Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini


Makalah ini di Sususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Aneka, M. Pd.

Disusun Oleh:

Zahra Orin Luvita (2101040019)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Karakteristik
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
Sosial Emosional Anak Usia Dini.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang  Hakikat
Pendidikan Keluarga bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak dosen Aneka, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan saya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung, 19 Februari 2023

Penulis

I
Daftar Is

Kata Pengantar............................................................................................................................I

Daftar Isi....................................................................................................................................II

BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

BAB II Pembahasan...................................................................................................................2

A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini........................................2

B. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini......................................................3

C. Karakteristik Perkembangan Emosional Anak Usia Dini...............................................8

BAB III Penutup......................................................................................................................10

Kesimpulan...........................................................................................................................10

Daftar Pustaka..........................................................................................................................11

II
BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perkembangan sosial anak sangatlah penting bagi pertumbuhan dan proses
kematangan anak menuju tahap kedewasaan. Perkembangan sosial yang baik dimulai
dari proses sosialisasi anak dengan lingkungan yang akan memberikan pengetahuan dan
keterampilan bagi anak di masa depan. Kemampuan anak dalam berinteraksi dan
bersosialisasi dengan orang lain sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat disebut
dengan keterampilan sense of community.

Berdasarkan penelitian dari Rahmadhaan dan Suryanto (2019), Sarason


mengemukakan bahwa sense of community sebagai persepsi mengenai adanya rasa
kesamaan dengan orang lain, rasa saling ketergantungan dengan orang lain, keinginan
untuk mempertahankan diri dengan cara memberikan atau melakukan sesuatu bersama
orang lain, dan adanya perasaan bahwa menjadi bagian dari kelompok masyarakat
sehingga tercipta hubungan sosial emosional yang erat. Sebagai mahkluk hidup, sudah
kodratnya manusia tidak bisa hidup sendiri, melainkan membutuhkan bantuan dari orang
lain Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan
melibatkan hampir keseluruhan diri individu.

Emosi juga berfungsi untuk mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau
bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek
tertentu. Pada saat anak masuk Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai
keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia baru. Dalam dunia baru yang
dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri diantara teman sebaya, guru dan orang
dewasa di sekitarnya. Karena Peristiwa ini merupakan perubahan situasi dari suasana
emosional yang aman ke kehidupan baru yang tidak dialami anak pada saat mereka
berada di lingkungan keluarga yang memberi perlindungan. Tidak setiap anak berhasil
melewati tugas perkembangan social emosional pada usia dini, sehingga berbagai
kendala dapat saja terjadi. Dan sebagai pendidik sepatutnyalah untuk memahami
perkembangan social emosional anak sebagai bekal dalam memberikan bimbingan
terhadap anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sosial dan emosinya
dengan baik.

1
Perkembangan sosial individu mengikuti suatu pola, yaitu urutan perilaku sosial
yang teratur, di mana pola tersebut sama untuk setiap anak secara normal. Dalam
perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya.Untuk maksud
tersebut di atas, dalam makalah ini akan dibahas tentang : karakteristik perkembangan
sosial emosional anak.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian perkembangan sosial emosional anak usia dini?
2. Sebutkan karakteristik perkembangan sosial anak usia dini?
3. Sebutkan karakteristik perkembangan emosional anak usia dini?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan sosial emosional anak usia dini.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak usia dini.
3. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan emosional anak usia dini.

2
BAB II Pembahasan

A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini


Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami
perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi
anak dengan orang lain dimulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga
masyarakat luas. Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain,membahas perkembangan emosi harus
bersinggungan dengan perkembangan sosial, begitu pula sebaliknya membahas
perkembangan sosial harus melibatkan emosional, sebab keduanya terintegrasi dalam
bingkai kejiwaan yang utuh.1

Menurut Hurlock, perkembangan sosial emosional adalah perkembangan


perilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial, dimana perkembangan emosional adalah
suatu proses dimana anak melatih rangsangan-rangsangan sosial terutama yang didapat
dari tuntutan kelompok serta belajar bergaul dan bertingkah laku.

Sedangkan menurut Salovey dan John Mayer yang dikutip dalam buku Ali
Nugraha pengembangan sosial emosional meliputi: empati, mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengalokasi rasa marah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan
diri, disukai kemampuan menyelesaikan masalah antara pribadi, ketekunan,
kesetiakawanan, kesopanan dan sikap hormat.2 Kemampuan kerjasama anak ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisi baik kondisi anak dan lingkungan sosialnya,
orang tuanya, teman sebaya maupun masyarakat sekitar. Apabila kondisi lingkungan
anak dapat memfasilitasi dan memberi ruang positif maka anak akan dapat
meningkatkan kemampuan kerjasamanya dengan baik, begitupun sebaliknya. Namun,
anak akan memiliki kemampuan kerjasama yang baik, apabila orang tua memberikan
pola asuh yang baik, tidak banyak para orang tua tidak memperhatikan bahwa
kemampuan kerjasama itu penting untuk diperhatikan pada kehidupan anak. Hal ini
dikarenakan anak akan dapat mempelajarinya sendiri nanti ketika memasuki masa

1
Sukatin Et Al., “Analisis Perkembangan Emosi Anak Usia Dini,” GOLDEN AGE Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang
Anak Usia Dini 5, No. 2 (Juni).
2
Sukatin Et Al., “ANALISIS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI,” Fakultas
Pendidkan Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batanghari, Jamb 6 (Desember 2016).

3
sekolah, padahal kemampuan kerjasama anak juga diperoleh di dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.3

B. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini


Karakteristik perkembangan sosial anak usia dini dapat dibagi menjadi beberapa tahap
periode, diantaranya:4

1. Periode bayi
a. Usia 1-2 bulan, anak belum mampu untuk membereskan objek dan benda.
b. Usia 3-4 bulan, mata sudah kuat melihat orang/objek, tersenyum kepada orang
lain.
c. Usia 5-6 bulan, bercaksi berbeda terhadap suara, terkadang agresif, memegang,
melihat, mengikuti suara dan tingkah laku yang sederhana.
d. Usia 12 bulan, mengenal larangan.
e. Usia 24 bulan, anak sudah membantu melakukan aktivitas sederhana.
2. Periode Prasekolah
a. Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya.
b. Mulai dapat bemain bersama.
c. Mulai menujukkan tingkat laku sosial, seperti:
1) Pembangkangan (negativisme) menupakan tingkah laku yang terjadi sebagai
reaksi terhadap segala bentuk penerapan disiplin dan tuntutan orang tua atau
lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan anak. Tingkah laku ini muncul
pada anak yang berusia 18 bulan sampai tiga tahun, dan mulai menurun pada
usia 4- 6 tahun.
2) Agresi (aggression) yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal)
dan katakata (verbal), Agresi merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap
rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan dan
keinginannya). Biasanya bentuk ini ditunjukkan dengan perilaku menyerang
seperti mencubit, menggigit, menendang, dan memukul.
3) Berselisih (arrguing) merupakan suatu sikap yang terjadi jika anak measa
tersinggng atau terganggu dengan sikap atau perilaku orang lain.

3
Mira Yanti Lubis, “MENGEMBANGKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN,” GENERASI
EMAS 2, No. 1 (2019).
4
Dek Ngurah Laba Laksana And Konstantinus Dua Dhiu, Aspek Perkembangan Anak Usia Dini, 1st Ed.
(Pekalongan, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Manegement, 2021).

4
4) Menggoda (teasing) merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam
bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) maupun nonverbal (perbuatan
yang bertujuan untuk mengganggu atau usil) yang menimbulkan marah pada
orang yang digodanya.
5) Persaingan (rivaly) merupakan keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu
didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu
persaingan dan pada usia 6 tahun semangat bersaing ini semakin baik.
6) Kerja Sama (cooperation), Sikap ini mulai muncul pada usia tiga tahun atau
empat tahun, pada usia enam tahun hingga tujuh tahun sikap ini semakin
berkembang dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan anak yang ingin bemain
bersama serta mengerjakan sesuatu bersama.
7) Tingkah Laku Berkuasa (ascendent belhavior) yaitu tingkah laku untuk
menguasai situasi sosial, mendominasi. Wujud dari sikap ini adalah memaksa,
meminta, menyuruh, mengancam, dan sebagainya.
8) Mementingkan Diri Sendiri (selfishness) yaitu sikap egosentris dalam
memenuhi interest atau keinginannya. Wujud dari sikap ini adalah anak yang
acuh dan ingin menang sendiri.
9) Simpati (syimpaty) merupakan sikap emosional yang mendorong individu
untuk menaruh perhatian terhadap orang lain agar mau mendekati atau bekerja
sama dengan dirinya.

Menurut Hurlock, ada beberapa pola perilaku sosial anak, antara lain:
1. Meniru
Agar anak merasa sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang
yang sangat ia kagumi.
2. Persaingan
Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada
usia empat tahun. Ini dimulai dirumah dan kemudian berkembang dalam bermain
dengan anak diluar rumah.
3. Kerja Sama
Pada akhir tahun ketiga bermain koopertif dan kegiatan kelompok mulai berkembang
dan meningkat, baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan
dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan orang lain. Artinya dalam

5
masa kanak-kanak sikap kerja sama ini sangat umum dilaksanakan dalam proses
sosialisasi anak karena sudah mulai bermain dengan teman sebayanya.
4. Simpati
Simpati ini snagat berhubungan dengan perasaan dan emosi orang lain maka hal ini
haya kadıng-kadang timbul sebelum tiga tahun, semakin banyak kontak bermain
maka semakin cepat simpati ini berkembang.
5. Empati
Perilaku empati tidak hanya melibatkan emosi dan perasaan orang lain saja, tetapi
juga membayangkan diri sendiri di tempat orang lain atau membayangkan diri sendiri
sebagai orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang memiliki perilaku seperi ini
karena sifat dasar anak yang egosentris.
6. Dukungan Sosial
Dukungan dari teman-teman merasa lebih penting dibandingkan dukungan dari orang
dewasa pada masa kanak-kanak ini. Anak menganggap perilaku nakal dan
mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman temannya.
Artinya anak tidak akan menganggap baik dan buruk menurut orang dewasa tetapi
menunjukkan perilaku yang dianggap sama dengan temannya.
7. Membagi
Seiring berjalannya waktu, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh
pengakuan sosial adalah dengan membagi miliknya, seperti mainan atau benda yang
ia miliki untuk anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri ini akan
berubah menjadi murah hati. Anak yang sejak bayi memperoleh kepuasan dari
hubungan yang hangat, erat dan personal dengan orang lain berangsur-angsur
memberikan kasih sayang kepada orang lain di luar rumah, seperti guru, teman, atau
benda kesayangannya.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa tingkah laku sosial pada anak usia
dini berbeda-beda menurut tingkatan usia anak. Semakin tumbuh anak, semakin
berkembang tingkah laku sosial anak. Tingkah laku sosial anak sangat berpengaruh
dalam proses interaksi dan sosialisasi anak dengan lawan sosial seperti teman sebaya
maupun orang dewasa.

6
C. Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Menurut Masnipal, ada beberapa ciri utama reaksi emosi sosial anak usia dini, yaitu:5

1. Anak Iebih sering terjadi berselisih dengan teman sebaya, menunjukkan sikap suka
tidak suka (walaupun rentang benci pendek), suka merajuk (menangis dan
bersembunyi sendiri bila dimarahi), sedih bila barang kesayangannya hilang mati.
2. Kegiatan berteman lebih intens, bermain bersama di rumah maupun diluar rumah,
hubungan anggota keluarga seperti kaka lebih sering terjadi bentrokan, karena anak
berusaha menunjukkan "kekuatannya" dihadapan anggota keluarga. la mau diakui
sebagai salah satu anggota keluarga dengan hak yang sama.
3. Perilaku yang mencolok adalah perilaku marah tidak senang dengan
menyembunyikan diri sambil menangis, anak harus diakui sebagai bagian dari
kelompok keluarga, kegiatan pertemuan lebih intens, perselisihan mulai berkurang.
4. Interaksi anak dengan teman sebaya sangat intens, sudah jarang bertengkar atau bisa
bekerjasama lebih lama, respons positif dari orang dewasa membuat anak dekat.

Terdapat pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak, antaranya:

1. Amarah
Anak mengungkapkan rasa marahnya dengan menangis, berteriak, menggertak,
menendang, melompat-lompat atau memukul. Penyebab dari amarah ini yang paling
umum adalah karena pertengkaran tenatang permainan, tidak tercapainya keinginan
dan serangan hebat yang diterimanya dari orang lain.
2. Takut
Kebiasaan peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan
merupakan penyebab dalam menimbulkan rasa takut, seperti: cerita-cerita, acara
televisi, dan film-film dengan unsur menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap
rasa takut adalah panik. kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, dan
bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.
3. Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua mulai
beralih kepada orang lain didalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang
lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau
menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol,
5
Dewi Indriawati, “Hubungan Antara Status Gizi Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Kesulitan Belajar Anak Usia
Dini” 7, No. 1 (2013): 22.

7
pura-pura sakit, atau menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik
perhatian orang tua.
4. Ingin Tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang dilihatnya, juga
mengenai tubuhnya dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk
penjelajahan sensomotorik (meraba), kemudian berkembang menjadi bertanya.
5. Iri Hati
Anak-anak sering iri hati terhadap orang lain mengenai kemampuan atau barang yang
dimiliki orang lain. Reaksi dari iri hati ini bermacam-macam, yang paling umum
mengeluh dengan barang kepunyaan sendiri dan mengungkapkan ingin mempunyai
barang seperti orang lain atau dengan mengambil barang kepunyaan orang lain.
6. Gembira
Anak-anak merasa bahagia karena sehat, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak
diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan
tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum
dan tertawa, bertepuk angan, melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang
membuat dirinya bahagia.
7. Sedih
Penyebab anak-anak sedih yang paling umum adalah karena kehilangan segala
sesuatu yang dicintainya atau yang dianggap penting bagi dirinya, seperti orang,
binatang, atau benda mati seperti mainan dan benda yang ia sayangi. Secara khas anak
mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat
terhadapa kegiatan normalnya, termasuk makan.
8. Kasih Sayang
Anak-anak belajar mencintai orang. binatang, atau benda yang menyenangkannya. la
mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil
anak mengungkapkannya secara fisik, seperti memeluk, menepuk, dan mencium
objek kasih sayangnya.

BAB III Penutup

8
Kesimpulan
Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami
perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi anak
dengan orang lain dimulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga masyarakat luas.

Karakteristik perkembangan sosial anak usia dini dapat dibagi menjadi dua periode
yaitu periode bayi dan periode prasekolah. Menurut Hurlock, ada beberapa pola perilaku
sosial anak meliputi meniru, persaingan, kerja sama, simpati, empati, dukungan sosial, dan
membagi. Terdapat pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak antara lain amarah,
takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang

Daftar Pustaka

9
Indriawati, Dewi. “Hubungan Antara Status Gizi Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Kesulitan
Belajar Anak Usia Dini” 7, No. 1 (2013): 22.

Laba Laksana, Dek Ngurah, And Konstantinus Dua Dhiu. Aspek Perkembangan Anak Usia
Dini. 1st Ed. Pekalongan, Jawa Tengah: Pt. Nasya Expanding Manegement, 2021.

Sukatin, Nurul Chofifah, Mutia Rahma Paradise, Mawada Azkia, And Saidah Nurul Ummah.
“Analisis Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.” Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh
Kembang Anak Usia Dini 5, No. 2 (Juni).

Sukatin, Qomariyyah, Yolanda Horin, Alda Afrilianti, Alivia, And Rosa Bella. “Analisis
Psikologi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini.” Fakultas Pendidkan
Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Nusantara Batanghari, Jamb 6 (Desember
2016).

Yanti Lubis, Mira. “Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Bermain.”
Generasi Emas 2, No. 1 (2019).

10

Anda mungkin juga menyukai