Anda di halaman 1dari 4

RESUME 4

PENGEMBANGAN BAKAT DAN KREATIVITAS

Dosen Pengampu :
Dr. Nurhastuti, S.Pd.,M.Pd.

Disusun
O
L
E
H

Annisa
20003048

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pengembangan Kreativitas
A. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme adalah teori yang didasarkan pada observasi
dan studi ilmiah tentang bagaimana orang belajar. Dalam konstruktivisme, pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya memiliki peran utama dalam proses aktif membangun pengetahuan
yang baru. Artinya, individu tidak hanya menerima informasi secara pasif, melainkan melalui
interaksi dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Sehingga,
konstrusi pengetahuan baru dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya (Liu, 2010).
B. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme
a. Kelebihan Teori Pendekatan Konstruktivisme
1. Dalam proses pembelajaran, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.
2. Siswa dalam pembelajaran harus lebih aktif dan kreatif.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
4. Pembelajaran memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengaitkan ilmu-ilmu yang
mereka peroleh baik di lingkungan sekitar maupun di sekolah sehingga dapat terbentuk
konsep yang diharapkan
5. Dalam pembelajaran, perbedaan individual diukur dan dihargai.
6. Pendekatan guru adalah dengan membangun proses pembinaan pengetahuan baru,
sedangkan siswa diajarkan untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah dan membuat
keputusan.
b. Kekurangan teori Pendekatan Konstruktivisme
Menurut Maarif (2014) menjelaskan bahwa kelemahan dari pendekatan
konstruktivisme) diantaranya yaitu:
1. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri namun dapat menghasilkan
miskonsepsi, dimana miskonsepsi adalah kesalahan pemahaman atau pemikiran yang
muncul saat mencoba memahami atau mempelajarai suatu konsep atau topik tertentu,
2. Konstruktivis menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda;
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah yang tidak sama. Artinya tidak semua sekolah memiliki
sarana prasarana yang memadai untuk mendukung keaktifan dan kreativitas siswa.
C. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Menurut Konstruktivisme
Menurut Widodo (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip dasar yang
menjadi inti pandangan konstruktivisme tentang pengetahuan. Prinsip tersebut meliputi:
1. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia dan bukan sepenuhnya representasi
suatu fenomena atau benda.
2. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan terbentuk dalam suatu
konteks sosial tertentu. Oleh karena itu pengetahuan terpengaruh kekuatan sosial
(ideologi, agama, politik, kepentingan suatu kelompok, dsb) dimana pengetahuan itu
terbentuk.
3. Pengetahuan bersifat tentatif. Sebagai konstruksi manusia, kebenaran pengetahuan
tidaklah mutlak tetapi bersifat tentatif dan senantiasa berubah. Sejarah telah
membuktikan bahwa sesuatu yang diyakini “benar” pada suatu masa ternyata “salah”
di masa selanjutnya.
D. Tahap-Tahap dalam Pendekatan Konstruktivisme
Adapun implikasi dari pembelajaran model konstruktivisme meliputi empat tahapan,
yaitu apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep serta pengembangan konsep dan
aplikasi. Berikut penjelasan tahap-tahap model konstruktivisme.
E. Proses Belajar Menurut Konstruktivisme
a. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jikadipandang dari
pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah
dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui prosesasimilasi dan
akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya.
b. Peranan siswa.
c. Peranan guru.
d. Sarana belajar.
e. Evaluasi.
DAFTAR REFERENSI:
Lihu, M. A., & Zulfikar, R. N. (2021). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
dengan Pendekatan Konstruktivisme. MEGA: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 50-
58.
Suparlan, S. (2019). Teori konstruktivisme dalam pembelajaran. Islamika, 1(2), 79-88.

Anda mungkin juga menyukai