Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PARENTING
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Pendidikan Anak Dalam Keluarga

Dosen: Yanah Kholilah,M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Siti Khodijah
Semester : III
Prodi : PG PAUD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) SYEKH MANSHUR PANDEGLANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang syukur Alhamdulillah
atas hidayah dan inayah-Nya yang telah diberikan kepada saya, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Namun, sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu saya memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Tersusunnya makalah ini tentu saja atas bantuan dan pengarahan dari
Ibu beserta teman-teman. Maka tiada kata yang pantas diucapkan oleh kami selain ucapan
terimakasih, khususnya kepada:
Allah SWT. Yang maha pemurah lagi maha penyayang, yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan untuk Saya menyelesaikan Makalahr ini dengan lancar Ibu
Yanah kholilah,M.Pd selaku Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Kedua orang tua yang senantiasa memberi do’a dan mencukupi segala kebutuhan saya
Teman-teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini serta memberi saran-
saran yang bermanfaat.
Demikian ucapan terimakasih kepada semua pihak sehingga kami dapat
menyuguhkan makalah ini. Semoga bermanfaat, khususnya bagi saya dan umumnya bagi
pembaca.

Pandeglang, 24 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Parenting.......................................................................................................3
B. Peran Orangtua Pada Pendidikan Anak Usia Dini.........................................................3
C. Peran Masyarakat Dalam Pendidikan Anak Usia Dini..................................................4
D. Prinsip Parenting..........................................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................8
B. Saran-Saran ....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


        Masih banyak kenyataan yang terjadi di masyarakat adanya orangtua yang masih
mempunyai pola pikir bahwa pendidikan itu sepenuhnya tanggungjawab pihak lembaga
pendidikan saja. Seringkali orangtua menumpu harapan terlalu tinggi pada lembaga
pendidikan, sehingga banyak orangtua yang berani membayar mahal biaya pendidikan
anaknya. Di sisi lain, tidak sedikit orangtua yang menuntut lembaga pendidikan harus berbuat
seperti yang dikehendaki dan kecewa jika hasil pendidikan di lembaga tersebut tidak sesuai
dengan harapannya. Fenomena keliru ini harus segera diluruskan agar tanggungjawab tinggi
muncul dalam keluarga sehingga keluarga, khususnya ibu dan ayah juga berperan sebagai
pendidik di rumah.
        Dalam Teori ekologi Bronfenbrenner (1979) menjelaskan mengenai perkembangan anak
yang dipengaruhi oleh sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan
sekitarnya yang mencakup interaksi yang saling berhubungan antara di dalam dan di luar
rumah, sekolah dan tetangga(masyarakat) dari kehidupan anak setiap hari dalam kurun waktu
yang sangat lama. Interaksi ini menjadi motor atau penggerak perkembangan anak yang 
merupakan pusat dari lingkaran, dikelilingi oleh berbagai sistem interaksi yang terdiri dari
sistem mikro, sistem meso, sistem exo dan sistem makro.
        Sistem Mikro adalah lingkaran yang paling dekat dengan anak yang meliputi kegiatan
dan pola interaksi langsung dari anak dengan lingkungan terdekatnya seperti interaksi dengan
orangtua, kakak dan adik kandungnya, sekolah, serta teman sebaya. Hubungan dua arah yang
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang dan intensif di lingkungan terdekat ini
mempunyai dampak terbesar dan mendalam pada perkembangan anak.
        Sistem Meso adalah lingkaran interaksi dan kesesuaian hubungan antar komponen
dalam sistem mikro anak yang sangat mempengaruhi perkembangan anak seperti hubungan
antara rumah dan sekolah. Orang tua yang tidak terdidik dan tidak menghargai pentingnya
pendidikan dan hubungan dengan lembaga kelompok bermain/sekolah, dan yang tidak
berbicara dengan bahasa yang digunakan di sekolah anak, akan menyebabkan anak
mengalami banyak masalah dalam menerapkan pembiasaan di kelompok bermain dan juga
dalam melejitkan potensi kecerdasan jamak anak usia dini. Sebaliknya bila hubungan antar
komponen tersebut serasi dan kuat, menyebabkan anak memiliki kemampuan akademik yang

1
baik. Prinsip utama dari sistem meso adalah semakin kuat dan saling mengisi interaksi antar
komponen dalam sistem meso, semakin besar pengaruh dan hasilnya pada perkembangan
anak.
        Sistem Exo merupakan lingkaran dalam sistem sosial yang lebih besar dan tidak
berperan secara langsung terhadap anak, dan anak juga tidak langsung berperan di dalamnya,
tetapi interaksi komponen dalam sistem ini seperti dalam bentuk keputusan pada tataran
lembaga yang mempunyai hubungan dengan anak, berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Keputusan-keputusan dari tempat kerja orang tua, komite sekolah, atau lembaga
perencanaan adalah contoh dari sistem exo yang dapat mempengaruhi anak baik positif
maupun negatif meskipun anak tidak langsung terlibat dalam lembaga-lembaga tersebut.
Contoh lain adalah kekejaman orang dewasa yang terjadi di lingkungan tempat tinggal anak
dapat berpengaruh pada kesulitan anak untuk tidur.
        Sistem Makro merupakan lingkaran terluar dari lingkungan anak yang terdiri dari nilai-
nilai budaya, hukum dan peraturan perundangan, adat kebiasaan, kebijakan sosial dan lain
sebagainya. Seluruh komponen dari sistem ini juga berpengaruh terhadap perkembangan.
        Untuk menjawab fenomena ini  banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya yaitu
bentuk kegiatan informal yang dilakukan oleh pengelola lembaga PAUD untuk
menyelaraskan kegiatan-kegiatan pengasuhan dan pendidikan anak antara di sekolah dan di
rumah. Kegiatan ini ditujukan kepada para orangtua, pengasuh, dan anggota keluarga lain
yang berperan secara langsung dalam proses perkembangan anak. Kegiatan (pertemuan
orangtua) saat ini dirasakan sangat diperlukan mengingat pentingnya pendidikan sedini
mungkin.        
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana hubungan Lembaga PAUD dengan orang tua?
2.    Bagaimana hubungan Lembaga PAUD dengan masyarakat?
3.    Bagaimana peran orang tua dan masyarakat di lembaga PAUD?
C.      Tujuan
1.    Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengkaji hubungan sebuah lembaga PAUD dengan
orangtua dan masyarakat
2.    Memahami hubungan  antara lembaga PAUD dengan orangtua dan masyarakat
3.    Memahami tugas-tugas sebagai pengelola Lembaga PAUD dalam membina hubungan
dengan orang tua murid dan masyarakat luas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Parenting
Parenting adalah pekerjaan dan ketrampilan orang tua dalam mengasuh anak.
Pembahasan mengenai parenting dalam referensi ini, penulis tekankan pada pembahasan
pola asuh anak oleh orang tua dalam keluarga dan guru di sekolah.
Menurut "Chabib Thoha", parenting merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh
oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab
kepada anak. Sedangkan menurut "M. Shohib" pola asuh adalah upaya orang tua yang
diaktualisasikan pada penataan lingkungan sosial, lingkungan budaya, suasana psikologis
serta perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak.

B.    Peran Orangtua Pada Pendidikan Anak Usia Dini


Masa depan anak sesungguhnya ada ditangan kedua orang tuanya,
bila orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan buah hatinya niscaya masa
depan anaknya akan jauh lebih baik. Pendidikan anak usia dini memiliki kedudukan yang
sangat tinggi dan memperlihatkan aktivitas di rumah. Pendidikan usia dini merupakan
masa terpenting dan mendasar dalam kehidupan manusia yang memegang kendali dalam
perkembangan kehidupannya.
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang
tua dalam pendidikan islam memiliki kewajiban dan tanpa ada yang memerintah
langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik yang bersifat pemelihara, pengasuh,
pembimbing maupun sebagai guru dan mereka sebagai pemimpin bagi anak-anaknya.
Perjalanan seorang anak menuju kedewasaan dipengaruhi oleh berbagai factor
diantaranya factor alam dan lingkungan, oleh karena itu perlu adanya peran orang tua
serta pihak lain seperti guru dan masyarakat untuk membantu proses tersebut agar
kedewasaan seorang anak tidak terhambat.
Orang tua dan guru juga perlu memahami arti kreativitas dan bagaimana
penampilannya jika dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak dan mereka perlu
memiliki keterampilan untuk membantu dan mendorong anak mengungkapkan daya
kreatifnya, menyadari pentingnya kreativitas bagi anak dan bagi pendidik sendiri mampu

3
menemukan kendali kreativitas pada anak dan membina mereka mengembangkan
kesediaan dan keberanian untuk mewujudkan kreativitas mereka.
Perkembangan merupakan rangkaian proses perubahan kearah yang lebih maju
dan lebih dewasa. Mengembangkan kreativitas sejak dini itu sangat penting bagi
perkembangan anak karena ada beberapa perilaku yang mencerminkan perilaku
kreativitas alamiah anak pra sekolah menjadi nyata seperti menjajaki lingkungannya, dan
rasa ingin tahu mereka sangat besar. Oleh karena itu orang tua, guru dan masyarakat
bertanggung jawab atas pemeliharaan, perhatian dan penyediaan lingkungan fisik dan
social yang kondusif bagi perkembangan anak-anak.

C.      Peran Masyarakat Dalam Pendidikan Anak Usia Dini


Sungguh suatu hal yang ironis, betapa teknologi modern ternyata belum bisa
membei manfaat atau efek positif pada anak-anak. Seperti yang kita ketahui bahwa
perkembangan dan pertumbuhan anak pada zaman sekarang ini lebih banyak dipengaruhi
oleh televise, dimana tidak ada filter yang bisa menyaring secara efektif hal-hal yang
baik untuk anak. Kita juga bisa membedakan bahwa di lingkungan pedesaan dengan
lingkungan perkotaan terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal pendidikan.
Dimana diperkotaan anak-anak usia dini sudah banyak yang tersentuh oleh pendidikan
untuk anak usia dini. Melihat dari pekembangan anak yang memerlukan perhatian
khusus oleh orangtua, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) perlu disosialisasikan kepada
masyarakat agar PAUD dapat dicapai sebelum anak tersebut masuk ke sekolah dasar.
Masyarakat yang peduli dengan anak-anak akan sangat antusias sekali untuk bahu
membahu dalam mengembangkan kualitas PAUD. Meski PAUD yang didirikan
masyarakat masih berada dalam jalur nonformal namun sudah menggunakan kurikulum
dengan menu generic.
Ada beberapa strategi masyarakat dalam mendirikan PAUD:
1. Memegang prinsip dari oleh dan untuk masyarakat, sehingga masyarakat dapat
dilibatkan sejak identifikasi kebutuhan, merancang program, melaksakannya dan
mengawasinya.
2. Fleksibel yakni baik tempat waktu , maupun saran ayang digunakan. Yang paling
penting aman dan tidak mengganggu waktu tudur siang Anak.
3. Tidak harus dimulai dari nol, bisa dengan mengembangkan fasilitas yang sudah ada
seperti, Posyandu, BKB, SPS, Majelis Ta’lim.

4
4. Yang Mudah , Murah, tetapi harus bermutu. Yaitu PAUD nonformal bukan berart
gedung yang megah dan berfasilitas lengkap tetapi menjadi satu tolak ukur dimana
anak merasa diperhatikan, diberi kesempatan, diberikan kebebasab mengungkapkan
kemampuannya, didengar isi hatinya tanpa ada paksaan/ancaman/tekanan terhadap
dirinya serta mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan Usianya.
Dalam penyelenggaraan sendiri PAUD nonformal diharuskan tidak kaku,
maksudnya jika sudah ada keinginan dari masyarakat untuk mendirikan PAUD segeralah
untuk memulainya meskipun belum mendapat ijin. Untuk sementara waktu sebelum
dibuat kurikulum, maka bisa menggunakan kurikulum dengan menu generic. Sambil
berjalan, penilik PLS/PAUD memantau, membina, dan mengarahkan sehingga mendapat
ijin oprasional. Sehingga dalam jangka waktu minimal 6 bulan setelah program berjalan.
PAUD sudah mendapat ijin dari Dinas Pendidikan.
Syarat mendapatkan ijin mendirikan PAUD (minimal):
1. Ada Yang bertanggung jawab sebagai penyelenggara.
2. Ada anak yang akan dilayani.
3. Ada tenaga Pendidik.
4. Mempunyai tempat untuk menjalankan program pendidikan.
5. Ada Dana untuk kelangsungan PAUD.
6. Mempunyai program pembelajaran yang jelas.
7. Memiliki kurikulum yang jelas.
8. Didukung oleh masyarakat sekitar. Untuk Taman Pengasuhan Anak ditambah syarta
tambahan yakni adanya pengasuh atau perawat yang bertanggung jawab dalam
merawat anak termasuk kesehatan dan gizi.
D. Prinsip Parenting
Berikut ini adalah 5 prinsip pola asuh atau parenting yang bisa Anda terapkan:
1. Menjadi panutan yang baik bagi anak
Anak cenderung akan meniru apa yang orang tuanya lakukan. Oleh karena itu, menjadi
panutan yang baik bagi anak adalah salah satu cara mendidik anak yang penting
dilakukan oleh para orang tua.
Ketika Anda ingin menanamkan karakter positif pada anak, berilah contoh pada mereka,
misalnya dengan selalu berkata jujur, berperilaku baik dan santun terhadap orang lain,
serta membantu orang lain tanpa mengharap imbalan.

5
Selain itu, tunjukkan kepada anak bagaimana cara hidup sehat, misalnya mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan setiap hari, menyikat gigi setelah makan dan menjelang tidur,
serta membuang sampah pada tempatnya.
2. Jangan terlalu memanjakan anak
Sebagai orang tua, Anda mungkin tidak sadar bahwa selama ini Anda selalu menuruti
kemauan si buah hati. Nah, ini saatnya untuk menghentikan kebiasaan tersebut sekaligus
memberi pembelajaran pada anak agar ia tidak terlalu manja.
Sebagai contoh, jangan turuti kemauan anak ketika dia menangis atau tantrum karena
menolak saat orang tua ingin mendidik untuk makan sehat, menonton televisi saat
waktunya tidur malam, minta dibelikan sesuatu yang tidak ia butuhkan, atau ketika ia
merengek untuk bermain gadget.
Mendisiplinkan anak merupakan salah satu bentuk kasih sayang anak yang penting
dilakukan orang tua dalam membentuk karakter yang baik pada anak.
Meski demikian, jangan pula memarahinya atau bahkan memukulnya ketika ia berbuat
kesalahan. Cobalah menegurnya dengan lembut namun tegas ketika ia berbuat salah dan
berikan pemahaman kepadanya.
Jangan lupa juga berikan pujian ketika ia melakukan hal yang baik. Ini akan
memotivasinya untuk menjadi anak yang baik.
3. Luangkan waktu untuk anak setiap hari
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya, bisa melakukan tindakan
tidak baik atau berkelakuan buruk. Biasanya, mereka melakukan tindakan tersebut untuk
mendapatkan perhatian dari orang tua.
Jadi, sesibuk apa pun Anda, selalu luangkan waktu untuk terlibat dalam kehidupannya.
Terutama bagi para ayah, ini sangat penting untuk menjalin hubungan ayah dan anak
yang baik.
Namun perlu diingat, melibatkan diri dalam kehidupan anak bukan berarti Anda harus
terus-menerus berada di sampingnya, lho!
Luangkan waktu untuk menjalin hubungan dan kegiatan berkualitas, seperti sarapan
bersama, mengantarnya ke sekolah, datang ke setiap acara yang dilakukan anak, atau
sebatas berbincang sebelum tidur mengenai kegiatan yang dilakukannya seharian.
4. Tumbuhkan sifat kemandirian pada anak
Melatih anak agar mandiri dapat ditanamkan dengan cara memberikan anak kepercayaan,
kesempatan, dan apresiasi. Misalnya, dengan mengajarkan anak untuk merapihkan

6
mainan dan tempat tidurnya sendiri atau sekedar membiasakan anak untuk menyiapkan
bekal sekolahnya sendiri.

Saat anak memasuki masa remaja, orang tua juga bisa mendukung dan membantu anak
untuk menyelesaikan masalah pribadinya, yaitu dengan berdiskusi dan mengarahkan
pikiran anak untuk mengambil sikap terbaik.
Pahamilah bahwa belajar mandiri tidak mudah bagi anak. Jadi, tunjukkan apresiasi dan
kasih sayang Anda pada setiap usaha dan keberhasilannya. Misalnya, dengan
mengucapkan terima kasih atau memberikan pujian ketika ia menyelesaikan tugasnya
dengan baik.
Anda juga bisa menyelipkan selembar kertas di bekal makanannya yang bertuliskan
“Mama sayang dan bangga padamu”. Dengan begitu, anak akan merasa dirinya berharga.
Namun ingat, saat mereka gagal atau berbuat salah, jangan mengejeknya, apalagi
membandingkan dirinya dengan anak-anak lain.
5. Tentukan peraturan di rumah dengan menyertai alasannya
Menerapkan peraturan bisa membantu anak Anda untuk belajar mengendalikan diri dan
membedakan perilaku baik dan buruk. Ketika membuat peraturan, jelaskan alasan
mengapa peraturan tersebut dibuat.
Misalnya, menggunakan listrik seperlunya untuk menghemat biaya, tidak berlebihan
dalam menggunakan gadget atau handphone karena tidak baik untuk kesehatan, atau tidak
menonton TV sebelum pekerjaan selesai

7
BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di
era globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara
pihak sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun masyarakat. Melalui
Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat
menjadi kunci sukses di dalamnya.
Dan ketika hubungan sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan harmonis dan dinamis
dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama
yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, efisien dan
berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual dan sosial.

B.     Saran
1.      Untuk Lembaga
Pengelola pendidikan harus mengikutsertakan peran orang tua dan masyarakat untuk
mencapai tujuan lembaga yang ingin dicapai.
2.      Untuk Orang Tua
Memotivasi anak agar memiliki rasa ingin belajar yang tinggi, agar ada rasa kebanggaan bagi
orang tua sendiri, lembaga, ataupun masyarakat umumnya.
3.      Untuk Masyarakat
Mendorong dan mendukung segala tujuan pembelajaran yang hendak dicapai oleh lembaga,
agar senantiasa beriringan dan tujuan pendidikan bisa dijalankan secara maksimal.

8
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ary. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa, Endang. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pidarta, Made. —–. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


E.B.Surbakti, Parenting Anak-Anak ( Jakarta: PT.Alex Media, 2012),
Ashari, Budi, Inspirasi dari rumah cahaya, Pustaka nabawiyah, 2015, 1

Anda mungkin juga menyukai