Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN KOGNITIF

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didik
Yang diampu oleh: - Lutfi Fauzan
- Devi Probowati

Disusun oleh :
Ananta Ardyansyah (180331616079)
Fella Yusmia Nida (180331616073)
Murniati Lawah (180331616056)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
FEBRUARI 2019
ii
DAFTAR ISI

Daftar Isi..................................................................................................................i
BAB I: Pendahuluan................................................................................................
Latar Belakang......................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................................1
Tujuan...................................................................................................................1
BAB II: Pembahasan...............................................................................................
Pengertian Perkembagan Kognitif........................................................................2
Proses Perkembangan Kognitif............................................................................3
Perkembangan Kognitif pada Masa Anak-Anak .................................................7
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa......................................................12
Perkembangan Kognitif pada Masa Usia Lanjut................................................15
Perkembangan Kognitif pada Anak Berkebutuhan Khusus...............................16
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif.............................21
BAB III: Penutup.....................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................22
Saran...................................................................................................................22
Daftar Pustaka......................................................................................................23

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan untuk berpikir lebih kompleks
serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif seseorang, kemampuan berpikirnya
semakin tajam. Dengan begitu lebih banyak pengetahuan yang dia dapatkan.
Karena beberapa faktor, perkembangan kognitif berbagai orang tidak
berlangsung sama. Setiap masa memiliki ciri perkembangan kognitif yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, penting memahami perkembangan kognitif
seseorang untuk memudahkan dalam pengembangan seseorang.
Perkembangan kognitif seseorang dapat dibedakan menjadi masa anak-
anak, masa dewasa, dan masa usia lanjut. Pada anak berkebutuhan khusus,
perkembangan kognitif juga berbeda. Oleh karena itu, pembahasan tentang
perkembangan anak berkebutuhan khusus memiliki topik tersendiri. Faktor-
faktor yang mempengaruhi seperti yang telah disebutkan di atas dapat dikenali
dari teori Piaget tentang perkembangan kognitif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa pengertian perkembangan kognitif?.
2. Bagaimana perkembangan kognitif masa anak-anak?.
3. Bagaimana perkembangan kognitif masa dewasa dan usia lanjut?.
4. Bagaimana perkembangan kognitif pada anak berkebutuhan khusus?.
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif?.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian perkembangan kognitif.
2. Menjelaskanperkembangan kognitif masa anak-anak.
3. Menjelaskan perkembangan kognitif masa dewasa dan usia lanjut.
4. Menjelaskan Perkembangan kognitif pada anak berkebutuhan khusus.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan
peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak
mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan
masyarakat dan lingkungan.Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan
dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku
karangan (Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut Piaget Perkembangan kognitif
seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak dapat mempengaruhi
perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima
pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan
pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan
cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Perkembangan kognitif menurut Vygotsky lebih menekankan pada
konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam
proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi
saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat
siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah
namun tugas–tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang
digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan
bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

2
B. Proses Perkembangan Kognitif
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang
baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif, yaitu:
a. Tahap Sensorimotor (0 – 24 bulan)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir
sampai sekitar berumur 2 tahun yang disebut tahap sensorimotor. Pada
tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar,
membau, dan lain – lain. Pada tahap ini anak belum dapat berbicara dengan
bahasa.
Periode – periode sensorimotor
1. Periode 1 : Refleks (0 – 1 bulan)
2. Periode 2 : Kebiasaan (1 – 4 bulan)
3. Periode 3 : Reproduksi Kejadian Menarik (4 – 8 bulan)
4. Periode 4 : Koordinasi Skemata (8 – 12 bulan)
5. Periode 5 : Eksperimen (12 – 18 bulan)
6. Periode 6 : Representasi (18 – 24 bulan)
Secara garis besar periode – periode tahap senserimotor adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Periode tahap sensorimotor
Ciri Perkembangan Konsep Konsep
Periode Konsep Kausalitas
Kognitif Umum Benda Ruang
Refleks Refleks Belum ada Fragmentasi, Egosentris
(0-1 bulan) Tidak ada
pembedaan terpecah
kausalitas
Kebiasaan Kebiasaan Belum ada Mulai ada Belum ada
(1-4 bulan) - koordinasi tangan
pembedaan koordinasi pembedaan gerakan
dan mulut Kausalitas belum
gerakan diri ruang
- Ikuti benda yang
berkembang
dan benda luar
bergerak dan suara
Pembedaan
- Imitasi awal
awal
Reproduksi Ulangi hal-hal yang Konsep benda Ada Dirinya sebagai
kejadian menarik mulai ada koordinasi penyebab semua
- Koordinasi tangan Antisipasi
menarik ruang kejadian
(4-8 bulan) dan mata letak benda
- Perbedaan sarana
yang bergerak
dan tujuan Klasifikasi
- Pengertian dan
benda awal

3
pemahaman awal
Koordinasi Perbedaan sarana dan Permanesasi Konsep ruang Awal kausalitas
Skemata tujuan benda ada, tetapi dari luar
(8-12 - Menemukan sarana Mencari
masih
bulan) baru benda-benda
berpusat pada
- Koordinasi skemata
yang
dirinya
tersembunyi
Eksperime Penemuan sarana baru Permanesasi Sadar akan Dari sebagai benda
- Adaptasi pada
n benda hubungan di antara benda-
(12-18 situasi baru Tahu
antarbenda benda lain, sebagai
- Keingintahuan besar
bulan) pemindahan
dalam ruang, objek tindakan
benda
antarbenda
dan dirinya
Representa Representasi symbol Konsep benda Sadar akan Sebab akibat
si mulai lengkap gerakan disadari
(18-24 - Koordinasi internal Tahu benda
- Meniru model yang
bulan) yang tidak
baru atau yang tidak
tampak
ada di situ

b. Praoperasi (2 – 7 tahun)
Pada masa ini, anak mulai dapat menerima rangsangan, meski masih
sangat terbatas. Anak pun sudah masuk ke dalam lingkungan sosial. Ciri
tahapan ini adalah anak mulai bisa menggunakan operasi mental yang
jarang dan secara logika kurang memadai.
Anak juga masih tergolong “egosentris” karena hanya mampu
mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang diri sendiri dan kesulitan
melihat dari sudut pandang orang lain. Ia sudah dapat mengklasifikasikan
objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda berwarna
merah, walaupun bentuknya berbeda-beda
c. Operasi Konkret (8 – 11 tahun)
Di tahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-
peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam
bentuk-bentuk yang berbeda. Tetapi dalam tahapan konkret-operasional
masih mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan

4
aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata
lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa
adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan
masalah ini dengan baik.
Ia mampu memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan sistematis
sehingga ia mulai bisa belajar matematika dan membaca.
Pada tahapan ini pula sifat “egosentris” si anak menghilang secara
perlahan. Ia kini sudah mampu melihat suatu masalah atau kejadian dari
sudut pandang orang lain.
d. Operasi Formal (11 tahun – dewasa)
Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan menguasai
penalaran. Ia dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Ia
dapat memahami konsep yang bersifat abstrak seperti cinta dan nilai. ia juga
bisa melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, tetapi juga ada “gradasi
abu-abu” di antaranya. Kemampuan ini penting, karena akan membantunya
melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia
nyata.

Tabel 2. SkemaEmpatTahapPerkembnganKognitif Piaget


Tahap Umur CiriPokokPerkembangan
Sensorimotor 0 – 2 tahun Terbentuknya konsep
”kepermanenan obyek” dan
kemajuan gradual dalam perilaku
refleksif ke perilaku yang
mengarah pada tujuan
Praoperasi 2 – 7 tahun Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol
untuk menyatakan obyek-obyek
dunia. Pemikiran masih egosentris
dan sentrasi (dalam berpikir tidak
disarkan pada keputusan yang
logis melainkan didasarkan pada
keputusan yang dapat dilihat
seketika).
OperasiKonktret 7 – 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan
untuk berpikir secara logis.

5
Pengerjaan logis dapat dilakukan
dengan berorientasi pada obyek-
obyek atau peristiwa yang
langsung dialami oleh anak.
Kemampuan-kemampuan baru
termasuk penggunaan operasi-
operasi yang dapat balik.
Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi
desentrasi, dan pemecahan
masalah tidak begitu dibatasi oleh
keegosentrisan.
Operasi Formal 11 tahunkeatas Pemikiran abstrak dan murni
simbolis bisa dilakukan tanpa
kehadiran benda konkrit. Masalah-
masalah dapat dipecahkan melalui
penggunaan eksperimentasi
sistematis.
(Sumber: Trianto, 2009)

C. Perkembangan Kognitif Masa Anak-Anak


Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masa Kanak – Kanak Awal
a. Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal dari sekitar usia 2
sampai 7 tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum
siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang
mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap
kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan
representional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor.
Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah
anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu
suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan
sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak
adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang

6
merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal
dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu
suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu
aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang
telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan bagi
anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya.
Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak
terorganisasi secara baik. Fase prooperasional mencakup tiga aspek, yaitu:
1) Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek
dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara
fisik (nyata) di hadapan anak.Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia
2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk
menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Contoh
kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil
untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan
lainnya.
Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara
sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa
pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat
dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat
dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus
berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau
peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan
objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang
sebenarnya.Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah yang
mereka lihat dalamperjalanan mereka ke sirkus beberapa bulan yang
lalu.
2) Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar
atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang
sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara

7
pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran
itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan
bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Anak
berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa
sebagaimana yang mereka lakukan.Contoh: Clara menyadari bahwa
dia harus mebalik buku agar ayahnya dapat melihat gambar yang dia
minta untuk diterangkan. Dia malah memegang buku di depan
wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang dapat malihat buku tersebut
3) Berpikir Intuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan
sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak
mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. Subfase
berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut
subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannva
mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun balok
meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani tidak
mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun
meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan
untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu
kejadian.
c. Kemampuan Lain yang dikuasaianak
 MemahamiIdentitas
 Memahamisebabakibat
 Mampumengklasifikasi
 Memahamiangka
 Empati
 TeoriPikiran

2. Masa Kanak-Kanak Akhir


Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar
disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought),
artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata
atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan

8
kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran
anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya,
daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode
ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional
dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar
berada pada stadium belajar.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang
disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
1) Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami
hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda
atau keadaan yang lain.
2) Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui
hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
3) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan
benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk
mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut
ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang
memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia
sendiri bertindak secara nyata.

3. Masa Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget, merupakan
periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang
kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan
banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa

9
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang
adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan
memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang
untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget
membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek
yang di hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk
mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
 Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta
pengalaman yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan
kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang
benar-benar abstrak.
 Fleksibeldan Kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi
mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta membandingkan diri mereka
dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda dengan
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya
mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini
memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu
memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001).
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat
ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya,
termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali
remaja yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki
pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem
pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar
satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak

10
kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih
memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap
perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah
menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis
masalah dan mencari solusi terbaik.
 Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti,
dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai
suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Mulai mampu
mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu
masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-
masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara
sistematis.Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari
pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana
lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu
pengambilan keputusan pada remaja.

D. Perkembangan Kognitif Masa Dewasa


Dewasa, dalam bahasa inggris disebut dengan adults berasal dari dari
bentuk past participle dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna”. Kata dewasa juga disebut adolscene yang
memiliki arti “tumbuh menjadi kedewasaan”. Oleh karena itu, orang dewasa
adalah individu yang teah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima
kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock,
n.d.).
Pada masa dewasa perubahan fisik dan psikologis dapat dipetakan seperti
pada masa kanak-kanak dan remaja yang juga mencakup periode cukup lama
saat terjadinya perubahan fisik dan psikologis tertentu. Masa dewasa biasanya
dibagi berdasarkan pada perubahan-perubahan tersebut , bersama dengan
masalah-masalah penyesuaian diri dan tekanan serta harapan-harapan yang
timbul akibat perubahan tersebut. Menurut Elizabeth B Hurlock, Masa dewasa
dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

11
a. Masa Dewasa Awal (Dini)
Masa dewasa dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif.
b. Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60
tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik, kognitif, dan psikologis
yang jelas nampak pada setiap orang.
c. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut, atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai
kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun kemampuan
psikologis dan kognitif cepat menurun.
Pembagian diatas hanya menunjukkan umur rata-rata pria dan wanita mulai
menunjukkan perubahan dalam penampilan, minat, sikap, dan perilaku yang
karena lingkungan. Berdasarkan pembagian tersebut, perkembangan kognitif
masa dewasa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Masa Dewasa Awal
Perkembangan kognitif pada masa ini menunjukkan bahwa pemikiran
masa dewasa awal cenderung fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualis.
Menurut William Perry perubahan-perubahan penting tentang cara berpikir
orang dewasa muda berbeda dengan remaja. Ia percaya bahwa remaja sering
memandang dunia dalam dualisme pola polaritas mendasar, seperti benar atau
salah, kita atau mereka, dan baik atau buruk. Pada waktu kaum muda mulai
matang dan memasuki tahun-tahun masa dewasa, mereka mulai menyadari
perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang dipegang orang lain, yang
mengguncang pandangan dualistik mereka. Pemikirandualistik mereka
digantikan oleh pemikiran beragam, saat itu individu mulai memahami bahwa
orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban. Sedangkan, menurut
Turner dan Helms Perkembangan kognitif dewasa muda berada pada post
formal reasoning/penalaran post formal. Kemampuan ini ditandai dengan
pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought), yaitu kemampuan
untuk memahami, menganalisis, dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-
gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang
bersifat kontradiktif, sehingga individu mampu mensintesiskannya dalam
pemikiran baru dan kreatif.

12
2. Masa Dewasa Madya
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik
akhir puncaknya yang hampir sama dengan perkembangan tahap sebelumnya.
aspek dari kognisi yang telah diteliti lebih dari yang lain dalam hal ini adalah
daya ingat. Dari penelitian Craik (1997) ditemukan bahwa daya ingat
menurun pada usia dewasa tengah. Hal ini lebih mungkin terjadi ketika
memori jangka panjang (long term memory) lebih terlibat daripada memori
jangka pendek (short term memory).

Menurut Hultsch dan Smith (dalam Santrock, 2002), daya ingat juga
bisa menurun ketika organisasi dan pembayangan tidak digunakan. Daya
ingat juga cenderung menurun ketika informasi yang coba diingat adalah
informasi yang belum lama disimpan dan jarang digunakan .Daya ingat
cenderung menurun jika digunakan untuk mengingat (recall) daripada
mengenali (recognize). Daya ingat pada masa dewasa tengah juga akan
menurun apabila kondisi kesehatan kurang baik dan sikap individu yang
negatif. Dan akhirnya, daya ingat cenderung menurun jika diharapkan
mengingat (recall) daripada mengenali (recognize).
3. Masa Dewasa Akhir
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada
masa dewasa akhir. Selain itu, orang-orang dewasa lanjut kurang mampu
mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam
ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang
akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual
differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan
bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah
mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-
aktivitas yang abstrak atau sederhana, sehingga dapat membuat perbedaan
terhadap kecepatan pengolahan informasi pada masa dewasa akhir.

E. Perkembangan Kognitif Usia Lanjut


Usia lanjut merupakan bagian dari masa dewasa. Usia lanjut adalah masa
dewasa akhir. Oleh karena itu, usia lanjut dimulai dari umur 60 tahun keaatas
jika mengikuti pembagian masa dewasa Elizabet B. Hurlock. Pada masa ini

13
banyak penurunan fisik terjadi yang menyebabkan perubahan pada hal lain.
Perubahan tersebut pasti berdampak pada perkembangan kognitif orang tersebut.
Dalam hal belajar orang pada usia lanjut memerlukan waktu yang lebih
banyak. Hal ini dikarenakan banyak hal. Lansia mengalami penurunan kecepatan
dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif maupun deduktif.
Sebagian dari hal ini merupakan akibat dari sikap yang terlalu berhati-hati dalam
mengungkapkan alasan. Dari sisi kreativitas, lansia mengalami penurunan
kapasitas atau keinginan untuk berpikir. Kemampuan dalam mengingat ulang
banyak dipengaruhi oleh faktor usia dibanding pemahaman terhadap objek yang
ingin diungkapkan kembali. Berbeda dengan hal yang telah disebutkan,
kemampuan mengenang seseorang meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Namun, pembedaharaan kata dari lansia tetaplah menurun.
Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan
memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan
bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized intelligence = yaitu
sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki
individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan
yang mengalir (fluid intelligence = yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir
abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.

F. Perkembangan Kognitif Pada Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak cacat
memiliki karakteristik khusus dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Tipe anak berkebutuhan khusus bermacam-macam dengan
penyebutan yang sesuai dengan bagian diri anak yang mengalami hambatan baik
telah ada sejak lahir maupun karena kegagalan atau kecelakaan pada masa
tumbuh-kembangnya. Menurut Kauffman & Hallahan tipe-tipe kebutuhan
khusus yang selama ini menyita perhatian orangtua dan guru adalah (1)
tunagrahita (mental retardation) atau anak dengan hambatan perkembangan
(child with development impairment), (2) kesulitan Belajar (learning
disabilities) atau anak yang berprestasi rendah, (3) hiperaktif (Attention Deficit
Disorder with Hyperactive ), (4) tunalaras (Emotional and behavioral disorder),
(5) tunarungu wicara (communication disorder and deafness), (6) tunanetra atau

14
anak dengan hambatan penglihatan (Partially seing and legally blind), (7)
autistik, (8) tunadaksa (physical handicapped), dan (9) anak berbakat (giftedness
and special talents).
Dengan memiliki kebutuhan khusus perkembangan kognitif anak
berkebutuhan khusus jelas berbeda pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus
memerlukan bantuan dan dukungan untuk mengembangkan dirinya. Secara
singkat perkembangan kognitif anak berkebutuhan khusus dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya,
berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, walaupun telah diberi
pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan
khusus. Pada tunanetra mereka tidak mendapatkan pengalaman visual dan
taktik-taktik. Oleh karena itu, umumnya para tunanetra memiliki inteligensi
yang lebih rendah daripada umumnya.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
audio dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar
masih tetap memerlukan pelayanan khusus. Pada anak tunarungu mereka
memiliki karakteristik lambat dalam memperoleh informasi suara. Mereka
lebih mahir dalam menggunakan bahasa isyarat dan membaca gerak bibir
orang. Tunarungu juga lebih mengandalkan kemampuan verbal mereka
melalui penglihatan mereka.
3. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh
Anak tunadaksa adalah anak yang mempunyai kelainan ortopedik atau salah
satu bentuk berupa gangguan dari fungsi normal pada tulang, otot, dan
persendian yang bisa karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan,
sehingga apabila mau bergerak atau berjalan memerlukan alat bantu. Tidak
ada hubungan antara tingkat kecerdasan dan kecacatan, namun ada beberapa
kecenderungan adanyapenurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila
kecacatannya meningkat. Dari beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa
ternyata IQ anak tunadaksa rata-rata normal.

15
4. Berbakat/Cerdas Istimewa
Dalam konsep luas, anak berbakat istimewa cerdas istimewa akan mengarah
pada anak yang memilikikecakapan intelektual superior, yang secara
potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulanakademik di dalam
kelompok populasinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
cerdasmemiliki arti sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir,
mengerti atau memahami sesuatu), dan bakat adalah dasar (kepandaian, sifat,
dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Dari definisi tersebut, maka anak
berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak
rata-rata atau normal baik dalam kemampuan intelektual maupun non
intelektual sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus.
Pembagian anak cerdas istimewa adalah sebagai berikut:
a. Genius (IQ lebih dari 180)
Anak dalam kelompok ini memiliki kecerdasan yang sangat luar
biasa. Bakat dan keistimewaannya telah tampak sejak kecil, misalnya
sejak umur dua tahun sudah dapat membaca dan umur empat tahun bisa
berbahasa asing. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut:
daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis,
sangat kreatif dan suka menganalisis. Anak genius juga memiliki sifat-
sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri
(egosentris), temperamental, sehingga mudah menunjukkan emosi marah,
tidak mudah bergaul, senang menyendiri karenasibuk melakukan
penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
b. Gifted (IQ 140 – 179)
Anak dalam kelompok ini bakatnya juga sudah tampak sejak kecil
dan prestasi yang dimilikibiasanya melebihi teman sebayanya. Jika
dibandingkan dengan orang normal, kemampuanadjustment terhadap
berbagai problem hidup lebih baik yaitu suatu proses psikososial yang
berlangsung dengan cara mengelola tuntutan dalam keseharian dengan
memodifikasi diri dan lingkungan disekitarnya. Anak gifted di antaranya
memiliki karakteristik: mempunyai perhatianterhadap sains, serba ingin
tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
c. Sangat Superior (IQ 130 – 139)

16
Anak sangat superior berada pada tingkat tertinggi dalam kelompok
superior. Umumnya tidak ada perbedaan mencolok dengan kelompok
superior.
d. Superior (IQ 120 – 129)
Anak dalam kelompok ini memiliki prestasi belajar yang cukup
tinggi. Secara umum anak dalam kelompok ini juga memiliki
kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak pada
umumnya. Ciri-cirinya antara lain cakap dalam membaca dan berhitung,
perbendaharaan bahasanya luas, cepat memahami dibandingkan dengan
anak-anak yang termasuk kelompok pandai. Kesehatan dan ketahanan
fisiknya pun lebih baik daripada anak-anak normal.
5. Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami
hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata
sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi maupun sosial. Tingkat kecerdasan tunagrahita selalu dibawah
rata-rata anak yang berusia sama,perkembangan kecerdasannya juga sangat
terbatas. Mereka hanya mampu mencapai tingkat usia mental setingkat anak
SD kelas IV, atau kelas II, bahkan ada yang hanya mampu mencapai tingkat
usia mental anak pra sekolah.
6. Lamban belajar (slow learner) :
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa
hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan
dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang
tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh
waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-
tugas akademik maupun non akademik.
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus , terutama dalam
hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika.
Permasalahan tersebut diduga disebabkan karena faktor disfungsi neurologis,

17
bukan disebabkan karena faktor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada
yang di atas normal). Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa
kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia),
atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain
mereka tidak mengalami kesulitan yang berarti.
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami
kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang
mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi
bahasa, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang
mengalami gangguan komunikasi ini tidak selalu disebabkan karena faktor
ketunarunguan.
9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan
bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata anak dengan gangguan emosional dan tingkah laku memilikitingkat
inteligensi pada tingkat dull normal range (skor IQ berkisar pada angka 90),
dan hanya sedikit yang memiliki tingkat inteligensi di atas rata-rata.
Dibandingkan dengan distribusi normal inteligensi, kebanyakan anak dengan
gangguan emosional dan tingkah laku berada pada kategori slow learner dan
ketidakmampuan intelektual ringan (mild intellectual disability). Kebanyakan
anak yang memiliki gangguan emosional dan tingkah laku juga merupakan
anak yang tidak berprestasi (underachiever) disekolahnya.
10. ADHD/GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
ADHD/GPPH adalah sebuah gangguan yang muncul pada anak dan dapat
berlanjut hingga dewasa dengan gejala meliputi gangguan pemusatan
perhatian dan kesulitan untuk fokus, kesulitan mengontrol perilaku, dan
hiperaktif (overaktif). Gejala tersebut harus tampak sebelum usia 7 tahun dan
bertahan minimal selama 6 bulan. Di sekolah anak hiperaktif mendapatkan
kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugaskerjanya. Ia selalu mudah
bingung atau kacau pikirannya, tidak suka memperhatikan perintah atau

18
penjelasan gurunya, dan selalu tidak berhasil dalam melaksanakan tugas-
tugas pekerjaan sekolah, sangat sedikit mengeja huruf, tidak mampu meniru
huruf-huruf
11. Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, meliputi gangguan
komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imaginatif, yang mulai tampak
sebelum anak berusia tiga tahun, bahkan anak yang termasuk autisme infantil
gejalanya sudah muncul sejak lahir. Autisme memiliki pemikiran yang
didasarkan pada kebutuhan personal.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Piaget
faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalahsebagai berikut:
1. Hereditas
Hereditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang baru lahir
untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari itu, hereditas akan
mengatur waktu jalannya perkembangan pada tahuntahun mendatang.
2. Pengalaman
Pengalaman dengan hereditas fisik merupakan dasar perkembangan struktur
kognitif .dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman fisis dan logika
matematis.
3. Transmisi Sosial
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya
terhadap pola berpikir anak.
4. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap individu akan
terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan ketiga faktor tadi, yaitu
hereditas, pengalaman, dan transmisi sosial.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan
yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif
pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada
karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat
mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai
dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat
menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak
didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak,
setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus
memahami tentang perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik
perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan
kognitif masing-masing anak.

B. Saran
1. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat
ikut berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk
mengawasi perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik sesuai
karakteristik perkembangan kognitif anak.

DAFTAR PUSTAKA
20
Chamidah, A. N. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Desiningrum, D. N. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Psikosain.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung:
CV Pustaka Setia.
Hurlock, E. B. (n.d.). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (5th ed.). Retrieved from pustaka-indo.blogspot.com
Papalia, Dian.,dkk. 200. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi
Kesembilan. Jakarta: Kencana.
Rismariyanti, I. Perkembangan Kognitif Dewasa Awal. Diakses melalui
https://plus.google.com/113981612833618747794/posts/exsTE4YPDBT
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta:
Kanisius.
Santrock, J. W. 2014. A Topical Approach to Life-Span Development (8th ed). New
York: McGraw-Hill Education.
Teori Piaget. Diakses dari https://inoerofik.files.wordpress.com/2014/11/teori-
piaget.pdf.

21

Anda mungkin juga menyukai