
http://silabus.org/metode-pembelajaran-paud/.
Diakses pada tanggal 9 September 2021
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Daftar Pustaka 149


Fadillah, M. 2012. Desain Pembelajaran: Tinjauan Teoritik dan
Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Fadillah, M, dkk. 2016. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Prenamedia Group
Gordon, A. M. and Browne, K. W. 2011. Beginning and Beyond:
Foundations In Early Chilhood Education. Australia:
Wadsworth Cengage Learning
Gullo, D. F. 2005. Understanding Assessment and Evaluation in
Early Childhood Education. United States of America:
Teachers College Press
Halima, Leli, 2016. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak
Usia Dini. Bandung: Refika Aditama
Hijriati. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan
Anak Usia Dini. Vol 3(1). Jurnal Pendidikan Anak
Bunayya
Hurlock, E. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Indrijati, Herdina. 2017. Psikologi Perkembangan dan
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Jackman, H. L. 2012. Early Education Curriculum: A Child’s
Connection to The World. USA: Delmar Thomson
Learning
Jalaluddin. 1998. Psikologi Agama. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada

150 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi
Perkembangan). Bandung: Mandar Maju
Kemp, Jerrold E. 1995. Instruction Desigen : A Plan for Unit and
Course Development. Belmon: Feron
KI Hajar Dewantara. 1977. Bagian Pertama Pendidikan.
Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa
Koza W. 2007. Managing an Effective Early Childhood
Classroom. California: Shell Education Publishing
Kuntoj. 2015. Psikologi Perkembangan. Jokjakarta: Diction
Latif, Muchtar, dkk. 2014. Orientasi Pendidikan Anak Usia Dini:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana
Moyles, J.R. 2005. The Excellence of Play. New York: Open
University Press
PAUD Jateng. 2015. Cara Evaluasi/Penilaian Perkembangan
Anak Usia Dini. (online). http://www.paud.id/cara-
penilaian-perkembangan-anak-paud/. Diakses pada
tanggal 9 September 2021.
Paramita Dwina Vidya. 2017. Jatuh Hati Pada Montesori.
Bandung: PT Bentang Pustaka
Peraturan Pemerintah RI Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Standar Nasional Pendidikan Nasional
Permendikbud RI 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud
Permendiknas RI No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kemendiknas

Daftar Pustaka 151


Puspa Pupung & Lestariningrum. 2018. Bermain dan
Permainan Anak Usia Dini (Sebuah Kajian Teori dan
Praktik). Nganjuk: Adjie Media Nusantara
Rusman, 2013. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan
Profesionalisme Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sit Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan:
Perdana Publishing
Sudjud, Aswarni. 1997. Konsep Pendidikan Prasekolah.
Yogyakarta: IKIP Yokyakarta
Sukardjo. M, Komarudin Ukim. 2010. Landasan Pendidikan
Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers
Sujiono, J.B. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks
Suryana, Dadan. 2019. Stimulasi dan Aspek Perkembangan
Anak. Jakarta: Prenamedia Group
Susanto, Ahmad. 2001. Perkembangan Anak Usia Dini:
Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana
Suyadi, Ulfa Maulidya. 2017. Konsep Dasar PAUD. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Taylor, J.B. 2011. Beyond Early Literacy: A Balance Approach To
Developing The Whole Child. New York: Routledge
Taylor & Francis Group
Wiyani, Ardy Novan. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia
Dini.: Panduan Orang Tua dan Pendidik Paud Dalam

152 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Memahami Serta Mendidik Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media
Wiyani, Ardy Novan. 2017. Manajemen PAUD Berdaya Saing.
Yogyakarta: Gava Media
Yuliantina I. Dkk. 2018. Modul Untuk Pelatih (Perkembangan
Anak Usia Dini). Jakarta: Kemendikbud
Yusuf F, dkk. 2018. Pedoman Pengelolaan Kelas Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: Kemendikbud

Daftar Pustaka 153


Glosarium

Assesment : Evaluasi perkembangan anak


usia dini
asesmen otentik : asesmen yang dilakukan
berdasar data faktual
tentang anak
Bermain konstruktif : Kegiatan yang menggunakan
berbagai benda yang ada
untuk menciptakan suatu
hasil karya tertentu. Seperti
menggambar, menciptakan
sesuatu dari lilin mainan,
menggunting, dan menempel
kertas atau kain, menyusun
atau plastik menjadi bentuk
tertentu.
Body of knowledge : Ilmu pendidikan/pohon ilmu
Casa dei Bambini : Rumah anak
Cephalocaudal : Proses pertumbuhan dimulai
dari kepala hingga ke kaki
Child developmental : Teori-teori perkembangan
theories anak
Creative play curriculum : Pendekatan kurikulum
approach dengan bermain kreatif
Curiosity : Rasa ingin tahu

154 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Developmentally : Perkembangan yang sesuai
Appropriate
Practice/DAP
Ecological/holistic : Pendekatan lingkungan
approach secara menyeluruh
Education for All : Pendidikan untuk
semua/pus
Ekspresif : Spontan, lukisan anak
bersifat spontan
Eksplorasi : Penjelajahan lapangan
dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak
(keadaan), terutama sumber-
sumber alam yang terdapat
di tempat itu; penyelidikan;
penjajakan;
Family centered program : Pusat program keluarga
Gambar : Representasi objek ke dalam
bidang gambar
menggunakan pena atau
pensil
Golden age : Masa keemasan pada
perkembangan anak usia
dini
Ismorfis : Kerangka keilmuan
Pendidikan Anak Usia Dini
dibangun dari inter disiplin
ilmu yang merupakan
gabungan dari disiplin ilmu
Kindergarten : Taman kanak-kanak
Learning by doing : Belajar dengan melakukan
aktivitas
Learning by stimulating : Belajar melalui stimulasi

Glosarium 155
Learning how to learn : Belajar bagaimana belajar
Learning to know : Belajar untuk mengetahui
Learning to do : Belajar melalui aktivitas
langsung
Learning to be : Belajar dengan bermain
peran
Learning to live together : Belajar dengan berinteraksi
dengan anak lain dan
mentaati ketentuan dan
peraturan yang berlaku
Learning by playing : Belajar melalui bermian
Memory : Ingatan
Natural : Bersifat alami
Neurosains : Ilmu tentang perkembangan
otak manusia
Operant conditioning : Operan kondisioning
Play activity : Aktivitas bermain
Proximodistal : Proses pertumbuhan dimulai
dari pusat badan ke arah luar
Praoperasional : Tahap adanya kemampuan
dalam menghadirkan objek
nyata dalam kegiatan,
pengetahuan melalui imitasi,
permainan simbolis.
Scaffolding : Bantuan sementara/pijakan
Sensori Motorik : Perkembangan anak usia (0-
24 bulan)
The mother play : Bermain dengan permainan
kegiatan sosial dan
pengalaman anak
berinteraksi dengan alam
sekitar
Trial and error : Coba dan salah

156 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


Zone Proximal : Area kritis perkembangan
Development/ZPD anak usia dini AVM/Audio
Visual

Glosarium 157
158 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi
Biografi Penulis

Nurdin Salama, M.Pd., lahir di Sulewatang, kec. Polewali


Sulawesi Barat, pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis merupakan
anak pertama dari bapak Salama dan ibu Halawia.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar di Madrasah
Ibtidaiyah Sulewatang, Sulawesi Barat pada tahun 2001.
Kemudian melanjutkan belajar di SMPN 1 Polewali dan lulus
pada tahun 2004. Setelah lulus dari SMP, penulis melanjutkan
studi di SMAN 1 Lembang Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan dan
lulus pada tahun 2008.
Penulis kemudian melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dengan mengambil S1 jurusan
Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Makassar pada
tahun 2008 dan memperoleh gelar S.Pd di tahun 2013. Penulis
melanjutkan pendidikan pada program studi Administrasi
pendidikan kekhususan Pendidikan Anak Usia Dini di kampus
yang sama dan memperoleh gelar M.Pd di tahun 2018. Saat ini
penulis merupakan dosen aktif pada Program Studi PG-PAUD
di Universitas Muhammadiyah Palopo.

Biografi Penulis 159


Wahyuni Ulpi, M.Pd., lahir di Uloe, Kabupaten Bone, Sulawesi
Selatan pada tanggal 10 Desember 1993. Penulis merupakan
anak kedua dari bapak Muchtar dan ibu Cahaya.
Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN 78 Pao,
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan pada tahun 2002.
Kemudian melanjutkan belajar di SMPN 1 Mattiro Bulu dan
lulus pada tahun 2005. Setelah lulus dari SMP, penulis
melanjutkan studi di SMKN 1 Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan
dengan mengambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak dan
lulus pada tahun 2008.
Penulis kemudian melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dengan mengambil S1 jurusan
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, di Universitas
Negeri Makassar pada tahun 2011 dan memperoleh gelar S.Pd
di tahun 2015. Penulis merupakan salah satu penerima bidik
misi pada program sarjana. Setelah selesai, penulis mengabdi
di salah satu Lembaga PAUD Pada tahun 2015. Penulis
melanjutkan studi pada program studi Administrasi
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Anak Usia Dini di kampus
yang sama dan memperoleh gelar M.Pd di tahun 2018. Penulis
melanjutkan kuliah dengan memperoleh beasiswa Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Dari Menteri Keuangan RI.
Saat ini penulis merupakan dosen aktif pada Program Studi
PG-PAUD di Universitas Muhammadiyah Palopo dan telah
melakukan berbagai penelitian, salah satunya dengan judul

160 Konsep Dasar PAUD – Nurdin S & Wahyuni Ulpi


“Gambaran Kebugaran Jasmani Anak Pada Masa Pandemi
COVID-19” pada jurnal bersinta 2.

Biografi Penulis 161

Anda mungkin juga menyukai