Dosen Pengampu:
Diana Zumrotus Sa’adah, M. Psi
Disusun Oleh:
Nina Syahpitri
NIM. 1911250104
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu strategi
pembangunan sumber daya manusia. Masa usia ini merupakan masa
keemasan (the golden age), namun sekaligus periode yang sangat kritis
dalam tahap perkembangan manusia. Pendidikan anak usia dini
merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik
jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan yang lebih
lanjut.1
Perkembanagan sosial diartikan sebagai kemampuan anak dalam
berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan masyarakat luas agar
dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan harapan bangsa dan
negara.2 Perkembanagn sosial ini mengikuti suatu pola perilaku sosial.
Dimana pola ini berlaku pada semua anak yang berada dalam satu
kelompok budaya. Perkembangan ini dimulai sejak bayi mampu
berinteraksi dengan keluatganya. Pengalaman sosial yang dialami anak
saat usia dini sangat mempengaruhi pembentukan karakter aanak di masa
yang akan datang.3
Perkembanga sosial emosi semakin dipahami sebagai sebuah krisis
dalam perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena anak terbentuk
melalui sebuah perkembangan dalam proses belajar. Dari masa
perkembangan awal, bayi menunjukkan rasa aman dalam keluarganya
apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungan. Bayi akan
1
Martinis Yasmin, Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Referensi Gaung
Persada Press Group, 2013), h. 1.
2
Farida Mayar, Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan
Bangsa. Jurnal Al-Ta’lim, Vol. 1 No. 6 November 2013, h.459.
3
Zaenal Aqib, Dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB Dan TK ( Bandung:
Yrama Widya, 2009 ), h. 40-41
mengeksplorasi melalui sentuhan, rasa, dll. Dari mengeksplorasi itulah
bayi akan belajar. Sebaliknya, apabila bayi merasa tidak aman dalam
lingkungan keluarga, bayi akan menghabiskan energinya untuk mengatur
dirinya sehingga bayi tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi.
Ketika bayi tidak dapat kesempatan untuk bereksplorasi, bayi tidak
memiliki kesempatan untuk belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini?
2. Apa Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini?
3. Apa Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Usia Dini?
4. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Perkembanagn Sosial
Emosional Anak Usia Dini.
2. Untuk Mengetahui Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia
Dini.
3. Untuk Mengetahui Tentang Karakteristik Perkembangan Emosi Anak
Usia Dini.
4. Untuk Mengetahui Tentang Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan sosial Emosiona
BAB II
PEMBAHASAN
8
Alzena Masykouri, Membangun Sosial Emosi Anak di Usia 0-2 Tahun, (Jakarta: Dirjen
PAUDNI, 2011), hlm. 11.
Pada usia 10 – 12 bulan akan menjalin hubungan yang penuh
antusias dengan orangtuanya atau pengasuhnya, dan sebaliknya ia
akan menjadi pribadi yang pendiam dan pasif dalam berhubungan
dengan orang yang asing baginya.
Pada usia 13 – 18 bulan bayi akan berusaha untuk menampilkan
sikap asertif, yaitu sikap menyatakan keinginan dan kemauannya
sendiri dengan lugas. Amukan biasanya dijadikan sebagai ekspresi
bagi bayi jika keinginan dan kemauannya tidak terpenuhi.
Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan
untuk membantah apa yang sudah ditetapkan. Ia menginginkan agar
kemampuannya dituruti dan disetujui. Pada sisi lain, kepercayaan
dirinya juga berkembang lebih pesat, walau ia masih sering menangis
jika tidak berhasil melakukan suatu kegiatan.9
2. Tahapan Usia 2-4 tahun
Pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan.
Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-
temannya. Anak ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman.
Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan adalah untuk
berbagi, member dukungan, bergantian, dan berbagai keterampilan
soaial lainnya.10
Pada usia 3-4 tahun hubungan pertemanan anak mulai
meningkat di usia ini anak mulai mengenali mana yang benar dan
mana yang tidak benar. Anak mulai memahami tentang berbohong
dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami tentang
kesalahan. Perkembangan aspek motorik tersebut juga menjadikan
anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya.
Pada usia 3-4 tahun hubungan pertemanan anak mulai
meningkat di usia ini anak mulai mengenali mana yang benar dan
9
Novan Ardy Wiyani, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak
Usia Dini, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIAI, 2014), hlm. 33.
10
Ilman Saputra dan Alzena Masykouri, Membangun Sosial-Emosi Anak di Usia 2-4
Tahun, (Jakarta: Dirjen PAUDNI, 2011), hlm. 8.
mana yang tidak benar. Anak mulai memahami tentang berbohong
dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami tentang
kesalahan. Perkembangan aspek motorik tersebut juga menjadikan
anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya.
3. Tahapan Usia 4-6 tahun
4-5 tahun pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih
stabil. Hal itu disebabkan anak sudah memahami adanya aturan,
bahkan tidak hanya ketika bermain di limgkungan sekolah, tetapi juga
dalam prilaku dirumah. Itulah sebabnya anak ingin agar prilakunya
dapat diterima oleh orangtuannya dan teman-temannya.
Pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan perkembangan social
pada anak usia. Factor penambhan usia menjadi penyebab, dengan
pertambahan usia tersebut anak menjadi lebih banyak bermain dan
bercakap-cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan teman-
temannya. Hubungan anak bersama temantemannya yang semakin
meningkat melalui kegiatan bermain, baik disekolah ataupun di
lingkungan rumah dapat menjadikan ia memahami dirinya sendiri
untuk bersikap kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan mematuhi
aturan yang berlaku dirumah, sekolah, dan dilingkungan masyarakat.
13
Indanah and Yulisetyaningrum, “Perkembangan Sosial Emosional Anak Prasekolah,”
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 10, no. 1 (2019): 221–228.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003). Anak usia dini adalah anak
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembanagn yang bersifat unik.
perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses
perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses
perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan responterhadap
keadaan dilingkungannya yang sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh
melalui mendengar, mengamati, meniru dan dpat distimulasi melalui
penguatan dan modeling (contoh).
Beberapa karakter dasar yang dimiliki anak usia dengan rentang
usia akan semakin meningkat. Karena, perkembangan merupakan berbagai
perubahan dalam aspek psikologis atau kejiwaan, seperti aspek social dan
emosi ini.
B. Saran