Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN INKLUSIF DAN PEMBELAJARAN


YANG RAMAH (TOOLKIT MERANGKUL KEBERAGAMAN)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

DOSEN PENGAMPU:
DR. Drs. H. HENDRA SOFYAN, M.Si
Prof. Drs. H. SUTRISNO, M.Sc., Ph.D.
Drs. SAHARUDIN, M.Ed.,M.App.Sc.Ph.D

DISUSUN OLEH:
LIZA ZULPIA (P2A919012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu
memberikan limpahan nikmat dan berkah kepada kita, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW
pembawa risalah pencerahan dan risalah ilmu pengetahuan bagi manusia. Dalam
rangka memahami bagaimana pelayanan dan segala kebutuhan yang tepat bagi
anak-anak berkebutuhan khusus dalam dunia Pendidikan pada zaman ini dalam
mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dengan materi
Karakteristik Lingkungan Inklusif dan pembelajaran yang Ramah (Toolit
Merangkul Keberagamanan), maka dirangkumlah makalah ini dari sumber
buku, jurnal-jurnal, dan sumber lainnya.

Makalah ini kami harapkan dapat memberikan gambaran tentang


bagaimana karakteristik lingkungan yang baik dalam pembelajaran kelas Inklusif
sehingga terasa nyaman dan ramah bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang
berada dalam kelas tersebut, juga bagi anak-anak lainnya. Tidak lupa pula, terima
kasih kepada dosen pengampu yang telah mengampu mata kuliah ini dan rekan-
rekan yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu, jika ada kritik dan saran
yang dapat membangun makalah ini ke arah yang lebih baik lagi saya dengan
senang hati menerima dan memperbaiki makalah selanjutnya dengan baik. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

2.1. Konsep Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran yang Ramah .......... 3


2.2. Manfaat dan Aspek yang termuat dalam Lingkungan Inklusif dan
Pembelajaran yang Ramah .................................................................. 4
2.3. Karakteristik Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran yang Ramah ... 8
2.4. Langkah-Langkah Menjadikan Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran
yang Ramah ........................................................................................ 15

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 20

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 20


3.2. Saran ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakanng


Anak adalah anugerah yang sangat berharga yang dititipkan Allah kepada
para orang tua. Apapun keadaaan anak patut kita syukuri dan nikmati dengan
membimbing anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih
baik dan mampu menjalani kehidupan secara mandiri kelak di masa depan. Setiap
anak tentu memiliki keistimewaan masing-masing yang membuat karakteristik
setiap anak menjadi unik. Melalui Pendidikan, anak-anak akan banyak mengalami
proses Pendidikan dan pendewasaan diri, baik secara fisik maupun secara mental.
Pendidikan sangat penting untuk membentuk karakter setiap anak untuk tumbuh
dan berkembang dengan baik. Maka setiap anak memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan suatu Pendidikan. Sebagaimana yang tertera pada Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan “setiap warna negara berhak
mendapat Pendidikan” anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus juga memiliki
hak yang sama dengan anak-anak biasa pada dasarnya, namun masih banyak
masyarakat memandang sebelah mata anak-anak tersebut jika mereka
memperoleh Pendidikan di sekolah yang sama dengan anak-anak biasa lainnya.
Tanpa sadar, sikap diskriminasi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus
masih kita rasakan hingga saat ini, namun jika kita sebagai salah satu pihak yang
berada di lingkungan Pendidikan terutama sekolah mulai menghilangkan
pandangan tersebut melalui perubahan kecil dengan menerima secara terbuka
anak-anak berkebutuhan khusus untuk membaur bersama anak-anak lainnya
dalam ruang lingkup yang sama. Pendidikan semacam ini dinamakan Pendidikan
inklusi yaitu pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah
lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua
orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan,
status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Melalui Pendidikan inklusif kita
mampu merealisasikan nilai Undang-Undang pasal 3 ayait 1 tersebut dengan
memberikan pelayanan Pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan

1
khusus dan tergolong luar biasa baik dalam arti kelainan, lamban belajar maupun
berkesulitan belajar lainnya.
Dalam konteks kelas yang beragam dengan siswa-siswi yang unik dan
berbeda, seorang guru kelas dianggap tahu dan memahami cara belajar dari setiap
siswa-siswinya. Bila di kelas, ada siswa yang sulit belajar secara abstrak, maka
guru mempunyai tanggung jawab untuk menggunakan dan menyediakan media
pembelajaran konkrit untuk siswa tersebut. Untuk itu, perlunya persiapan dengan
mengenali karakteristik lingkungan belajarnya yang ramah dan mampu merangkul
berbagai keragaman dalam ruang lingkupnya. Sehingga kita sebagai guru mampu
menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan ramah bagi anak-anak,
terutama anak berkebutuhan khusus. Maka pada makalah ini akan dipaparkan
bagaimana karakteristiknya secara luas agar kita mampu memahaminya sebelum
mempraktekkannya dalam ruang kelas.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaiamana konsep Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran yang Ramah?
2. Apa saja manfaat dan Aspek yang termuat dalam Lingkungan Inklusif dan
Pembelajaran yang Ramah?
3. Bagaimana karakteristik Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran yang
Ramah?
4. Bagaimana langkah-langkah menjadikan Lingkungan Inklusif dan
Pembelajaran yang Ramah?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui konsep Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran yang
Ramah
2. Untuk mengetahui manfaat dan aspek yang termuat dalam Lingkungan
Inklusif dan Pembelajaran yang Ramah
3. Untuk mendeskripsikan karakteristik Lingkungan Inklusif dan
Pembelajaran yang Ramah
4. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah menjadikan Lingkungan
Inklusif dan Pembelajaran yang Ramah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran yang Ramah


Suatu lingkungan yang inklusif, dan ramah terhadap pembelajaran (LIRP)
adalah lingkungan yang menerima, merawat dan mendidik semua anak tanpa
memandang perbedaan jenis kelamin, fisik, intelektual, sosial, emosional,
linguistik atau karakteristik lainnya. Kualitas pendidikan seharusnya disediakan
dalam lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran, di mana mengalami,
merangkul dan mengenal keanekaragaman sebagai cara untuk memperkaya semua
yang terlibat. Indonesia sudah menentukan sikap terhadap pencanangan
pendidikan inklusi ini lewat penyelenggaraan Lokakarya Nasional yang
berlangsung di Bandung pada tanggal 8-14 Agustus 2004 yang dikenal sebagai
Deklarasi Bandung, salah satu isi deklarasi tersebut adalah Menciptakan
lingkungan yang mendukung bagi pemenuhan anak berkelainan dan anak
berkebutuhan khusus lainnya, sehingga memungkinkan mereka dapat
mengembangkan keunikan potensinya secara optimal. UNESCO meluncurkan
Program Sekolah Inklusif dan Dukungan Masyarakat melalui sebuah Proyek
Global untuk memaksimalkan sumber daya manusia dan material demi
mendukung Pendidikan Inklusif di berbagai negara yang terlibat. Hal ini
menekankan bahwa pentingnya pemerataan Pendidikan bagi setiap anak-anak,
terutama anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Pada lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran (LIRP) guru
dituntut untuk mengajar secara interaktif. Untuk menciptakan pembelajaran
interaktif guru harus mempergunakan berbagai metode pengajar dan variasi
kegiatan pembelajaran. Selain itu guru juga harus mempergunakan media
pembelajaran yang bervariasi dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga
akan terlihat siswa aktif dan berpartisipasi dalam pendidikannya untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak, menanamkan dan
mengembangkan kepercayaan dirinya, dapat belajar secara mandiri serta lebih
kreatif dalam pembelajarannya. Pembelajaran yang ramah terhadap anak
merupakan pembelajaran dimana semua anak memiliki hak untuk belajar,
mengembangkan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin di dalam

3
lingkungan yang ramah dan terbuka. Sekolah bukan hanya tempat anak untuk
belajar, tapi guru juga ikut belajar dari keberagaman anak didiknya. Guru
menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran, guru mendorong partisipasi anak
dalam belajaar, guru memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang
terbaik.
Pandangan inklusi sudah tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang menghimpun keragaman dalam sebuah kesatuan. Kondisi ini merupakan
landasan penting dalam menciptakan Lingkungan Pendidikan Inklusif, Ramah
terhadap Pembelajaran. Inklusi merupakan perubahan praktis yang memberi
peluang anak dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda bisa berhasil
dalam belajar. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering
tersisihkan, seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan
orangtuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota
masyarakat. ‘Inklusi’ berarti bahwa sebagai guru bertanggung jawab untuk
mengupayakan bantuan dalam menjaring dan memberikan layanan pendidikan
pada semua anak yang ada di masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan
kesehatan, pemimpin masyarakat, dan lain-lain. Konsep dari Pendidikan Inklusif
dengan lingkungan inklusif yang pembelajaran yang ramah adalah semua anak itu
berbeda; semua anak dapat belajar; kemampuan, kelompok etnis; ukuran, usia,
latar belakang; gender yang berbeda; dan mengubah sistem agar sesuai dengan
anak.

2.2. Manfaat dan Aspek yang termuat dalam Lingkungan Inklusif dan
Pembelajaran yang Ramah
‘Inklusi’ berarti mengikutsertakan anak berkelainan seperti anak yang
memiliki kesulitan melihat, mendengar, tidak dapat berjalan, lamban dalam
belajar. Secara luas ‘inklusi’ juga berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa
terkecuali, seperti:
 Anak yang menggunakan bahasa ibu, dan bahasa minoritas yang berbeda
dengan bahasa pengantar yang digunakan di dalam kelas;

4
 Anak yang berisiko putus sekolah karena korban bencana, konflik,
bermasalah dalam sosial ekonomi, daerah terpencil, atau tidak berprestasi
dengan baik;
 Anak yang berasal dari golongan agama atau kasta yang berbeda;
 Anak yang sedang hamil;
 Anak yang berisiko putus sekolah karena kesehatan tubuh yang
rentan/penyakit kronis seperti asma, kelainan jantung bawaan, alergi,
terinfeksi HIV dan AIDS;
 Anak yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah.
 Anak yang memiliki kebutuhan khusus permanen
Semua anak memiliki hak untuk belajar, tanpa memandang perbedaan
fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya seperti yang
ditetapkan dalam Konvensi Hak Anak yang telah ditandatangani hampir semua
negara di dunia. Termasuk anak yang mengalami gangguan, cerdas dan berbakat.
Kondisi lain termasuk juga anak jalanan, pekerja anak, anak-anak nomadik, anak-
anak dengan bahasa lokal yang beragam, suku-suku minoritas, anak yang
mengidap HIV dan AIDS, anak dari kelompok yang kurang beruntung, dan
terpinggirkan. Tidak ada manusia lahir dengan pengetahuan yang utuh, tetapi ia
dilahirkan dengan naluri belajar. Namun, seringkali naluri belajar anak dengan
keingintahuannya yang besar terbunuh secara perlahan-lahan dalam sistem
pendidikan yang ada. Oleh karena itu kita butuh belajar secara terus-menerus
melalui pengamatan, berbagi pengalaman, mengikuti workshop, membaca buku,
dan menggali informasi dari berbagai sumber lainnya. Lingkungan inklusif dan
pembelajaran yang ramah menekankan pada setiap orang diharapkan dapat
berbagi visi tentang bagaimana belajar, bekerja, dan bermain bersama. Yakinkan
mereka, bahwa pendidikan hendaknya adil dan tidak diskriminatif, serta peka
terhadap semua budaya dan relevan dengan kehidupan sehari-hari anak. Pendidik,
tenaga kependidikan, dan semua anak sebagai masyarakat sekolah menghargai
berbagai perbedaan. Lingkungan tersebut juga mendorong pendidikan dan tenaga
kependidikan, anak, keluarga, dan masyarakat untuk saling membantu. Di mana
anak beserta guru bertanggung-jawab terhadap pembelajaran dan secara aktif
berpartisipasi di dalamnya. Belajar berkaitan erat dengan materi yang dibutuhkan

5
dan bermakna dalam kehidupan anak. Juga mempertimbangkan kebutuhan, minat,
dan hasrat kita sebagai pendidik. Ini berarti memberikan kesempatan kepada kita
merefleksi diri untuk mengenali lebih jauh bagaimana mengajar yang lebih baik.
Aspek yang termuat dalam lingkungan inklusif dan pembelajaran yang
ramah yaitu:
a. Setiap siswa berhak atas pendidikan dalam kelompok sebaya
b. Setiap siswa diberikan perlakuan yang adil
c. Komunitas mampu bertindak sebagai pelindung/ pembimbing ABK
d. Orang tua dilibatkan dalam proses pembelajaran
e. Program pendidikan ditawarkan dalam kepada setiap siswa
f. Komunitas mampu bertindak sebagai pelindung/ pembimbing ABK
g. Setiap siswa diberikan perhatian dan dukungan yang tepat
Selain aspek yang termuat, kita perlu juga memahami apa saja manfaat
dari lingkungan inklusif dan pembelajaran yang ramah jika ingin menerapkannnya
dalam ruang lingkup kelas inklusi. Secara spesifik dipaparkan berikut ini:
a. Manfaat untuk Anak
1. Menumbuhkembangkan rasa percaya diri dan harga diri
2. Mereka bangga dengan prestasi yang diperoleh
3. Mereka belajar bagaimana belajar mandiri di dalam dan di luar sekolah
4. Mereka dapat menggali berbagai pertanyaan yang baik, memahaminya,
dan menerapkannya dalam kehidupan bersekolah dan sehari-hari
5. Mereka belajar dan bersekolah dengan senang bersama teman-temannya,
termasuk mengasah kepekaan dalam menyikapi perbedaan. Semua anak
akan belajar meraih nilai-nilai yang ada dalam hubungan sosial. Tanpa
membedakan latar belakang dan kemampuan
6. Mereka menjadi lebih kreatif, dan menjaga perkembangan belajar mereka
dengan baik
7. Mereka menghargai pesan budaya yang sesuai dengan tradisi yang
mereka anut
8. Mereka menghargai perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
9. Mereka mengembangkan kecakapan berkomunikasi dengan produktif
mempersiapkan kehidupan mereka yang lebih baik

6
10. Mereka belajar menghargai diri sendiri dan orang lain
b. Manfaat untuk Guru
1. Mendapat kesempatan belajar cara mengajar yang baru dalam melakukan
pembelajaran bagi anak yang memiliki latar belakang dan kondisi yang
beragam
2. Membangun pengetahuan baru bagaimana anak belajar dan apa yang anak
pikirkan, sambil melihat peluang mengembangkan sikap positif
3. Mengajar bukan suatu beban, tetapi sesuatu hal yang menyenangkan
4. Peluang emas untuk memperkuat gugus dan kelompok kerja guru (KKG),
di mana antarguru saling belajar
5. Mendorong anak menjadi lebih kreatif, dan pembelajaran yang lebih
menyenangkan
6. Orang tua dan anak akan memberikan umpan balik secara positif dan
mereka mendukung program yang ada di sekolah
7. Guru mendapat pengalaman yang lebih luas dan profesional
c. Manfaat untuk Orang tua
1. Orangtua sadar bagaimana pentingnya membantu anak dalam belajar
2. Merasa dibutuhkan karena terlibat secara langsung untuk membantu anak
belajar
3. Merasa terlibat dan dihargai sebagai mitra setara dalam memberikan
kesempatan belajar yang berkualitas untuk anak
4. Dapat belajar bagaimana cara membimbing anaknya di rumah dengan
lebih baik dengan menggunakan teknik yang digunakan guru di sekolah
5. Orangtua juga belajar berinteraksi dengan orang lain, serta memahami,
dan membantu memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat
6. Terpenting orangtua mengetahui bahwa anaknya —dan SEMUA anak
menerima pendidikan yang berkualitas
d. Manfaat untuk Masyarakat
1. Masyarakat menjadi cerdas, merasa bangga ketika lebih banyak anak
mengikuti pembelajaran di sekolah
2. Masyarakat menemukan lebih banyak “calon pemimpin masa depan”
yang disiapkan untuk berpartisipasi aktif di masyarakat

7
3. Masyarakat dilibatkan mengatasi masalah sosial seperti kenakalan dan
masalah remaja sehingga bisa dikurangi
4. Masyarakat menjadi lebih dekat dengan sekolah karena terlibat langsung
dan aktif di sekolah

2.3. Karakteristik Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran yang Ramah


Sekolah yang ramah terhadap anak merupakan sekolah di mana semua
anak memiliki hak untuk belajar mengembangkan semua potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin di dalam lingkungan yang nyaman dan terbuka. Menjadi
“ramah” apabila keterlibatan dan partisipasi semua pihak dalam pembelajaran
tercipta secara alami dengan baik. Lingkungan pembelajaran yang ramah berarti
ramah kepada anak dan guru, artinya:
a. Anak dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar;
b. Menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran;
c. Mendorong partisipasi aktif anak dalam belajar; dan
d. Guru memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik.
Berikut tabel yang memberikan gambaran secara jelas perbedaan
karakteristik antara kelas konvensional dan kelas Inklusif yang ramah terhadap
pembelajaran.
Dimensi Kelas konvensional Kelas inklusif, ramah terhadap pembelajaran
Hubungan Ada jarak dengan Ramah dan hangat, contoh untuk anak
anak, contoh: guru tunarungu:
sering memanggil Guru selalu berada di dekatnya dengan wajah
anak tanpa kontak terarah pada anak dan tersenyum. Berbicara
mata (miskin bahasa dengan jelas agar anak dapat membaca bibir.
tubuh). Pendamping kelas (orangtua/relawan) memuji
anak tunarungu dan membantu anak lainnya
Situasi kreatif, pasif dan Guru menghargai perbedaan setiap latar
Kelas monoton. Kelas yang belakang dan kemampuan anak dan
baik adalah kelas orangtuanya.
diam patuh, dan Guru kreatif dan selalu memiliki gagasan yang
hening. mendukung kebutuhan dan minat anak yang
berbeda dan unik.
Pengaturan Pengaturan tempat Pengaturan tempat duduk yang bervariasi
tempat duduk berbaris seperti, duduk berkelompok di lantai
duduk dengan arah yang membentuk tapal kuda, atau duduk di bangku
sama dari belakang bersama-sama melingkar sehingga dapat melihat
ke depan. satu sama lainnya.

8
Media Buku teks, buku Berbagai bahan yang bervariasi untuk semua
Belajar latihan, lembar kerja, mata pelajaran, contoh: Pembelajaran
kapur dan papan matematika disampaikan melalui kegiatan yang
tulis. lebih menantang, menarik, dan menyenangkan
melalui bermain peran, atau kegiatan di luar
kelas. Menggunakan poster dan wayang untuk
pelajaran Bahasa.
Sumber Guru mengajarkan Guru menyusun rencana harian dengan
Belajar kepada anak tanpa melibatkan anak, contoh: meminta anak
menggunakan membawa media belajar yang murah dan mudah
sumber belajar yang untuk dimanfaatkan dalam mata pelajaran
lain. Guru sebagai tertentu.
penyampai isi buku
pelajaran atau
operator kurikulum.
Evaluasi Ujian tertulis Penilaian: kemajuan belajar anak berdasarkan
terstandarisasi pada observasi, dan portofolio terhadap hasil
sebagai tes formatif karya anak dalam kurun waktu tertentu sebagai
dan sumatif. sebuah proses penilaian.

Karakteristik Lingkungan Inklusif dan pembelajaran yang ramah berbasis


pada visi dan nilai-nilai Pendidikan inklusif yaitu membantu mempercepat
program wajib belajar Pendidikan dasar, membantu meningkatkan mutu
Pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus
sekolah, dan menciptakan sistem Pendidikan yang menghargai keanekaragaman,
tidak diskriminatif, serta ramah trhadap pembelajaran.

9
Suatu sekolah dikatakan mampu dijadikan lingkungan inklusif dan
pembelajaran yang ramah dengan menilai apakah sekolah tersebut memenuhi
karakteristik yang telah dipaparkan melalui kriteria di bawah ini yang akan
membantu dalam memahami bagaimana menilai sekolah agar menjadi lingkungan
inklusif dan pembelajaran yang ramah.
a. Kebijakan sekolah dan dukungan administrasi:
1. Memiliki misi dan/atau visi tentang pendidikan inklusif, ramah terhadap
pembelajaran, termasuk sebuah kebijakan melawan diskriminasi;
2. Memiliki data anak usia sekolah di masyarakat, baik yang sudah maupun
belum bersekolah;
3. Melaksanakan sosialisasi secara terus-menerus kepada orangtua yang
menekankan bahwa semua anak harus masuk sekolah dan akan diterima;
4. Memiliki data atau dokumen penting mengenai pendidikan inklusif untuk
anak dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam dari tingkat
nasional sampai dengan daerah;
5. Mengetahui organisasi profesional, kelompok advokasi, dan organisasi
masyarakat yang menawarkan sumber dayanya untuk pendidikan
inklusif;
6. Menunjukkan dengan cara khusus bahwa pengelola sekolah dan guru
memahami sifat dan kepentingan pendidikan inklusif;
7. Memiliki data daftar hambatan yang dialami sekolah untuk
mengembangkan LIRP dan cara mengatasi hambatan tersebut;
8. Menyadari dan mengubah kebijakan sekolah dan pelaksanannya —dalam
hal biaya dan jadwal harian dalam memperoleh pendidikan yang
berkualitas;
9. Memberikan keleluasaan kepada guru untuk menggunakan metode
pembelajaran yang kreatif, inovatif dalam membantu anak belajar;
10. Mempunyai hubungan dengan masyarakat, tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat, dan memberikan kesempatan untuk bertukar gagasan dengan
masyarakat untuk terciptanya perubahan positif dalam menerapkan
inklusi;
11. Merespon kebutuhan staf; dan

10
12. Memiliki mekanisme pendukung, supervisi dan monitoring yang efektif
bagi setiap orang agar dapat berpartisipasi dan mendokumentasikan
perubahan dalam penerapan inklusi serta membuat keputusan untuk masa
yang akan datang.
b. Lingkungan Sekolah:
1. Memiliki fasilitas yang memenuhi kebutuhan peserta didik yang
beragam, seperti toilet khusus bagi anak yang berkebutuhan khusus dan
jalur khusus untuk kursi roda untuk peserta didik tunadaksa;
2. Memiliki lingkungan yang bersih, sehat, dan terbuka;
3. Mempunyai persediaan air minum yang bersih, terjamin kesehatannya,
dan menyediakan atau menjual makanan yang sehat serta bergizi;
4. Mempunyai staf, seperti konselor dan guru bilingual (selain bahasa
Indonesia termasuk bahasa isyarat), yang dapat mengidentifikasi dan
membantu semua anak;
5. Memiliki tata cara dan prosedur yang sesuai untuk membantu guru, staf
sekolah, orangtua, dan anak untuk bekerjasama dalam mengidentifikasi
semua anak;
6. Memfokuskan pada kerja TIM;
7. Menjalin kerjasama dengan PUSKESMAS setempat untuk memberikan
pemeriksaan kesehatan secara periodik bagi semua anak.
c. Keterampilan, pengetahuan, dan sikap guru:
1. Dapat menjelaskan makna pendidikan inklusif, ramah terhadap
pembelajaran, dan memberikan contoh pelaksanaan LIRP;
2. Meyakini bahwa semua anak perempuan, baik dari keluarga mampu
ataupun tidak, anak minoritas bahasa dan etnis, serta anak cacat —
memiliki kesempatan belajar yang sama; Terlibat dalam menjaring anak
usia sekolah yang tidak bersekolah untuk memastikan bahwa mereka
mendapatkan pelayanan pendidikan;
3. Mengetahui tentang penyakit yang menyebabkan kelainan fisik, emosi,
dan belajar, dan dapat membantu untuk mendapatkan layanan yang tepat;
4. Mendapat pemeriksaan medis tahunan, bersama dengan staf sekolah yang
lain;

11
5. Mempunyai harapan yang tinggi terhadap SEMUA anak dan mendorong
mereka menyelesaikan pendidikannya;
6. Menyadari sumber daya yang ada untuk membantu anak berkebutuhan
khusus;
7. Mengidentifikasi bias jender dan budaya dalam materi ajar, lingkungan
sekolah, dan pembelajaran yang mereka lakukan sendiri, serta dapat
memperbaikinya; Mengadaptasi kurikulum, pembelajaran dan aktifitas
sekolah terhadap kebutuhan peserta didik dengan latar belakang dan
kemampuan yang beragam;
8. Mampu mengasses pembelajaran dalam berbagai cara agar patut dan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak;
9. Merefleksi dan terbuka terhadap pembelajaran, dan perubahan; dan
10. Mampu bekerja sama dalam tim.
d. Peningkatan Kompetensi guru:
1. Mengikuti secara aktif berbagai lokakarya dan pelatihan tentang
pengembangan kelas dan sekolah LIRP;
2. Memberikan penjelasan kepada guru lain, orangtua, dan anggota
masyarakat tentang pengembangan kelas LIRP;
3. Meningkatkan pengetahuannya dalam memahami isi mata pelajaran
(seperti matematika);
4. Meningkatkan kemampuan pengetahuan guru untuk mengembangkan
bahan pembelajaran yang berkaitan dengan LIRP;
5. Memiliki ruang kerja agar dapat menyiapkan materi pelajaran dan
bertukar gagasan;
6. Melaksanakan studi banding pada “model” sekolah LIRP.
e. Peserta Didik:
1. SEMUA anak usia sekolah di masyarakat bersekolah secara reguler;
2. SEMUA peserta didik mempunyai buku teks dan bahan belajar yang
sesuai dengan kebutuhan belajarnya;
3. SEMUA peserta didik menerima informasi penilaian secara berkala
mengenai perkembangan kemampuannya;

12
4. ANAK dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam
mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar dan mengekspresikan
diri di kelas dan sekolah;
5. SEMUA anak diperhatikan jika kehadiran mereka lain daripada biasanya;
6. SEMUA anak mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
pada semua aktifitas sekolah; dan
7. SEMUA peserta didik berpeluang mengembangkan peraturan atau
pedoman kelas di sekolah yang berkenaan dengan inklusi,
nondiskriminasi, kekerasan dan pelecehan.
f. Isi kurikulum dan penilaian:
1. Kurikulum memperkenankan metode pembelajaran dan gaya belajar
yang berbeda, seperti diskusi, permainan atau bermain peran;
2. Isi kurikulum memuat pengalaman sehari-hari SEMUA peserta didik di
sekolah dengan latar belakang atau kemampuan yang beragam;
3. Kurikulum mengintegrasikan baca, tulis, hitung dan kecakapan hidup ke
seluruh mata pelajaran;
4. Guru menggunakan lingkungan dan sumber daya yang tersedia (mudah
dan murah) untuk membantu peserta didik dalam belajar;
5. Materi kurikulum perlu memuat gambar, contoh dan informasi tentang
berbagai hal, termasuk anak perempuan dan laki-laki, minoritas etnis,
latar belakang sosial ekonomi yang berbeda serta anak berkebutuhan
khusus;
6. Kurikulum diadaptasikan menurut tingkat dan gaya belajar yang berbeda,
khususnya anak yang berkesulitan belajar;
7. Anak berkesulitan belajar mempunyai kesempatan meninjau kembali
pelajarannya dan memperbaikinya atau mendapatkan pengulangan
penjelasan materi;
8. Kurikulum mengembangkan sikap, seperti saling menghormati, toleransi
dan pengetahuan tentang latar belakang budaya yang beragam;
9. Guru memiliki dan menggunakan berbagai instrumen penilaian untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dan tidak
hanya mengandalkan nilai ujian.

13
10. Bidang pelajaran khusus/aktifitas ekstrakurikuler:
11. Anak tunadaksa mempunyai kesempatan yang sama untuk bermain dan
berkembang secara fisik sesuai dengan kondisinya;
12. Anak perempuan mempunyai akses dan kesempatan yang sama untuk
bermain secara fisik dan aktifitas ekstrakurikuler lainnya seperti anak
laki-laki;
13. Semua peserta didik mempunyai kesempatan belajar dalam bahasa
mereka sendiri;
14. Sekolah menerima dan menghargai semua peserta didik dari berbagai
agama;
15. Sekolah mempunyai kesempatan untuk mempelajari tradisi budaya yang
berbeda dari peserta didik.
g. Masyarakat:
1. Orangtua dan masyakarat mengetahui dan siap membantu sekolah
menjadi LIRP;
2. Masyarakat membantu sekolah untuk memberikan penyuluhan kepada
SEMUA anak untuk bersekolah;
3. Orangtua dan masyarakat menawarkan gagasan dan sumber daya tentang
implementasi LIRP; dan
4. Orangtua menerima informasi tentang kehadiran anak dan perkembangan
kemampuannya.
Selain menciptakan lingkungan tersebut, tentu harus mampu
mempertahankan perubahan tersebut sehingga terciptalah lingkungan inklusif dan
pembelajaran yang ramah (LIRP) bagi setiap anak. Dengan memperhatikan
beberapa hal berikut ini untuk membawa perubahan menuju lingkungan yang
ramah.
a. Kepemimpinan seorang kepala sekolah, guru senior atau guru yang tertarik
dan berkomitmen terhadap perubahan membutuhkan seseorang yang
bertanggung jawab terhadap organisasi, supervisi dan memimpin.
b. Lokakarya dan kesempatan belajar hal lain untuk guru diperlukan untuk
memperkenalkan dan mempertahankan perubahan. Contoh memberi
kesempatan kepada guru melakukan pengajaran yang berpusat pada anak dan

14
mendiskusikan secara terbuka pertanyaan dan kekhawatiran tentang LIRP.
Lokakarya diadakan untuk memahami bagaimana peserta didik ini belajar,
belajar cara mengajar yang baru, dan mengidentifikasi perubahan di dalam
sekolah yang akan membantu peserta didik belajar.
c. Peningkatan pembelajaran di kelas merupakan fokus perubahan dalam
menciptakan LIRP.
d. Informasi tentang LIRP diperlukan untuk digunakan dalam mengelola dan
mengambil keputusan positif.
e. Sumber daya perlu diberdayakan dan digunakan secara efektif. Keluarga dan
masyarakat sangat berperan dalam pemberdayaannya.
f. Perencanaan sebagai pedoman untuk perubahan yang bertahap. Hal ini
memerlukan waktu bagi guru, staf sekolah dan masyarakat untuk berubah dari
pola lama ke yang baru.
g. Pendekatan tim, kolaborasi di dalam proses perubahan sangat diperlukan.
Misal proses perubahan sikap “Setiap orang ikut serta; menjadi peserta didik;
dan menjadi juara”. Sikap ini merupakan kreatifitas, kepercayaan dan
promosi dalam hal pembagian tugas dan tanggung jawab.
h. Visi, misi dan budaya sekolah perlu dikembangkan dengan karakteristik LIRP
seperti telah dibahas yakni guru, administrator, anak, orangtua dan pemimpin
masyarakat harus terlibat dalam mengembangkan visi dan misi sekolah.
i. Komunikasi yang berkesinambungan dengan orangtua dan pemimpin
masyarakat diperlukan untuk memperoleh kepercayaan mereka, memastikan
bahwa SEMUA anak bersekolah dan belajar sampai pada kemampuan
terbaiknya secara penuh, serta meningkatkan rasa memiliki masyarakat dan
berbagi sumber daya antara masyarakat dan sekolah.

2.4. Langkah-Langkah Menjadikan Lingkungan Inklusif dan


Pembelajaran yang Ramah
Setelah melakukan penilaian di sekolah, maka kita dapat menjalani proses
perubahan dan memutuskan langkah mana yang akan dilaksanakan. Berikut ini
ada beberapa gagasan untuk merencanakan dan mengimplementasikan LIRP.

15
a. Membentuk tim LIRP: Mengidentifikasi orang yang mampu berperan
dalam perencanaan dan implementasi, serta menetapkan kelompok
koordinasi
Anggota tim terdiri dari: kepala sekolah, beberapa orang guru, pengawas,
beberapa orang tua, dan komite sekolah. Sedangkan anggota kelompok
koordinasi terdiri dari: guru, administrator, anggota staf sekolah lainnya,
penyedia layanan keehatan, orang-orang yang belum mendapat pengakuan,
penyandang cacat, peserta didik yang dewasa, orang tua, anggota masyarakat
dan organisasi masyarakat.
b. Mengidentifikasi kebutuhan: (a) Menggali pengetahuan kelompok
koordinasi, (b) Mengungkap komunitas anak dan sekolah. Melakukan review
dengan asessmen diri melalui ceklis penilaian LIRP, temukan data anak yang
belum bersekolah, menyusun pengelolaan kelas dan sekolah hendaknya
melibatkan anak-anak juga orang tua dapat dilibatkan sebagai sumber
informasi yang berguna kepada tim, Identifikasi sumber daya yang ada di
sekolah dan masyarakat, paparkan program Pendidikan yang menjelaskan
fasilitas, sarana, dan bahan apa yang tersedia dan digunakan, dan
Mengidentifikasi dan menjabarkan proses pembelajaran melalui kunjungan ke
kelas. Untuk menciptakan kelas inklusif yang ramah hendaknya juga
mempertimbangkan ukuran kelas, strategi pembelajaran, gaya mengajar,
hubungan guru dan anak, asisten kelas , dan materi yang digunakan.
c. Ciptakan sebuah Visi: Meraih “Kelas Impian”. Ketika kita dan anak
berjalan masuk kelas, bayangkan seperti apa kira-kira kondisi kelas yang
diinginkan? Pertimbangkan antara anak laki-laki dan perempuan, jangan
mendominasi pembicaraan dalam bahasa tertentu yang tidak dipahami semua
anak, termasuk memperlakukan anak yang mengalami hambatan penglihatan,
dan pendengaran, serta anak yang mengalami hambatan intelektual, latar
belakang agama atau kasta yang berbeda. Selain itu dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki, dukungan yang dibutuhkan
dari masyarakat, pemerintah setempat dan perencana pendidikan.
d. Merancang Pengembangan LIRP di Sekolah. Menyediakan sumber daya
tambahan sesuai kebutuhan. Siapkan sumber daya yang dibutuhkan seperti:

16
rencana biaya pengadaan alat pengajaran, mengembangkan sistem tutor
teman sebaya, atau membentuk komite sekolah untuk pengembangan sumber
daya. Ada dua cara dalam mengembangkan pendidikan agar terjadi
peningkatan pembelajaran dan partisipasi anak, yaitu: melalui analisis,
perencanaan rinci, dan melalui perubahan yang terjadi di dalam hati, dan
pikiran kita.
e. Mengimplementasikan Rencana. Menyediakan bantuan teknis untuk staf
sesuai kebutuhan, Melatih staf sekolah (yang berkaitan dengan pengajaran
dan administrasi) dan anak sesuai kebutuhan, Mengikutsertakan orangtua
berperan aktif (Masukan dari orangtua hendaknya menjadikan dorongan dan
pertimbangan melalui proses perencanaan dan implementasi), dan Rencana
mengatasi hambatan.
f. Mengevaluasi Rencana dan Merayakan Keberhasilan. Monitor kemajuan
dan modifikasi rencana kita sesuai kebutuhan. Tim LIRP merupakan sumber
daya yang terus digunakan selama tahun pelajaran. Siapkan agenda kegiatan
untuk menindaklanjuti pertemuan. Tentukan bagaimana monitoring akan
dilakukan dan siapa yang akan melaksanakannya. Observasi bagaimana
program itu dapat dilaksanakan. Beritahukan Keberhasilan Anda kepada
orang lain. Pencapaian perubahan yang signifikan dalam program pendidikan
di sekolah, khususnya yang meliputi investasi sumber daya manusia dan
materi harus dikomunikasikan. Himbau masyarakat untuk mempromosikan
perubahan tersebut dengan mengadakan pameran atau festival. Dalam
kegiatan ini, orangtua, anggota masyarakat dan bahkan pejabat diundang ke
sekolah. Hasil karya yang dihasilkan oleh semua anak ditampilkan selama
berkaitan dengan pelajaran dan mendemonstrasikan semua kecakapan yang
telah dipelajari. Guru juga mendemonstrasikan keterampilan baru yang
diperolehnya dalam penilaian dan pengajaran.
Selama proses perubahan dari lingkungan yang konvensional menuju
lingkungan inklusif dan pembelajaran yang ramah diperlukan memonitor
perubahan yang telah dilakukan, dalam artian kemajuan apa saja yang telah
terjadi. ada lima cara mengumpulkan informasi untuk mengetahui sejauh mana
sekolah telah menerapkan LIRP.

17
a. Buat catatan dan dokumentasi. kita dan rekan guru bisa menulis catatan
periode bulanan tentang apa yang telah dicapai dalam mengembangkan LIRP,
seperti catatan tentang aktifitas dan pertemuan di sekolah dan masyarakat.
Orang yang memonitor kelas atau peserta didik lain juga bisa membuat
catatan harian yang sederhana tentang apa yang telah terjadi dan dapat
didiskusikan dengan guru dan seluruh masyarakat sekolah setiap bulan.
Pemimpin masyarakat atau orangtua juga bisa mengunjungi secara berkala
dan membuat catatan.
b. Berbicara dengan orang lain. Aktifitas ini banyak dilakukan secara
informal ketika program LIRP kita berkembang. Tapi kadangkala diperlukan
waktu khusus untuk mencari jawabannya. Kita bisa melakukan ini dengan
menggunakan daftar pertanyaan dan mencatat jawabannya. Selain itu, kita
juga bisa melakukan wawancara dengan anak, orangtua, dan guru lain baik
secara individual atau kelompok. Penting bagi kita untuk mengajukan
pertanyaan yang dapat menghimpun informasi dan pendapat yang sesuai
dengan harapan kita.
c. Mengasses pengetahuan dan keterampilan melalui narasi. Apa yang
diketahui kita dan guru lain tentang populasi peserta didik yang beragam di
sekolah? kita mungkin ingin bertanya pada guru lain untuk menulis sebuah
narasi tentang apa yang mereka ketahui dan membuat daftar pertanyaan yang
masih perlu mereka pikirkan dan ketahui. Ini juga aktifitas yang baik untuk
dilakukan peserta didik.
d. Observasi. Observasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, yakni mengamati
pembelajaran yang dilakukan guru di kelas sebagai bagian pengembangan
profesionalisme. Guru juga dapat melakukan observasi terhadap anak untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan yang sudah dicapai. Orang tua pun
dapat mengobservasi sekolah, termasuk kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Buatlah catatan dari pengamatan yang disertai dengan
tanggapan. Hasilnya dapat didiskusikan secara berkala dalam kelompok yang
terdiri dari kepala sekolah, pengawas, guru, dan komite sekolah. Perhatikan
juga bangunan dan lingkungan sekitar. Apakah penerapan LIRP telah
berdampak pada penampilan sekolah? Apakah sekolah dapat dijangkau oleh

18
semua pihak? Apakah semua anak dengan perbedaan kemampuan memiliki
kesempatan yang sama untuk menggunakan lapangan/tempat bermain?
Perubahan yang terjadi pada anak dapat diamati dengan cara memperhatikan
perubahan sikap dan pola tingkah laku mereka. Misalnya: apakah mereka
membantu satu sama lain dengan cara yang tidak pernah mereka lakukan
sebelumnya.
e. Dokumen. Telah berbagai dokumen sekolah seperti buletin, surat kepada
orangtua, laporan kemajuan, rencana pengajaran, dan silabus kurikulum.
Apakah dokumen yang disebarkan kepada orangtua dan masyarakat sudah
mencerminkan lingkungan belajar inklusif yang akan kita capai? Apakah
rencana pengajaran dan kurikulum mencerminkan lingkungan yang inklusif,
ramah terhadap pembelajaran?.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Mengembangkan Lingkungan yang inklusif, ramah terhadap pembelajaran
merupakan cara yang terbaik jika ingin “pendidikan untuk semua” tercapai. Ini
adalah satusatunya cara yang harus kita ditempuh. Hal ini membutuhkan
komitmen, kerja keras, dan keterbukaan untuk belajar banyak hal dan ini juga
akan membawa kepuasan dengan melihat semua anak belajar. Anak yang telah
bersekolah akan belajar hal-hal baru dari anak yang baru masuk yang tadinya
tersisihkan dan anak yang tersisihkan itu menjadi lebih tahu bagaimana menikmati
belajar.
Mempunyai anak yang berlatar belakang dan kemampuan yang berbeda
dalam satu kelas inklusif, ada tantangan tersendiri. Guru harus
mempertimbangkan apa yang dibutuhkan tiap anak untuk belajar dan abgimana
dia belajar yang terbaik. Guru perlu menemukan bagaiman semua anak ingin
belajar bersama secara damai. Tiga penghambat belajar bersama adalah menekan
orang yang lemah, prasangka buruk, dan diskriminasi.Belajar. Mengatasi
tantangan ini merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh guru.

3.2. Saran
Melalui makalah ini, kita diharuskan untuk berpikir, merasa, dan bertindak
lebih patut dan baik menyangkut sekolah inklusif, ramah terhadap pembelajaran.
Inilah yang akan membantu kita terus menggali untuk senantiasa belajar (life-long
learning). Sekarang tanyakanlah pada diri sendiri, “Perubahan apa yang dapat
saya lakukan di kelas atau sekolah hari ini, besok, dan lusa?” temukan tiga aksi
pribadi kita dan bandingkan, serta diskusikan dengan rekan-rekan kita. Setelah itu
bandingkan bagaimana kemajuan kita selama proses perubahan yang dilakukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Utama:
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Bekesulitan Belajar,
Jakarta: PT Rinneka Cipta.
Jamaris, Martini. 2009. Kesulitan Belajar Perspektif, Assessmen dan
Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni.
Slavin. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.
Smith, David. 2006. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua. Jakarta: Pernerbit
Nuansa.
Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Sujiono. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: PT Indeks.

Sumber Tambahan:
Dirjen PLB. 2004. Buku 1 Menjadikan Lingkungan Inklusif Ramah Terhadap
Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Dirjen PLB. 2004. Buku 5 Mengelola Pembelajaran Inklusif dengan pembelajaran
yang ramah. Jakarta: Depdiknas
Dirjen PLB. 2004. Buku 4 Menciptakan Kelas Inklusif Ramah Terhadap
Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Kustawan, Dedy. 2012. Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta:


PT Luxima Metromedia.

Tarmasyah. 2007. Inklusi ( Pendidikan Untuk Semua). Jakarta : Depdiknas.

Megaiswari. 2013. Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran (LIRP)


pada Pendidikan dasar. Jurnal Pendidikan.
Murniati, Ngurah A. N. 2010. Analisis Pengembangan Kemampuan Guru IPA
dalam Menciptakan Lingkungan Inklusif Ramah Pembelajaran Melalui
penelitian tindakan Kelas. JP2F. 1(1).

21

Anda mungkin juga menyukai