Anda di halaman 1dari 7

Resume pertemuan 2

“Bina Komunikasi Persepsi


Bunyi dan Irama”

Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd

Di Susun oleh :
Agus Mus Thofa (21003256)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2022
Sarana dan Prasarana BKPBI
➢ Pelaksanaan program BKPBI perlu didukung sarana yang memadai pula agar hasil yang
dicapai dapat maksimal, sarana BKPBI mencakup :
1. Ruang Khusus untuk kegiatan pembelajaran yang sebaiknya dilengkapi dengan
medan pengantar bunyi (sistem looping).
2. Perlengkapan terdiri atas perlengkapan nonelektronik dan perlengkapan elektronik.
3. Alat-alat penunjang yaitu perlengkapan bermain.
4. Tenaga khusus pelaksana BKPBI hendaknya memenuhi beberapa persyaratan,
antara lain memiliki latar belakang pendidikan guru anak tunarungu, memiliki
dasar pengetahuan tentang musik, dan memiliki kreativitas dalam bidang seni tari dan
musik.
➢ Desain Ruang BKPBI
➢ Persyaratan Ruang BKPBI
➢ Kelengkapan Sarana Prasarana BKPBI
➢ Kelengkapan Penunjang
➢ Ruang Bina Wicara
➢ Ruang Kelas Memadai
➢ Penggunaan Alat Bantu Dengar & Penunjang Lainnya

Prinsip Pelaksanaan BKPBI


➢ Prinsip umum pembelajaran BKPBI
Prinsip umum dalam pembelajaran BKPBI dimaksudkan sebagai kerangka pikir dan tindakan
yang dapat dijadikan petunjuk umum bagi guru. Bambang Nugroho (2002), mengemukakan
ada 6 prinsip umum yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran BKPBI, yaitu :
a) anak tunarungu harus secara terus-menerus dimasukkan kedalam dunia bunyi,
b) BKPBI hendaknya diberikan sedini mungkin (sisa pendengaran perlu diberikan rangsangan
terus-menerus dan teratur),
c) memperhatikan prinsip umpan balik( prinsip cibernatik ) dalam dunia bunyi,

d) hendaknya menggunakan pendekatan multisensory,


e) BKPBI dilaksanakan secara sistematis teratur, berkesinambungan, terprogram baik
materinya maupun jumlah waktu yang dibutuhkan,
f) BKPBI merupakan bagian integral dari proses pemerolehan bahasa anak tunarungu.
➢ Prinsip khusus pembelajaran BKPBI
a) Prinsip cybernetika, menekankan bahwa dalam pembelajaran BKPBI, guru harus
mengembangkan komunikasi secara aktif dengan anak tunarungu dalam memadukan
bunyi yang dipersepsinya menjadi sebuah konsep yang dapat dikembangkan.
Pengembangan konsep bunyi pada anak tunarungu melalui umpan balik, guru dapat
memadukan antara bunyi ke dalam gerak dan irama. dipersepsikannya.
b) Prinsip kontras , dalam pembelajaran BKPBI mengandung makna bahwa dalam melatih
bunyi-bunyian pada anak tunarungu, berdasarkan sifat dari bunyi yang dipersespsikan.
Dalam hal ini, guru harus melatih anak tunarungu untuk memperkenalkan bunyi-bunyian
secara kontras, seperti bunyi yang keras dengan bunyi yang lemah, bunyi dengan nada
yang tinggi dengan bunyi nada yang rendah. Dalam konteks ini, ketika mengajarkan
BKPBI, guru harus mampu memberikan berbagai jenis bunyi-bunyian secara variasi dan
kontras, misalnya guru mengajak anak tunarungu untuk mendeteksi bunyi meja yang
dipukul dengan suara pesawat terbang, suara piano dalam nada yang tinggi dengan nada
yang rendah.
c) Prinsip individualitas, dalam pembelajaran BKPBI mengandung makna bahwa ketika
melaksanakan pembelajaran BKPBI, guru harus mempertimbangkan dan mengakomodir
keunikan individu setiap anak tunarungu.
d) Prinsip keterpaduan Layanan BKPBI adalah layanan khusus yang merupakan suatu
kesatuan antara pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa pendengaran untuk
mempersepsi bunyi dan irama.
Dalam pandangan lainnya yang dikemukan oleh Hermanto (2010), membagi prinsip-prinsip
pembelajaran BKPBI menjadi prinsip tradisional dan modern.
➢ Prinsip-prinsip tradisional dalam pembelajaran BKPBI sebagai berikut :
1. Semua anak tunarungu (bila tidak ada kelainan tambahan), dapat menghayati bunyi
melalui sisa pendengaran maupun bagian tubuh lainnya, maka BKPBI justru diperuntukan
bagi ATR yang tergolong tuli lebih 90 dB.
2. Agar menjadi sadar bunyi, maka perlu dilibatkan serta dibina kemampuan vibrasi atau
getaran dalam tubuh mereka terutama pada tahap awal latihan, getaran ini akan
mengubah kesadaran anak akan bunyi.
3. Agar BKPBI lebih berhasil maka perlu diupayakan agar anak tunarungu mempunyai
hubungan dengan bunyi maka perlu penggunaan ABD yang berfungsi secara kontinyu.
4. Latihan BKPBI harus mengupayakan terjadinya satu kesatuan yang utuh antara
kemampuan anak tuli untuk menangkap gelombang bunyi/suara lewat vibrasi dan sisa
pendengaran. Jadi ATR tidak dituntut ―mendengar‖ melainkan mempersepsikan bunyi.
5. Dasar pelaksanaan PKPBI adalah umpan balik atau sibernetik
6. Penyadaran terhadap bunyi harus dilakukan sedini mungkin.
7. Latihan penyadaran bunyi perlu dilakukan secara bermakna.
8. Setelah anak tunarungu sadar bunyi/mampu mendeteksi maka dapat dimulai latihan
diskriminasi/membedakan antar sumber bunyi dan sifat bunyi.
9. Latihan harus dilakukan secara sistematis, teratur dan berkesinambungan.
10. Bagi yang berat maka diperlukan pendekatan multisensoris.
➢ Prinsip-prinsip modern dalam pembelajaran BKPBI sebagai berikut :
1. PKPBI atau latihan mendengar dapat dipandang sebagai satu seri latihan yang terstruktur
yang ditata dari yang sederhana sampai yang kompleks meliputi deteksi, diskriminasi,
pengenalan dan pemahaman wicara. Khusus anak tunarungu berat, latihan keterampilan
deteksi bunyi terlebih dahulu sebelum latihan diskriminasi, pengenalan dan pemahaman.
2. Latihan mendengar perlu dikaitkan secara erat dengan perkembangan kognitif, bahasa,
dan motorik anak.
3. Latihan pendengaran perlu mempertimbangan kebutuhan perorangan setiap anak

(kognitif, bahasa, atau tingkat ketunarunguan). Untuk itu silabinya juga harus mengarah
pada individual.
4. Latihan mendengar perlu dibedakan dari pengalaman mendengar. (sedang dan berat)
5. Latihan mendengar bisa mencakup deteksi, diskriminasi, pengenalan, pemahaman dan
menikmati bunyi non bahasa.
6. Perlu didukung kondisi akustik yang optimal, yaitu penggunaan Alat Bantu Dengar (ABD)
yang kuat dan sesuai.
7. Anak Tunarungu berat terutama yang memiliki sisa pendengaran yang rentang
frekuensinya terbatas tidak selalu akan mampu menyimak bahasa lisan melalui
pengalaman dan latihan mendengar
8. Sejalan dengan pendapat Van Uden dianjurkan latihan sejak dini.
9. Agar keterampilan menyimak berkembang maka guru, orang tua menyediakan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya pengalaman dan latihan mendengar.
10. Senada Van Uden, Hyde menganjurkan latihan mendengar dilakukan bersamaan dengan
latihan wicara dalam satu pelajaran.

Rambu-Rambu Pelaksanaan BKPBI


1. Standar kompetensi dan kompetensi dasar program BKPBI yang telah dirumuskan untuk
satuan pendidikan SDLB dan SMPLB akan dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan (kondisi sarana siswa dan tenaga) Guru diberi wewenang untuk menentukan
kompetensi mana yang sesuai dengan kondisi siswa.
2. Materi pokok dari standar kompetensi ini telah diurutkan sesuai dengan prinsip dasar BKPBI
yang mulai dengan mendeteksi ada dan tidak adanya bunyi, mendiskriminasi,
mengidentifikasi bunyi dan mengkomprehensi makna bunyi bahasa.
3. Standar kompetensi ini dapat dipakai secara fleksibel, kapanpun dan usia berapapun siswa
mulai diterima di sekolah. Hal yang penting adalah BKPBI harus dilaksanakan hingga ke tahap
akhir kegiatan. Kompetensi dasar dibelajarkan secara terstruktur dan continue. Jadi standar
kompetensi ini tidak tergantung pada urutan jenjang satuan pendidikan dan umur anak
4. Inisiatif dan kreatifitas guru dalam kegiatan pembelajaran sangat diharapkan agar BKPBI
menarik, menantang, menyenagkan bagi siswa dan hasilnya memuaskan. Oleh karena itu
perlu:
a) Mempertimbangkan tarap ketunarunguan masing-masing siswa, agar guru dapat
memperlakukan siswa secara adil sesuai dengan sisa pendengarannya
b) Memperhatikan kondisi alat bantu mendengar yang dipakai siswa, apakah saat berlatih
siswa memakai alat bantu mendengar atau tidak. Bagi yang memakai alat bantu
mendengar periksalah apakah berfungsi baik atau tidak
c) Mempertibangkan kecerdasan dan daya ingat masing-masing siswa
d) Memperhatikan keadaan dan perkembangan motorik siswa
5. Lewat latihan BKPBI guru sekaligus melatih keterampilan bahasa saat melaksanakan BPBI
bahasa
6. Latihan BKPBI hendaknya tidak terbatas pada jam pelajaran BKPBI, tetapi melintas ke semua

matapelajaran yang berlangsung sepanjang hari, bahkan diluar kelas


7. Agar tujuan tercapai, perlu dilaksanakan penilaian secara objektif dan secara kualitatif sesuai
dengan: a. Kompetensi dasar
b. Sisa pendengaran siswa dan kondisi ABM saat latihan
c. Kecerdasan siswa
d. Metode dan pendekatan yang tepat
e. Pilihan sumber bunyi dan peralatan penunjang yang tepat.

Program Pelaksanaan BKPBI


1. Materi
Cakupan materi BKPBI secara ringkas dapat disusun secara berjenjang, mulai dari
penghayatan bunyi yang sifatnya paling primitif sampai dengan bunyi sebagai lambang yang
paling tinggi nilainya, yaitu:
1) Taraf penghayatan bunyi primitif atau taraf penghayatan bunyi – bunyi latar belakang
2) Taraf pengahayatan bunyi sebagai isyarat atau tanda, termasuk bunyi – bunyi alat musik
3) Taraf pengahayatan bunyi yang tertinggi, yaitu penghayatan bunyi bahasa atau cakapan
yang terjadi saat ada interaksi antar manusia
2. Pentahapan BKPBI Adapun tahapan-tahapan BKPBI meliputi:
1) Tahapan deteksi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam menyadari ada dan tidak adanya
bunyi, dengan menggunakan atau tanpa menggunakan ABM
2) Tahap deskriminasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam membedakan berbagai macam
sifat bunyi, menghitung bunyi, mencari arah bunyi, membedakan sumber bunyi,
membedakan birama/,membedakan irama musik baik memakai ABM atau tanpa ABM.
3) Tahap identifikasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam mengenali cirri-ciri berbagai
macam sumber bunyi dan berbagai sifat bunyi dengan menggunakan ABM
4) Tahap komprehensi, yaitu kemampuan anak dalam memahami makna berbagai macam
bunyi terutama bunyi bahasa.
3. Metode dan Pendekatan Pelaksanaan BKPBI tak boleh terlepas dari pengajaran bahasa , maka
latihan BKPBI musik selalu diakhiri dengan latihan BKPBI bahasa. Oleh karena itu pemilihan
metode sebaiknya dikaitkan dengan metode yang dipergunakan dalam pengajaran bahasa.
Metode yang dianjurkan untuk pelaksanaan BKPBI terutama percakapan, ditunjang berbagai
metode yang relevan, yaitu: - Permainan - Demonstrasi - Imitasi - Pemberian tugas -
Observasi dengan cara mengamati respon anak terhadap rangsangan bunyi.
Prosedur Pelaksanaan BKPBI

Adapun tahapan-tahapan BKPBI meliputi:

1) Tahapan deteksi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam menyadari ada dan tidak adanya bunyi,
dengan menggunakan atau tanpa menggunakan ABM

2) Tahap deskriminasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam membedakan berbagai macam sifat
bunyi, menghitung bunyi, mencari arah bunyi, membedakan sumber bunyi, membedakan
birama/,membedakan irama musik baik memakai ABM atau tanpa ABM.

3) Tahap identifikasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam mengenali cirri-ciri berbagai macam
sumber bunyi dan berbagai sifat bunyi dengan menggunakan ABM 4. Tahap komprehensi,
yaitu kemampuan anak dalam memahami makna berbagai macam bunyi terutama bunyi
bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Sensus, Agus I. 2016. Modul guru pembelajar SLB tunarungu kelompok kompetensi C.
Bandung: PPPPTK dan PLB Bandung

https://pdfcoffee.com/pel-gpk-bkpbi-pdf-free.html

https://docplayer.info/31349887-Laporan-pelaksanaan-bina-komunikasi-persepsi-bunyi-
dan-irama-bkpbi-di-slb-b-dena-upakara-wonosobo.html

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299486/pendidikan/BPBI+BAHAN+KULI.pdf

Anda mungkin juga menyukai