Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROSES SOSIAL DALAM DINAMIKA PSIKOLOGI ABK

Dosen Pengampu:

Ns. Setia Budi, M. Kep, S. Kep

OLEH KELOMPOK 2

Sustari 20003035

Mia Audina 20003126

Miftahul Jannah 20003127

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Ns.
Setia Budi, M. Kep, S. Kep. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Proses Sosial Dalam Dinamika Psikologi ABK
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulisan makalah telah penulis lakukan sebaik mungkin, namun karena


keterbatasan ilmu dan penulisan, maka masih banyak kekurangan dan kekeliruan
dalam makalah.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan serta saran bagi
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya pihak-pihak
yang membatu serta mendukung dalam menyusunnya,untuk itu kami ucapkan
terima kasih kepada:

1. Orang tua, atas dukungan dan doa-doa yang selalu mengalir dan
memberikan kehangatan dalam setiap langkahnya
2. Keluarga , atas segala doanya yang selalu membuat kami semangat dalam
mengerjakan tugas
3. Dosen Pengampu, atas segala dukungan dan saran yang diberikan selama
pembuatan tugas-tugas
4. Teman-teman, yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Padang, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ................................................................................... i

DAFTAR ISI.. ................................................................................................ ii

BAB I.. ............................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG.. .....................................................................1

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT.. ............................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.. ................................................................. 4

2.1 FAKTOR EKOLOGIS BAGI DINAMIKA PSIKOLOGIS

ABK.. .................................................................................................. 4

2.2 FAKTOR EKOLOGIS DAN SOSIAL BAGI DINAMIKA

PSIKOLOGI ABK ............................................................................ 7

BAB III. PENUTUP.. ..................................................................................... 11

3.1 KESIMPULAN.................................................................................. 11

3.2 SARAN.. ............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA.. ................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang
tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun
rohani. Tetapi harapan tersebut tidak selalu dapat terwujud. Kenyataan
bahwa anak yang dimiliki tidaklah sama dengan anak-anak lain pada
umumnya, Anak yang dimiliki ternyata spesial dibandingkan anak-anak
lainnya. Hal inilah yang tidak bisa dihindari oleh orang tua manapun.
Beberapa orang tua memunculkan reaksi bervariasi atas kehendak Tuhan
tersebut, bahwa anaknya mengalami gangguan. Dalam hal ini bisa
dikatakan Anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus
adalah seorang anak yang memerlukan layanan dan perhatian khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Yang termasuk
kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila
individu dengan individu dan kelompok dengan kelompok sosial saling
bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau
apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial
dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi
kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara social
dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan seni,seni dengan
budaya, dan seterusnya.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga memiliki masalah dengan
tingkat sosioemosionalnya. Emosi yang mereka miliki cenderung tidak

1
stabil dan terganggu. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh lingkungan
sosial yang mereka dapatkan. Apabila seoarang anak yang memiliki
kebutuhan khusus tersebut dapat diperlakukan dengan baik, maka
pertumbuhannya akan baik juga atau sebaliknya dan ini sangat
berpengaruh terhadap emosi anak tersebut. Tugas guru di sekolah yaitu
menciptakan lingkungan yang senyaman mungkin agar anak berkebutuhan
khusus (ABK) ini merasa nyaman dan keberadaannya tidak terusik karena
keterbatasan yang mereka miliki. Mereka harus merasa bahwa mereka itu
penting dan merupakan seseorang yang dibutuhkan di dalam kehidupan
dan berguna juga dimanapun mereka berada termasuk di lingkungan
masyarakat. Penanaman mindset seperti itu sangat penting diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus agar mereka tidak merasa minder atau
kurang percaya diri. Kaplan, dkk (1993:142) menjelaskan bahwa
dukungan sosial dapat berperan sebagai pelindung dari serangan penyakit,
sehingga pemberian dukungan bagi ABK dapat mengurangi beban yang
timbul akibat keterbatasan yang di alami. Disamping itu dukungan sosial
juga bermanfaat pada kesejahteraan seseorang, tidak peduli berapa banyak
masalah atau stres yang dialami oleh individu.

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

A. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi


salah satu tugas mata kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus
yang memiliki tema berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus
yaitu Proses Sosial Dalam Dinamika Psikologi ABK yang
selanjutnya dapat diuraikan dalam makalah ini.

B. MANFAAT

2
Terlepas dari tujuan itu sendiri makalah ini dibuat dengan manfaat
agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca pada
umumnya. Khususnya untuk kami sebagai calon pendidik anak
berkebutuhan khusus yang akan terjun kelapangan dikemudian hari
dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus dapat
bertambah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FAKTOR EKOLOGIS BAGI DINAMIKA PSIKOLOGIS ABK

Secara Psikologis, lingkungan mencakup segala stimulasi yang


diterima oleh individu mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran, sampai
matinya. Stimulasi itu misalnya, berupa sifat genius, interaksi genius,
selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan,
emosi, dan kapasitas intelektual. Teori ekologi merupakan sebuah teori
yang menekankan pada pengaruh lingkungan dalam perkembangan setiap
individu di mana perkembangan peserta didik merupakan hasil interaksi
antara alam sekitar dengan peserta didik tersebut. Dalam konteks ini,
interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitar dinilai secara
signifikan dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Teori ekologi perkembangan merupakan salah satu teori
yang mencoba menguraikan pengembangkan pendidikan karakter anak
dengan pendekatan ekologi.
Teori ekologi diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang
ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat.26 Teori ekologi
memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks
lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan
tempat tinggal anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan
mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. Bronfenbrenner
menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling
berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan
kronosistem.
Satu hal yang terpenting dalam teori ekologi Brofenbenner
adalah bahwa pengkajian perkembangan anak dari subsistem manapun,
harus berpusat pada anak, artinya pengalaman hidup anak yang dianggap

4
menjadi penggerak utama bagi perkembangan karakter dan habitnya di
kemudian hari. Masing-masing subsistem dalam teori Brefenbrenner
tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:

a) Mikrosistem
Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat
dengan pribadi peserta didik yaitu meliputi keluarga, guru, individu,
teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan hal-
hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam
mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan
agen-agen sosial tersebut. Individu tidak dipandang sebagai
penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi individu
bahkan ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini.
Karakteristik individu dan karakteristik lingkungan akan
berkontribusi dalam proses interaktif yang terjadi, sehingga
membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga terutama
orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen sosialisasi
terdekat dalam kehidupan setiap individu, sehingga keluarga
mempunyai pengaruh besar pada pembentukan karakter dan habit
seseorang.

b) Mesosistem
Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di
mana masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan
berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain. Misalnya
hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah,
pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan
pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya, serta
hubungan keluarga dengan tetangga. Dalam kaitannya dengan
proses pendidikan, tentunya pengalaman apapun yang didapatkan
oleh peserta didik di rumah akan ikut mempengaruhi kondisi peserta
didik di sekolah baik secara langsung maupun tidak. Sebagai

5
contoh, ada tidaknya dukungan atau perhatian keluarga terhadap
kebutuhan literasi tentunya akan mempengaruhi kinerja peserta
didik di sekolah. Sebaliknya, dukungan sekolah dan keluarga akan
mempengaruhi seberapa jauh peserta didik akan menghargai
pentingnya literasi

c) Ekosistem
Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana
anak tidak terlibat interaksi secara langsung, akan tetapi dapat
berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sebagai contoh,
jam kerja orangtua bertambah yang menyebabkan peserta didik
kehilangan interaksi dengan orangtuanya sehingga kurangnya
keterlibatan orangtua dalam pola asuh tersebut tentunya
mempengaruhi perkembangan anak. Subsistem dari eksosistem lain
yang secara tidak langsung menyentuh pribadi peserta didik akan
tetapi berpengaruh besar adalah koran, televisi, dokter, keluarga
besar, dan lain sebagainya.

d) Makrosistem
Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari
lingkungan anak. Subsistem makrosistem terdiri dari ideologi
negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya,
nilai masyarakat secara umum, dan lain sebagainya, di mana
individu berada. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapisan
makrosistem tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi
di semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat
menggariskan bahwa orangtua bertanggungjawab untuk
membesarkan anak-anaknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi
struktur di mana orangtua akan menjalankan fungsi
psikoedukasinya. Menurut Berk, budaya yang dimaksud dalam
subsistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua
produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke

6
generasi.

e) Kronosistem
Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu
ke waktu beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan
perilaku. Contohnya seperti perkembangan teknologi dengan
produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget, membuat
peserta didik mahir, nyaman, dan terbiasa menggunakannya untuk
pendidikan maupun hiburan. Demikian halnya dengan maraknya
fenomena wanita karir akibat industrialisasi, telah mengubah
kehidupan keluarga. Perhatian ibu terhadap anak menjadi
berkurang. Kronosistem meliputi keterpolaan peristiwaperistiwa
sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris.

2.2 FAKTOR EKOLOGIS DAN SOSIAL BAGI DINAMIKA PSIKOLOGIS


ABK

Teori ekologi diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang


ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat. Teori ekologi
memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks
lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan
tempat tinggal anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan
mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. Bronfenbrenner
menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling
berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan
kronosistem.
Secara Sosio Cultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi,
interaksi, dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan
ataupun karya orang lain. Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan
yang dapat menunjang suatu proses kependidikan atau bahkan secara
langsung digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Perkembangan normal atau abnormal (hambatan perkembangan) pada anak

7
tergantung pada kondisi sosial dan lingkungannya termasuk keluarga,
teman-teman, dan konteks sosial budaya yang lebih luas. Untuk lebih
mudah memahami perspektif ini kita dapat menggunakan bantuan teori
ekologi Urie Brofenbrenner.
Perspektif-perspektif tersebut diatas akan lebih baik jika
digunakan secara terintegrasi dalam memandang sebab munculnya
hambatan perkembangan atau abnormalitas. Dengan pandangan yang
integratif kita akan lebih kaya dan berhati-hati dalam mengidentifikasi
mana penyebab-penyebab baik utama (major problem) maupun penyerta
(komorbid) dan akibat dari abnormalitas anak karena antara sebab dan
akibat dalam abnormalitas atau hambatan perkembangan saling
mempengaruhi sebagaimana penjelasan asumsi developmental disability is
multiply determined.

Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus, Keluarga sebagai sebuah


sistem sosial/ekologikal dibentuk oleh sekumpulan tujuan, keyakinan
kultural, peran orang tua dan anak, harapan, dan kondisi sosioekonomi
(Cook, Cook, memberikan segala yang terbaik bagi anak mereka & Tran,
1997; Danseco, 1997; Fine& Simpson, 2000; yang berkebutuhankhusus.
Howie, 1999, Sontag, 1996; Turbiville, 1997, dalam Tujuan tulisan ini
yakni untuk memberikan Hardman, dkk, 2002). Mengacu pada teori
ekologi, konsep ekologi dapat diterapkan pada manusia. Ekologi manusia
meliputi konteks bagaimana memperoleh dukungan sosial yang biologis,
psikologis, sosial, dan budaya berinteraksi dengan seseorang yang sedang
berkembang dan memberikan konsekuensi atas proses yang dijalaninya
(misalnya: persepsi, belajar, perilaku) yang berkembang dari waktu ke
waktu (Bronfenbrenner & Morris, 1998, dalam Berns, 2007).

1) Perspektif Biologis
Perspektif biologis menjelaskan sebab munculnya
hambatan perkembangan karena faktor genetik dan
neurobiologis. Gen yang berisi informasi genetik dengan

8
benang-benang DNA-nya akan memproduksi protein yang
mempengaruhi salah satunya fungsi kerja otak. Fungsi kerja
otak sangat bergantung pada berbagai senyawa protein yang
disebut dengan biochemical & neurohormones, yang
berinteraksi dalam mempengaruhi pengalaman psikologis
seseorang. Pengalaman psikologis ini akan membawa individu
dalam merespon lingkungannya dengan cara-cara yang unik.
Pengaruh gen dalam menjelaskan sebab munculnya hambatan
perkembangan juga dapat dipelajari dari susunan kromosom
dalam benang DNA. Kromosom yang mengalami kegagalan
membelah atau bertautan dapat menyebabkan munculnya
gangguan atau hambatan perkembangan misalnya : down
sindrom.

2) Perspektif Psikologis
Perspektif psikologis memandang bahwa reaksi dan
regulasi emosi merupakan aspek utama dari perkembangan yang
mempengaruhi kualitas interaksi sosial seseorang. Jika
seseorang tidak memiliki kemampuan dalam mengelola dan
meregulasi emosi maka ia akan kesulitan dalam berinteraksi
sosial secara berkualitas. Hal ini menjadi penyebab munculnya
perilaku maladpatif (abnormal). Selain itu, perspektif psikologis
menyediakan pendekatan belajar (Skinner, Pavlov, dan
Bandura) untuk memahami sebab munculnya hambatan
perkembangan (abnormalitas) yaitu bahwa abnormalitas atau
hambatan perkembangan dapat muncul karena dipelajari.
Perspektif psikologis dengan pendekatan teori belajar Skinner
misalnya memandang bahwa abnormalitas atau hambatan
perkembangan dapat muncul karena adanya penguatan terhadap
perilaku anak (reward dan atau punishment). Contohnya jika
anak menginginkan sesuatu dengan cara marah (berteriak) dan
lingkungan mendukung/ memberikan apa yang dia inginkan

9
maka ia akan belajar bahwa untuk mendapatkan apa yang
diinginkan ia harus marah (dari intensitas kecil sampai besar).
Perilaku marah akan menjadi maladaptive yang kemudian
berkembang menjadi gangguan atau psikopatologis atau
abnormal. Teori belajar sosial Bandura juga menyatakan hal yag
serupa bahwa perilaku abnormal muncul karena dipelajari salah
satunya melalui pengamatan terhadap lingkungannya atau
dengan kata lain melalui imitasi.

3) Perspektif keluarga, sosial, dan budaya


Perkembangan normal atau abnormal (hambatan
perkembangan) pada anak tergantung pada kondisi sosial dan
lingkungannya termasuk keluarga, teman-teman, dan konteks
sosial budaya yang lebih luas. Untuk lebih mudah memahami
perspektif ini kita dapat menggunakan bantuan teori ekologi
Urie Brofenbrenner. Teori iini digunakan secara terintegrasi
dalam memandang sebab munculnya hambatan perkembangan
atau abnormalitas. Dengan pandangan yang integratif kita akan
lebih kaya dan berhati-hati dalam mengidentifikasi mana
penyebab-penyebab baik utama (major problem) maupun
penyerta (komorbid) dan akibat dari abnormalitas anak karena
antara sebab dan akibat dalam abnormalitas atau hambatan
perkembangan saling mempengaruhi sebagaimana penjelasan
asumsi developmental disability is multiply determined.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Teori ekologi perkembangan merupakan salah satu teori yang mencoba
menguraikan pengembangkan pendidikan karakter anak dengan pendekatan
ekologi. Teori ekologi diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang
ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat.26 Teori ekologi
memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks
lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan
tempat tinggal anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan
mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. Mengacu pada teori
ekologi, konsep ekologi dapat diterapkan pada manusia. Ekologi manusia
meliputi konteks bagaimana memperoleh dukungan sosial yang biologis,
psikologis, sosial, dan budaya berinteraksi dengan seseorang yang sedang
berkembang dan memberikan konsekuensi atas proses yang dijalaninya
(misalnya: persepsi, belajar, perilaku) yang berkembang dari waktu ke
waktu (Bronfenbrenner & Morris, 1998, dalam Berns, 2007).

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan


kesalahan. Baik dalam penulisan, penyusunan kalimatnya, dan dari isi masih
banyak yang perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kepada
para pembaca makalah ini untuk dapat memberikan kritikan dan masukan
yang bersifat membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z., & Pendahulun, A. (2013). Paradigma Pendidikan Inklusif sebagai


Upaya Memperluas Akses dan Perbaikan Mutu Pendidikan. Jassi Anakku,
12(2), 171–180.
Antawati, D. I., & Murdiyani, H. (2013). Dinamika Psikologis Pembentukan
Parenting Self Efficacy Pada Orangtua Penyandang Tunarungu Yang
Memiliki Anak Berpendengaran Normal. Jurnal Psikologi Teori Dan
Terapan, 4(1), 31. https://doi.org/10.26740/jptt.v4n1.p31-47
Haris Zubaidillah. (2018). TEORI-TEORI EKOLOGI, PSIKOLOGI, DAN
SOSIOLOGI UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
ISLAM Muh. Computers and Industrial Engineering, 2(January), 6.
http://ieeeauthorcenter.ieee.org/wp-content/uploads/IEEE-Reference-
Guide.pdf%0Ahttp://wwwlib.murdoch.edu.au/find/citation/ieee.html%0Ahtt
ps://doi.org/10.1016/j.cie.2019.07.022%0Ahttps://github.com/ethereum/wiki/
wiki/White-Paper%0Ahttps://tore.tuhh.de/hand
Hidayah, N., Suyadi, Akbar, S. A., Yudana, A., Dewi, I., Puspitasari, I.,
Rohmadheny, P. S., Fakhruddiana, F., Wahyudi, & Wat, D. E. (2019).
Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus.
Hidayati, N. (2011). Dukungan sosial bagi keluarga anak berkebutuhan khusus.
Insan, 13(01), 12–20.
Kristiana, F., & Widayanti, C. G. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.
UNDIP Press.

(Hidayati, 2011)(Antawati & Murdiyani, 2013)(Haris Zubaidillah, 2018)(Hidayah


et al., 2019)(Alimin & Pendahulun, 2013)(Kristiana & Widayanti, 2016)

12

Anda mungkin juga menyukai