Anda di halaman 1dari 28

PRINSIP DASAR

PERILAKU
Kuliah IV Modifikasi Tingkah Laku
Apa Yang Kita Pelajari Hari
Ini?

1.Kondisioning Respons
2.Kondisioning Operan
3.Modelling
Pendahuluan
◦ Sebagian besar perilaku manusia merupakan hasil belajar.
◦ Penerapan prinsip belajar dalam membentuk perilaku merupakan
prinsip dasar perilaku.
◦ Ada 3 Prinsip Dasar Perilaku :
1. Perilaku yang prinsip dasar pembentukannya melalui Kondisioning
Respons
2. Perilaku yang prinsip dasar pembentukannya melalui Kondisioning
Operan
3. Perilaku yang prinsip dasar pembentukannya melalui Modelling
Kondisioning Respons (Conditioning Response (CS)) -
Eksperimen Pavlov

◦ Disebut juga Pengondisian klasik adalah suatu proses belajar


yakni stimulus netral dapat memunculkan respon baru setelah dipasangkan
dengan stimulus yang biasanya mengikuti respon tersebut.
◦ Pengondisian klasik ini pada mulanya ditemukan oleh Ivan
Pavlov, fisiolog dari Rusia ketika sedang melakukan
penelitian eksperimen mengenai proses produksi air liur pada anjing.
◦ Pavlov melihat bahwa anjing tersebut tidak hanya merespon berdasarkan
kebutuhan biologis (rasa lapar), tetapi juga sebagai hasil dari proses belajar
yang kemudian disebut sebagai pengondisian klasik.
4 Elemen Dalam Eksperimen Pavlov
(Davidov, 1987)

1. Unconditioning Stimulus (US) (Stimulus Tak Terkondisi) : stimulus


penyebab yg mngakibatkan respon secara otomatis.
2. Unconditioning Response (UR) (Response Tak Terkondisi) : respon yang
secara otomatis disebabkan oleh US.
3. Netral Stimulus (NS) (Stimulus Netral) : beberapa
peristiwa/objek/pengalaman yang tidak menyebabkan UR sebelum
kondisioning dimulai.
4. NS dipasangkan US, dilakukan berkali-kali mendatangkan reaksi UR
Gambaran Contoh Pada Hewan
◦ NS (Bunyi Bel) Tidak Ada Respon
◦ US (Daging) UR (Air Liur)
◦ CS (Bunyi Bel) diikuti Oleh US (Daging) UR (Air Liur)
◦ CS (Bunyi Bel) CR (Air Liur) (Adanya Refleks Baru)
Gambaran Contoh Pada Manusia
◦ Pada manusia tipe kondisioning mempengaruhi reaksi yang dimediasikan oleh system syaraf otonom.
(Blacham 1971)
Albert (11 Tahun)
◦ NS (Tikus Putih Disentuhkan ke Tangan Albert) Tidak Ada Respon
◦ US (Batang Besi Yang Dipukul Menimbulkan suara keras) UR (Takut)
◦ CS (Tikus Putih Disentuhkan ke Tangan Albert) diikuti Oleh US (Batang Besi Yang Dipukul Menimbulkan
suara keras) UR (Takut)
◦ CS (Tikus Putih Disentuhkan ke Tangan Albert) CR (Albert Takut) (Adanya Refleks Baru)
Terapi Perilaku Pengondisian Klasik

◦ Terapi perilaku menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk


mengurangi atau menghilangkan perilaku maladaptif.
◦ Beberapa perilaku terutama rasa takut dapat dipelajari melalui
pengondisian klasik.
◦ Bila rasa takut dapat dipelajari, maka tentu saja dapat dibalikkan
dengan prinsip yang sama juga.
◦ Beberapa terapi perilaku yang menggunakan pengondisian klasik
adalah desensitisasi sistematis dan pengondisian aversif.
Desensitisasi Sistematis (Laura, 2010)

◦ Desensitisasi sistematis (systematic desensitization) adalah


sebuah metode perilaku terapi yang didasarkan pada
pengondisian klasik dengan membuat individu
mengasosiasikan relaksasi mendalam secara bertahap dengan
stiuasi yang menimbulkan kecemasan.
◦ Pada desensitisasi sistematis, seorang peksos bertanya tentang
aspek yang paling menakutkan dan paling tidak menakutkan.
Lalu terapis mengatur individu dalam situasi-situasi
berdasarkan daftar urutan mulai dari yang paling menakutkan
hingga tidak menakutkan.
◦ Tahap berikutnya adalah mengajarkan individu untuk rileks.
◦ Individu dapat belajar mengenali adanya kontraksi otot atau tegangan pada berbagai bagian tubuh dan
kemudian bagaimana untuk menegangkan dan melemaskan otot-otot yang berbeda.
◦ Ketika individu sudah merasa rileks, terapis meminta individu untuk membayangkan stimulus yang paling
kurang ditakut dalam daftar urutan.
◦ Kemudian terapis bergerak ke atas sesuai dengan daftar yang telah dibuat, dari yang paling kurang ditakuti
hingga paling ditakuti.
◦ Sementara posisi klien tetap bertahan dalam kondisi rileks. Maka kemudian, individu dapat membayangkan
situasi yang paling menakutkan tanpa harus merasa takut.
◦ Dengan cara ini individu belajar untuk rileks sementara, bukan mencemaskannya.
◦ Desensitisasi sitematis sering digunakan sebaga cara mengatasi fobia secara efektif seperti ketakutan memberi
pidato, ketakutan akan ketinggian, ketakutan akan terbang, ketakutan akan anjing dan ketakutan akan ular.
◦ Bila individu takut dengan ular, seorang terapis awalnya akan meminta individu menyaksikan orang lain
memegang ular dan kemudian meminta individu melakukan perilaku yang semakin ditakuti.
◦ Pertama-tama, individu akan berada pada satu ruang yang sama dengan ular, lalu kemudian mendekati ular
tersebut, kemudian menyentuh ular tersebut dan pada akhirnya dapat bermain dengan ular.
Pengondisian Aversif (Laura, 2010)
◦ Pengondisian aversif adalah terjadinya pemasangan berulang dari sebuah perilaku yang
tidak diharapkan dengan sebuah stimulus aversif untuk menurunkan penguatan yang
didapatkan dari perilaku.
◦ Pengondisian aversif digunakan untuk mengajarkan individu menghindari perilaku
tertentu, seperti merokok, makan berlebihan, dan minum alkohol.
◦ Cara yang digunakan dalam pengondisian aversif untuk mengurangi konsumsi alkohol
individu adalah ketika individu minum minuman beralkohol, ia juga harus mengonsumsi
minuman campuran yang membuat pusing dan mual.
◦ Dalam istilah pengondisian klasik, minuman alkohol adalah stimulus yang dikondisikan,
dan zat yang membuat mual adalah stimulus yang tidak dikondisikan.
◦ Melalui pemasangan berulang antara alkohol dengan zat yang membuat mual, alkohol
akan menjadi stimulus terkondisi yang menghasilkan mual.
◦ Mual pada pengondisian aversif ini akan menjadi respon yang dikondisikan.
◦ Sebagai konsekuensi, alkohol tidak lagi diasosiasikan dengan sesuatu yang
menyenangkan, tetapi sesuatu yang sangat tidak menyenangkan.
Kondisioning Operan
(Operant Conditioning) –
Eksperimen Skinner
◦ Teori pengondisian operan merupakan teori yang dikembangkan oleh Skinner.
◦ Teori ini dikembangkan dari teori pengondisian klasik yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov.
◦ Awal pengembangan dari teori pengondisian operan adalah adanya keyakinan dari Skinner bahwa hanya sedikit
perilaku yang dapat dipelajari dengan menggunakan teori pengondisian klasik. Ia menyatakan bahwa sebagian
besar perilaku manusia adalah operan dan bukan tanggapan.
◦ Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui,
tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
◦ Pengondisian operan merupakan teori yang menyatakan bahwa perilaku dapat terjadi secara berulang atau tidak
berulang sama sekali sesuai dengan keinginan. Hal ini hanya dapat diakibatkan oleh penguatan perilaku
operan. Percobaan yang dilakukan Skinner untuk menguji teorinya ini menggunakan tikus.
◦ Teori pengondisian operan mengutamakan peran dari hubungan antara rangsangan dan tanggapan.[Teori ini
menyatakan bahwa rangsangan dari luar akan memberikan kecenderungan kepada makhluk hidup untuk
memberikan tanggapan. Teori ini merupakan salah satu teori yang menjelaskan cara manusia memiliki
kemampuan dalam berbahasa.
Eksperimen Skinner

◦Skinner Box
1.Prosedur
2.Fase Latihan
3.Fase Shaping/Chaining
Prosedur
◦ Ada tikus lapar, dimasukan ke dalam box
◦ Waktu tikus jauh dari makanan, ada bunyi (oleh eksperimenter), muncul
makanan
◦ Ada bunyi (oleh eksperimenter), tidak diberi makanan. Tikus membuat
gerakan kesana kemari dengan lebih meningkat.
◦ Setelah ada bunyi oleh tombol yang disentuh oleh tikus sendiri, muncul
makanan.
◦ Setiap tikus menyentuh tombol muncul makanan. Makin Lama jarak waktu
menyentuh tombol semakin singkat.
Fase Latihan

◦ Melaparkan Tikus
◦ Melatih Tikus ((oleh eksperimenter)
◦ Membuat situasi agar tikus bekerja sendiri, disinilah
dimungkinkan terjadi operan.
Fase Shaping (Pembentukan)
◦ Bertujuan membentu tingkah laku suaya tikus menekan tombol untuk
memperoleh makanan.
◦ Kegiatan untuk mencapai tujuan semakin dirinci, semakin menimhkat
mencapai tombol.
◦ Kegiatan ini disebut “Program Linier dari Skinner”
◦ Fase shaping : Orientasi – Melihat Tombol – Mendekati tombol – menyentuh
tombol – menekan tombol
◦ Reward diberikan pada tingkatan-tingkatan keberhasilan tertentu.
◦ Metode Shaping dan Chaining ini banyak digunakan dalam dunia Pendidikan; tingkah laku dibagi-
bagi untuk mencapai tujuan. Misalnya mebina anak tuna grahita sedang dalam menggunakan
sendok untuk makan. Dengan menggunakan Langkah-Langkah :
1. Mengambil Sendok
2. Memegang Sendok
3. Menggenggam Sendok
4. Mengangkat Sendok
5. Meletakan piring dengan sendok
6. Memegang Piring Dengan Sendok
7. Menyendok makan ke dalam sendok
8. Mengangkat Sendok dari piring
9. Mengangkat sendok di atas piring
10.Mengangkat sendok separuh dari jarak piring dengan mulut
11.Mengangkat sendok 2 inchi dari mulut
12.Mengambil sendok dari mulut dengan tanpa tumpah.
◦Jadi menurut skinner jika kita ingin membentuk
perilaku, maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah :
1.Melakukan analisis tingkah laku tersebut menjadi
unit-unit kecil perilaku yang diharapkan tsb ke
dalam urutan perilaku secara linier.
2.Hadiah-hadiah (reward) apa yang harus diberikan
bila telah mencapai unit-unit tersebut.
Extinction dan Spontaneous Recovery

◦Extinction Perilaku yang ada menghilang


(penghapusan perlaku)/Kembali ke asal
semula, akibat ketiadaan hasil.
◦Spontaneous Recovery Mencoba
perilaku yang menghilang, recovery
menjadi lebih cepat
Contoh Lanjutan Dari Skinner Box
◦ Extinction terjadi bila tingkat tingkah laku yang sudah terbentuk , missal “berupa menekan
tombol muncul makanan” diubah menjadii “Beberapa kali Menekan Tombol Tidak Muncul
Makanan”. Dengan demikian Tingkah laku yang sudah terbentuk akan berkurang
frekuensinya atau hilang.
◦ Akan tetapi jika suatu waktu tikus menyentuh tombol dan muncul makanan kembali, maka
perilaku menyentuh tombol untuk berikutnya lebih cepat dimunculkan. Kondisi ini disebut
“spontaneous recovery”.
◦ Secara Rinci proses ini sebagai berikut :
1. Menekan Tombol Tidak Muncul Makanan
2. Menekan Tombol Tidak Muncul Makanan
3. Menekan Tombol Tidak Muncul Makanan
4. Extinction
5. Spontaneous recovery
Modelling (Teori Bandura)
◦ Pemodelan (modeling) adalah proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan
perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan. Teori modeling pertama kali dikenalkan
oleh Albert Bandura pada tahun 50-an. Pemodelan atau modeling sering juga disebut
dengan istilah imitasi, identifikasi, belajar observasional, dan pembelajaran perwakilan.
◦ Teknik modeling adalah proses belajar mengamati terhadap seorang model yang dibuat
sebagai perangsang suatu gagasan, sikap atau perilaku, kemudian untuk dapat ditiru dan
mengalami perubahan tingkah laku seperti model yang diamati.
◦ Teknik modeling digunakan untuk memperkuat perilaku yang telah terbentuk sebelumnya,
serta dapat juga digunakan untuk membentuk perilaku baru yang belum ada pada diri
konseli atau individu.
◦ Teknik modeling juga diartikan sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku
dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi
pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian.
Lanjut
◦ Teknik modeling memanfaatkan proses belajar dengan menggunakan seseorang
atau bahkan beberapa orang yang dianggap memiliki sikap yang teladan dan bisa
berperan untuk merangsang pikiran, tindakan, maupun sikap orang lain.
◦ Teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan
seorang model (orang lain), tetapi modeling juga melibatkan penambahan dan
atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan
sekaligus, dan melibatkan proses kognitif.
◦ Banyak perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model, yaitu dengan
mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku baru dalam
dirinya
◦ Observation Larning/Imitation/Social Learning (Teori Belajar Sosial).
Tujuan Teknik Modeling
◦ Teknik modeling adalah konseling behavior yang bertujuan untuk
mengubah perilaku dengan mengamati model yang akan ditiru agar
konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.
◦ Teknik modeling memiliki tujuan untuk menghilangkan perilaku
negatif, seperti tidak percaya diri dalam belajar, tidak memiliki
tanggung jawab dalam belajar, tidak memiliki inisiatif dalam belajar
dan tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar, yang kemudian
membentuk perilaku baru yang positif.
Fase-Fase Modelling

◦Fase Perhatian
◦Fase Retensi
◦Fase Reproduksi
◦Fase Motivasi
Fase Perhatian

◦ Beberapa variabel yang turut berpengaruh terhadap


proses belajar di antaranya adalah berkaitan dengan
karakteristik model, sifat kegiatan, dan orang yang menjadi
subjek.
◦ Model yang sangat menarik akan lebih diperhatikan
dibandingkan dengan model yang memiliki daya tarik inter-
personal yang rendah.
Fase Retensi
◦ Terdapat dua bentuk sistem simbol atau representasi yang membantu belajar
observasional, yaitu imaginatif dan verbal.
◦ Representasi modeling ini dapat mengarahkan pada pola respons yang baru harus
dapat direpresentasikan secara simbolis dalam ingatan.
◦ Representasi perlu disimbolisasikan dalam bentuk verbal, karena beberapa
observasi dipertahankan dalam bentuk gambaran dan alat dimunculkan tanpa
adanya model secara fisik.
◦ Dan juga pada dasarnya, pada tahap ini terjadi pengkodean perilaku secara
simbolik menjadi kode-kode visual dan verbal serta penyimpanan kode-kode
tersebut dalam memori jangka panjang.
Fase Reproduksi
◦ Pada tahap ini, seorang individu harus mengubah representasi
simbolis dari pengamatan ke dalam bentuk tindakan.
◦ Perilaku yang muncul harus mempunyai kesamaan dengan perilaku
asal.
◦ Dalam proses reproduksi motorik harus melibatkan empat sub
tahapan, yaitu organisasi respons kognitif, inisiasi respons,
pemantauan respons, dan penyempurnaan respons.
◦ Setelah memperhatikan model dan mempertahankan apa yang telah
diobservasi, maka akan memproduksi dengan perilaku yang baru.
Fase Motivasi

◦Pembelajaran melalui observasi adalah paling


efektif terjadi apabila pihak yang belajar termotivasi
untuk melakukan perilaku yang ditiru.
◦Perhatian dan representasi dapat berakibat pada
pengumpulan informasi untuk belajar, namun untuk
melakukan perilaku tertentu pertama-tama
difasilitasi oleh motivasi.

Anda mungkin juga menyukai